Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN
Kejang merupakan gangguan neurologis yang sering terjadi pada anak-anak.
Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali
kejang dalam hidupnya. Kejang merupakan suatu serangan mendadak yang dapat
nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktifitas motorik abnormal,
kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi outonom. Kebanyakan kejang
pada anak-anak disebabkan oleh gangguan somatik yang berasal dari luar otak
seperti demam tinggi, infeksi, pingsan, trauma kepala, hipoksia, toksin, atau aritmia
jantung.
1
Kejang yang berhubungan dengan demam merupakan masalah pediatrik yang
umum terjadi. embedakan kejang demam dari kejang simtomatik akut akibat dari
infeksi sistem saraf pusat !""#$ ataupun kejang yang dipa%u demam pada anak
dengan epilepsi merupakan hal yang esensial. "indrom kejang demam didefinisikan
sebagai kejang yang berkaitan dengan demam tanpa adanya infeksi sistem saraf pusat
atau ketidakseimbangan elektrolit akut pada anak.
&
Kejang demam telah banyak dibahas pada literatur medis sejak 'aman
Hippo%rates, tetapi tidak dikenali hingga abad pertengahan bahwa kejang demam
merupakan sindrom yang berbeda dengan epilepsi.
(
)erdasarkan definisi konferensi
National Institutes of Health Consensus tahun 1*+,, kejang demam merupakan suatu
keadaan pada bayi atau anak, biasanya antara ( bulan dan 5 tahun, berkaitan dengan
demam tetapi tanpa bukti infeksi atau penyebab yang pasti pada intrakranial. -efinisi
ini juga yang dipakai a%uan dalam mendefinisikan kejang demam oleh .katan -okter
/nak .ndonesia !.-/.$ tahun &,,6.
0
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
!suhu rektal di atas (+
o
1$ yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. #ada
tahun 1*+, sebuah konferensi konsensus !The Consensus Development Panel on
Febrile Convulsions$ yang diadakan oleh National Institutes of Health
mendefinisikan kejang demam sebagai kejadian kejang yang terjadi pada masa anak-
anak yang biasanya terjadi antara umur 6 bulan sampai 5 tahun yang dikaitkan
dengan kenaikan suhu tubuh tanpa adanya bukti infeksi ""#.
0,5
)ila anak berumur
kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam perlu
dipikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi ""# atau epilepsi yang kebetulan
terjadi bersama dengan demam. )ila demam disebabkan proses intrakranial, bukan
disebut sebagai kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang
dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. /nak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang
demam. )ila kejang demam didahului diare hebat, perlu dipikirkan kemungkinan
bahwa kejang bukan disebabkan demam melainkan karena gangguan metabolik
misalnya hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia, dan hipoglikemia.
0
2.2 Epidemiologi
/ngka kejadian kejang demam di /merika "erikat adalah &-5% anak di bawah
usia 5 tahun. "ekitar sepertiga pasien ini mengalami paling tidak sekali kekambuhan.
"ementara di dunia angka kejadian kejang demam ber2ariasi antara 5-1,% di .ndia,
+,+% di 3epang, 10% di 4uam, ,,(5% di Hong Kong dan ,,5-1,5% di 1hina.
6
"edangkan angka kejadian kejang demam di .ndonesia menurut Konsensus
#enatalaksanaan Kejang -emam tahun &,,6 adalah &-0% pada anak usia 6 bulan 5 5
tahun.
0
/nak dengan riwayat kejang demam memiliki insiden yang lebih tinggi untuk
mengalami epilepsi jika dibandingkan dengan populasi umum ! & 6 1$.
6
Kejang demam dapat terjadi pada semua jenis ras, namun beberapa penelitian
menunjukkan adanya ke%enderungan jenis kelamin laki-laki lebih mudah terserang
kejang demam dari pada anak perempuan.
0
Kejang demam sangat tergantung pada umur, +5% kejang pertama sebelum
berumur 0 tahun, terbanyak antara 17-&( bulan.Hanya sedikit yang mengalami
kejang demam pertama sebelum berumur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-+ tahun.
)iasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi walaupun pada
beberapa pasien masih dapat mengalami sampai usia lebih dari 5-6 tahun. /mbang
&
kejang dapat berubah menurut umur. /nak yang berusia lebih dewasa maturitas
otaknya lebih baik daripada anak yang berusia lebih muda sehingga lebih jarang
terkena kejang.
7
Kejang demam diturunkan se%ara dominan autosomal. )anyak pasien kejang
demam yang orang tua atau saudara kandungnya menderita sakit yang sama.
5
2.3 Etiologi
"ampai saat ini penyebab yang pasti belum diketahui. /da penelitian yang
menyatakan bahwa penyebab kejang demam adalah akibat kesalahan genetik, namun
belum ada yang berhasil menemukan lokus gen yang spesifik ataupun pola genetik
yng spesifik untuk kejang demam. #ola genetik tersebut mungkin ber2ariasi antara
keluarga dan multifaktorial.
+
8aktor yang penting pada kejang demam ialah demam,
umur, genetik, prenatal dan perinatal. -emam sering disebabkan infeksi saluran
napas atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.
Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi, kadang demam yang tidak
begitu tinggi sudah dapat menimbulkan kejang. )ila kejang telah terjadi pada demam
yang tidak tinggi, anak mempunyai risiko tinggi untuk berulangnya kejang.
5
akin
meningkat suhu makin meningkat risiko kejang. akin %epat perubahan suhu makin
meningkat risiko kejang. 8aktor prenatal dan perinatal dapat berperan dalam kejang
demam. /danya kerusakan otak yang mendahului saat masa kehamilan dan kelahiran
misalnya asfiksia dan trauma tengkorak dapat meningkatkan risiko terkena kejang
demam sebanyak 5-1,%.
7
8aktor risiko yang memudahkan anak untuk mengalami kejang demam adalah6
+
1. 9iwayat keluarga ada yang pernah mengalami kejang demam
&. "uhu tubuh yang tinggi
(. :aporan orang tua tentang keterlambatan perkembangan !retardasi mental,
cerebral palsy$
0. Keluarnya neonatus dari rumah sakit lebih dari &+ hari !menandakan adanya
sakit berat saat neonatus dan memerlukan perawatan rumah sakit$
5. Kurangnya perhatian pada perawatan sehari-hari
6. Kebiasaaan ibu minum alkohol dan merokok saat kehamilan
3ika terdapat & faktor risiko saja sudah meningkatkan kemungkinan terkena
kejang demam sebanyak (,%.
+
(
"ekitar satu per tiga anak dengan kejang demam pertama kali akan
mengalami kejang demam berulang. /dapun faktor risiko untuk mengalami kejang
demam berulang adalah 6
1. ;mur lebih muda saat mengalami kejang pertama kali !< 1 tahun$
&. "aat kejang, demam yang dialami relatif lebih rendah suhunya
(. 9iwayat kejang demam pada keluarga kandung
0. 3arak waktu yang singkat antara onset demam dan serangan kejang yang
pertama
#asien dengan semua faktor risiko diatas memiliki peluang kejang berulang
lebih dari 7,%.#asien tanpa faktor risiko memiliki kurang dari &,% peluang
mengalami kejang demam berulang.
*
"ebuah penelitian menyatakan bahwa kejang
demam berhubungan erat dengan infeksi 2irus Human Herpes Simplex Virus 6
HHSV!6" sebagai penyebab roseola pada &,% pasien dengan kejang demam yang
pertama kali. .nfeksi Shi#ella juga dihubungkan dengan kejang demam, seperti
halnya 2irus Influen$a %&
+
8aktor risiko untuk mengalami epilepsi pada pasien kejang demam adalah
mengalami kejang demam kompleks, riwayat keluarga epilepsi atau kelainan
neurologis, keterlambatan mental. #asien dengan & faktor risiko atau lebih memiliki
1,% peluang untuk mengalami kejang tanpa demam.
+
2. P!tofisiologi
;ntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energi yang didapat dari metabolisme. )ahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glukosa yang di pe%ah menjadi 1=
&
dan air. "ifat proses
itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru
dan diteruskan ke otak melalui sistem kardio2askuler
*
.
Kejang demam terjadi pada anak pada saat perkembangan ketika ambang
kejangnya rendah. ;ntuk bisa mengerti bagaimana panas atau demam bisa memi%u
kejang, dan bagaimana anak mengalami kondisi ini, dan bagaimana 7,% dari semua
kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak, seseorang harus mengerti bahwa setiap
otak mempunyai keunikan ambang batas. "ebagai %ontoh, setiap orang akan
mengalami kejang jika demamnya %ukup tinggi. "ekali ambang ini di%apai gangguan
elektrikal dalam otak akan mempengaruhi fungsi motorik dan mental
1,
.
