Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Aditya
Usia : 6,1 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Alamat : Jagakarsa 02/06
Tgl. Masuk : 11 Juli 2014

ANAMNESIS
Keluhan utama : Buang buang air sejak 2 hari yang lalu
Keluhan tambahan : Muntah
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Jagakarsa dengan keluhan buang air besar cair sejak 2 hari
yang lalu, Pasien mengeluh mencret sebanyak > 6x/hari, mencret terus-menerus, mencret berupa
cairan, tidak ada ampas, terdapat adanya lendir, tidak ada darah, berwarna kekuningan, tinja yang
keluar banyak sekitar 1 gelas. Pasien juga mengeluh muntah 1x/hari, muntah berupa cairan
dan sedikit makanan, muntah sebanyak 6 sendok makan setiap kali muntah. Mual (-). Pasien
mengeluh adanya demam sejak 1 hari yang lalu, demam hilang timbul, terutama pada malam
2

hari, tetapi sekarang pasien sudah tidak merasakan demam lagi. Pasien masih mau minum.
Batuk, pilek disangkal. Pasien juga menyangkal badannya lemas, BAK tidak ada keluhan.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat Tb paru disangkal
Riwayat Asma disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Saat ini, ibu pasien mengalami keluhan yang sama dengan pasien
Penyakit paru dan asma disangkal
Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak adanya riwayat alergi makanan, obat, maupun cuaca.
Riwayat Pengobatan
Selama terdapat keluhan seperti ini pasien belum berobat
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Psikososial
Pasien masih bersekolah, 2 hari yang lalu pasien dan ibu pasien sempat membeli
makanan disekitar sekolah pasien, lalu malam harinya timbul keluhan, pasien dan ibu pasien
sering membeli makanan di sekitar sekolah, pasien tinggal di lingkungan rumah cukup padat, ibu
pasien selalu masak makanan sendiri dan mencuci bahan makanan sebelum dimasak.




3

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : composmentis
Tanda vital
Nadi : 98x/menit, irama nadi teratur, regular, kualitas cukup
RR : 20 x/menit
Suhu : 38,1
o
Celcius

Status Gizi

TB : 120 cm
BB : 21 kg

Status Generalis
Kepala : Normocephal, simetris, rambut hitam, tidak mudah rontok, distribusi merata.
Mata : konjungtiva hiperemis (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Kulit : Kulit warna sawo matang, ikterus pada kulit (-), pucat telapak tangan dan kaki (-), sianosis (-) ruam-
ruam kemerahan di kulit (-), turgor kulit normal, edema (-)
Hidung : Deviasi septum (-), rhinore (-/-), epistaksis (-/-), nyeri tekan (-)
Telinga : Normotia, otore (-/-), gangguan pendengaran (-)
Mulut : Bibir kering (+), stomatitis (-), lidah tidak kotor dan tremor, stomatitis (-),faring tidak
hiperemis, T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
KGB : Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher, inguinal dan submandibula
serta tidak ada nyeri saat penekanan
4

Dada : Normochest simetris
Paru
Inspeksi : Simetris ka=ki, scar (-), retraksi otot
Palpasi : Vokal fremitus ka=ki simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing(-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba, ICS 5 midclavicularis dextra
Auskultasi : BJ 1 dan 2 reguler, Murmur(-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, skar (-)
Palpasi : turgor kembali baik, Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-)
Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) Meningkat
Extremitas
Atas : akral hangat, peteki (-/-), udem (-/-), pucat (-),RCT < 2 detik
Bawah : akral hangat, peteki (-/-), udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik

RESUME
5

Seorang anak laki-laki usia 6 tahun datang ke puskesmas jagakarsa dengan keluhan bab
mencret sejak 2 hari yang lalu, bab mencret 6x/hari, setiap kali bab 1 gelas kecil, bab
berisi lendir tidak disertai ampas dan darah. Vomitus 1x, sebanyak 6 sendok makan berisi
cairan dan sisa makanan, febris (+), anak masih mau minum, nafsu makan baik, buang air
kecil lancar, ibu juga mengalami diare, 2 hari yang lalu riwayat membeli makan di luar.
IMT normal, Tanda Vital N: 99 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 38,1 C. Mata cekung (-/-),
Bibir kering (-) Bising usus (+) Meningkat, turgor kulit kembali cepat

DAFTAR MASALAH
Diare tanpa dehidrasi
Febris

ASSESMENT
Diare tanpa dehidrasi
S : mencret >6x/hari, cair, lendir, berwarna kekuningan
O : Mata cekung (-/-), bibir kering (-), mukosa lembab (+), turgor kulit kembali cepat,
akral teraba hangat
A : Diare tanpa dehidrasi
P : RDx : Analisa Tinja (Makroskopik dan Mikroskopik)
RTh : Oralit
Zinc tab 1 x 20 mg selama 10 hari

Non medikamentosa
6

Edukasi ibu :
- Memberikan makan anak dengan menu yang sama saat anak sehat
- Memberikan makanan tinggi kalium : pisang, air kelapa hijau
Peringatkan ibu jika ada tanda :
- Bab cair lebih sering
- Muntah berulang
- Sangat haus, makan dan minum sedikit
- Berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari.

