I. PENDAHULUAN Fungsi reproduksi wanita yang normal, secara berkala dikendalikan oleh hormon yang dihasilkan oleh ovarium. Folikel de Graaf merupakan tempat pembuatan hormon steroid seks yang sangat penting pada wanita. Dengan bermulanya pubertas, terjadiah proses siklik pada seorang wanita melalui perubahan-perubahan tertentu pada proses ovulasi. Pertama-tama terjadi pematangan folikel yang kemudian diikuti dengan ovulasi dan pembentukan sebuah organ endokrin baru yaitu korpus luteum. Fase pertama siklus haid disebut sebagai fase folikuler (fase proliferasi) sedangkan fase kedua disebut sebagai fase luteal (fase sekresi). Fase folikuler dipengaruhi oleh estrogen, dan fase luteal dipengaruhi oleh progesterone. Fungsi ovarium dan siklus haid tersebut diatur oleh lingkaran pengaturan autonom yang relatif tertutup, terdiri dari hipotalamus, hipofisis anterior, dan ovarium 1) . Amenore adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi haid pada seorang wanita. Secara umum dibedakan menjadi dua yaitu amenore fisiologis seperti pada keadaan prapubertas, hamil, menyusui, dan pascamenopause, serta amenore patologis seperti pada amenore primer dan amenore sekunder 2) . Amenore sekunder adalah tidak terjadinya haid pada wanita yang sebelumnya mengalami haid yang normal sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut dan atau tidak terjadinya haid pada wanita yang sebelumnya mengalami oligomenore selama 9 bulan berturut-turut 2,3,4) . Penyebab tidak munculnya haid dapat disebabkan oleh organ yang bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, dan proses pengeluaran darah haid itu sendiri. Organ-organ tersebut adalah, (1) Hipotalamus-hipofisis. Amenore yang terjadi adalah amenore sentral (amenore hipotalamik, amenore hipofisis), (2) Ovarium (amenore ovarium), (3) Uterus (amenorea uteriner). Faktor progesteron dan estrogen sangat berperan penting dalam diagnosis maupun penanganan amenore sekunder 2,5) . 2
II. HORMON PROGESTERON DAN ESTROGEN II.1 Hormon Progesteron Progesteron merupakan steroid hormon turunan kolesterol dengan 21 atom C yang terutama di bentuk pada folikel (corpus luteum) dan plasenta selama kehamilan. Selain itu progesterone juga dihasilkan oleh korteks adrenal yang disebut sebagai progesterone residu 6,7) . Selama fase folikuler, kadar progesterone plasma sekitar 1 ng/ml; sedangkan pada fase luteal 10-20 ng/ml 6) . Progesteron dibagi dalam dua bentuk, yaitu progesteron alamiah dan sintetik. Contoh dari progesteron alamiah yaitu progesteron itu sendiri. Sedangkan progesteron sintetik dibagi dalam dua bentuk, yaitu yang struktur kimianya menyerupai progesteron (derivat progesteron) dan yang struktur kimianya menyerupai testosteron (derivat testosteron) 6) . 1. Derivat progesteron; Pregnan : a. Tambahan gugus asetil : Medroksiprogesteron asetat, Megestrol asetat, Siproten asetat. b. Tanpa gugus asetil : Didrogesteron. Nonpregnan : Demegeston, Promogeston, dan Nomogestrol asetat 8) . 2. Derivat testosteron; Tambahan gugus etinil Tanpa gugus etinil: a. Estran : Noretindron, Noretinodrel, Linestrenol, Alilestrenol, Noretindron asetat, dan Etinodiol asetat. b. Gonan : Levonorgestrel, Desogestrel, Gestoden, dan Norgetimat 8) .
Khasiat Umum Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan yaitu dengan menyiapkan lapisan uterus (endometrium) untuk penempatan telur yang telah dibuahi dan perkembangannya, serta mempertahankan uterus selama kehamilan 6, 9) . 3
Semua khasiat progesterone terjadi karena ada pengaruh etradiol sebelumnya, karena estradiol yang mensintesis reseptor untuk progesteron 6) .
Khasiat Khusus - Endometrium Terhadap endometrium, progesterone menyebabkan perubahan sekretorik. Perubahan ini mencapai puncaknya pada hari ke 22 siklus haid normal. Bilamana progesterone terlalu lama mempengaruhi endometrium, maka akan terjadi degenerasi endometrium, sehingga tidak cocok lagi untuk menerima nidasi 6) . - Serviks Di bawah pengaruh progesterone selama fase luteal, jumlah getah serviks berkurang dan molekul-molekul besar membentuk jala tebal, sehingga merupakan sawar yang tidak dapat dilintasi spermatozoa. Bersamaan dengan itu pula, porsio dan serviks menjadi sangat sempit, getah serviks menjadi kental, dan daya membenang menghilang 6) . - Miometrium Progesteron menurunkan tonus miometrium, sehingga kontraksi berjalan lambat. Dalam kehamilan khasiat ini sangat bermanfaat karena membuat uterus menjadi tenang 6) . - Suhu Badan Basal Peningkatan suhu badan basal (SBB) segera setelah ovulasi disebabkan pengaruh termogenik progesterone terhadap pusat pengaturan panas di hipotalamus 6) .
Perubahan itu terjadi melalui peningkatan sekresi norepinefrin yang timbul sekunder akibat meningkatnya kadar progesterone plasma yang mencapai kadar 4 ng/ml. Khasiat termogenik progesterone terhadap pusat panas tidak memerlukan pengaruh estrogen terlebih dahulu 6) . Kebenaran penilaian ovulasi berdasarkan SBB dapat mencapai 80-90% 6) .