0
"el dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionik. -alam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium !K
>
$ dan sangat sulit dilalui oleh ion
?atrium !?a
>
$ dan elektrolit lainnya, ke%uali ion Klorida !1l
-
$. /kibatnya konsentrasi
K
>
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ?a
>
rendah, sedangkan di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel neuron, maka terdapat perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran
sel neuron. ;ntuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi
dan bantuan en'im ?a-K-/@#ase yang terdapat pada permukaan sel.
*
Keseimbangan potensial membran ini dapat berubah oleh6
1.
perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
&.
rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
(.
perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
*
#ada seorang anak berumur ( tahun sirkulasi otak men%apai 65% dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. #ada keadaan demam
kenaikan suhu 1
,
1 akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 1,%-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat &,%. )ila terjadi kenaikan suhu akan terjadi
perubahan keseimbangan membran sel, akan terjadi difusi dari ion kalium dan
natrium sehingga terjadi lepas muatan listrik. :epas muatan sedemikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan
bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. @iap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan kejang terjadi dari tinggi rendahnya ambang kejang tersebut. #ada
anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu (+
,
1
sedangkan pada anak yang memiliki ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi
pada suhu 0,
,
1 atau lebih
*,1,
.
2." Kl!sifi#!si
enurut kesepakatan ;KK ?eurologi /nak .-/. A #B9-=". @ahun &,,6,
kejang demam dibagi sebagai berikut
0
6
1. Kejang demam sederhana !Simple febrile sei$ure$ 6
a. :ama kejang < 15 menit
5
b. Kejang umum tonik klonik, tanpa gerakan fokal dan umumnya akan
berhenti sendiri.
%. Kejang tidak berulang dalam waktu &0 jam
&. Kejang demam komplek !Complex febrile sei$ure$ 6
a. :ama kejang C 15 menit
b. -alam &0 jam kejang C1 kali !multipel$
%. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului
kejang parsial
Kejang demam sederhana merupakan +,% dari seluruh kejang demam.
0
2.$ %!nifest!si Klinis
-ari anamnesis didapatkan adanya demam tinggi !suhu rektal C (+
o
1$, disusul
dengan kejang-kejang yang umumnya berlangsung singkat dan anak %epat sadar.
Kejang bersifat umum, tonik-klonik !bisa tonik atau klonik saja$. "ering kali kejang
berhenti sendiri. "etelah kejang berhenti, anak tidak dapat memberi reaksi apapun
untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara
!Hemiparesis @odd$ yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
11
2.& Di!gnosis
-iagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan anamnnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
1&
2.&.1 An!mnesis
#erlu ditanyakan kepada orang tua mengenai 1$ umur penderita, &$ riwayat
kejang demam, lama bangkitan kejang, jumlah bangkitan kejang dalam sehari atau
selama demam, jenis bangkitan kejang, kesadaran sebelum, selama dan sesudah
kejang, ($ riwayat persalinan, 0$ riwayat perkembangan motorik baik kasar maupun
halus, perkembangan bahasa dan adaptasi sosial, 5$ riwayat bangkitan kejang demam
atau kejang tanpa pro2okasi sebelumnya, 6$ riwayat penyakit penyerta misalnya
infeksi saluran nafas, diare akut, 7$ riwayat trauma kepala, +$ riwayat keluarga
pernah menderita kejang demam atau kejang tanpa demam, *$ riwayat pernah minum
obat anti kejang, obat hipendramin, metoklopramid sebelumnya.
1&
;mur penderita terkait dengan diagnosis kejang demam plus !8"
>
$, prognosis
untuk terjadi bangkitan kejang demam berulang maupun pemikiran meningitis.
)angkitan kejang demam tetap berlangsung sampai umur di atas 6 tahun disebut
kejang demam plus. )angkitan kejang dibawah umur 1& bulan harus dipikirkan
kemungkinan meningitis.
1&
9iwayat kesadaran pada waktu mengalami bangkitan kejang dapat memberikan
gambaran penyebab bangkitan kejang. "ebelum bangkitan kejang penderita tidak
6
sadar memberi petunjuk adanya %idera otak sebelumnya sebagai akibat bangkitan
kejang."elama kejang sadar merupakan petunjuk lesi penyebab kejang terletak di
neuromuscular 'unction, misalnya kejang akibat penyakit tetanus, sedangkan selama
kejang penderita tidak sadar lesi penyebab kejang di serebral. /pabila sesudah
kejang sadar maka penyebab lesi terletak pada ekstrakranial misalnya kejang
demam.
1&
9iwayat kehamilan, persalinan dan berat badan lahir dapat menjadi faktor
risiko terjadinya bangkitan kejang demam. 9iwayat kehamilan, persalinan maupun
bayi lahir dengan berat badan lahir rendah dan prematuritas dapat menyebabkan
hipoksia atau terkait dengan proses pematangan otak yang belum sempurna
immatur" pada saat bayi yang dilahirkan. Kematian sel neuron akibat hipoksia atau
prematuritas otak dapat menurunkan nilai ambang kejang sehingga rentan terhadap
bangkitan kejang demam.
1&
9iwayat perkembangan motorik, bahasa dan adaptasi sosial dapat
menggambarkan keadaan proses perkembangan otak. Keterlambatan tumbuh
kembang anak mempunyai arti bahwa perkembangan otak terlambat atau mengalami
jejas. =tak yang belum matang mempunyai nilai ambang terhadap kejang threshol("
yang rendah. =tak immatur mempunyai kepekaan terhadap pemi%u berupa kenaikan
suhu tubuh untuk terjadi bangkitan kejang demam. Hal ini terjadi karena otak
immatur mempunyai struktur maupun integritas fungsi yang berbeda dibanding otak
dewasa !matur$.
1&
9iwayat kejang sebelumnya baik kejang denmam maupun epilepsy terkait
dengan penanganan penderita tersebut./pabila sebelumnya pernah mengalami
kejang demam berarti penderita tersebut mengalami kejang demam berulang maka
perlu dipertimbangkan pengobatan pen%egahan. Kejang demam berulang mempunyai
resiko untuk mengalami bangkitan ulang kejang demam ataupun berkembang ke arah
epilepsi. #enderita kejang demam dengan riwayat pernah menderita epilepsi
sebelumnya maka diagnosisnya bukan sebagai kejang demam melainkan )eneral
*pilepsy Febrile Sei$ures !4B8" >$.
1&
#enyakit penyerta sebagai penyebab demam yang berdampak pada bangkitan
kejang demam yang paling sering adalah infeksi saluran napas atas.Kejang demam
sebagian besar disebabkan oleh infeksi 2irus, sedangkan bakteri jarang.Dirus
merupakan +,% penyebab timbul bangkitnya kejang demam.
1&
7
9iwayat keluarga pernah menderita kejang demam ataupun epilepsi terutama
keluarga yang termasuk kategori first (e#ree relative perlu diketahui karena berguna
untuk memprediksi terjadinya kejang demam berulang. )erbagai penelitian
menunjukkan bahwa penderita kejang demam yang mempunyai ayah, ibu atau
saudara kandung dengan riwayat pernah menderita kejang demam ataupun kejang
tanpa demam mempunyai resiko untuk terjadi bangkitan kejang demam berulang.
#enderita dengan riwayat keluarga pernah menderita kejang demam mempunyai
resiko kejang demam berulang &-( kali lipat bila dibandingkan penderita tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat kejang demam.
1&
9iwayat minum obat anti kejang jangka panjang dan kontinyu, apabila
dihentikan dapat menimbulkan bangkitan kejang, yang dikenal sebagai bangkitan
kejang akibat +ith(ra+al obat kejang. =bat dipenhidramin, metoklopramid dapat
memberikan efek samping sebagai gerakan in2olunter serupa bangkitan kejang.
1&
2.&.2 Peme'i#s!!n (isi#
#emeriksaan fisik men%akup pemeriksaan fisik dan neurologi klasik.
#emeriksaan fisik umum dikerjakan se%ara rutin dan sistematik sebagaimana standar
baku pemeriksaan fisik. #emeriksaan fisik ini bertujuan untuk men%ari penyebab
terjadinya panas. "edangkan pemeriksaan neurologi rutin meliputi keadaan umum,
tingkat kesadaran, kepala, saraf kranial, ekstremitas men%akup sistem motorik dan
tonus, reflek fisiologis maupun patologis, koordinasi dan gerakan berjalan bagi
penderita yang sudah dapat berjalan.
