Anda di halaman 1dari 27

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG JENIS-JENIS

PESAWAT SEDERHANA MELALUI METODE DEMONTRASI PADA PEMBELAJARAN IPA


DI KELAS V
SDN 2 CIBENDA

Nama

: HERMAN

NIM

: 819835289

Email

: herman819835289sah@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil observasi dilapangan, subjek penelitian
di SDN 2 Cibenda kelas V Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat.
Dengan Jumlah siswa 34 orang, bahwa pembelajaran IPA yang dikembangkan
oleh guru belum mampu menumbuhkan budaya belajar yang menekankan pada
bagaimana itu belajar, tetapi lebih banyak menekankan apa itu belajar.
Akibatnya, kegiatan belajar siswa menjadi rendah dan hasil belajar siswa pun
menjadi rendah pula. Selain itu metode pembelajaran yang dilakukan kurang
bervariasi sebagai akibat lemahnya keberanian guru untuk melakukan inovasi
dalam mengimplementasikan metode pembelajaran. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap Metode Demonstrasi dan
mengetahui peningkatan terhadap kegiatan dan hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran IPA. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang terdiri atas dua siklus. Data diperoleh dengan melakukan tes formatif,
observasi siswa, dan wawancara, analisis data mengacu pada teori teruji. Hasil
penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hasil siswa
mengalami peningkatan, terlihat dari nilai rata-rata, yaitu nilai rata-rata 47.64
pada siklus satu menjadi meningkat dengan nilai rata-rata menjadi 61.76, pada
siklus 2. dan ketuntasan belajar siswa pun meningkat (17 orang atau 50,00%
pada siklus 1 menjadi meningkat menjadi 31 orang atau 91.17% pada siklus
kedua) dan siswa menerima secara positif penggunaan Metode Demonstrasi
untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kesimpulannya, metode
demonstrasi dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran ilmu pengetahuan
alam (IPA) untuk upaya meningkatan pemahan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: metode, demontrasi, pemahaman hasil belajar siswa, IPA.

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan alam atau sains merupakan bidang studi yang mengkaji alam
semesta serta berbagai proses yang terjadi didalamnya sebagai objeknya. Oleh
karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan alam erat kaitannya dengan
perkembangan teknologi, maka ilmu pengetahuan alam berkaitan pula dengan
perkembangan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam semesta secara sistematis, sehingga IPA tidak hanya harus menguasai
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu IPA
sangat di perlukan dalam kehidupan sehari- hari karena dengan Ilmu
Pengetahuan Alam tersebut manusia bisa memenuhi kebutuhannya melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan, sehingga
pendidikan IPA di harapkan dapat menjadi bahan bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Sapriati., dkk.
2009 : 8.24 ).
Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut (Sapriati, dkk. 2009:8.24).
1)
memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan ketraturan alam ciptaaan-Nya;
2)
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
3)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi
dan masyarakat;
4)
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan;
5)
meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam;
6)
meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan
7)
memperoleh bekal pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Dari tujuan mata pelajaran IPA tersebut, memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dengan cara memahami konsep-konsep IPA
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan tujuan yang
harus di capai terlebih dahulu agar tujuan yang berikutnya lebih mudah di capai.
Pemahaman konsep-konsep IPA akan tercermin dari hasil belajar peserta didik.
Konsep-konsep IPA yang harus dipahami oleh peserta didik sekolah dasar

meliputi makhluk hidup dan proses kehidupan, benda dan sifatnya, Energi dan
perubannya, dan bumi serta alam semesta (Sapriati., dkk. 2009 : 8.24).
Permasalahan lain yang muncul antara lain diskusi antara peserta didik dengan
guru atau antara peserta didik dengan peserta didik yang lain sangat jarang
terjadi. Sehingga, kelas menjadi pasif seolah olah takut sehingga tidak
menampakan keaktipan ketika pembelajaran berlangsung.
Strategi pembelajaran yang digunakan guru tidak selalu dapat mengurangi rasa
takut peserta didik, akibatnya peserta didik merasakan pembelajaran IPA sebagai
beban sehingga mengganggu pemahaman mereka. Pengamatan guru dalam
proses pembelajaran, guru cenderung untuk menjelaskan atau memberitahukan
segala sesuatu kepada peserta didik. Guru juga jarang menanyakan kesulitan
yang dialami oleh peserta didik dan jarang membantu mereka dalam
menyelesaikan tugas. Strategi yang digunakan guru ternyata tidak mendorong
peserta didik berani mengungkapkan apa yang mereka pikirkan, bahkan
terkesan membosankan, membuat mereka pasif dan mempertebal rasa takut
mereka terhadap mata pelajaran IPA. Sehingga peserta didik kurang
memperhatikan penjelasan guru pada waktu pembelajaran berlangsung. Guru
sering kali menegur peserta didik supaya memperhatikan. Tetapi, bila guru
mengajukan pertanyaan, peserta didik lebih sering tidak menjawabnya dengan
baik, bahkan tidak menjawab sama sekali.
Berdasarkan masalah diatas penulis menerapkan suatu metode untuk mengatasi
polemik tersebut, metode yang dimaksud adalah metode demonstrasi. Metode
demonstrasi merupakan suatu metode yang mempertunjukan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku
yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata atau tiruannya. B.S. Bloom., dkk (1956) (dalam Sapriati, 2009:7.3) tujuan
dari metode ini menyangkut 3 ranah yaitu:
1)
ranah koognitif (ranah proses berpikir); 2) ranah pisikomotor (ranah
keterampilan fisik); dan 3) ranah afektif (ranah sikap hidup).
1.