4
Progesteron sering pula digunakan untuk kepentingan terapi. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kontrasepsi. Beberapa derivat Progestin sering dikombinasikan dengan derivat Estrogen untuk kontrasepsi oral. 2. Perdarahan uterus disfungsional. Untuk menghentikan perdarahan yang berlebihan dan pengaturan siklus haid dapat diberikan progestin oral dosis besar. 3. Nyeri haid. Pemberian kombinasi Estrogen dengan Progestin diindikasikan untuk nyeri haid yang tidak dapat diatasi dengan estrogen saja. 4. Endometriosis. Penyebab nyeri hebat pada endometriosis belum jelas diketahui tetapi dapat diberikan Noretindron 9) . II.2 Hormon Estrogen Estrogen adalah hormon steroid dengan 10 atom C dan dibentuk terutama dari 17-ketosteroid androstendion. Selain dihasilkan di ovarium, estrogen juga dihasilkan di adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan susunan saraf pusat 6) . Estrogen yang dihasilkan di korteks adrenal disebut juga estrogen residu. Metabolismenya terutama melalui esterifikasi ke glukoronida atau sulfide, dan pengeluarannya melalui tinja 6) . Pada organ sasaran seperti uterus, vagina, serviks, payudara, maupun pada hipofisis hipotalamus, estrogen diikat oleh reseptor yang terdapat didalam sitoplasma dan diangkut ke inti sel 6) . Estrogen dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu steroid dan non steroid estrogen. Steroid dan nonsteroid estrogen dibagi lagi menjadi estrogen alamiah dan sintetik 8) . Steroid; - Alamiah : Estradiol (E2), Estron (E1) dan Estriol (E3). - Sintetik : Etinil estradiol, dan Mestranol. Non-steroid; - Alamiah : Fitoestrogen dan Glikosida jantung. - Sintetik : Dietilstilbestrol, Klorotianisen dan Klomifen sitrat EndoGinek . 5
Khasiat Umum Khasiat biologis utama dari estrogen adalah sebagai perangsang sintesis DNA melalui RNA, pembentuk messenger RNA sehingga terjadi peningkatan sintesis protein 6) . Salah satu hasil sintesis protein tersebut adalah makromolekul yang mempunyai daya afinitas khusus yang tinggi terhadap progesterone dan merupakan reseptor progesteron 10) . Khasiat Khusus - Endometrium Estradiol memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot uterus 6) . Selain itu, estradiol juga memberikan suasana/lingkungan sel sehingga estrogen dapat berfungsi dan meyiapkan endometrium agar dapat peka terhadap pengaruh progesteron 10) . - Serviks Sawar (barrier) yang terutama menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam uterus adalah getah serviks yang kental. Produksi estradiol yang kian meningkat pada fase folikuler akan meningkatkan sekresi getah serviks dan mengubah konsentrasi getah menjadi encer dan bening pada saat ovulasi sehingga memudahkan penyesuaian, memperlancar perjalanan spermatozoa dan meningkatkan kelangsungan hidupnya. Getah tersebut mempunyai daya membenang dan bila mongering akan terlihat seperti daun pakis. Dalam praktek klinis, peristiwa ini dapat digunakan sebagai diagnostic untuk membuktikan adanya estrogen 6) . - Vagina Estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan produksi getah, dan meningkatkan kadar glikogen sehingga terjadi peningkatan produksi asam laktat oleh bakteri Doderlein. Nilai pH menjadi rendah dan memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi 6) . - Ovarium Estradiol memicu proses sintesis selain reseptor FSH di dalam sel-sel granula, juga reseptor LH di sel-sel teka. 6
Selain itu, estradiol juga mengatur kecepatan pengeluaran ovum dan mempersiapkan spermatozoa dalam genitalia wanita agar dapat menembus selubung ovum (proses kapasitasi) 6) . Berbagai khasiat estrogen saat ini telah banyak diindikasikan untuk kepentingan terapi, diantaranya sebagai berikut: 1. Kontrasepsi. Estrogen sintetik paling banyak digunakan untuk kontrasepsi oral dalam kombinasi dengan Progestin. 2. Terapi pengganti Estrogen pada wanita menopause. Pada usia sekitar 45 tahun umumnya fungsi ovarium menurun. Terapi pengganti estrogen dapat mengatasi keluhan akibat gangguan vasomotor, antara lain hot flushes, vaginitis atropikans dan mencegah osteoporosis. 3. Vaginitis Senilis atau Atropikans. Radang pada vagina ini sering berhubungan dengan adanya infeksi kronik pada jaringan yang mengalami atrofi. Dalam hal ini, estrogen lebih berperan untuk mencegah daripada mengobati. 4. Osteoporosis. Keadaan ini terjadi karena bertambahnya resorpsi tulang disertai berkurangnya pembentukan tulang. Pemberian estrogen dapat mencegah osteoporosis berkelanjutan atau dapat pula diberikan estriol. 5. Karsinoma Prostat. Karena estrogen menghambat sekresi androgen secara tidak langsung maka hormon ini digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma prostat 9)
III. FISIOLOGI HAID Haid atau menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai dekuamasi endometrium 11) . Menarke yaitu haid pertama, biasanya terjadi antara usia 12-13 tahun, yaitu dalam rentang usia 10-16 tahun 11,12) . Dalam keadaan normal menarke diawali dengan periode pematangan yang dapat memakan waktu 2 tahun. Selama selang waktu ini, ada serangkaian peristiwa yang terjadi, berupa perkembangan payudara, pertumbuhan rambut pubis dan aksila, dan pertumbuhan badan yang cepat 12) . 7
Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Panjang siklus yang biasanya terjadi pada wanita berkisar antara 25-32 hari. Sekitar 97% wanita yang berovulasi siklusnya berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar) 11) . Lamanya antara 2-8 hari, dengan rata-rata 4-6 hari. Darah haid biasanya tidak membeku oleh karena adanya fibrinolisin. Pada setiap wanita lamanya menstruasi biasanya tetap. Jumlah kehilangan darah tiap siklus berkisar dari 60-80 ml 11,12) .