1&
Keadaan umum dilihat adanya gambaran (ysmorphic, adanya kelainan kulit
%afE au lait spot, spot wine, depigmentasi adanya phakomatoses. Hal ini penting
untuk mengetahui apakah bangkitan kejang terkait dengan kelainan genetik ataupun
penyakit kelompok neuro%utaneous.
1&
#emeriksaan lingkar kepala untuk melihat adanya mikrosefali, makrosefali atau
adanya sinostosis. )entuk kepala oksipital flattenin# menunjukkan adanya gangguan
perkembangan, sedangkan bentuk kepala oksipital prominent menunjukkan adanya
dugaan sindrom -andy-Falker. /danya mikrosefali menggambarkan adanya
gangguan perkembangan otak. 4angguan perkembangan otak dapat berpegaruh
terhadap system sinaps dan berdampak pada eksitabilitas membran sel dan
menurunkan nilai ambang kejang.
1&
#emeriksaan hea( la#, pemeriksaan ini untuk menunjukkan adanya hipotoni.
/pabila didapatkan hea( la#, menunjukkan adanya gangguan perkembangan atau
+
komplikasi kerusakan otak akibat bangkitan kejang. #enderita kejang demam apabila
disertai gejala hea( la# maka prognosis penderita tersebut kurang baik.
1&
#emeriksaan rangsangan meningeal yaitu kaku kuduk, )rud'inski . dan .. dan
tanda Kernig untuk menentukan adanya meningitis. 0,% penderita meningitis
dibawah 16 bulan tidak menunjukkan gejala meningeal. enurut "amson, 16%
penderita meningitis menunujukkan penampilan klinis seperti penderita kejang
demam.
1&

Ke duabelas saraf kranial diperiksa terutama saraf kranial ? D. karena paling
panjang sehingga paling sering menderita kelumpuhan apabila didapatkan edema
otak akibat bangkitan kejang lama.
1&
#emeriksaan neurologi lainnya seperti pemeriksaan sistem motorik, adanya
kelumpuhan, kekuatan otot serta adanya hipotoni atau spastik juga dilakukan.
#emeriksaan sistem motorik dilakukan untuk melihat adanya @oddGs paralisis,
ataupun adanya kelainan neurologis sebelum atau sesudah bangkitan kejang. Hal ini
penting untuk menentukan prognosis kejang demam. #emeriksaan koordinasi dan
gerakan berjalan bagi penderita yang sudah dapat berjalan diperlukan untuk menilai
fungsi serebelum.
1&
2.&.3 Peme'i#s!!n Pen)n*!ng
#emeriksaan penunjang pada kejang demam umumnya dikerjakan untuk
men%ari penyakit yang mendasari.
0,1(-15
1. :aboratorium
#emeriksaan laboratorium rutin tidak dikerjakan se%ara rutin pada kejang
demam tetapi dapat dikerjakan untuk e2aluasi sumber infeksi penyebab
demam atau keadaan lain seperti gastroenteritis dehidrasi disertai demam.
#emeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit dan gula darah.
0,1(-15
&. #emeriksaan #en%itraan
#emeriksaan pen%itraan seperti foto ,!ray, Compute( Tomo#raphy CT!
scan"-.a#netic /esonance Ima#in# ./I" jarang sekali dikerjakan dalam
e2aluasi kejang demam. #emeriksaan pen%itraan hanya dikerjakan jika ada
indikasi seperti kelainan neurologik fokal yang menetap !hemiparesis$,
paresis ner2us D., papiledema.
0,1(-15
(. Blektroensefalografi !BB4$
#emeriksaan ele%troen%ephalogram !BB4$ tidak rutin dilakukan pada anak
yang mengalami kejang demam sederhana pertama kali. #emeriksaan BB4
juga tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan
*
kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. #emeriksaan ini
masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas,
misalnya kejang demam kompleks pada anak usiaC 6 tahun, atau kejang
demam fokal.
0,1(-15
0. #ungsi :umbal
#emeriksaan pungsi lumbal masih kontro2ersi pada kejang demam sederhana.
#emeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan kemungkinan meningitis. 9isiko terjadinya meningitis bakterial
adalah ,,6%-6,7%.
&
#ungsi lumbal dianjurkan pada
0,1(
6
a. )ayi usia < 1& bulan sangat dianjurkan karena gejala dan tanda
meningitis bakterial sangat minimal bahkan sering tidak ada pada
kelompok usia ini.
b. )ayi usia 1& 5 1+ bulan dianjurkan karena gejala klinis meningitis
bakterial sering tersamar walaupun ada, pada kelompok usia ini.
%. /nak usia C 1+ bulan tidak rutin, tergantung dari gejala klinis
meningitis yang tampak.
#ungsi lumbal pada anak dengan kejang demam yang telah menerima
terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu
pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.
0,1(
2.+ Di!gnosis B!nding
!. %eningitis ,!#te'i!l
-iagnosis meningitis bakterial dapat ditegakkan dengan pemeriksaan tanda
meningeal seperti kaku kuduk, )rud'inki dan Kernig, serta hasil pungsi lumbal !:#$
yang positif. #ada kejang demam tanda meningeal tidak ada dan hasil :# normal.
11
,. Ensef!litis
#ada ensefalitis ditemukan demam tinggi disertai penurunan kesadaran.Kejang
dapat berjam-jam dan mendominasi penyakit. Kelainan saraf berupa paresis,
paralisis atau ataksia serebral akut. Kesadaran dapat menurun dengan %epat, anak
gelisah disusul dengan stupor atau koma.
16
)erikut ini adalah perbandingan hasil :# pada meningitis bakterial, ensefalitis
dan kejang demam
+
6
?o #arameter eningitis Bnsefalitis Kejang
demam
1 Farna "erusHsero-
mukusHpurulen
@idak berwarna @idak
berwarna
1,
& Kekeruhan Keruh 3ernihopales%en 3ernih
( ?onne !>$ !>$ !-$
0 #andy !>$ !>$ !-$
5 #rotein eningkat ?ormalHmeningkat ?ormal
6 4lukosa enurun ?ormalHmeningkat ?ormal
7 "el eningkat ?ormalHmeningkat ?ormal
+ -ifferential %ount #?C? #?<? ?ormal
-. Sin#op
"inkop dapat dipro2okasi oleh demam, mendadak kehilangan kesadaran karena
berkurangnya aliran darah ke otak yang disebabkan karena refleks 2askuler atau
simpatis yang abnormal sehingga terjadi hipotensi.
16
d. Breath Holding Spells
/dalah serangan napas berhenti sejenak, jenis sianotik ! cyanotic spells$ atau
jenis pu%at !palli( spells$. 4ejalanya didahului oleh tangis yang kuat disusul
menahan napas saat inspirasi dan anak menjadi lemah, sianosis, tidak sadar, dan
dapat diikuti oleh kekakuan seluruh tubuh.
10,16
2.. Pen!t!l!#s!n!!n
-alam penatalaksaan kejang demam ada ( hal penting yang harus dilakukan,
yaitu 1$ menghentikan kejang dengan %epat dan e2aluasi /)1 air+ay- breathin#-
circulation", &$ pengobatan simtomatis dan suportif, dan ($ pemberian obat
rumat.
0,*,16
2...1 Pen!ng!n!n P!d! S!!t Ke*!ng
)iasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada saat penderita datang ke
rumah sakit kejang sudah berhenti. "esuai dengan algoritme penanganan kejang akut
dan status kon2ulsif )agH"8 .lmu Kesehatan /nak 8K ;?;- 9";# "anglah, bila
penderita mengalami kejang di rumah !prehospital$, obat yang diberikan pertama
kali ialah dia'epam dengan dosis 5-1, mg per rektal, dan dapat diberikan maksimal
dua kali dengan jarak pemberian 5 menit. )ila masih kejang, dianjurkan ke rumah
sakit. -i rumah sakit dapat diberikan dia'epam ,,&5-,,5 mgHkg se%ara intra2ena
dengan ke%epatan & mgHmenit dengan dosis maksimal &, mg atau dapat diberikan
mida'olam ,,& mgHkg se%ara intra2ena ataulora'epam ,,,5-,,1 mgHkg se%ara
intra2ena dengan ke%epatan kurang dari & mgHmenit.
