Anda di halaman 1dari 42

TUTORIAL KASUS 2

Kasus 2
Jenazah yang diduga EM, Laki-laki, 36 tahun,
ditemukan dipinggir hutan dalam keadaan dibungkus
dengan selembar kain spray, datang diantar polisi
disertai SPV. Pemeriksaan didapatkan Jenazah dalam
keadaan busuk seperti pada gambar.


Langkah I : Identifikasi masalah
Penyebab kematian pada kasus ?
Cara dan mekanisme kematian?
Bagaimana cara mengidentifikasi korban?
Cara pengajuan SPV?
Tanda-tanda kematian?
Bagaimana cara menentukan lamanya kematian?
Apakah yang dimaksud dengan pembusukan mayat?
Bagian dari tubuh yang cepat mengalami pembusukan?
Tanda-tanda pembusukan pada jenazah?
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan?
Cara melakukan otopsi?
Perubahan yang terjadi setelah kematian?
Apa dasar hukum pada kasus ini ?

penyakit
Trauma
Penyeba
b
kematian
pada
kasus
gangguan SCV,
SSP< respirasi,
GIT, Urogenital
Mekanik : Tajam: iris, tusuk, bacok
Tumpul: memar, lecet,
robek, patah
Senjata api
Bahan peledak/bom
Fisik : Suhu: dingin, panas
Listrik/petir
Kimiawi : asam , Basa, Intoksikasi

Langka
h 2
2.Cara
kematian
wajar
Tidak
wajar
penyakit
Pembunuhan
Ciri ciri lukannya adalah
Lokasi luka di sembarang tempat, Luka tersebut di daerah yang dapat
di jangkau maupun yang tidak dpat di jangkau
oleh tangan korban , Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek
terkena senjata, Dapat di temuka luka tangkisan ( defensive wounds )

Bunuh diri
Ciri- ciri lukanya adlah :
- Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat.
- Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan
- Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata
- Ditemukan luka luka percobaan ( tentative wounds )

Kecelakaan
Jika ciri- ciri luka yang ditemukan tidak mengambarkan pembunuhan
atau bunuh diri maka kemungkinannya adalah akibat kecelekaan



2. mekanisme kematian
mati lemes
(asfiksia),
perdarahan
kerusakan
organ vital
refleks vagal emboli
3. Cara mengidentifikasi

Secara visual :
keluarga/rekan meperhatikan korban
(terutama wajah).
Syarat: Korban dalam keadaan utuh.
Kelamahan : sangat dipengaruhi faktor sugesti
dan emosi
Pengamatan pakaian.
Pengamatan perhiasan.
Dokumen : KTP, SIM, kartu golongan darah,
dll.

Medis :
pemeriksaan fisik : tinggi dan berat badan,
warna tirai mata, adanya luka bekas operasi,
tato
Odontologi: sangat penting bila jenazah dalam
keadaan rusak/membusuk
Sidik jari
Serologi : memeriksa darah dan cairan tubuh
korban
DNA : sangat akurat, tapi mahal
Eksklusi : biasanya digunakan pada korban
kecelakaan masal, menggunakan data / daftar
penumpang.

4. Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak
berwenang meminta dokter untuk membuat VeR
jenazah, yaitu:

Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
Harus sedini mungkin.
Tidak bisa permintaannya hanya untuk
pemeriksaan luar.
Ada keterangan terjadinya kejahatan.
Memberikan label dan segel pada salah satu ibu
jari kaki.
Ada identitas pemintanya.
Mencantumkan tanggal permintaan.
Korban diantar oleh polisi.

5. Tanda Kematian
Tanatologi
Thanatos : yang berhubungan dengan kematian
Logos : Ilmu

Fungsi Tanatologi
Menegakkan diagnosis mati
Memperkirakan saat kematian
Untuk menentukan proses cara kematian
Untuk mengetahui sebab kematian
Definisi mati Terhentinya ketiga sistem yaitu
kardiovaskular,respirasi dan sistem saraf pusat yang
merupakan satu unit kesatuan dan tidak terkonsumsinya
oksigen
Klasifikasi Kematian:
Mati somatis (klinis) terhentinya fungsi
SSP,Kardiovaskular,serta pernapasan yang irreversible
Mati suri (Suspended animation,apparent death) Suatu
keadaan dimana proses vital turun ke tingkat yang paling
minimal untuk mempertahankan kehidupan,sehingga
tanda-tanda klinisnya tampak seperti sudah mati
Mati seluler Kematian organ/ jaringan
tubuh,timbul beberapa saat setelah kematian
somatis
Mati serebralKerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan
serebelum,sedangkan sistem pernapasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat
Mati otakKerusakan seluruh isi neuronal
intrakranial yang irreversible termasuk batang otak
dan serebelum