III.1 Siklus Ovarium Fase folikular. Siklus diawali dengan hari pertama haid, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel de-Graaf dan yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel-sel granulosa mensintesis progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya 12) . Estrogen di sintesis dalam sel-sel lutein pada sel interna. Jalur biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron dan pregnenolon melalui 17-hidroksilasi turunan dari androstenedion, testosterone, dan estradiol 12) . Kandungan enzim aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini mempercepat perubahan androgen menjadi estrogen. Didalam folikel, oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang mengsekresi estrogen lebih banyak kedalam system ini. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui mekanisme umpan balik positif 12) . Fase luteal. LH merangsan ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer selesai menjalani poembelahan miosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun 12) . 8
Setelah oosit mulai terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulose menjadi banyak mengandung pembuluh darah yang sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteurn yang berwarna kuning pada ovarian. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesterone yang makin lama makin tinggi 12) .
III.2 Siklus Endometrium Fase proliferasi. Segera setelah haid, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi, dan pembuluh pembuluh darah menjadi banyak sekali. Kelenjar kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus. Epitel kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam dengan inti di tengah. Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin kepermukaan semakin longgar. Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral dan lebih kecil. Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda tiap orang, dan berakhir pada saat terjadinya ovulasi 12) . Fase sekresi. Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesterone yang meningkat dan terus di produksinya estrogen oleh korpus luteum, maka endometrium menebal dan menjadi seperti beledu. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok kelok dan epitel kelenjar menjadi berlipat lipat, sehingga memberikan gambaran seperti gigi gergaji . inti sel bergerak kebawah, dan permukaan epitel tampak kusut. Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak, dan pembuluh darah menjadi makin berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi sama pada setiap wanita yaitu 142 hari 12) . Fase menstruasi. Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus 28 hari, dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan yang tajam dari progeteron dan estrogen sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi (haid) 12) . 9
Secara umum, selama satu siklus haid, maka pada ovarium, uterus dan serviks terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut : - Hari pertama, mulai perdarahan haid, lamanya kurang lebih 2 hingga 6 hari. - Hari ke 5-14 merupakan fase folikuler atau fase proliferasi, yang dimulai setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai saat ovulasi. Fase ini berguna untuk menambahkan endometrium agar siap menerima ovum yang telah dibuahi, sebagai persiapan suatu kehamilan. Pada fase ini, di dalam ovarium terjadi pematangan folikel 1) . Akibat pengaruh FSH, folikel tersebut akan menghasilkan estradiol dalam jumlah besar. Mulut serviks kecil dan tertutup, getahnya dapat ditarik seperti benang (Spinbar-keit). Pembentukan estradiol akan terus meningkat sampai saat akan terjadinya ovulasi (kira-kira hari ke 13). Setelah itu kadar estradiol turun lagi dan pada fase sekresi meningkat lagi untuk kedua kalinya. Peningkatan estradiol ketika akan terjadi ovulasi mengakibatkan terjadinya pengeluaran LH yang banyak (umpan balik positif dari estradiol). Puncak LH ini akan memicu ovarium dan terjadilah ovulasi pada hari ke 14 (beragam) 1) . - Hari ke 14-28 merupakan fase luteal atau fase sekresi, yang memiliki ciri khas, yaitu terbentuknya korpus luteum dan penebalan kelenjar endometrium. Pengaruh progesteron terhadap endometrium paling kentara pada hari ke 22, yaitu pada saat ovulasi seharusnya terjadi. Peningkatan progesteron sesudah ovulasi akan menghambat sekresi FSH dari hipofisis, sehingga pertumbuhan folikel selama fase luteal akan terhambat pula 1) . IV. AMENORE SEKUNDER Amenore adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi haid pada seorang wanita. Secara umum dibedakan menjadi dua yaitu amenore fisiologis seperti pada keadaan prapubertas, hamil, menyusui, dan pascamenopause, serta amenore patologis seperti pada amenore primer dan amenore sekunder 2) . 10
Amenore sekunder adalah tidak terjadinya haid pada wanita yang sebelumnya mengalami haid yang normal sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut dan atau tidak terjadinya haid pada wanita yang sebelumnya mengalami oligomenore selama 9 bulan berturut-turut 2,3,4) . Penyebab tidak munculnya haid dapat disebabkan oleh organ yang bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, dan proses pengeluaran darah haid itu sendiri. Organ-organ tersebut adalah, (1) Hipotalamus-hipofisis. Amenore yang terjadi adalah amenore sentral (amenore hipotalamik, amenore hipofisis), (2) Ovarium (amenore ovarium), (3) Uterus (amenorea uteriner) 2,5) .