17
"ambil memberikan obat intra2ena, hal lain yang kita lakukan ialah
menge2aluasi dan memperbaiki /)1 air+ay- breathin#- circulation". %ir+ay
11
dengan melonggarkan jalan napas seperti melonggarkan pakaian penderita, kepala
penderita lebih rendah !posisi tre(elenber#$, posisi penderita dimiringkan ke kanan,
bersihkan mulut !suction$ bila ada sekret. 0reathin# dengan memberikan =
&
nasal
maupun head boI. Circulation dengan menge2aluasi denyut serta tekanan nadi, dapat
diberikan %airan intra2ena jika terjadi kegagalan sirkulasi. "erta melakukan
pemantauan se%ara berkala baik itu tanda 2ital, kadar gula darah dan elektrolit serta
gas darah.
16,17,1+
3ika kejang belum berhenti, maka penderita harus dikirim ke ruang perwatan
intensif !.1;$.
7
2...2 Pengo,!t!n P!d! S!!t Dem!m
"aat anak demam dapat diberikan obat penurun panas seperti para%etamol
dengan dosis1,-15 mgHkgHkali diberikan 0 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
-osis ibuprofen 5-1, mgHkgHkali, (-0 kali sehari. )ila panas dapat diberikan kompres
hangat serta dapat diberikan %airan intra2ena jika terdapat kondisi kekurangan
elektrolit sekaligus men%ukupi kalori yang diperlukan.
0,1+
-ia'epam oral ,,( mgHkgbb tiap + jam saat demam menurunkan resiko berulangnya
kejang demam pada (,-6, % kasus, begitu pula dia'epam rektal dengan dosis ,,5
mgHkgbb setiap + jam pada suhu C (+,5J1. 8enobarbital, fenitoin dan karbama'epin
pada saat demam tidak berguna untuk men%egah kejang demam.
0
2...3 Pem,e'i!n /,!t 0)m!t
#engobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan %iri-%iri sebagai
berikut !salah satu$6
0
1. Kejang lamanya lebih dari 15 menit.
&. /danya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis @odd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
(. Kejang fokal.
0. #engobatan rumat dipertimbangkan bila6
Kejang berulang & kali atau lebih dalam &0 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 1& bulan.
Kejang demam lebih atau sama dengan 0 kali per tahun.
#emberian obat fenobarbital atau asam 2alproat setiap hari efektif dalam
menurunkan resiko berulangnya kejang.#emberian fenobarbital setiap hari dapat
1&
menyebabkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 0,-5,% kasus.#ilihan
pertama saat ini ialah asam 2alproat dengan dosis 15-0, mgHkgbbHhari dibagi &-(
dosis atau fenobarbital (-0 mgHkgbbHhari dibagi dalam 1-& dosis. /sam 2alproat
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati pada sebagian ke%il kasus terutama pada
usia < & tahun, sedangkan fenobarbital dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar pada 0,% - 5,% kasus.
0
-i sub bagian "araf /nak 8K;.-9"1,
obat rumat yang digunakan ialah fenobarbital dengan dosis awal +-1, mgHkg))Hhari
dibagi dalam dua dosis untuk hari pertama dan kedua, diteruskan untuk hari
berikutnya dengan dosis biasa 0-5 mgHkg))Hhari dibagi dalam dua dosis. #engobatan
rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan se%ara bertahap
selama 1-& bulan.
16
2... P'ofil!#sis Te'1!d!p Ke*!ng Dem!m Be')l!ng
#en%egahan kejang demam berulang perlu dilakukan, karena menakutkan
keluarga dan bila berlangsung terus dapat menyebabkan kerusakan otak yang
menetap. @erdapat & %ara profilaksis, yaitu
1*
6
K #rofilaksis intermittent pada waktu demam
K #rofilaksis terus menerus dengan antikon2ulsan tiap hari
P'ofil!#sis intermittent p!d! 2!#t) dem!m
#engobatan profilaksis intermittent dengan anti kon2ulsan segera diberikan
pada waktu pasien demam !suhu rektal lebih dari (+J1$. /ntipiretik saja dan
fenobarbital tidak men%egah timbulnya kejang berulang. -ia'epam oral efektif untuk
men%egah kejang demam berulang dan bila diberikan intermittent hasilnya lebih baik
karena penyerapannya lebih %epat. -ia'epam diberikan melalui oral atau rektal.
-osis per re%tal tiap + jam adalah 5 mg untuk pasien dengan berat badan kurang dari
1, kg dan 1, mg untuk pasien dengan berat badan lebih dari 1, kg. -osis oral
diberikan ,,5 mgHkg )) perhari dibagi dalam ( dosis, diberikan bila pasien
menunjukkan suhu (+,5
o
1 atau lebih. Bfek samping dia'epam adalah ataksia,
mengantuk dan hipotoni
1*
.
-apat juga dengan memilih obat menggunakan klona'epam sebagai obat anti
kon2ulsan intermittent !,,,( mgHkg )) per dosis tiap + jam$ selama suhu diatas (+
o
1
dan dilanjutkan jika masih demam. Bfek samping klona'epam yaitu mengantuk,
mudah tersinggung, gangguan tingkah laku, depresi, dan sali2asi berlebihan
1*
.
1(
Algo'itme Pen!ng!n!n Ke*!ng A#)t 3 St!t)s Kon4)lsif
1&
P'ofil!#sis te')s mene')s deng!n !nti#on4)ls!n ti!p 1!'i
1.
.ndikasi pemberian profilaksis terus menerus pada saat ini adalah6
a. "ebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan atau gangguan
perkembangan neurologis.
b. @erdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang tua atau
saudara kandung.
%. Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis
sementara ataumenetap.
10
-ia'epam 5-1, mg rektal
aI &I jarak 5 menit
Prehospital ,-1, menit
-ia'epam ,,&5-,,5 mgHkg i.2
Ke% & mgHmnt, maI dosis &, mg
%tau
ida'olam ,,& mgHkgHi.2
%tau
:ora'epam ,,,5-,,1 mgHkgHi.2
Ke% < & mgHmenit
Hospital1
*D
/-)-1
onitor6
@anda 2ital
BK4
4ula darah
Blektrolit
/4-
Koreksi
kelainan
pulse
oIymetri
8enitoin &, mgHkgHi2
!&, menitH5, ml ?"$
aI 1,,, mg
1,-&, menit
&,-(, menit
menit
8enobarbital &, mgHkgHi.2
Ke% C 5-1, mnt, maI 1 g
(,-6, menit
menit
.1;
1at6 tambahan
5-1, mgHkgHi.2
)erulang
ida'olam ,,&
mgHkgHi.2Hbolus dilanjutkan
infus ,,,&-,,0 mgHkgHjam
#ropofol (-5
mgHkgHinfus
#entotal-@iopental
5-+ mgHkgHi.2
.1;
3ika prehospital dia'epam
rektal 1I, hospital boleh
rektal 1I
d. Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 1& bulan atau terjadi
kejang multipel dalam satu episode demam.
/ntikon2ulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1 5 & tahun setelah
kejang terakhir, kemudian dihentikan se%ara bertahap selama 1 5 & bulan. #emberian
profilaksis terus menerus hanya berguna untuk men%egah berulangnya kejang
demam berat, tetapi tidak dapat men%egah timbulnya epilepsi di kemudian hari.
#emberian fenobarbital 0 5 5 mgHkg )) perhari dengan kadar sebesar 16 mgHm:
dalam darah menunjukkan hasil yang bermakna untuk men%egah berulangnya kejang
demam.1,( Bfek samping fenobarbital ialah iritabel, hiperaktif, pemarah dan agresif
ditemukan pada (,55, % kasus. Bfek samping fenobarbital dapat dikurangi dengan
menurunkan dosis. =bat lain yang dapat digunakan adalah asam 2alproat yang
memiliki khasiat sama dibandingkan dengan fenobarbital. -osis asam 2alproat
adalah 15 5 0, mgHkg )) perhari. Bfek samping yang ditemukan adalah
hepatotoksik, tremor dan alopesia. 8enitoin dan karbama'epin tidak memiliki efek
profilaksis terus menerus
1*
.
2..." Ed)#!si P!d! /'!ng T)!
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. #ada saat
kejang, sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.