Identifikasi Masalah

Dalam proses pembelajaran IPA tentang jenis-jenis pesawat sederhana dikelas V


SDN 2 Cibenda peserta didik mengalami hal-hal berikut :
(1)
aktivitas peserta didik dikelas tidak ada, sehingga anak anak tidak mau
terlibat dalam proses pembelajaran;
(2)

kejenuhan peserta didik terhadap pembelajaran IPA;

(3)

kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru;

(4)
kurangnya guru bertanya mengenai kesulitan atau permasalahan peserta
didik; dan

(5)
strategi yang digunakan guru tidak memotivasi peserta didik untuk
mengungkapkan pemikiran peserta didik, membosankan dan menjenuhkan
sehingga peserta didik menjadi pasif.
Penyebab terjadinya hal-hal tersebut menandakan peserta didik kurang
termotivasi sehingga karena kurangnya termotivasi berpengaruh juga terhadap
hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran karena ketidak tepatan
guru menggunakan metode. Maka untuk menyelesaikan masalah ini dilakukan
perbaikan pembelajaran dengan memperhatikan hasil belajar peserta didik
sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenyenangkan. Pada kesempatan ini perbaikan pembelajaran IPA tentang
mengidentifikasi jenis-jenis pesawat sederhana di kelas V SDN 2 Cibenda
Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat melalui metode demonstrasi.
Setelah melakukan refleksi pembelajaran, penulis mengidentifikasi berbagai
permasalahan diantaranya:
1)

keterbatasan kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran;

2)

penggunaan metode pembelajaran yang cendrung teoritis;

3)

motivasi dan pemahaman hasil peserta didik rendah;

4)
kurangnya kreaktivitas guru dalam mengembangkan alat bantu
pembelajaran;
dan
5)
pemahaman hasil belajar peserta didik pada pembelajran masih kurang
maksimal.
Dari hasil evaluasi dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1)

hasil penilaian diakhir pembelajaran rata-rata hanya mencapai 47.64;

2)

persentase ketuntasan KKM dibawah standar yaitu 20,58 %, yang artinya

baru 7 orang siswa yang berhasil meraih nilai di atas KKM 63 dari 34 orang siswa
secara keseluruhan; dan
3)
peserta didik belum memahami konsep-konsep IPA berdasarkan masalah
realistik yang diberikan oleh guru.
2.

Analisis Masalah

Setelah teridentifikasi berbagai permasalahan maka penulis memperoleh hasil


faktor penyebab permasalahan di atas adalah sebagai berikut.
a)

guru kurang menguasai metode pembelajaran;

b)

penggunaan metode yang cenderung monoton dan kurang bervariatif; dan

c)
penjelasan guru tidak disertai alat bantu pembelajaran atau contoh yang
konkrit, dan bersifat teoritis.
3.

Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Dari identifikasi dan analisis masalah yang telah ditemukan, penulis


menyimpulkan untuk melakukan perbaikan pembelajaran yang dituangkan
kedalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan judul "Upaya
meningkatkan pemahaman hasil belajar peserta didik tentang jenis-jenis
pesawat sederhana melalui metode demontrasi pada pembelajaran IPA di kelas V
SDN 2 Cibenda Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat semester 2
tahun pelajaan 2013-2014".
Alasan penggunaan motode demontrasi ini dimaksudkan agar
pembelajaran IPA memberikan kemudahan bagi guru dalam pengembangan
konsep-konsep dan gagasan IPA yang bersumber dari lingkungan/dunia nyata.
Lingkungan/dunia nyata tidak berarti konkrit secara fisik dan kasat mata namun
juga hal-hal yang dapat dibayangkan oleh pikiran siswa.

B.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


1)
bagaimana prosedur penggunaan metode demontrasi untuk
meningkatkan pemahaman hasil belajar peserta didik tentang jenis-jenis
pesawat sederhana pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 2 Cibenda Kecamatan
Cipongkor Kabupaten Bandung Barat semester 2 tahun pelajaan 2013-2014?
2)
bagaimana tingkat pemahaman hasil belajar peserta didik tentang jenisjenis pesawat sederhana pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 2 Cibenda
Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat semester 2 tahun pelajaran
2013-2014 setelah penerapan metode demontrasi?
C.

Tujuan Penelitian

1.

Tujuan Umum

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman hasil


belajar peserta didik tentang jenis-jenis pesawat sederhana pada pembelajaran
IPA dengan menggunakan metode demontrasi untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik tentang jenis-jenis pesawat sederhana pada pembelajaran IPA di
kelas V SDN 2 Cibenda.
2.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian tindakan kelas ini adalah ingin mendeskripsikan:
1)
prosedur penggunaan metode demontrasi untuk meningkatkan
pemahaman hasil belajar peserta didik tentang jenis-jenis pesawat sederhana

pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 2 Cibenda Kecamatan Cipongkor


Kabupaten Bandung Barat semester 2 tahun pelajaan 2013-2014; dan
2)
tingkat pemahaman hasil belajar peserta didik tentang jenis-jenis pesawat
sederhana pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 2 Cibenda Kecamatan
Cipongkor Kabupaten Bandung Barat semester 2 tahun pelajaran 2013-2014
setelah penerapan metode demontrasi.
D.

Manfaat Hasil Penelitian

1.

Manfaat Bagi Peneliti

a)

meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan suatu metode

pembelajaran;
b)

menambah wawasan dan pengalaman tentang keadaan siswa; dan

c)
membiasakan penyelesaian masalah yang dihadapi peserta didik melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
2.