IV.1 Amenore Sentral a. Amenore Hipotalamik Penyebab amenore karena gangguan di hipotalamus bisa berupa tumor di hipotalamus, infeksi atau kelainan bawaan berupa sindroma olfaktogenital. Sedangkan penyebab fungsional yang paling sering ditemukan adalah gangguan psikis 2,5) . Gangguan psikis diketahui dapat menyebabkan gangguan pengeluaran Gn-RH, sehingga pengeluaran hormon gonadotropin berkurang. Gangguan fungsional seperti ini sering dijumpai pada pengungsi, wanita dalam penjara, atau wanita yang sering stress atau hidup dalam ketakutan maupun gelisah. Wanita yang mengalami gangguan pola makan seperti diet yang salah yaitu anoreksia nervosa dan bulimia dapat menyebabkan gangguan psikis dan neurotis, sehingga dapat terjadi kerusakan organ (atrofi) 2,5) . Bila kerusakan tersebut mengenai hipotalamus, maka dengan sendirinya hipotalamus tidak dapat lagi memproduksi GnRH. Pengeluaran FSH dan LH dari hipofisis pun terhenti. Akibatnya pematangan folikel dan ovulasi di ovarium tidak terjadi 2,5) . Selain penyebab organik dan fungsional, obat-obatan seperti Fenotiazin, cimetidine, domperidon, metoclopromide HCL juga dapat menyebabkan timbulnya amenore hipotalamik dengan menghambat prolaktin inhibiting faktor, sehingga terjadi hiperprolaktin dengan atau tanpa galaktorea 2,5) . 11
` Penatalaksanaan Penyebab organik ditangani sesuai dengan kausanya. Penyebab fungsional : konsultasi, atau konseling. Psikoterapi, ataupun penggunaan obat-obat psikofarmaka hanya pada keadaan yang berat saja, seperti pada anoreksia nervosa dan bulimia. Penting diketahui, bahwa obat-obat psikofarmaka dapat meningkatkan prolaktin. Pada keadaan ini dapat pula di berikan estrogen dan progesteron siklik. Defisiensi Gn-RH : pemberikan Gn-RH pulsatif (bila mungkin) atau pemberian FSH-LH dari luar 5) .
b. Amenore Hipofisis - Insufisiensi Hipofisis Penyebab terbanyak adalah kelainan organik, seperti Sheehan sindrom dan penyakit Simmond. a. Sindroma Sheehan Sindroma Sheehan terjadi akibat adanya thrombosis vena hipofisis sehingga timbul iskemik/nekrotik adenohipofisis. Kelainan ini sering dijumpai postpartum dengan perdarahan banyak. Adenohipofisis sangan sensitive dalam kehamilan. Gejala biasanya baru muncul, bila dari adenohipofisis rusak, dan biasanya hampir semua hormon yang diproduksi oleh adenohipofisis terganggu, sehingga terjadi amenorea, lemah otot, hipotermi, berkurangnya produksi air susu, tidak ada rambut pubis/ketiak, gangguan libido, gejala hipotiroid 2,5) . b. Penyakit Simmond Penyakit ini terjadi akibat adanya sumbatan vena hipofisis yang disebabkan oleh sepsis atau emboli 2) .
12
- Tumor Hipofisis Diantara sebab-sebab amenore, tumor hipofisis merupakan sebab yang jarang dijumpai; sebaliknya pada penderita dengan tumor hipofisis, gejala amenore merupakan gejala yang sering terjadi 13) . Beberapa tumor hipofisis dapat menyebabkan amenorea akibat tekanan masa tersebut terhadap hipofisis, ataupun akibat gangguan dalam produksi hormon. Tumor jenis kranioparingeoma merupakan tumor yang tidak memproduksi hormon 2,5) . Tumor jenis adenoma hipofisis terdapat dalam 3 bentuk yaitu adenoma kromofob, adenoma eosinofil dan adenoma basofil 13) . Adenoma kromofob lebih sering terjadi. Selain gejala amenore, sakit kepala, dan gangguan penglihatan, tumor ini tidak memberikan gejala yang khas 13) . Adenoma eosinofil, memproduksi hormone somatotropin. Pada keadaan prapubertas dapat menimbulkan gigantisme, sedangkan pada keadaan pasca pubertas dapat terjadi akromegali 2,5,13) . Adenoma basofil menyebabkan morbus Cushing EndoGinek, SPMPOGI . Gejala- gejala penyakit ini sangat menyerupai sindrom Cushing yang dijumpai pada wanita dengan hiperfungsi korteks adrenal 13) . Penatalaksanaan Substitusi hormon yang kurang (FSH:LH), atau pemberian steroid seks secara siklik. Pengangkatan tumor EndoGinek, SPMPOGI .
c. Amenore akibat Gangguan poros Hipotalamus-Hipofisis - Sindroma Amenore Galaktore Hampir 20% wanita dengan amenorea sekunder dijumpai hiperprolaktinemia. Pengeluaran prolaktin dihambat oleh prolactin inhibiting factor (PIF), yang identik dengan dopamin 2,5) .