Ke%emasan ini harus dikurangi dengan %ara6
0
a$ eyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis yang baik
b$ emberitahukan %ara penanganan kejang yang %epat dan tepat
%$ emberikan informasi kemungkinan kejang kembali
)eberapa hal yang harus dikerjakan, bila kembali kejang6
0
a$ @etap tenang dan tidak panik
b$ :onggarkan pakaian terutama sekitar leher
%$ )ila tidak sadar, anak diposisikan terlentang dengan kepala miring, dan
bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung
d$ -iukur suhu serta diobser2asi dan di%atat lama serta bentuk kejang
e$ -iberikan dia'epam rektal. 3angan diberikan lagi jika kejang telah berhenti
f$ /nak dibawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih
15
2.15 Kompli#!si
Komplikasi dari kejang demam6
0
a$ Kejang demam berulang
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. 8aktor resiko
berulangnya kejang demam adalah6
1. 9iwayat kejang demam dalam keluarga
&. ;sia kurang dari 1& bulan
(. @emperatur yang rendah saat kejang
0. 1epatnya kejang setelah demam
)ila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
+,%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut hanya 1,-15 % kemungkinan
berulang. Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama.
b. Bpilepsi
8aktor resiko menjadi epilepsi adalah6
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama
&. Kejang demam kompleks
(. 9iwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
asing-masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi 0-
6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi
menjadi 1,-0*%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat di%egah dengan
pemberian obat rumat pada kejang demam.
%. Ke%a%atan atau kelainan neurologis
Ke%a%atan atau kelainan neurologis terjadi pada sebagian ke%il kasus dan
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang demam lama atau kejang berulang
baik umum maupun fokal.
2.11P'ognosis
#rognosis anak dengan kejang demam adalah bagus !dubia ad bonam$.
#en%apaian intelektual normal. Kebanyakan anak akan mengalami kejang demam di
kemudian hari, tetapi perkembangan ke epilepsi dan kejang tanpa demam adalah
jarang. Kejang demam akan kambuh pada 5,% anak yang mengalami kejang demam
kurang dari 1 tahun dan &7% pada onset setelah umur satu tahun.
7,&,

16
3ika tidak ditangani, ((% pasien mengalami stidaknya satu kali kekambuhan.
enurut ;nited "tates ?ational 1ollaborati2e #erinatal #roje%t yang meneliti 1.7,6
anak dari baru lahir sampai umur 7 tahun yang mengalami satu atau lebih kejang
demam, faktor risiko untuk berkembang menjadi epilepsi adalah 6
1*-&1
1. riwayat kejang tanpa demam
&. adanya abnormalitas neurologis
(. kejang demam kopleks.
-ari pasien yang mempunyai satu faktor risiko, & % berkembang menjadi
epilepsi dan pada pasien yang memiliki & atau lebih faktor risiko, 1,% berkembang
menjadi epilepsi.
1*-&1
BAB 3
LAP/0AN KASUS
3.1 Identit!s
?ama 6 99F9
;mur 6 & tahun 1 bulan 15 hari
3enis Kelamin 6 :aki-laki
/lamat 6 3l. 4unung /gung #adang ;dayana 44 D ?o. 5 -enpasar
9" 6 1 3uni &,1(
K9" 6 5 3uni &,1(
3.2 Hete'o!n!mnesis
KU6 Ke*!ng
- #enderita datang dengan keluhan kejang sebanyak & kali
17
1. Kejang yang pertama terjadi tanggal (1 ei &,1( pukul &(.(,, kejang
terjadi pada seluruh tubuh selama 7 menit, tubuh kaku, tangan dan
kaki menghentak serta mata mendelik. Kejang berhenti sendiri setelah
itu anak sadar dan menangis, saat kejang suhu badan terukur (*
,
1.
&. Kejang yang kedua terjadi tanggal 1 3uni &,1( ,1.(, dini hari di
9"/-, sifat kejang sama dengan pola kejang sebelumnya selama 1
menit, kemudian kejang berhenti sendiri tanpa diberikan obat. "aat di
9umah "akit diberikan obat penurun panas melalu pantat. "etelah
kejang penderita menangis, tidak menggigil dan tidak terdapat
kebiruan pada bibir dan jari-jari tangan dan kaki penderita.
- #enderita juga dikeluhkan panas badan sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. #anas dikatakan timbul perlahan-lahan kemudian tiba-tiba menjadi
tinggi. Keluhan berkeringat tidak ada, menggigil tidak ada, keluhan batuk
dan pilek disangkal.
- )uang air besar konsistensi lembek seperti biasa dan buang air ke%il seperti
biasa
- ?afsu makan dikatakan berkurang sejak sakit.
0i2!7!t pengo,!t!n6
- #asien mendapatkan obat penurun panas 1 kali di rumah
- #ada tanggal (1 3uni &,1( #ukul 1*.,, pasien berobat ke "p./ diberikan
%efadroIil &I %th 1 L dan para%etamol syrup ( I %th 1.
- "aat kejang yang kedua penderita di bawa ke 9"/- diberi obat obat penurun
panas melalui pantat yaitu dumin sup 1&5 mg
- Karena keluhan kejang berulang akhirnya penderita dirujuk ke rumah sakit
"anglah.
0i2!7!t pen7!#it d!1)l)6
- #enderita belum pernah mengalami kejang sebelumnya
- #enderita pernah dirawat karena mengalami demam "ingapore.
0i2!7!t #el)!'g!6
9iwayat epilepsi dalam keluarga tidak ada.
#asien merupakan anak pertama dari & bersaudara.
1+
0i2!7!t #el!1i'!n6
- :ahir di bantu oleh dokter pada tanggal &7-,0-&,11
- :ahir per2agina dengan bantuan 2a%um, %ukup bulan, langsung menangis, air
ketuban jernih.
- )): (,,, gram dan #): lupa
- /nak .. dari pasangan suami istri Kristina dan .snadi 9aharja
0i2!7!t im)nis!si6
- )14 6 1 kali tanggal lupa
- Hep. ) 6 ( kali tanggal lupa
- -#@ 6 ( kali tamggal lupa
- #olio 6 0 kali tanggal lupa
- 1ampak 6 1 kali tanggal lupa
0i2!7!t n)t'isi6
- /". eksklusif 6 , bulan 5 6 bulan
- )ubur susu 6 6 bulan 5 1 tahun
- "usu 8ormula 6 6 bulan - sekarang
- akanan dewasa 6 1( bulan - sekarang
0i2!7!t t)m,)1 #em,!ng6
- engangkat kepala 6 tidak ingat
- -uduk 6 5 bulan
- )erjalan 6 * bulan
- )i%ara MmaM dan MpaM6 6-7 bulan
- )erdasarkan hasil pemeriksaan den2er .., tumbuh kembang pasien dalam
keadaan normal.
3. 3 Peme'i#s!!n (isi#
St!t)s p'esent
Keadaan ;mum 6 @ampak sakit sedang
Kesadaran 6 -
?adi 6 1(5 kaliHmenit, reguler, isi %ukup
9espirasi 6 0, kaliHmenit, reguler, tipe torakoabdominal
1*
"aturasi =
&
6 *+% pada udara ruangan
"uhu aksila 6 (+,11
St!t)s gene'!l
Kepala 6 ?ormo%ephali
ata 6 Konjungti2a pu%at !-H-$, ikterus !-H-$, 9efleks #upil !>H>$
isokor, =edema !-H-$
@H@
- @elinga 6 )entuk normal, sekret !-H-$, hiperemi !>H>$
- Hidung 6 ?apas %uping hidung !-$, sekret !-H-$.