Glikogen
Post Mortem
(-)
Penumoukan
asap
ATP tidak
terbentuk
Ikatan aktin miosin tidak
terkelupas
Rigor mortis
Antemortem (+)
Energi
Asam
Laktat ADP
ATP
Ca2+
Pelepasan ikatan aktin miosin
Relaksasi otot
Tanda Kematian tidak pasti
1. Pernapasan berhenti dinilai selama lebih dari 10
menit.
2. Terhentinya sirkulasi dinilai selama 15 menit,
nadi karotis tidak teraba.
3. Kulit pucat.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi
beberapa menit setelah kematian.
6. Kekeruhan kornea dlm waktu 10 menit yg masih
dapat dihilangkan dg meneteskan air mata

Tanda Kematian Pasti
1. Lebam mayat (livor mortis)
2. Kaku mayat (rigor mortis)
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
4. Pembusukan
5. Adipocere (lilin mayat)
6. Mummifikasi

Tanda kematian pasti
1. Lebam mayat (livor mortis)
suatu bercak/ noda besar merah kebiruan /merah ungu
(livide) pdlokasi terendah tubuh mayat

akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena
terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi
bumi, bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas
keras.

mulai tampak 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin
makin luas dan lengkap. menetap kira-kira 8-12 jam
pasca kematian klinis

Lebam tidak hilang dg penekanan jika lama kematian
klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10
jam.

Ada 4 penyebab bercak makin lama
semakin meluas dan menetap, yaitu :

Ekstravasasi dan hemolisis
sehingga hemoglobin keluar.
Kapiler sebagai bejana
berhubungan.
Lemak tubuh mengental saat suhu
tubuh menurun
Pembuluh darah oleh otot saat
rigor mortis.
Ada tiga faktor
yang
mempengaruhi
livor mortis yaitu
:
volume darah
yang beredar,
lamanya darah
dalam keadaan
cepat cair dan
warna lebam
Warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk
memperkirakan penyebab kematian yaitu
(1) warna merah kebiruan
merupakan warna normal lebam,
(2) warna cherry red
menandakan keracunan CO
(4) warna merah
gelap menunjukka
n asfiksia,
(5) warna biru
menunjukkan
keracunan nitrit
dan
(3) warna
merah terang
keracunan CN
(6) warna coklat
menandakan
keracunan aniline.
Perbedaan hematom (luka memar) dan lebam mayat

HEMATOM LEBAM MAYAT
Kejadian intravital Kejadian post mortem
Terdapat pembengkakan Pembengkakan (-)
Darah tidak mengalir
Darah akan mengalir keluar dari
pembuluh darah yang tersayat
Penampang sayatan nampak
merah kehitaman
Jika dialiri air penampang
sayatan nampak bersih
2. Kaku mayat (rigor mortis)

Tjd akibat cadangan glikogen dalam otot habis,
maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin
menggumpal dan otot jadi kaku

- Kaku mayat tampak kira 2 jam setelah mati klinis,
dimulai dari bagian luar tubuh (otot kecil) ke arah
dalam (sentripetal).
- Kaku mayat lengkap pada 12 jam, dipertahankan
selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam
urutan yg sama



Cadaveric spasme
instantaneous rigor
keadaan dimana terjadi kekakuan pada
sekelompok otot dan kadang-kadang pada
seluruh otot, segera setelah terjadi kematian
somatis dan tanpa melalui relaksasi primer

Heat Stiffening
Kekakuan otot akibat koagulasi protein otot
oleh panas
Otot berwarna merah muda, kaku tetapi rapuh
(mudah robek)
Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati
terbakar
Pada head stiffening serabut otot memndek,
sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha
dan lutut membentuk sikap petinju (pugilistic
attitude)
Cold Stiffening
Kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin,
sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh,
termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan
lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi
ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam
rongga sendi.
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya
produksi panas dan terjadinya pengeluaran panas
secara terus- menerus.