13
Bila PIF tidak berfungsi, atau produksinya ditekan, maka akan terjadi hiperprolaktinemia. Hal-hal yang menyebabkan tidak berfungsinya PIF adalah: o Gangguan di hipotalamus, dimana sekresi PIF berkurang. o Kerja PIF dihambat oleh obat-obat tertentu, seperti: penotiazine, transquilaizer, psikofarmaka dan estrogen, domperidon, dan cimetidin. o Kerusakan pada sistim vena portal hipofisis. o Prolaktinoma, hipertiroid, akromegali 2,5) . Hiperprolaktinemia dapat menyebabkan sekresi FSH dan LH berkurang, sensitivitas ovarium terhadap FSH dan LH berkurang, memicu produksi air susu, memicu sintesis androgen di suprarenal. Hiperprolaktinemia dan hiperandrogenemia dapat menjebabkan osteoporosis 2,5) . Pada umumnya terjadi gangguan haid, mulai dari oligomenore sampai amenore. Gangguan haid yang terjadi sangat tergantung dari kadar prolaktin serum. Kadar prolaktin diatas 100 ng/ml selalu menyebabkan amenore. Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan pertumbuhan folikel sehingga ovulasi tidak terjadi. Produksi Estrogen berkurang. Kesemua ini akan mengakibatkan infertilitas 2,5) . Bila seorang wanita mengeluh sakit kepala, disertai dengan amenorea, serta gangguan penglihatan, maka harus dipikirkan adanya prolaktinoma. Setiap ditemukan kadar prolaktin yang tinggi, harus disingkirkan ada tidaknya prolaktinoma dengan MRI atau cara yang lain EndoGinek . Diagnosis Dijumpai kadar prolaktin yang tinggi di dalam serum (normal 5-25 ng/ml). Pemeriksaan darah sebaiknya dilakukan antara jam 8-10 pagi. Kadar prolaktin > 50 ng/ml, perlu dipikirkan adanya prolaktinnoma. Sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan kampimetri, dan foto selatursika. Untuk melihat mikroprolaktinoma, dianjurkan penggunaan CT scan, atau MRI. Untuk mengetahui, apakah hiperprolaktinemia tersebut disebabkan oleh prolaktinoma, atau oleh penyebab yang lain, dapat dilakukan uji provokasi atau untuk mengetahui apakah operasi prolaktinoma berhasil atau tidak. Kadang-kadang dengan CT scanpun mikroadenoma tidak dapat ditemukan 2,5) . 14
Uji Provokasi 5) : 1. Uji dengan TSH (berikan terapi sulih hormon) TSH diberikan intravena dengan dosis antara 100-500 ug. 15-25 menit kemudian terjadi peningkatan prolaktin serum. Pada wanita yang tidak menderita prolaktinoma terjadi peningkatan prolaktin 4-14 kali harga normal,sedangkan wanita dengan prolaktinoma pemberian TSH tidak dijumpai perubahan kadar Prolaktin serum. 2. Uji dengan Cimetidine (Tagamet) Cimetidine adalah histamin-reseptor antagonis. Pemberian 200 mg intravena terjadi peningkatan prolaktin serum, dan mencapai maksimum 15-20 menit setelah suntikan. Pada penderita prolaktinoma, uji ini tidak meningkatkan prolaktin serum. 3. Uji dengan Domperidon (Motillium) Pemberian 10 mg intravena meningkatakan kadar prolaktin serum 8 -11 kali nilai normal. Pada penderita prolaktinoma tidak dijumpai peningkatan prolaktin serum.
Penatalaksanaan Obat yang paling banyak digunakan untuk menurunkan kadar prolaktin adalah bromokriptin. Dosis obat sangat tergantung dari kadar prolaktin yang ditemukan saat itu. Kadar prolaktin 25-40 ng/ml, dosis bromikriptin cukup 1 x 2,5 mg/hari, sedangkan kadar prolaktin serum >50 ng/ml, diperlukan dosis 2 x 2,5 mg/hari. Efek samping yang sering adalah mual, serta hipotensi (pusing). Apakah dosis yang diberikan telah efektif, sangat tergantung dari kadar prolaktim serum. Setiap selesai satu bulan pengobatan, kadar prolaktin serum harus diperiksa. Jangan sampai kadar prolaktin berada di bawah nilai normal, karena dapat menggganggu fungsi korpus luteum. Bila wanita tersebut hamil, pemberian bromokriptin harus dihentikan karena diduga memiliki efek teratogenik, namun dari penelitian terakhir dapat disimpulkan bahwa bromokriptin tidak memiliki efek teratogenik. Selain itu, perlu dilakukan kampimetri secara teratur 2) . 15
Hormon estrogen yang tinggi dalam kehamilan dapat menyebabkan prolaktinoma membesar, sehingga sebelum merencanakan kehamilan, perlu dipikirkan untuk pengangkatan tumor terlebih dahulu. Wanita tersebut harus memasang kontrasepsi, namun jangan diberikan kontrasepsi yang mengandung estrogen (sebaiknya progestogen, IUD) 2,5) . Tidak semua wanita dengan hiperprolaktinemia dijumpai galaktorea. Pemberian bromokriptin pada wanita dengan galaktorea tanpa hiperprolaktinemia tidak memberikan efek apapun 2,5) .
IV.2 Amenore Ovarium - Tumor Ovarium Amenore yang terjadi dapat disebabkan oleh tumor ovarium yang tidak memproduksi hormon maupun yang memproduksi hormon. Tumor yang tidak memproduksi hormon akan merusak seluruh jaringan ovarium. Tumor ovarium yang memproduksi hormon terbagi atas dua yaitu: o Tumor yang menghasilkan androgen. Androgen yang tinggi akan menekan sekresi gonadotropin. Selain itu ditemukan hirsutismes, hipertropi klitoris, perubahan suara, akne dan seborrea. o Tumor yang memproduksi estrogen. Sebenarnya jarang ditemukan amenorea. Paling sering terjadi perdarahan yang memanjang, akibat hiperplasia endometrium. Penyebab terjadi amenore belum jelas 2,5,13) .