Manfaat Bagi Guru

a)
mempebaiki pembelajaran yang dikelolanya,menambah wawasan guru
dalam memilih dan menggunakan metode/model pembelajaran yang tepat;
b)
mendapat kesempatan untuk berperan akatif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri:
c)
mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dan peserta didik sekaligus
dapat mengetahui alternatif penyelesaiannya; dan
d)
meningkatkan minat untuk melakukan penelitian dalam upaya
meningkatkan profesionalisme.
3.

Manfaat Bagi Siswa

a)

meningkatkan rasa senang dan motivasi untuk proses belajar siswa;

b)

mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran;

c)

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran; dan

d)

meningkatkan prestasi belajar siswa.

4.

Bagi Sekolah dan Institusi Pendidikan Lainnya.

a)

meningkatkan mutu pendidikan secara umum;

b)

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pada umumnya;

c)

meningkatan hasil proses belajar mengajar pada khusunya; dan

d)

bahan masukan dalam penyusunan dan pengembangan

II.

KAJIAN PUSTAKA

A.

Metode Demontrasi

a. Pengertian
Kata metode berasal dari bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila kita
kaitan dengan pembelajaran, metode adalah cara guru membelajarkan siswa
karena metode lebih menekankan pada peran guru, istilah metode sering
digandengkan dengan kata mengajar, yaitu metode mengajar. Menurut Joni
(1992:1993) (dalam Sapriati, 2009:1.23) metode adalah berbagai cara kerja
yang relatif umum yang disesuaikan untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode demonstrasi hakikatnya untuk menyampaikan pembelajaran kepada
siswa dalam penguasaan proses objek tertentu atau lebih identik dengan dengan
metode modeling. Dalam pelaksanaannya metode demonstrasi, selain guru yang
akan menjadi model juga dapat mendatangkan nara sumber yang akan
mendemonstrasikan objek materi pelajaran, dengan syarat telah menguasai
materi yang di demonstrasikan, serta mengutamakan aktivitas peserta didik
dalam melakukan demonstrasi tersebut.
Metode demontrasi merupakan metode mengajar yang memyajikan pelajaran
dengan mempertanyakan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu
sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Salah satu yang perlu
diperhatikan (mengamati) objek yang akan di demontrasikan. Selama proses
demontrasi guru mempersiapkan alat-alat bantu yang akan digunakan dalam
demontrasi tersebut.

b.

Karakteristik Metode Demontrasi

Metode demontrasi hakekatnya adalah untuk menyampaikan pembelajaran


kepada peserta didik dalam proses pembelajaran tertentu (Anitah, dkk
2009:5.25). Metode demontrasi dapat juga mendatangkan narasumber yang
akan mendemontrasikan objek materi pembelajaran, dengan syarat harus
menguasai bahan materi yang akan di demontrasikannya tersebut. Dalam
demontrasi cenderung bahan dan situasi yang digunakan adalah objek yang
sebenar-benarnya.
c.

Prosedur Metode Demontrasi

Menurut Anitah, dkk (2009:5.26) prosedur metode demontrasi yang harus


dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)

mempersiapkan alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran;

2)

memberikan penjelasan tentang topik yang akan di demontrasikan;

3)
pelaksanaan demontrasi bersama guru dengan perhatian dan peniruan
dari siswa;
4)
penguatan (ceramah, diskusi, tanya jawab, dan latihan) terhadap hasil
demontrasi; dan
5)

kesimpulan.

d.

Prasyarat Untuk Mengoptimalkan Metode Demontrasi

Menurut Anitah, dkk (2009:5.26) kemapuan guru yang perlu diperhatikan dalam
menunjang keberhasilan demontrasi, di antaranya adalah:
1)
mampu secara proses dalam melaksanakan demontrasi materi atau teori
yang dipraktikan;
2)
mampu mengelola kelas dengan baik dan menguasai peserta didik secara
menyeluruh; dan
3)

mampu melaksanakan penilaian proses.

Menurut Anitah, dkk (2009:5.26) keunggulan implementasi metode demontrasi


dapat dicapai apabila kondsi pebelajaran diciptakan secara epektif, diantara
keunggulan tersebut adalah:
1)
siswa dapat memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang
sebenarnya;
2)

siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu;

3)

siswa dapat melakukan pekerjaan berdasarkan prosesyang sistematis;

4)
siswa dapat mengetahuai hubungan yang struktural atau urutan objek
dengan baik; dan
5)

siswa dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek yang lain.

e.

Kelemahan Metode Demontrasi

Menurut Anitah, dkk (2009:5.26) kelemahan atau kendala-kendala yang


memungkinkan perlu diantisipasi oleh guru, di antaranya adalah:
1)

hanya dapat menimbulkan cara berpikir siswa yang konkrit saja;

2)
jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak biasa diatur maka metode
demontrasi tidak akan epektif;
3)

bergantung pada alat bantu yang sebenarnya; dan

4)
sering terjadi siswa yang kurang berani dalam mencoba atau melakukan
praktik yang didemontrasikan.

B.

Pembelajaran IPA

a.

Hakikat Pembelajaran IPA

Burner (dalam Sapriati, 2009:1.23) mengemukakan bahwa proses pembelajaran


dimana siswa secara aktif mencarai sendidri pengetahuan yang dinginkan. Oleh
karena itu belajar harus dipandang sebagai suatu proses yang aktif, dimana
siswa membangun kembali pengetahuan (knowledge). Knowledge is constructed.
Pengetahuan sebenarnya dibuat atau dikontruksi oleh manusia, termasuk oleh
siswa. Pembelajaran IPA akan lebih berhasil apabila siswa secara langsung dapat
menemukan dan memperagakan sendiri materi pelajaran yang diberikan oleh
guru.
b.