Febris
S : demam sejak 2 hari, demam hilang timbul, terutama malam hari, saat ini tidak demam
O : S : 38,1 C
A : Febris e.c. susp. Demam typhoid
P : RDx : Pemeriksaan darah rutin, Tubex.
RTh : Paracetamol syr 3 x 2 cth






BAB II
7

TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24
jam. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Definisi diare adalah buang air besar lebih tiga kali sehari dengan konsistensi lembek atau
cair. Sedangkan American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan
karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa
gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam, atau sakit perut yang berlangsung selama 3-7
hari. WHO/UNICEF mendefinisikan diare akut sebagai kejadian akut dari diare yang biasanya
berlangsung selama 3-7 hari. Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam
dengan konsistensi cair dan berlangsung dari 1 minggu. Sedang diare kronik yaitu diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari
penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus,
bakteri, dan parasit.Riskesdas 2007: diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan
25,2% pada anak usia 1-4 tahun.
1,2
Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit
dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam
yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan
Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V.
Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.



Epidemiologi
8

Diare merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada
anak dibawah umur lima tahun di seluruh dunia, yaitu mencapai 1 milyar kesakitan dan 3 juta
kematian per tahun.
2,3

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia terdapat 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena
diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di Negara berkembang. Dari 17% kematian
anak di Indonesia, dari hasil Riskesdas 2007 didapatkan bahwa diare masih merupakan
penyebab kematian bayi terbanyak untuk golongan 1-4 tahun yaitu 25,2% dibanding
pneumonia 15,5%.
2,3

Etiologi
1. Bakteri
Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp,
Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non
01, Vibrio parachemolyticus, Clostridium perfringens, Campylobacter (Helicobacter)
jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia intestinalis, Coccidosis.
2. Parasit
Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp.
Cacing: A. lumbricoides, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. vermicularis, T.
saginata, T. sollium.
3. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.
Pola mikro organisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan umur, tempat dan
waktu. Di negara maju penyebab paling sering Norwalk virus, Helicobacter jejuni, Salmonella
sp, Clostridium difficile, sedangkan penyebab paling sering di negara berkembang adalah
Enterotoxicgenic Escherichia coli (ETEC), Rota virus dan V. cholerae.
Patofisiologi
9

Sebanyak sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal dari
luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian
besar (75-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya sebanyak
1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar akan
diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150-250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.
Patogenesis
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah
faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-
faktor daya tangkis atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung,
motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan
enzim pencernaan.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat menyebabkan
serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi oleh
V. cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit,
serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi
sumber infeksi. Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien giardiasis
pada mereka yang kekurangan IgA, demikian pula diare yang terjadi pada penderita HIV/AIDS
karena gangguan imunitas. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang oleh
suatu toksoid berulang kali, akan terjadi sekresi antibodi.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan penetrasi
yang dapat merusak sel mukosa, kemampan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yang juga dapat
menginduksi diare.

Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan menjadi:
10

1. Infeksi Non-Invasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik atau watery
diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi enterotoksin yang
bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01
atau 0139, Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus, Aeromonas
spp., V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit
sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid
Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3,5-siklik
mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam
lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na tidak
terganggi, karena itu keluarnya ion Cl
-
(disertai ion HCO
3
-
, H
2
O, Na
+
dan K
+
) dapat
dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H
2
O, K
+
, HCO
3
-
, dan Cl
-
).
Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif
oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na
+
, K
+
,
Cl
-
dan HCO
3
-
. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar secara
deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare sekretorik isotonik voluminial
(watery diarrhea).
ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin ialah labile toxin (LT) dan stable toxin (ST).
LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi hanya memberikan stimulasi yang
terbatas terhadap enzim adenilat siklase. Dengan demikian jelas bahwa diare yang disebabkan E.
coli lebih ringan dibandingkan diare yang disebabkan V. cholerae.
Clostridium perfringens (tipe A) yang sering menyebabkan keracunan makanan
menghasilkan enterotoksin yang bekerja mirip enterotoksin kolera yang menyebabkan diare yang
singkat dan dahsyat.
1. Infeksi Invasif
11

Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare Inflammatory. Bakteri
invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp., Shigella spp., C. jejuni, V.
parahaemolyticus, Yersinia, C. perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P. shigelloides, C.
difficile, Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis
dan ulserasi. Sifat diarena sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur dengan lendir dan
darah. Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu
diare sekretorik. Pada pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.
Manifestasi Klinis
Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nryeri perut Tenesmus
Temesmus
kramp
Tenesmus
kolik
-
Temesmus
kramp
Kramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya sakit 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terusmenerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - Sering Kadang - + -
Bau Langu
Kadang
busuk
+ tidak Amis Khas
Warna Kuning-hijau Merah-hijau Kehijauan
Tak
berwarna
Merah-hijau
Seperti air
cucian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anorexia Kejang Sepsis Meteorismus
Infeksi
sistemik




Diagnosis
12

Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis, manifestasi klinis
dan pemeriksaan penunjang menyokongnya.
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut :
- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, lendir
dan/darah dalam tinja.
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir,
demam, sesak, kejang, kembung.
- Jumlah cairan yang masuk selama diare, Jenis makanan dan minuman yang diminum
selama diare, Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
- Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti : batuk, pilek, otitis media,
campak.
Pemeriksaan Fisik
1,3,4

- Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor
kulit abdomen menurun, Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata,
mukosa bibir, mulut, dan lidah, Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit,
seperti napas cepat dan dalam (asidosis metabolic), kembung (hipokalemia), kejang (hipo
atau hipernatremia)
- Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan criteria berikut :
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti biasa *Haus, ingin minum banyak
*Malas minum, tidak bisa
minum
Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat lambat
13

Hasil
pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan-sedang
Bila ada 1 tanda *
Ditambah 1 atau lebih tanda
lain
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda *
Ditambah 1 atau lebih tanda
lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Umumnya diare akut bersifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi, tampak darah pada feses,
panas > 38,5
o
C diare > 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian luar biasa (KLB). Nyeri
perut hebat pada penderita berusia > 50 tahun, penderita usia lanjut > 70 tahun, dan pada
penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1,3

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urin dan tinja pada sepsis
atau infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
- Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotika.
- Urin : urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
- Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
- Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau. Tinja yang watery dan tanpa
mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi
diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa
disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
14

menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan
T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada
infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada
infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk
didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan
Strongyloides.
Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri. Leukosit dalam tinja diproduksi
sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif
pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang
memproduksi sitokin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y.
enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P.
shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali pada S. typhii
mononuklear.
Kimia : pH, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut. Kultur tinja harus segera
dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic Syndrome, diare dengan tinja
berdarah, bila terdapat lekosit pada tinja, KLB diare dan pada penderita
immunocompromised.
- Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
keseimbangan asam basa elektrolit.
TATALAKSANA

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare
yang diderita anak balita baik yang dirawat maupun sedang dirawat di Rumah Sakit, yaitu :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotic selektif
5. Nasihat kepada orang tua

Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah
1,3,4

15

Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Osmolaritas
larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko
terjadinya hipernatremia.Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang digunakan selama
ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru
juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran
tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru
ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non-kolera
pada anak.
Komposisi oralit baru :
Oralit baru osmolaritas rendah Mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total Osmolaritas 245
Ketentuan pemberian oralit baru:
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24
jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus
dibuang.




Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
1,3,4

16

Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar
dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng
(Zink) elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare
dengan dosis:
Umur di bawah 6 bulan : 10 mg/hari ( tablet) per hari
Umur di atas 6 bulan : 20 mg/hari (1 tablet) per hari

Nutrisi
1,3,4

ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang
hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh
dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6x sehari),
rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

Medikamentosa
1,3,4

Antibiotik
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotic yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare
karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian
antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap
antibiotik. Pada penelitian multiple ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan
resistensi yang sering dipakai seperti ampisillin, tetrasiklin, kloramfenikol dan
trimetroprim sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. Resistensi terjadi karena :
inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, dan perubahan struktur
membrane terhadap antibiotic.



Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain (WHO, 2006)
17

Kolera :
Tetrasiklin 12,5 mg/kg/x (4 x sehari selama 3 hari)
Eritromisin 12,5 mg/kg/x (4 x sehari selama 3 hari)
Shigella :

Ciprofloxasin 15 mg/ kgBB (2 x sehari selama 3 hari)
Amebiasis:
Metronidasol 10mg/kg/x (3 x sehari selama 5 hari / 10 hari pada kasus berat)
Giardiasis :
Metronidasol 5mg/kg/x (3 x sehari selama 5 hari)

