Anda di halaman 1dari 2

ARTI SEBUAH KATA "TEMAN"

Karya Annisa Anjani



Amir itulah sebutan untuk diriku. Dari lahir aku selalu dibenci oleh orang yang ada di dekatku.
Bahkan sampai sekarang tidak ada yang mau berteman denganku. Mereka sering menyebutku
sebagai anak haram yang tidak punya seorang ayah. Memang aku punya ayah tapi entah kemana
ayah pergi aku tak tahu dan ibuku telah meninggal ketika aku berumur tiga tahun. Maka dari itu
aku selalu dibenci dengan orang lain.

Kini sudah waktunya bagiku masuk ke sekolah untuk menuntut ilmu dan mencari teman. Tetapi
apa hasilnya? Yang ada hanyalah ejekan dan ejekan dari anak-anak yang lain. Tujuanku untuk
sekolah adalah menuntut ilmu. Tapi, aku terlahir dengan kemampuan yang payah. Jadi, apa yang
aku lakukan untuk menjadi hebat di sekolah selalu mengalami kegagalan. Tapi aku tidak akan
menyerah untuk melangkah maju. Aku terus berusaha agar aku menjadi pintar. Walaupun
hasilnya selalu buruk, aku tidak akan pernah menyerah.
Saat pulang sekolah aku bertujuan untuk jalan-jalan di pasar. Saat aku berhenti di sebuah toko
mainan, aku merasa tertarik dengan topeng yang dipajang di depan toko tersebut. Wow !!
topeng yang ini keren. Ucapku dengan rasa senang. Tiba-tiba sang penjual topeng keluar dan
meyuruhku pergi. Pergi sana anak haram, jangan dekat-dekat toko ku. Pasti kamu akan
merusakkan semua barang yang ku jual. Jawab penjual toko tersebut. Tapi aku hanya melihat-
lihat saja Paman. Aku tidak ada niat untuk merusak barang dagangan anda. Jawabku. Kalau
kau ingin, ini ambil saja!! Cepat pergii !! Jawab Penjual topeng dengan melemparkan topeng itu
ke arahku. Paman aku bukanlah sampah tempat kau membuang topeng ini, aku adalah Amir.
Amir bukanlah tempat sampah Teriak ku pada Penjual topeng tersebut.

Suatu sore, saat aku sedang berjalan di dekat sungai, aku melihat ada seorang anak yang duduk
di tepi sungai tersebut. Dia terus melihatku. Dengan menatap matanya aku merasakan bahwa dia
mengerti akan perasaan dan keadaan yang aku alami sekarang. Sejujurnya aku ingin sekali untuk
berhenti dan berbicara dengannya. Tapi aku malu untuk memulai berbicara dengannya. Hingga
pada akhirnya, aku memutuskan untuk tetap berjalan dan pergi darinya.

Keesokan harinya, aku bertemu dengannya lagi disekolah. Setelah aku perhatikan dia sangat
sangat sangat sangat sangat sangat keren, sehingga para anak perempuan di sekolah tergila-gila
dengannya. Dalam pelajaran di sekolah pun dia juga termasuk anak yang pintar. Sehingga dia
membuatku semakin iri dengannya. Sejak saat itulah aku menganggap dia adalah sebagai
rivalku.

Saat pertama dia di sekolah aku sangat membencinya. Tapi pada suatu hari saat aku di bully oleh
Diki dan kawan-kawannya yang terkenal paling berkuasa di sekolah, tiba-tiba dia datang untuk
menolongku. Perasaan benci yang aku rasakan kian hari semakin menghilang. Justru rasa
nyaman berada di dekatnya lah yang tumbuh di dalam hatiku.