Tujuan

Dilihat dari kurikulum, tujuan pembelajaran IPA disekolah Dasar/Madrasah


Ibtitaiyah (SD/MI) adalah agar siswa mampu:
1)
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
2)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya
hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi, dan
masyarakat;
3)
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan;
4)

berperan serta dalam memelihara dan melestarikan lingkungan alam;

5)
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Tuhan; dan
6)
memiliki pengetahuan, konsep keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan jenjang pendidikan selanjutnya.

C.

Belajar

a.

Pengertian belajar

Menurut definisi lama, yang di maksud dengan belajar adalah menambah dan
mengumpulkan pengetahuan, yang di utamakan dalam definisi ini adalah
penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk menjadi cerdas atau
membentuk intelektual, sedangkan sikap dan keterampilan diabaikan.
Sedangkan menurut pendapat modern seperti yang di nyatakan oleh Ernest R
Hilgart (1984) (dalam Anitah, dkk 2009:2.4) menyatakan bahwa

Learning is the process by whichan activity originates or is changed through


training procedur (whether in the laboratory or in the naturalenvironment) as
distinguished from change by foctors not atristable the training

yang berarti bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang
diperoleh melelui latihan dan perubahan itu di sebabkan karena ada dukungan
dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif.
Dari uraian pernyataan dapat di simpulkan bahwa pengertian belajar adalah
suatu usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

b.

Hasil Belajar

a.

Pengertian

Menurut Anitah, dkk, (2009:2.13) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan


kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan
selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukan
suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang
bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari.
b.

Jenis-Jenis Hasil Belajar

Tentang jenis-jenis hasil belajar, Romizoswki (1982) (dalam Anitah, dkk


2009:2.19) menyebutkan bahwa hasil belajar menunjukan skema kemampuan di
antaranya:
1)
keterampilan kognitif yang berkaitan dengan kemampuan membuat
keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis;
2)
keterampilan psikomotor yang berkaitan dengan kemampuan tindakan
fisik dan kegiatan perceptual;
3)
kemampuan reaktif yang berkaitan dengan sikap kebijaksanaa, perasaan,
dan self control; dan
4)

keterampilan interaktif yang berkaitan dengan kemampuan sosial.

Sedangkan menurut Gagne (1979) (dalam Anitah, dkk 2009:2.19) menyebutkan


5 tipe hasil belajar meliputi:
1)

motor skill, 2) verbal information, 3) intelektual skills, 4) attitudes, dan

5) kognitive strategies.

c.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

Menurut Anitah (2009:2.7) Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh


beberapa factor, yang dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu:
1)

faktor dalam diri siswa sendiri (intern)

2)

faktor dari luar diri siswa (ekstern)

D. Materi Ajar Jenis-jenis Pesawat Sederhana


Jenis-jenis pesawat sederhana dikelompokan menjadi empat jenis, yaitu: tuas,
bidang miring, katrol, dan roda berporos (Azmiyawati,. dkk 2008:98). Agar kamu
lebih memahami keempat jenis pesawat sederhana tersebut, berikut akan
dijelaskan satu persatu

III.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.

Subjek, Tempat dan Waktu Serta Pihak Yang Terlibat Dalam Penelitian

1.

Subyek Penelitian

Mata pelajaran yang dijadikan subjek penelitian adalah Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) dengan materi mengidentifikasi jenis-jenis pesawat sederhana. Jumlah
siswa kelas V SD Negeri 2 Cibenda adalah 34 orang. Terdiri dari: Laki-laki 15
orang, dan perempuan 19 orang.
Yang beralamat jln. AMD Manunggal No.50 Kp. Pasirhuni Rt 02 Rw 04 mempunyai
tingkat kemampuan sedang standar tingkat Kecamatan Cipongkor, dengan ratarata nilai ulangan untuk semester I tahun pelajaran 2013/2014 mencapai 6,45.
Dari jumlah siswa sebanyak 34 orang hanya 48% yang memiliki kemampuan
diatas rata-rata sedangkan 34% termasuk kategori sedang, dan 18% orang
termasuk pengetahuannya masih kurang.
1)

Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Cibenda yang beralamat di jln. AMD
Manunggal No.50 Kp. Pasirhuni Rt 02 Rw 04 Desa Cintaasih Kecamatan
Cipongkor Kabupaten Bandung Barat.
2)

Waktu Penelitian

Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Praktek


Siklus Mata Pelajaran
Pra Siklus

IPA

Pelaksanaan Alokasi Waktu

Rabu, 30 April 2014

1 x 35 Menit

IPA

Rabu, 07 Mei 2014 1 x 35 Menit

II

IPA

Rabu, 14 Mei 2014 1

3)

Pihak yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Penelitian

x 35 Menit

a)
Universitas Terbuka sebagai penyelenggarakegiatan program
pembelajaran pusat;
b)
UPBJJ.UT Bandung, sebagai unit pelaksanaan kegiatan program
pembelajaran;
c)
Pokjar Sindangkerta-Cipongkor, sebagai kelompok belajar dalam
lingkungan;
d)
Supervisor 1, sebagai dosen sekaligus pembimbing 1 pada kegiatan
penelitian;
e)
Supervisor 2, sebagai pembimbing 2 pada kegiatan perbaikan
pembelajaran;
f)
dan

Kepala SDN 2 Cibenda, sebagai pemberi izin tempat kegiatan penelitian;

g)

Siswa kelas V SDN 2 Cibenda, Sebagai subjek penelitian.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Desain prosedur perbaikan pembelajaran pada penelitian ini menggunakan


prinsip-prinsi PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, (1991)
(dalam Wardani, dkk 2013:21)

a)