- Menopause Prekok/ Premature Ovarian Failure (POF) dan Sindroma Ovarium Resisten Gonadotropin Pada keadaan ini, kedua ovarium tidak terbentuk, atau mengalami hipoplasia, seperti pada sindroma Turner, atau kedua ovarium masih ada, namun tidak ditemukan folikel (Menopause Prekok). Jika folikel tersedia, namun resisten terhadap gonadotropin maka disebut sebagai Sindroma Ovarium Resisten Gonadotropin 2,5) . 16
Pada umumnya pasien akan mengalami infertilitas. Dan meskipun masih ada folikel, tetap tidak bereaksi terhadap pemberian gonadotropin. Selain itu, ditemukan pula tanda-tanda seks sekunder yang kurang terbentuk. Untuk membedakan Menopause Prekok dan Sindrom Ovarium Resisten Gonadotropin, perlu dilakukan biopsi ovarium. Pada pemeriksaan PA biasanya tidak ditemukan adanya folikel pada Menopause Prekok. Sedangkan pada Sindrom Ovarium Resisten Gonadotropin masih ditemukan adanya folikel 5) . Penatalaksanaan Untuk menekan sekresi FSH dan dapat diberikan estrogen dan progesteron, atau estrogen tunggal secara siklik. Selain itu untuk menekan sekresi FSH dan LH yang berlebihan dapat juga diberikan Gn-RH analog selama 6 bulan. Pada Menopause Prekok maupun Sindroma Ovarium Resisten Gonadotropin, steroid seks diberikan sampai terjadi haid. Namun, pada keadaan ini kemungkinan menjadi hamil sangat kecil 5) .
- Sindroma Ovarium Polikistik (PCOS) PCOS merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan gejala klasik hirsutisme (hiperandrogenisme), obesitas dan anovulasi. Kriteria minimal untuk diagnosis PCOS adalah ditemukannya gejala hiperandrogenisme dengan amenore atau oligomenore. Gejala hiperandrogenisme dapat timbul sebagai akne atau hirsutisme maupun peningkatan sekurang- kurangnya salah satu dari konsentrasi hormone androgen serum (Testosteron, Androstendion, dan DHEAS) 14) . Kejadian sindroma ovarium polikistik cukup tinggi pada wanita usia reproduksi, namun penyebabnya yang pasti hingga kini belum diketahui dengan pasti . Sindroma ovarium polikistik ini erat kaitannya dengan peristiwa anovulasi. Baku emas untuk menegakkan diagnosis sindroma ovarium polikistik ialah dengan laparoskopi 1) . 17
Gejala lain yang sering ditemukan selain amenorea, oligomenorea, infertilitas, adipositas, maupun hirsutisme dan akne adalah pembesaran klitoris dan pengecilan payudara 2) . Diagnosis USG dan atau laparoskopi merupakan alat utama untuk diagnosis. Dengan USG, hampir 95 % diagnosis dapat dibuat. Terlihat gambaran seperti roda pedati, atau folikel-folikel kecil berdiameter 7-10 mm. Baik dengan USG, maupun dengan laparaskopi salah satu atau kedua ovarium pasti membesar 2) . Wanita dengan PCOS menunjukkan kadar FSH, PRL, dan E normal, sedangkan LH sedikit meninggi (nisbah LH/FSH>3). Kadar LH yang tinggi ini akan meningkatkan sintesis Testosteron di ovarium, dan membuat stroma ovarium menebal (hipertikosis). Kadar T yang tinggi membuat folikel mengalami atresi. LH juga menghambat enzim aromatase 2) . Bila di temukan hirsutisme, perlu diperiksa testosteron, dan umumnya kadar T tinggi. Untuk mengetahui, apakah hirsutismus tersebut di berasal dari ovarium, atau kelenjar suprarenal, perlu di periksa DHEAS 2) . Kadar T yang tinggi selalu berasal dari ovarium (> 1,5 ng/ml), sedangkan kadar DHEAS yang tinggi selalu berasal dari suprarenal (> 5-7ng/ml). Indikasi pemeriksaan T maupun DHEAS dapat di lihat dari ringan beratnya pertumbuhan rambut. Bila pertumbuhan rambut yang terlihat hanya sedikit saja (ringan), maka kemungkinan besar penyebab tingginya androgen serum adalah akibat gangguan pada ovarium, berupa anovulasi kronik, sedangkan bila terlihat pertumbuhan rambut yang mencolok, maka peningkatan androgen kemugkinan besar berasal dari kelenjar supra renal, berupa hiperplasia, atau tumor 2) .
18
IV.3 Amenore Uteriner Pada keadaan ini, jika telah diberikan stimulasi dengan steroid seks (estrogen dan progesteron) tetap saja tidak terjadi perdarahan, maka perlu dipikirkan adanya: a. Aplasia uteri; dimana uterus dan endometrium tidak ada. Keadaan ini disebut sebagai amenore uteriner primer. b. Kerusakan pada endometrium akibat perlengketan (sindrom Asherman), atau adanya infeksi berat (TBC). c. Endometrium ada dan normal, tetapi tidak bereaksi sama sekali terhadap hormon. Pada poin b dan c disebut juga sebagai amenore uteriner sekunder 2,5) .