- @enggorokan 6 :idah sianosis !-$, )ibir basah !-$, 8aring hiperemis !>$,
@onsil @&H@& hiperemis !>H>$
:eher
- .nspeksi 6 )enjolan !-$, bendungan 2ena jugularis !-$
- #alpasi 6 #embesaran kelenjar !-$,
- Kaku Kuduk 6 !-$
1entor skor 6 -emam !1$
@idak batuk !1$
/denopati ser2ikal !,$
#embengkakan tonsil !1$
;sia <15 tahun !1$
3umlah 6 0
@oraks 6 "imetris
- 3antung
#alpasi 6 Kuat angkat !-$
/uskultasi 6 "1 "& normal regular, murmur !-$
- #aru
.nspeksi 6 4erakan dada simetris, retraksi !-$
#alpasi 6 4erakan dada simetris
#erkusi 6 #erkusi paru sonor
/uskultasi 6 Desikuler !>H>$, ron%hi !-H-$, whee'ing !-H-$
/bdomen
.nspeksi 6 -istensi !-$
/uskultasi 6 )ising usus !>$ normal
&,
#alpasi 6 Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan !-$,
turgor kembali %epat
BItremitas 6 /kral hangat !>$, tonus normal, trofik normal, tenaga
normal, refleks fisiologis positif, edema tidak ada, 19@
<& detik
Kulit 6 "ianosis !-$
4enitalia Bksterna 6 ?ormal
St!t)s gi8i
)erat )adan 6 1& kg
)erat )adan .deal 6 1&,( kg
@inggi )adan 6 ++ %m
:ingkar :engan /tas 6 16 %m
0o(y .ass In(ex 6 15,5
St!t)s gi8i men)')t 6
1. ?elson 6 !))H)).$ I 1,,% N *7,6% O gi'i baik
&. FH= antro 6
)erat badan menurut umur 6 P s%ore -,,&* !gi'i baik$
@inggi badan menurut umur 6 P s%ore -,,,7 !normal$
)ody ass .ndeI menurut umur 6 P s%ore -,,(*
.nterpretasi FH= antro untuk pasien tersebut adalah gi'i baik&
3. Peme'i#s!!n Pen)n*!ng
Peme'i#s!!n l!,o'!to'i)m
-arah :engkap !-:$6
- F)1 N 16,7* 1,
(
HQl !?N 0,,-*,,$
- H4) N 11,*0gHdl !?N 1&,,-1+,,$
- #:@ N &17 !?N 1&,-(+,$
- H1@ N (0,&(
- 19# N 0,(,
3." Di!gnosis
Kejang -emam Kompleks
&1
=titis edia /kut
9hinotosilofaringitis akut
3.$ Pen!t!l!#s!n!!n 9S!,t): 1 *)ni 2513;
- 9" (-5 hari
- Kebutuhan %airan 1,,, m:Hhari, mampu minum R &5, m:Hhari, diberikan
%airan intra2ena !.D8-$ -5 S ?" sebanyak 75, m: perhari !11 tetes
makroHmenit$
- Kebutuhan kalori 11*, kkalHhari dengan kebutuhan protein 1+ grHhari
dipenuhi dengan diet ( kali 1 porsi
- #ara%etamol oral 1,, mg. #emberian dapat diulang setiap 0 jam. /pabila
diantara periode tersebut didapat suhu aksila lebih dari atau sama dengan
(+1, dapat diberi kompres hangat.
- #henobarbital loading 75 mg !im$ pukul ,(.,, F.@/, 1& jam kemudian
phenobarbital oral + mgHkg))Hhari O & I 0, mg !& hari$
- Konsul pasien ke @H@, dengan jawaban konsul 6
"tatus general6
?6 1(5 IHmnt, taI6 (+,1
,
1, 996 &0 IHmnt, ))61& Kg
"tatus @H@6
@elinga 6 K/B6 lapangHlapang, sekret6 !-H-$, @6 intak
hiperemiHintak hiperemi
Hidung 6 K?6 lapangHlapang, mukosa6 hiperemiHhiperemi, sekret6
!>H>$, konka6 dekongestiHdekongesti, septum de2iasi!-H-$
@enggorokan 6 ukosa6 hiperemi, post nasal drip !>$, granula
hipertropi !>$, @onsil6 @&H@& hiperemis !>H>$, kripta
tidak melebar, detritus !-$
/sessment 6 otitis media akut > rhinotosilofaringitis stadium hiperemis
- et "
#laning 6 /ntibiotik O @" pediatri
/ntipiretik O @" pediatri
-ekongestan O @" pediatri, pseudoefedrin 7,5 mg setiap +
jam Oal%o drop (I,,+ ml
3.& (ollo2 Up
T!ngg!l S./. A. P.
%ingg):
2 J)ni
"6
#anas !>$ )atuk !-$ #ilek !-$ Kejang !-$
/6
Kejang demam kompleks >
&&
2513
=6
St!t)s p'esent
K;6 "edang
Kes6 irritable
H96 1,, IHmenit
996 &+ IHmenit
@GaI6 (7,6 T1
St!t)s gene'!l6
Kepala
- .nspeksi 6?ormo%ephali
- #alpasi 6;bun-ubun besar
menutup
ata 6 anemia !-H-$, .kterus !-H-$
,9efleks pupil !>H>$
isokor edema !-H-$
@H@
- @elinga .nspeksi6 dalam
batas normal
- Hidung .nspeksi6 napas
%uping hidung !-$,
se%ret!-$, sianosis ! - $
- @enggorokan .nspeksi6
:idah "ianosis !-$, bibir
basah !-$ 8aring
hyperemia!>$, tonsil
@&H@& hyperemia !>H>$
:eher
.nspeksi 6 benjolan!-$ bendungan
2ena jugularis !-$
#alpasi 6 pembesaran kelenjar !-$
Kaku kuduk !-$
@horaks
3antung
.nspeks 6 iktus kordis normal
#alpasi 6 thrill !-$
/uskultasi 6 "1"& tunggal
regular, murmur ! - $
#aru
.nspeksi 6 gerakan dada
simetris, retraksi
sub%ostal !-$
#alpasi 6 gerakan dada
simetris
#erkusi 6 #erkusi paru
sonor, batas
jantung paru db
normal
otitis media akut >
rhinotosilofaringitis stadium
hiperemis - et "
#6
- .D8- 75, mlHhari -5 S ?"
11 tetesHmenit
- minum R &5, m:Hhari
- Kebutuhan kalori 11*,
kkalHhari
- Kebutuhan protein 16 grHhari
dipenuhi dengan diet lunak (
kali 1 porsi
- #ara%etamol oral 1th . jika
temperatur aIila C (+
,
1 .
#emberian dapat diulang
setiap 0 jam dan dilakukan
kompres hangat.
- 1alfoIime (,, mg setiap +
jam intra2ena !hari kedua$
- #henobarbital oral +
mgHKg))Hhari O & I 0, mg
pada hari ke ., .., dilanjutkan
5 mgHKg))Hhari
- /l%o drop ( I ,,+ ml !oral$
&(
/uskultasi 6 2esi%uler >H> ,
9on%hi -H-,
Fhee'ing -H-
/bdomen
.nspeksi 6 -istensi ! - $
/uskultasi 6 )ising ;sus !>$
normal
#alpasi 6 Hepar tidak teraba,
lien tidak teraba
@urgor 6 normal
4enital 6 tidak ada kelainan
Bkstremitas
.nspeksi 6 ?ormal
#alpasi 6 /kral hangat !>$
@enaga 6 #ositif
@onus 6 #ositif
19@ 6 < & detik
Senin: 3
J)ni
2513
"6
#anas !-$ )atuk !-$ #ilek !-$ Kejang !-$
=6
St!t)s p'esent
K;6 "edang
Kes6 irritable
H96 1(, IHmenit
996 &0 IHmenit
@GaI6 (6,5 T1
St!t)s gene'!l6
Kepala
- .nspeksi 6 ?ormo%ephali
- #alpasi 6;bun-ubun besar
menutup
ata 6 anemia !-H-$, .kterus !-H-$
,9efleks pupil !>H>$
isokor edema !-H-$
@H@
- @elinga .nspeksi6 dalam
batas normal
- Hidung .nspeksi6 napas
%uping hidung !-$,
se%ret!-$, sianosis !-$
- @enggorokan .nspeksi6
:idah "ianosis !-$, bibir
basah !-$ 8aring
hyperemia!>$, tonsil
@&H@& hyperemia !>H>$
/6
Kejang demam kompleks >
otitis media akut >
rhinotosilofaringitis stadium
hiperemis - et "
#6
- .D8- 75, mlHhari -5 S ?"
11 tetesHmenit
- minum R &5, m:Hhari
- Kebutuhan kalori 11*,
kkalHhari
- Kebutuhan protein 16 grHhari
dipenuhi dengan diet lunak (
kali 1 porsi
- #ara%etamol oral 1th . jika
temperatur aIila C (+
,
1 .
#emberian dapat diulang
setiap 0 jam dan dilakukan
kompres hangat.