Tahap perencanaan

Perencanaan perbaikkan pembelajaran ini dimulai dari hasil refleksi awal


pembelajaran pra siklus dengan fokus untuk menganalisis permasalahan,
sehingga dapat merumuskan upaya perbaikan pada pembelajaran selanjutnya,
dan akhirnya dengan bimbingan supervisor 2 dan beberapa masukan dari guru
di sekolah, diambil kesimpulan untuk melakukan kegiatan perbaikan
pembelajaran berdasarkan temuan-temuan masalah yang ada.
b)

Tahap pelaksanaan

1)

pada tahap pelaksanaan perbaikkan pembelajaran

menggunakan prinsip-prinsi PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan


dan refleksi; dan

d) Tahap pengamatan (obeservasi) dan Pengumpulan data


Pada tahap pengamatan (obeservasi) dan Pengumpulan data yang berkenaan
dengan perbaikan permbelajaran siklus 1 ini mencakup beberapa hal, yaitu :
(1)
prosedur pelaksanaan tindakan yang berkenaan dengan penggunaan
model pembelajaran selama proses perbaikan pembelajaran ini digunakan
lembar pengamatan (observasi) kegiatan guru yang diamati oleh Supervisor 2,
pedoman lembar pengamatan (observasi) ini merupakan alat penilaian
kemampuan guru dalam membuka, melaksanakan kegiatan inti dan menutup
pelajaran;
(2)
sementara itu aktivitas keterlibatan siswa selama mengikuti proses
perbaikan pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar pengamatan
(observasi) keaktifan siswa (terlampir) yang diamati oleh guru sebagai
peneliti.Lembar pengamatan ini dirancang dalam bentuk cheklist () yang terdiri
dari 10 aspek pertanyaan.
2)

Tahap refleksi

Refleksi pada Siklus 1 dilakukan peneliti dengan menggunakan lembar refleksi


(terlampir), hal ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis hal-hal
berikut :
(1)
kekuatan dan kelemahan guru dalam melaksanakan tindakan perbaikan
atau penggunaan metode demontrasi dalam perbaikan pembelajaran;
(2)
kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam aktivitas selama mengikuti
proses perbaikan pembelajaran; dan
(3)
kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam menguasai materi
pembelajaran.
C. Tekhnik Analisis Data
1)

Pengertian

Mills (2000) (dalam IGAK Wardhani, 2011:5.4) analisis data adalah upaya yang
dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara
akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan
benar.
2)

Langkah-langkah

a)
menyeleksi dan memfokuskan serta mengorganisasikan data sesuai
pertanyaan penelitian (rumusan masalah);
b)
mendeskripsikan atau menyajikan data dalam bentuk narasi (uraian),
tabel atau grafik; dan
c)

menarik kesimpulan dalam bentuk formula atau narasi singkat.

3)

Tujuan

Anggoro, dkk (2011:6.4) meyebutkan bahwa tujuan analisis data yang dilakukan
guru sebagai peneliti bertujuan:
a)
menggambarkan hubungan (atau perbedaan) yang di harapkan antara
variable-variabel yang diteliti;
b)

dapat diuji secara statistik;

c)
memberikan alasan atau rasionalisasi yang didasarkan pada suatu teori
atau hasil-hasil penelitian relevan sebelumnya; dan
d)

dirumuskan sesingkat mungkin dan jelas.

4)

Bentuk-bentuk penyajian analisis data.

a)

penyajian secara kualitatif; dan

b)

penyajian secara kuantitatif.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Hasil Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran

Pelaksanaan tindakan kelas ini di awali dengan melakukan observasi terhadap


kondisi awal siswa dalam pembelajaran IPA, kemudian penelitian tindakan kelas
yang dilakukan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari dua tindakan.
Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan hasil
penelitian, pembahasan dan refleksi.
Data dalam penelitian ini diambil dari 34 orang siswa. Terdiri dari laki-laki 15
orang dan siswa perempuan sebanyak 19 orang. Ke- 34 orang siswa secara
keseluruhan mengikuti proses pembelajaran IPA mulai dari siklus satu sampai
siklus dua.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN 2 Cibenda jln. AMD Manunggal
No. 50 Kp. Pasirhuni Ds. Cintaasih Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung
Barat, dimaksudkan untuk mengungkap hasil penelitian dan pembahasan
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan

penelitian, hasil yang diperoleh dan implikasi tindakan yang dilakukan untuk
mengadakan peningkatan sebagai refleksi yang diperoleh dari analisis data.
1)
a)

Siklus 1
Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini tindakan dilaksananakan berdasarkan lampiran pada


pembelajaran, yang sebelumnya telah disusun dan dipersiapkan, dan akhirnya
dengan bimbingan supervisor 2, diambil langkah untuk menambah metode yang
ada dengan metode demontrasi pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 1,
dengan langkah-langkah perencanaan seperti yang tertuang pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Langkah-langkah perencanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
No

Langkah-Langkah

1
Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang lengkap (RPP
terlampir)
2
Memberitahukan kepada peserta didik tentang target pencapaian KKM
pada perbaikan pembelajaran.
3
Menyiapkan media/alat bantu pelajaran untuk mendukung pelaksanaan
metode pembelajaran.
4

Menyiapkan lembar observasi dan pengamatan.