Mulai saat itulah aku berkenalan dengannya secara resmi. Ternyata namanya adalah Erwind.
Sejak saat itulah kami menjadi teman dan anggapanku sebagai rivalnya telah hilang ditelan
waktu. Saat bersama dengan Erwind, aku merasa tidak sendirian lagi. Dan akhirnya aku mengerti
bagaimana rasanya kasih sayang seorang teman. Pertemanan kami bagaikan ikatan yang tak akan
putus. Maka dari itu aku akan menjaga ikatan yang Erwind berikan padaku.

Hari demi hari aku lalui bersama dengan Erwind. Kerja kelompok bersama bermain bersama.
Dia sudah aku anggap teman sekaligus saudara yang mengerti akan keadaan yang aku alami saat
ini. Sungguh bahagia hatiku karena akhirnya perjuanganku untuk mencari teman tidaklah
berakhir dengan kegagalan. Ini adalah kali pertama aku berteman, makanya aku masih kaku saat
berteman dengan Erwind.

Suatu hari di sekolah kami kedatangan murid baru dari luar kota yang hanya menetap sementara
disini, namanya Rafa. Kami sangat terkejud ketika melihat sikapnya yang sangat buruk itu
muncul. Sikapnya sungguh sangatlah aneh dihadapanku. Ketika aku sedang susah mencari
teman, dia malah meremahkan teman. Tapi mungkin dia belum terbiasa sekolah disini.

Suatu ketika, saat Rafa sedang minum tiba-tiba Erwind menjatuhkan air minum dan
menumpahkan air minum ke baju Rafa. Emosi Rafa kian meledak. Rafa hendak menjatuhkan
gelas tersebut pada Erwind, untung ada aku tahu kejadian itu. Segera aku berlari dan melindungi
Erwind. Pecahan beling itu melukai tangan dan kaki ku. Walaupun sakit, tapi demi Erwind akan
aku lakukan segalanya.

Rafa bertanya padaku. Kenapa kau melindungi dia, sedangkan dia tidak pernah menolongmu
?? akupun menjawab Karena dia adalah temanku. Setelah menjawab pertanyaan tersebut aku
segera pergi ke UKS untuk mengobati lukaku. Tapi setelah aku melihat ke belakang ternyata
Rafa termenung. Entah apa yang dia pikirkan.

Setelah 2 bulan lamanya Rafa bersekolah disini, aku melihat perkembangan Rafa sejak kejadian
waktu aku melindungi Erwind dulu. Rafa yang sekarang menjadi lebih penyayang dan perhatian
pada temannya. Dan tak terasa pula kini tiba saatnya Rafa untuk pindah ke kota yang lain untuk
pergi dengan ayahnya. Sebelum dia pergi kami sempat bertemu dan berbicara sebentar sambil
mengucapkan selamat tinggal. Amir terima kasih atas pelajaran yang kau berikan padaku..
Ucap Rafa dengan mata yang berkaca-kaca. Ada apa kamu kok sedih gitu haa?? Memangnya
aku pernah berbuat apa sama kamu Raf?? Jawabku dengan heran. Dulu bagiku teman hanyalah
sebuah kata yang kecil dan tidak bermakna. Tapi setelah aku bertemu denganmu, aku mengerti
betapa berharganya arti kata tersebut. Saut Rafa. Alhamdulillah, akhirnya kau mengerti. Aku
juga ikut senang bisa membantumu. Dulu aku tidak punya teman sama sekali. Saat aku
melihatmu dulu, aku tak pernah bayangkan bagaimana usaha ku untuk mendapat seorang teman
saja. Sedangkan kamu hanya bisa meremehkan mereka. Maka dari itu aku bahagia karena
sekarang kau bisa menghargai teman. Jawabku. Terima kasih Amir. Kau memang teman yang
baik

Sejak saat itu aku mulai merasa hidup karena bisa menghargai dan dihargai oleh teman yang
dulu tak sempat aku dapatkan. Akhirnya aku mengerti, teman adalah suatu ikatan, ikatan yang
sangat kita butuhkan dalam hidup. Berkat teman kita bisa mengerti indahnya hidup. Terima kasih
teman

Anda mungkin juga menyukai