- Tanpa dehidrasi
1,3,4

Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan New Oralit diberikan 5-10 ml/kgBB setiap
diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml. umur 1-5
tahun sebanyak 100-200 ml, dan umur di atas 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa
adalah 300-400 ml setiap BAB. Dapat diberikan cairan rumah tangga seperti air tajin,
larutan garam gula, kuah sayur-sayuran dsb, ASI harus terus diberikan.
Untuk anak dibawah 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok
tiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih
besar dapat minum langsung dari cangkir atau gelas dengan tegukan yang sering. Bila
terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan,
misalnya 1 sendok tiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai diare berhenti.
Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari) serta rendah
serat.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau
minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)

- Dehidrasi ringan-sedang
1,3,4

18

Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 ml/kgBB dalam 3 jam
untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap
diare cair.
Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum
walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik.
Cairan intravena yang diberikan adalah Ringer Laktat atau Kaen 3B atau NaCl dengan
jumlah cairan yang dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara
berkala.
Berat badan 3-10 kg 200 ml/kgBB/hari
Berat badan 10-15 kg 175 ml/kgBB/hari
Berat badan > 15 kg 135 ml/kgBB/hari
Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak bisa diberikan per-oral, oralit
dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama dengan kecepatan
20ml/kg/jam. Setelah 3 jam keadaan pasien dievaluasi, apakah membaik, tetap atau
memburuk. Bila keadaan penderita membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan dapat
dilanjutkan dirumah dengan memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada
pengobatan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk dan penderita jatuh dalam keadaan
dehidrasi berat, penderita tetap dirawat di sarana kesehatan dan pengobatan terbaik
adalah pemberian secara parenteral.

- Dehidrasi Berat
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer Laktat atau Ringer Asetat 100
ml/kgBB dengan cara pemberian:
Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70
ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya
Umur di atas 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB
dalam 2,5 jam berikutnya
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila dehidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat dipercepat.
Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi. Pilih
19

pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu: pengobatan diare tanpa dehidrasi atau
pengobatan diare dengan dehidrasi ringan-sedang.
1,3

Masukkan cairan per oral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai
dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi.
1,3

Nasihat pada ibu atau pengasuh
1,3,4

Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan Kesehatan bila
ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik daam 3 hari. Orang tua pengasuh
diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.
Langkah promotif/preventif:
1. ASI tetap diberikan
2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
3. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
4. Imunisasi campak
5. Memberikan makanan penyapihan yang benar
6. Penyediaan air minum yang bersih
7. Selalu memasak makanan
Komplikasi
Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa diantaranya
membutuhkan pengobatan khusus.
a. Gangguan Elektrolit
1,3,4

- Hipernatermi, Hiponatremi, Hiperkalemi, Hipokalemi
b. Kegagalan upaya rehidrasi oral
1,3,4

Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya pengeluaran
tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang menetap, tidak dapat
minum, kembung dan ileus paralitik, serta malabsorbsi glukosa. Pada keadaan-keadaan
tersebut mungkin penderita harus diberikan cairan intravena.
20

c. Kejang
1,3,4

Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu dapat terjadi kejang sebelum
atau selama pengobatan rehidrasi, kejang tersebut dapat disebabkan oleh karena
hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk, hiperpireksia,
kejang terjadi bila panas tinggi, melebihi 40
0
C, hipernatremi dan hiponatremi.
Pencegahan
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah
dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar
dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari
daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan
air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang
digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus
disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak
dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum
dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan,
saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi.
Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada
buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu
yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan
meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh
dan terkena kotoran ternak.
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
a. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
1,3

Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara berikut ini.
Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
1. Pemberian ASI yang benar
21

2. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih yang cukup
4. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan
sebelum makan
5. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
6. Membuang tinja bayi yang benar
b. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)
1,3

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
mengurangi risiko diare antara lain:
1. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
2. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberikan makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
3. Imunisasi campak
Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan probiotik, prebiotik dan seng dalam
pencegahan diare









22


DAFTAR PUSTAKA

1. Antonius H. Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah Salamia Idris, Ellen P.
Gandaputra, Eva Devita Harmoniati, penyunting. Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: jilid I. IDAI; 2010: 58-61.
2. Antonius H. Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah Salamia Idris, Ellen P.
Gandaputra, Eva Devita Harmoniati, penyunting. Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: jilid II. IDAI; 2011: 53.
3. Mohammad Juffrie, Sri Supar Yati Soenarto, Hanifah Oswari, Sjamsul Arif, Ina Rosalina,
Nenny Sri Mulyani. Diare Akut. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta. Jilid I.
Cetakan ketiga. Badan Penerbit IDAI; 2012: 87-118.
4. Diare akut dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta. Cetakan
pertama. WHO; 2009: 133-145

Anda mungkin juga menyukai