Menganalisis data yang terkumpul

b) Tahap Pelaksanaan
(1)
pada tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini menggunakan
prinsipprinsip PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi; dan
(2) pelaksanaan perbaikan pembelajaran diamati oleh supervisor 2
menggunakan lembar pengamatan (lembar pengamatan terlampir), dalam
kegiatan pengamatan ini supervisor bertugas mengamati tentang penerapan
tindakan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama proses
perbaikan pembelajaran.
c) Prosedur perbaikan pembelajaran ditempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
A. Kegiatan Awal ( 10 Menit )
1)
mengucapkan salam dan bertegur sapa mengenai keadaan peserta didik
(berdoa dan mengabsen kehadiran siswa);

2)
guru menyampaikan skenario dan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai; dan
3)
melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan dengan alat
apakah kita dapat menggunting kertas?
B. Kegiatan Inti ( 20 Menit )
1.

Tahap Eksplorasi

melakukan tanya jawab mengenai dari pertanyaan pada apersepsi.


2.

Tahap Elaborasi

a)
menciptakan suasana yang kondusif agar siswa dapat mencermati
penjelasan guru melalui metode demontrasi (siswa diarahkan kedalam situasi
yang nyata) dalam menggunakan jenis-jenis pesawat sederhana;
b)
guru menarik perhatian peserta didik dengan cara memajangkan alat
peraga untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang pesawat sederhana;
c)
memotivasi dengan memberi pujian dan meminta salah satu peserta
didik untuk mendemontrasikan salah satu jenis pesawat sederhana; dan
d)
membimbing peserta didik untuk menjawab soal yang dibuat guru
dipapan tulis.
3.

Tahap Konfirmasi

a)

merenungkan/mengkaji ulang materi pembelajaran yang diperoleh serta

bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; dan


b)

memberikan tes tertulis.

C. Kegiatan Penutup ( 5 Menit )


1)

bersama siswa, guru menyimpulkan materi pembelajaran; dan

2)

memberi pengayaan dan penguatan.

d) Tahap pengamatan (obeservasi) dan Pengumpulan data


Pada tahap pengamatan (obeservasi) dan pengumpulan data yang berkenaan
dengan perbaikkan permbelajaran siklus 1 ini mencakup beberapa hal, yaitu:
1)
prosedur pelaksanaan tindakan yang berkenaan dengan penggunaan
metode pembelajaran selama proses perbaikan pembelajaran ini digunakan
lembar pengamatan (observasi) kegiatan guru yang diamati oleh Supervisor 2,
pedoman lembar pengamatan (observasi) ini merupakan alat penilaian
kemampuan guru dalam membuka, melaksanakan kegiatan inti dan menutup
pelajaran (terlampir);

2)
sementara itu aktivitas keterlibatan peserta didik selama mengikuti proses
perbaikkan pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar pengamatan
(observasi) keaktifan peserta didik (terlampir) yang diamati oleh guru sebagai
peneliti. Lembar pengamatan ini dirancang dalam bentuk cheklist () yang terdiri
dari 10 aspek pertanyaan; dan
3)
pada aspek keberhasilan siswa dalam mengiktui perbaikkan pembelajaran
dinilai guru pada akhir perbaikkan pembelajaran seperti soal yang tercantum
dalam rencana perbaikkan pembelajaran siklus 1 (butir soal, lembar jawaban dan
kriteria penilaian terlampir).
d)

Tahap Refleksi

Dalam kegiatan refleksi, didapat beberapa kekuatan dan kelemahan yang terjadi
pada perbaikan pembelajaran siklus 1, diantaranya:
(1)

Kekuatan:

(a)
penggunaan metode demontrasi sudah bisa meningkatkan kemampuan
hasil belajar dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran; dan
(b)
penggunaan media/alat pembelajaran membantu peserta didik
memahami matri ajar yang diberikan.
(2)

Kelemahan:

Kurangnya pemahaman hasil belajar siswa kelas V (lima) SD Negeri 2 Cibenda


tentang materi pelajaran. Hal ini dapat terlihat dari presentase tingkat
keberhasilan hasil belajar yang dirasakan masih kurang karena belum mencapai
presentase ketuntasan KKM yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil refleksi pada proses perbaikan pembelajaran pada siklus 1,
maka perlu diadakan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 yaitu:
1)
dan

penggunaan metode pembelajaran hendaknya digunakan sebaik mungkin;

2)
guru sebaiknya lebih berupaya dalam meningkatkan pemahaman hasil
belajar peserta didik dengan mempersiapkan perbaikkan pembelajaran siklus 2
dengan sebaik mungkin.
2)
a)

Siklus 2
Tahap Perencanaan

Perencanaan perbaikan pembelajaran ini betitik tolak dari hasil refleksi pada
kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 1. Refleksi tersebut ditunjukan untuk
menganalisis permasalahan, sehingga dapat dirumuskan upaya perbaikan pada
pembelajaran selanjutnya, dan akhirnya dengan bimbingan supervisor 2 diambil
langkah untuk lebih mengefektifkan metode pembelajaran pada kegiatan siklus
2, dengan langkah-langkah perencanaan seperti yang tertuang pada tabel
berikut:.

Tabel 4.5 langkah-langkah perencanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus 2


No

Langkah-Langkah

1
Menyusun rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang lengkap (RPP
terlampir)
2
Memberitahukan kepada peserta didik tentang target pencapaian KKM
pada perbaikan pembelajaran.
3
Mempersiapkan media/alat pembelajaran untuk lebih mengektifkan
penggunaan metode pembeajaran.
4

Menyiapkan lembar observasi dan pengamatan.