19
Untuk lebih memahami alur diagnosis pada amenore sekunder, dapat dijelaskan secara ringkas pada diagram algoritme berikut ini:
Rendah Tinggi Hipogonadotropic Hipergonadotropic Hipogonadisme Hipergonadisme
V. FAKTOR PROGESTERON DAN ESTROGEN/PROGESTERON PADA AMENORE SEKUNDER Faktor progesteron dan estrogen sangat berperan penting dalam diagnosis maupun penanganan amenore sekunder. Berikut akan dibahas secara terperinci mengenai peran progesteron dan estrogen tersebut dalam diagnosis dan penanganan amenore sekunder. V.1 Uji dengan menggunakan progesteron yang dikenal dengan uji P pada wanita dengan amenore sekunder Uji ini dilakukan apabila telah diyakini wanita tersebut tidak hamil. Uji P bukanlah merupakan suatu uji untuk mengetahui seorang wanita hamil atau tidak. Jenis-jenis progesteron yang dapat digunakan untuk uji P adalah medroksiprogesteron asetat (MPA), noretisteron, didrogesteron, atau nomegestrol asetat (Nom C) 2,5) . Dosis progesteron untuk uji P adalah 5-10 mg/hari dengan lama pemberian 7 hari. Pada umumnya perdarahan akan terjadi 3-4 hari setelah obat habis, dan dikatakan uji P pada wanita ini positif. Bila perdarahan terjadi 2 atau 3 hari setelah pasien menggunakan progesteron, maka tidak perlu lagi melanjutkan sisanya. Terjadinya perdarahan lucut setelah penggunaan progesterone berbeda-beda pada setiap wanita, sehingga jangan terlalu cepat dikatakan uji P negatif. Jika dalam 10 hari setelah obat habis belum juga terjadi perdarahan, maka baru dikatakan uji P negatif 2,5)
Interpretasi dari uji P positif bagi seorang wanita menunjukkan bahwa: 1. Terjadi perdarahan setelah uji P berarti wanita tersebut memiliki uterus dengan endometrium yang normal. 2. Perdarahan dapat keluar dari alat genitalia wanita tersebut, berarti wanita tersebut memiliki vagina dan hymen yang normal. 3. Perdarahan dapat terjadi karena endometrium telah mendapat pengaruh estrogen yang cukup (proliferasi). Estrogen dihasilkan oleh ovarium, tepatnya di folikel. Artinya wanita tersebut memiliki ovarium dan pertumbuhan folikel yang normal
2) . 21
Folikel-folikel di ovarium baru dapat berkembang dan menghasilkan estrogen bila sebelumnya telah mendapat rangsangan dari FSH dan LH. Karena FSH dan LH di sintesis di hipofisis dan pengeluarannya dipicu oleh hormone pelepas GnRH, maka dapat dikatakan bahwa wanita tersebut memiliki hipofisis dan hipotalamus yang normal 2,5) . Pemberian progesteron pada wanita ini menyebabkan endometrium menjadi fase sekresi, dan begitu kadar progesteron turun, terjadilah perdarahan. Disini dapat dikatakan bahwa wanita ini kekurangan progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum. Korpus luteum baru akan terbentuk bila pada seorang wanita terjadi ovulasi
2,5) . Jadi pada wanita ini kemungkinan tidak terjadi ovulasi, jika terjadi tidak diikuti dengan insufisiensi korpus luteum. Pada analisis hormonal seperti FSH, LH, dan prolaktin umumnya dalam batas normal. Tidak dijumpai tumor di hipofisis 2,5).
Diagnosis pada wanita ini adalah disregularitas hipotalamus-hipofisis. Penyebabnya kemungkinan besar karena gangguan pada sistem umpan balik. Kadang-kadang ditemukan kadar FSH dan prolaktin normal, namun kadar LH tinggi. Wanita ini sangat mungkin menderita Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) 2,5) . V.2 Uji Estrogen dan Progesteron yang dikenal dengan uji E/P Bila hasil uji P negatif, maka dilakukan uji estrogen dan progesteron (Uji E/P) dengan memberikan Estrogen selama 21 hari, dan dari ke 12 sampai hari ke 21 diberikan Progesteron 5 -10 mg/hari 2,5) . Jenis estrogen yang dapat diberikan adalah etinilestradiol (50 ug), estrogen valerianat (2 mg), atau estrogen konyugasi (0,625 mg). cara pemberian yang paling sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi 2,5) . Uji E/P dikatakan positif, bila 2 atau 3 hari kemudian terjadi perdarahan (bervariasi), dan bila tidak terjadi perdarahan, uji E/P dikatakan negatif, yang artinya ada gangguan di uterus (Asherman sindrom), atau atresia genitalia distal 2,5).