- 1alfoIime (,, mg setiap +
jam intra2ena !hari ketiga$
- #henobarbital oral +
mgHKg))Hhari O & I &5 mg
oral
- /l%o drop ( I ,,+ ml !oral$
- Konsul @H@ untuk e2aluasi
ulang fokus infeksi
&0
:eher
.nspeksi 6 benjolan!-$
bendungan 2ena
jugularis !-$
#alpasi 6 pembesaran kelenjar !-$
Kaku kuduk !-$
@horaks
3antung
.nspeksi 6 iktus kordis
normal
#alpasi 6 thrill !-$
/uskultasi 6 "1"& tunggal
regular, murmur
!-$
#aru
.nspeksi 6 gerakan dada
simetris, retraksi
sub%ostal !-$
#alpasi 6 gerakan dada
simetris
#erkusi 6 #erkusi paru
sonor, batas
jantung paru db
normal
/uskultasi 6 2esi%uler >H> ,
9on%hi -H-,
Fhee'ing -H-
/bdomen
.nspeksi 6 -istensi !-$
/uskultasi 6 )ising ;sus !>$
normal
#alpasi 6 Hepar tidak
teraba, lien tidak
teraba
@urgor 6 normal
4enital 6 tidak ada kelainan
Bkstremitas
.nspeksi 6 ?ormal
#alpasi 6 /kral hangat !>$
@enaga 6 #ositif
@onus 6 #ositif
19@ 6 < & detik
3awaban Konsul @H@6
- @elinga6 K/B lapang H
lapang, sekret !-H-$, @
intakHintak
- Hidung6 K? lapang H
lapang, mukosa6
merahmuda H merah
muda, sekret >H
>minimal, konka6
dekongesti !>H>$
- @enggorok6 mukosa
Hiperemi minimal, post
nasaldrip! 5$
@onsil @&H@& merah
muda, detritus !-$
/sessment6 otitis media akut
!membaik$ >
rhinotosilofaringitis
stadium hiperemis - et "
!membaik$
#laning 6
antibiotik O @" pediatri
/ntipiretik O @" pediatri
-ekongestan O @"
pediatri, pseudoefedrin
7,5 mg setiap + jam
Oal%o drop (I,,+ ml
Sel!s!:
%ei
2513
"6
#anas !-$ )atuk !-$ #ilek !-$ Kejang !-$
=6
St!t)s p'esent
/6
Kejang demam kompleks >
otitis media akut >
rhinotosilofaringitis stadium
hiperemis - et "
&5
K;6 "edang
Kes6 irritable
H96 1,& IHmenit
996 (& IHmenit
@GaI6 (7,, T1
St!t)s gene'!l6
Kepala
- .nspeksi 6 ?ormo%ephali
- #alpasi 6;bun-ubun besar
menutup
ata 6 anemia !-H-$, .kterus !-H-$
,9efleks pupil !>H>$
isokor edema !-H-$
@H@
- @elinga .nspeksi6 dalam
batas normal
- Hidung .nspeksi6 napas
%uping hidung !-$,
se%ret!-$, sianosis ! - $
- @enggorokan .nspeksi6
:idah "ianosis !-$, bibir
basah !-$ 8aring
hyperemia minimal, tonsil
@&H@& hiperemi !-H-$
:eher
.nspeksi 6 benjolan!-$
bendungan 2ena
jugularis !-$
#alpasi 6 pembesaran kelenjar !-$
Kaku kuduk !-$
@horaks
3antung
.nspeksi 6 iktus kordis
normal
#alpasi 6 thrill !-$
/uskultasi 6"1"& tunggal
regular, murmur
! - $
#aru
.nspeksi 6 gerakan dada
simetris, retraksi
sub%ostal !-$
#alpasi 6 gerakan dada
simetris
#erkusi 6 #erkusi paru
sonor, batas
jantung paru db
normal
#6
- .D8- 75, mlHhari -5 S ?"
11 tetesHmenit
- minum R &5, m:Hhari
- Kebutuhan kalori 11*,
kkalHhari
- Kebutuhan protein 16 grHhari
dipenuhi dengan diet lunak (
kali 1 porsi
- #ara%etamol oral 1th . jika
temperatur aIila C (+
,
1 .
#emberian dapat diulang
setiap 0 jam dan dilakukan
kompres hangat.
- 1alfoIime (,, mg setiap +
jam intra2ena !hari keempat$
- #henobarbital oral +
mgHKg))Hhari O & I &5 mg
oral
- /l%o drop ( I ,,+ ml !oral$
&6
/uskultasi 6 2esi%uler >H> ,
9on%hi -H-,
Fhee'ing -H-
/bdomen
.nspeksi 6 -istensi ! - $
/uskultasi 6 )ising ;sus !>$
normal
#alpasi 6 Hepar tidak
teraba, lien tidak
teraba
@urgor 6 normal
4enital 6 tidak ada kelainan
Bkstremitas
.nspeksi 6 ?ormal
#alpasi 6 /kral hangat !>$
@enaga 6 #ositif
@onus 6 #ositif
19@ 6 < & detik
0!,): "
%ei
2513
"6
#anas !-$ )atuk !-$ #ilek !-$ Kejang !-$
=6
St!t)s p'esent
K;6 "edang
Kes6 irritable
H96 1,, IHmenit
996 (, IHmenit
@GaI6 (6,0 T1
St!t)s gene'!l6
Kepala
- .nspeksi 6 ?ormo%ephali
- #alpasi 6;bun-ubun besar
menutup
ata 6 anemia !-H-$, .kterus !-H-$
,9efleks pupil !>H>$
isokor edema !-H-$
@H@
- @elinga .nspeksi6 dalam
batas normal
- Hidung .nspeksi6 napas
%uping hidung !-$,
se%ret!-$, sianosis ! - $
- @enggorokan .nspeksi6
:idah "ianosis !-$, bibir
basah !-$ 8aring
hyperemia minimal, tonsil
/6
Kejang demam kompleks >
otitis media akut >
rhinotosilofaringitis stadium
hiperemis - et "
#6
- inum R 1,,, m:Hhari
- Kebutuhan kalori 11*,
kkalHhari
- Kebutuhan protein 16 grHhari
dipenuhi dengan diet lunak (
kali 1 porsi
- #ara%etamol oral 1th . jika
temperatur aIila C (+
,
1 .
#emberian dapat diulang
setiap 0 jam dan dilakukan
kompres hangat.
- 1alfoIime (,, mg U + jam
intra2ena !hari kelima$
- #henobarbital oral +
mgHKg))Hhari O & I &5 mg
oral
- /l%o drop ( I ,,+ ml !oral$
)#:, kontrol ke poliklinik (
hari kemudian
&7
@&H@& hiperemi !-H-$
:eher
.nspeksi 6 benjolan!-$
bendungan 2ena
jugularis !-$
#alpasi 6 pembesaran kelenjar !-$
Kaku kuduk !-$
@horaks
3antung
.nspeksi 6 iktus kordis
normal
#alpasi 6 thrill !-$
/uskultasi 6"1"& tunggal
regular, murmur!-$
#aru
.nspeksi 6 gerakan dada
simetris, retraksi
sub%ostal !-$
#alpasi 6 gerakan dada
simetris
#erkusi 6 #erkusi paru
sonor, batas
jantung paru db
normal
/uskultasi 6 2esi%uler >H> ,
9on%hi -H-,
Fhee'ing -H-
/bdomen
.nspeksi 6 -istensi ! - $
/uskultasi 6 )ising ;sus !>$
normal
#alpasi 6 Hepar tidak
teraba, lien tidak
teraba
@urgor 6 normal
4enital 6 tidak ada kelainan
Bkstremitas
.nspeksi 6 ?ormal
#alpasi 6 /kral hangat !>$
@enaga 6 #ositif
@onus 6 #ositif
19@ 6 < & detik
&+
BAB I<
PE%BAHASAN
anifestasi klinis kejang demam kompleks yang terlihat pada pasien ini adalah
adanya demam !suhu aksila (*
,
1$ dan & kali bangkitan kejang, pertama selama 7
menit dan yang kedua selama 1 menit. Hal ini telah memenuhi kriteria demam pada
definisi kejang demam kompleks yaitu suhu rektal lebih dari (+
,
1 atau suhu aksila
lebih dari (7,+
,
1. -emam sering disebabkan infeksi saluran napas atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. #asien ini mengalami otitis
media akut dan rhinotosilofaringitis akut yang bisa menyebabkan demam. =titis
media akut !=/$ adalah inflamasi yang terjadi pada telinga tengah dan
menimbulkan tanda dan gejala dengan onset yang %epat. .ritabilitas, kesulitan
menyusui, otalgia, dan demam menjadi gejala yang khas pada anak-anak yang
terkena =/.
&&
"edangkan rhinotonsilofaringitis adalah peradangan pada hidung,
orofaring, laring dan disertai inflamasi tonsil yang bersifat akut.
&(
"esuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh 8uadi dkk di 9";# -r. Kariadi "emarang pada tahun
&,,+-&,,*, demam merupakan faktor utama yang menyebabkan timbulnya
bangkitan kejang. Hasil penelitiannya pada 160 anak menunjukkan bahwa semakin
besar suhu tubuh anak saat demam, maka semakin besar resiko mengalami bangkitan
&*
kejang demam. /nak dengan demam lebih dari (*
,
1 memiliki resiko kejang 1, kali
lebih besar daripada anak dengan demam kurang dari (*
,
1.