Menganalisis Data yang terkumpul

b)

Tahap Pelaksanaan

1)
pada tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 2 ini tetap
menggunakan prinsip-prinsi PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi;
2)
pelaksanaan perbaikan pembelajaran diamati oleh supervisor 2
menggunakan lembar pengamatan (lembar pengamatan terlampir), dalam
kegiatan pengamatan ini supervisor bertugas mengamati tentang penerapan
tindakan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama proses
perbaikan pembelajaran; dan
3)
prosedur perbaikan pembelajaran ditempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
A.

Kegiatan Awal ( 10 Menit )

1)
mengucapkan salam dan bertegur sapa mengenai keadaan peserta didik
(berdoa dan mengabsen kehadiran peserta didik);
2)
guru menyampaikan skenario dan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai; dan
3)
melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan dengan alat
apakah kita dapat menggunting kertas?
B.

Kegiatan Inti ( 20 Menit )

1).

Tahap Eksplorasi

melakukan tanya jawab mengenai dari pertanyaan pada apersepsi.


2)

Tahap Elaborasi

a)
menciptakan suasana yang kondusif agar peserta didik dapat mencermati
penjelasan guru melalui metode demontrasi (peserta didik diarahkan kedalam
situasi yang nyata) dalam menggunakan jenis-jenis pesawat sederhana;
b)
guru menarik perhatian peserta didik dengan cara memajangkan alat
peraga untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang pesawat sederhana;
c)
memotivasi dengan memberi pujian dan meminta salah satu peserta
didik untuk mendemontrasikan salah satu jenis pesawat sederhana; dan
d)
Membimbing peserta didik untuk menjawab soal yang dibuat guru dipapan
tulis.
3)

Tahap Konfirmasi

1)
merenungkan/mengkaji ulang materi pembelajaran yang diperoleh serta
memberikan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui peserta
didik; dan
2)

memberikan tes tertulis.

C.

Kegiatan Penutup (5 Menit)

1)

bersama peserta didik, guru menyimpulkan materi pembelajaran; dan

2)

memberi pengayaan dan penguatan.

c)

Tahap Pengamatan (observasi) dan Pengumpulan Data

Setelah melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada Siklus 2 ini,


ditemukan beberapa kemajuan pada kemampuan hasil belajar siswa yang sangat
tajam, hal ini dapat terlehat dari :
1)
pelaksanaan tindakan yakni penggunaan metode demontrasi oleh peneliti
berlangsung dengan baik sesuai prosedur proses pembelajaran yang telah di
rancang pada Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 2, baik dalam membuka,
melaksanakan kegiatan inti maupun didalam kegiatan menutup pelajaran;
2)
siswa pada umumnya sudah mampu melaksanakan perannya dengan
baik, sebagaimana tercantum dalam lembar observasi keaktifan siswa;

3)
dilihat dari kemampuan hasil belajar siswa, sebagian besar siswa sudah
mampu menguasai materi pelajaran dan presesntase ketuntasan hasil belajar
melebihi terget yang ditetatpkan pada langkah kegiatan perencaan siklus 2.
Berdasarkan tabel 4.8. Siswa yang belum tuntas sebanyak 3 orang (8.82%) dan
siswa yang sudah tuntas 31 orang (91.17%). Hal ini sudah dikatakan baik, karena
semua peseta didik yang mengalami ketuntasan belajar terdiri dari kelompok

pandai dan sedang, walaupun dari kelompok kurang hanya 3 orang yang belum
mengalami ketuntasan belajar.
d.

Tahap Refleksi

Hasil refleksi pada siklus 2 ini sudah menunjukan peningkatan dari siklus
sebelumnya, dengan rincian sebagai berikut:
(1)
terlihat dari kegiatan pembelajaran peserta didik secara keseluruhan dari
kegiatan pembelajaran dimana para peserta didik seluruhnya terlibat aktif;
(2)
penggunaan metode pembelajaran sudah maksimal dalam meningkatkan
pemahaman hasil belajar siswa; dan
(3)
aktivitas dan keikutsertaan peserta didik dalam perbaikan pembelajaran
sangat memuas.
B.

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1) Siklus 1
Mengingat tujuan perbaikan pembelajaran yang penulis rumuskan pada RPP
perbaikan siklus 1 adalah penggunaan metode demontrasi pada pembelajaran,
penulis meminta kesediaan Supervisor 2 untuk menilai kelengkapan RPP dengan
menggunakan format observasi/penilaian terhada penyusunan RPP perbaikan
pembelajaran (instrumen penilain APKG 1 terlampir).
Berdasarkan penilaian Supervisor 2, diperoleh data bahwa secara
keseluruhan RPP yang telah dibuat mendapat skor 4,51 yang secara kualitatif
termasuk kategori baik.
Sementara itu, pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil
penilaian Supervisor selama proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran
(instrumen penilaian APKG-2 terlampir) diperoleh data yang secara keseluruhan
tidak jauh berbeda dengan hasil penilaian pada penyusunan rencana perbaikan
pembelajaran. Nilai yang diperoleh sebesar 4,43 termasuk kategori baik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, metode demontrasi yang
penulis gunakan pada perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dapat terlaksana
dengan baik meskipun masih ada beberapa hal yang masih perlu
disempurnakan.
Pada evaluasi yang dilaksanakan di akhir pelaksanaan perbaikan
pembelajaran, dari 5 (lima) soal yang diteskan 17 orang siswa sudah mencapai
KKM meskipun ada 17 orang siswa belum mencapai nilai diatas KKM yang telah
ditetapkan.
Perbandingan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 data hasil belajar siswa prasiklu dan Siklus 1