22
Interpretasi uji Uji E/P positif bagi seorang wanita menunjukkan bahwa pada wanita ini perdarahan baru terjadi setelah diberikan estrogen. Estrogen dibentuk di folikel. Pada wanita ini terjadi gangguan pemetangan folikel sehingga estrogen tidak dapat dihasilkan. Hal ini menyebabkan hipoestrogen. Untuk pematangan folikel diperlukan rangsangan dari GnRH yang dihasilkan oleh hipotalamus. Dapat dipastikan bahwa pada wanita ini tidak terjadi ovulasi 2,5) . Penyebab folikel tidak berkembang perlu dicari penyebabnya dengan analisa hormonal FSH, LH dan prolaktin 2,5) . Bila kadar FSH dan LH rendah/normal, serta kadar PRL normal, maka diagnosisnya adalah amenore hipogonadotrop yang disebabkan oleh insufisiensi hipotalamus hipofisis. Penyebab insufisiensi tersebut dapat disebabkan oleh tumor di hipofisis 2,5) . Bila hasil analisa hormonal ditemukan FSH, atau LH yang tinggi, serta kadar PRL normal, maka penyebab amenoreanya adalah di ovarium (insufisiensi ovarium), misalnya menopause prekok. Diagnosisnya adalah amenorea hipergonadotrop 2,5) . Untuk memastikan diagnosisnya secara pasti, perlu dilakukan biopsy pada ovarium. Bila hasil hormon FSH dan LH sangat rendah berarti tidak terjadi pematangan folikel atau ovarium tidak memiliki folikel-folikel lagi. Untuk mengetahui apakah ovarium masih memiliki kemampuan untuk menumbuhkan folikel, dapat dilakukan uji stimulasi dengan HMG (Uji HMG) untuk memicu fungsi ovarium. HMG mengandung FSH dan LH. Pada ovarium yang normal, pemberian HMG akan memicu pertumbuhan folikel dan memproduksi estrogen. Estrogen tersebut dapat diperiksa melalui urine atau darah 2,5) .
- Uji HMG positif Bila didapatkan estrogen yang normal maka dikatakan uji HMG positif. Perlu diketahui bahwa di kemudian hari tidak di produksi lagi hormone gonadotropin yang mengandung FSH dan LH, melainkan hanya FSH saja 2,5) . 23
Hasil uji HMG positif menunjukkan bahwa amenorea yang terjadi disebabkan karena kurangnya produksi gonadotropin (FSH dan LH) di hipofisis, atau produksi GnRH di hipotalamus 2,5) . Amenore pada keadaan ini disebabkan karena gangguan sentral berupa hipogonadotrop-hipogonadism. - Uji HMG negatif Hasil uji HMG negatif menunjukkan bahwa ovarium tidak memiliki folikel, atau memiliki folikel, tetapi tidak sensitif terhadap gonadotropin, seperti pada kasus sindroma ovarium resisten 2,5) . - Uji Klomifen sitrat Untuk mencari tahu kemungkinan lokasi gangguan yang terjadi di hipotalamus atau hipofisis, maka perlu dilakukan uji stimulasi dengan klomifen sitrat (uji klomifen). Klomifen di berikan 100 mg/hari, selama 5-10 hari 2,5) . Uji klomifen dikatakan positif, jika selama penggunaan klomifen di jumpai penigkatan FSH dan LH serum dua kali lipat, dan 7 hari setelah penggunaan klomifen, dijumpai peningkatan serum estradiol paling sedikit 200 pg/ml. Darah untuk pemeriksaan FSH, LH dan E2 diambil hari ke 7 penggunaan klomifen sitrat. Peningkatan hormon gonadotropin (FSH dan LH) menunjukkan hipofisis normal, artinya masih tersedia FSH dan LH yang cukup 2,5) . Bila uji klomifen negatif, berarti terjadi gangguan di hipotalamus dengan kemungkinan tidak tersedia GnRH yang cukup, maka tindakan selanjutnya adalah melakukan uji dengan GnRH 2,5) . - Uji GnRH Uji ini untuk mengetahui fungsi parsial adenohipofisis, apakah sel-sel yang memproduksi FSH dan LH mampu mengeluarkan FSH dan LH, bila diberikan GnRH dari luar 2,5) . Gn-RH diberikan dengan dosis 25-100 ug, intravena. Tiga puluh menit setelah pemberian Gn-RH, dilakukan pengukuran kadar LH dan FSH serum. Uji Gn-RH dikatakan positif, bila dijumpai kadar FSH dan LH yang normal, ataupun meningkat. Disini dapat disimpulkan adanya gangguan di hipotalamus, sedangkan bila tidak dijumpai peningkatan, berarti ada kelainan di hipofisis 2,5) . 24
V.3 Penanganan Amenore pada wanita dengan uji P negatif dan uji E/P Positif Bila ditemukan FSH dan LH yang normal, namun kadar prolaktin tinggi, maka pasien ini ditangani dengan pemberian bromokriptin. Pada wanita dengan uji P negatif dan uji E/P positif, cukup diberikan estrogen/progesteron siklik, meskipun cara ini tidak mengobati penyebab dari amenore tersebut 2,5) . Bila di duga kelainannya berada di hipofisis, maka untuk memicu pematangan folikel di ovarium dapat di berikan hMG atau FSH dan untuk induksi ovulasi diberikan hCG. Sedangkan untuk kelainan di hipotalamus dapat diberikan Gn-RH secara pulsatif. Apabila tidak memungkinkan pemberian GnRH secara pulsatif, maka dapat diberikan FSH dari luar, terutama bagi wanita yang ingin hamil. Namun, FSH rekombinan ini sangat mahal harganya 2,5) .
V.4 Penanganan Amenore pada wanita dengan uji P dan E/P negatif Pasien diperiksa kadar FSH, LH, dan prolaktin serumnya. Jika normal, maka diagnosis pada pasien ini adalah normogonadotrop amenorea, dengan penyebab utama adanya defek pada endometrium (aplasia uteri, sindroma Asherman, TBC). Prognosis amenore yang disebabkan oleh kuman TBC sangat buruk diantara penyebab lainnya 2,5) .