&0
Kejang yang terjadi pada anak yang mengalami kejang demam kompleks
adalah kejang umum yang bersifat tonik-klonik !bisa tonik atau klonik saja$. -alam
kasus ini, pasien mengalami kehilangan kesadaran pada bangkitan pertama dengan
kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh, dan wajah yang berlangsung tujuh
menit dan satu menit. -iantara dua bangkitan kejang, pasien sadar dan menangis.
-ari lamanya kejang dan kesadaran diantara dua bangkitan kejang tersebut
menyingkirkan gangguan lain yang di%urigai yaitu status epileptikus. Kejang yang
terjadi berulang dalam waktu dua jam dapat menyingkirkan diagnosis banding
kejang demam sederhana, meskipun se%ara teori, lama kejang pada kejang demam
kompleks adalah lebih dari 15 menit.
Kejang demam kompleks hanya terjadi pada anak usia ( bulan sampai 5 tahun,
apabila lebih dari lima tahun disebut sebagai kejang demam plus jika memenuhi
kriteria kejang demm yang lain. -ari segi usia, pasien ini telah memenuhi kriteria
kejang demam kompleks !& tahun 1 bulan 15 hari$. #enelitian 8uadi menunjukkan
bahwa usia adalah faktor resiko terjadinya bangkitan kejang demam pada anak. /nak
usia kurang dari dua tahun mempunyai resiko +,* kali lebih besar dibandingkan
dengan anak usia lebih dari dua tahun.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara kategori umur ibu saat hamil, faktor usia kehamilan
preterm dan postterm, kejadian asfiksia, dan bayi berat lahir rendah.
&0
-ari segi epidemiologi, kejang demam diturunkan se%ara dominan autosomal.
?amun pada pasien ini, kedua orang tua atau saudara kandungnya tidak pernah
menderita sakit yang sama. Ke%enderungan jenis kelamin laki-laki lebih mudah
terserang kejang demam dari pada anak perempuan, jelas terbukti pada pasien ini.
#ada pemeriksaan fisik dilihat adanya gambaran (ysmorphic, adanya kelainan
kulit caf2 au lait spot- spot +ine, depigmentasi adanya phakomatoses. Hal ini penting
untuk mengetahui apakah bangkitan kejang terkait dengan kelainan genetik ataupun
penyakit kelompok neurokutaneus. #ada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda
tersebut, sehingga penyebab sakit akibat kelainan genetiik ataupun penyakit
neurokutaneus dapat disingkirkan. #emeriksaan neurologis yang dilakukan pada
(,
pasien menemukan hasil yang normal dengan tidak adanya kaku kuduk pada leher,
tonus ekstremitas normal, trofik normal, tenaga normal, dan refleks fisiologis positif.
#emeriksaan penunjang untuk kejang demam kompleks tidak rutin dilakukan.
#emeriksaan darah rutin, neuroimaging, dan BB4 tidak direkomendasikan, serta
pungsi lumbal tidak direkomendasikan pada pasien dengan kejang demam tanpa
komplikasi.
10
#emeriksaan darah lengkap yang dilakukan pada pasien ini untuk
membuktikan proses inflamasi yang terjadi akibat otitis media akut dan
rhinotonsilofaringitisnya. Hasil -: menunjukkan peningkatan F)1 yang
menunjukkan adanya proses peradangan.
-alam penatalaksaan kejang demam ada ( hal penting yang harus dilakukan,
yaitu menghentikan kejang dengan %epat dan e2aluasi /)1 air+ay- breathin#-
circulation", pengobatan simtomatis dan suportif, dan pemberian obat rumat. #ada
kasus pasien datang dengan keluhan kejang sebanyak & kali dan segera dibawa ke
"p./ dan 9"/- untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
)iasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada saat penderita datang ke
rumah sakit kejang sudah berhenti.#ada kasus saat penderita datang ke rumah sakit
kejang sudah berhenti. "esuai dengan algoritme penanganan kejang akut dan status
kon2ulsif )agH"8 .lmu Kesehatan /nak 8K ;?;- 9";# "anglah, bila penderita
mengalami kejang di rumah !prehospital$, obat yang diberikan pertama kali ialah
dia'epam dengan dosis 5-1, mg per rektal, dan dapat diberikan maksimal dua kali
dengan jarak pemberian 5 menit. )ila masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. -i
rumah sakit dapat diberikan dia'epam ,,&5-,,5 mgHkg se%ara intra2ena dengan
ke%epatan & mgHmenit dengan dosis maksimal &, mg atau dapat diberikan mida'olam
,,& mgHkg se%ara intra2ena ataulora'epam ,,,5-,,1 mgHkg se%ara intra2ena dengan
ke%epatan kurang dari & mgHmenit. #ada kasus karena kurangnya pengetahuan orang
tua tentang penangan kejang demam saat dirumah, tidak dilakukan pemberian
dia'epam. #enderita langsung dibawa ke dokter spesialis anak dan disana diberikan
%efadroIil &I %th 1,5, para%etamol syrup ( I %th 1. "aat kejang kedua terjadi,
penderita dibawa ke 9"/- diberi obat obat penurun panas melalu pantat yaitu
dumin sup 1&5 mg. Karena keluhan kejang berulang akhirnya penderita dirujuk ke
rumah sakit sanglah.
(1
"ambil memberikan obat intra2ena, hal lain yang kita lakukan ialah
menge2aluasi dan memperbaiki /)1 air+ay- breathin#- circulation". %ir+ay
dengan melonggarkan jalan napas seperti melonggarkan pakaian penderita, kepala
penderita lebih rendah !posisi tre(elenber#$, posisi penderita dimiringkan ke kanan,
bersihkan mulut !suction$ bila ada sekret. 0reathin# dengan memberikan =
&
nasal
maupun head boI. Circulation dengan menge2aluasi denyut serta tekanan nadi, dapat
diberikan %airan intra2ena jika terjadi kegagalan sirkulasi. "erta melakukan
pemantauan se%ara berkala baik itu tanda 2ital, kadar gula darah dan elektrolit serta
gas darah. #ada kasus saat penderita di 9";# "anglah, telah dilakukan e2aluasi dan
perbaikan air+ay- breathin#- circulation.
"aat anak demam dapat diberikan obat penurun panas seperti para%etamol
dengan dosis1,-15 mgHkgHkali diberikan 0 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
-osis ibuprofen 5-1, mgHkgHkali, (-0 kali sehari. )ila panas dapat diberikan kompres
hangat serta dapat diberikan %airan intra2ena jika terdapat kondisi kekurangan
elektrolit sekaligus men%ukupi kalori yang diperlukan. #ada kasus pasien diberikan
#ara%etamol injeksi 1,, mg !1,, m:$. #emberian dapat diulang setiap 0 jam.
Diazepam oral 0,3 mg/kgbb tiap 8 jam saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang demam pada 30-60 %
kasus, begitu pula diazepam rektal dengan dosis 0,5 mg/kgbb
setiap 8 jam pada suu ! 38,5"#$ %elain itu penobarbital e&ekti&
dalam menurunkan resiko berulangnya kejang$ Dosis penobarbital
dapat diberikan 3-' mg/kgbb/ari dibagi dalam (-) dosis$ *ada
kasus *enobarbital loading +5 mg ,im- pukul 03$00 ./01, () jam
kemudian penobarbital oral 8 mg/kg22/ari 3 ) 4 '0 mg ,) ari-$
(&
BAB <
SI%PULAN
1. Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
!suhu rektal di atas (+
,
1$ yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.
&. Kejang demam kompleks adalah kejang lama lebih dari 15 menit, terjadi
kejang parsial pada satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial dan
berulang atau lebih dari 1 kali dalam &0 jam.
(. #rinsip dasar yang harus dilakukan dalam pengelolaan anak yang sedang
kejang adalah 6 atasi kejang se%epat mungkin, perawatan jalan napas,
pernapasan dan peredaran darah, pengobatan simtomatis, men%ari dan
mengobati penyebab, serta pengobatan suportif.
0. #ada laporan kasus pasien didiagnosis dengan kejang demam kompleks
karena mengalami kejang berulang lebih dari 1 kali dalam &0 jam, disertai
panas badan yang mendadak tinggi. #enyakit penyerta pada pasien adalah
penyebab terjadinya demam.
5. @erapi yang diberikan adalah terapi untuk mengatasi demam dan kejang
!para%etamol dan phenobarbital$, terapi untuk penyakit dasar !otitis media
((
akut dan rhinotonsilofaringitis dengan antibiotik$, dan terapi suportif !%airan
intra2ena$
(0

Anda mungkin juga menyukai