Pengeluaran panas tersebut disebabkan perbedaan
suhu antara mayat dengan lingkungannya.

1. Besarnya
perbedaan suhu
tubuh mayat dg
lingkungannya.
2. Suhu tubuh saat
mati.
3. Aliran udara
4. Kelembaban


9 faktor yg mempengaruhi penurunan
suhu tubuh mayat:

5. Konstitusi tubuh
6. Aktivitas sebelum
meninggal.
7. Sebab kematian
8. Pakaian
9. Posisi tubuh dihubungkan
dg luas permukaan tubuh yg
terpapar.

Penilaian algor mortis dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut, antara lain :

1.Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan
penurunan suhu tubuh mayat.
2. Tempat pengukuran suhu memegang peranan
penting.
3. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem
4. Badan dingin setelah 12 jam post mortem
Suhu organ
dalam mulai
berubah
5 jam post mortem
Bila korban mati
dalam
air,penurunan
suhu tubuhnya
tergantun
suhu,
aliran, dan
keadaan airnya
Rumus untuk memperkirakan
berapa jam sejak mati yaitu :
Formula
untuk suhu
dalam
derajat
Celcius
PMI = 37
o
C
- RT
o
C +3
Formula untuk suhu
dalam derajat
Fahrenheit
PMI = 98,6
o
F - RT
o
F
1,5
Pembusukan
proses degradasi jaringan terutama protein akibat
autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama
Klostridium welchi , menghasilkan asam lemak dan
gas pembusukan berupa H2S akan bereaksi dengan
hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang berwarna
hijau kehitaman di daerah perut kanan bagian bawah
yaitu dari sekum (caecum) menyebar ke seluruh perut
dan dada, HCN, dan AA.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat-
lambatnya pembusukan mayat, yaitu

Mikroorganisme/sterilitas.
Suhu optimal 21-38
0
C ->
mempercepat pembusukan
Kelembaban udara
Sifat medium. Udara : air : tanah = 8 :
2 : 1
Luar
Umur
Konstitusi tubuh
Keadaan saat mati (udem,infeksi dan
sepsis lebih cepat dibanding dehidrasi)
Seks
Dalam
Golongan alat tubuh berdasarkan
kecepatan terjadi pembusukan
cepat
lambat
Paling
lambat
otak,
lambung,
usus,
uterus hamil/post partum
Jantung
Paru
Ginjal
diafragma
Prostate
Uterus yang tidak hamil
Perbedaan bulla intravital dan bulla
pembusukan

Bulla Intravital Perbedaan Bulla Pembusukan
Kecoklatan Warna kulit ari Kuning
Tinggi Kadar albumin
& klor Bulla
Rendah / tidak ada
Hiperemis Dasar bulla Merah pembusukan
Intraepidermal Jaringan yg
terangkat
Antara epidermis &
dermis
Ada Reaksi jaringan
respon darah
Tidak ada
Adipocere (lilin mayat)
Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan,
lunak atau berminyak, berbau tengik yang terjadi
di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati.

Terdiri dari asam lemak tak jenuh akibat
hidrolisis lemak, dan mengalami hidrogenisasi

Faktor pendukung:
kelemaban dan lemak tubuh yang cukup
Faktor penghambat:
air yang mengalir yang membuang elektrolit dan
udara dingin
Mummifikasi

Akibat keadaan lingkungan yg kering ->
menghentikan proses pembusukan.

- Jaringan berubah jadi keras dan kering, warna gelap,
keriput dan tidak membusuk

- Faktor yang mendukung terjadinya mumifikasi:
suhu lingkungan hangat
kelembaban rendah
Aliran udara baik
Tubuh yang dehidrasi
Waktu yang lama (12-14 minggu)
LAMA KEMATIAN dapat ditentukan melalui
Lebam mayat
- Timbul 20-
30 menit
-lengkap pada
8-12 jam post
mortem
.
Rigor mortis
- Timbul : 1-3
jam postmortem
(rata-rata 2 jam),
dipertahankan 6-
24 jam, dimulai
dari otot kecil
Pembusukan
-dimulai 20-24
jam post
mortem
- Mulai
didaerah usus
buntu
CARA MELAKUKAN OTOPSI
Pemeriksaan
luar
Pemeriksaan
dalam
Pemeriksaan
penunjang

Anda mungkin juga menyukai