No

Nama Siswa Perolehan Nilai


Pra Siklus

Ket

Siklus 1

Adrian Renaldi

40

Akbar 80

Tuntas

Anggi Permana

40

40

Tidak Tuntas

Anggi Setiawan

40

80

Tuntas

Ani Nuraeni 40

40

Tidak Tuntas

Cahyana Nugraha 40

80

Tuntas

Cep Abdul Mujib

40

40

Tidak Tuntas

Daden40

80

Tuntas

Dede 40

40

Tidak Tuntas

10

Diki Nugraha40

40

11

Elan

Tidak Tuntas

12

Elsa Nurhayati

40

40

13

Euis Terlina 40

80

Tuntas

14

Fitriani Ulpah

40

40

15

Hendra

40

80

Tuntas

16

Ikbal 40

40

Tidak Tuntas

17

Indra Lesmana

40

80

18

Jaenul Alam 40

60

Tidak Tuntas

19

Jidan Permana

40

80

20

Kika Kamelia 40

40

Tidak Tuntas

21

Lia Rismawati

40

40

22

Liza Listiani 40

80

Tuntas

23

Lufi Iskandarsyah

40

80

24

Mariam

80

Tuntas

25

Mia Ismiayati

80

80

Tuntas

26

Miftahul Pariz

40

60

Tidak Tuntas

40

100

40

80

80

Tuntas

Tidak Tuntas

Tidak Tuntas

Tidak Tuntas

Tuntas

Tuntas

Tidak Tuntas

Tuntas

27

Muhamad Pajar Sidiq

80

80

Tuntas

28

Muhamad Ikbal Padilah

80

80

Tuntas

29

Neng Rindi

80

80

Tuntas

30

Nurul Pajar

40

40

Tidak Tuntas

31

Siti Saadah 20

20

Tidak Tuntas

32

Susan Melawati

20

60

Tidak Tuntas

33

Yovi Heliansyah

80

80

Tuntas

34

Yuni

Tidak Tuntas

40

40

Jumah 1.600 2.100


Nilai rata-rata
KKM

63

47.64 61.76

63

Prosentase Ketuntasan KKM

20.58 50.00 17 Org

Prosentase Ketidaktuntasan KKM

79.42 50.00 17 Org

Rata-rata nilai hasil belajar peserta didik sebelum pelaksanaan perbaikan


pembelajaran sebagaimana tercantum pada tabel di atas adalah sebesar 47,05
sedangkan setelah perbaikan sebesar 61.76.

Dari data ini pula dapat diperoleh gambaran bahwa nilai hasil belajar siswa
secara individu, adalah sebagai berikut
siswa yang memperoleh nilai 20,sebanyak 1 orang, siswa yang memperoleh
nilai 40,sebanyak 13 orang, siswa yang memperoleh nilai 60,sebanyak 3 orang
siswa yang memperoleh nilai 80, sebanyak 16 orang, siswa yang memperoleh
nilai 100 ,sebanyak 1 orang
Sementara perbandingan presentase ketuntasan KKM KD secara klasikal dapat
dilihat pada diagram batang dibawah ini:
Berikut adalah diagram perbandingan prosentase ketuntasan KKM pada kegiatan
pembelajaran Pra Siklus dan Kegiatan Perbaikan Pembelajaran Siklus 1

Diagram 4.2
Diagram Perbandingan Prosesntase Ketuntasan KKM Pra Siklus dan Siklus 1

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa, presentase hasil belajar siswa
sebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagaimana tertera pada
diagram di atas adalah sebesar 20.58% sedangkan setelah perbaikan sebesar
50.00%.

2)

Siklus 2

Pada Rencana perbaikan siklus 2 ditetapkan tujuan perbaikan pembelajaran


adalah penggunaan metode demontrasi untuk lebih meningkatkan pemahaman
hasil belajar siswa tentang jenis-jenis pesawat sederhana, penulis meminta
kembali kesediaan supervisor 2 untuk menilai kelengkapan Rencana Perbaikan
Pembelajaran dengan menggunakan format observasi/penilaian terhadap
penyusunan Rencana perbaikan pembelajaran (instrumen penilaian APKG-1
terlampir).
Berdasarkan penilaian Supervisor 2, diperoleh data bahwa secara
keseluruhan RPP yang telah dibuat mendapat skor 4,79 yang secara kualitatif
termasuk kategori baik sekali.
Sementara itu, pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil
penilaian supervisor 2 selama proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran
(instrumen penilaian APKG-2 terlampir) diperoleh data yang secara keseluruhan
tidak jauh berbeda dengan hasil penilaian pada penyusunan rencana perbaikan
pembelajaran siklus 1. Nilai yang diperoleh sebesar 4,67 yang termasuk kategori
baik berdasarkan kriteria interpretasi di atas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, metode demontrasi yang
penulis gunakan pada pembelajaran IPA kelas V (lima) semester 2 SDN 2
Cibenda khususnya pada materi pokok jenis-jenis pesawat sederhana dapat
terlaksana dengan baik sekali.
Pada evaluasi yang dilaksanakan di akhir pelaksanaan perbaikan
pembelajaran, dari 5 (lima) soal yang diteskan 31 (tiga puluh satu) orang siswa
sudah mampu menjawab, walau masih ada 3 (tiga) orang siswa yang belum
mencapai nilai diatas KKM yang telah ditentukan.

Perbandingan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan perbaikan


pembelajaran dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10
Tabel hasil Belajar Siswa Tiap Siklus
No

Nama Siswa Perolehan Nilai


Pra Siklus

Ket

Siklus I

Siklus II
100

Tuntas

Adrian Renaldi

40

80

Akbar 80

100

Tuntas

Anggi Permana

40

40

80

Tuntas

Anggi Setiawan

40

80

80

Tuntas

Ani Nuraeni 40

40

80

Tuntas

Cahyana Nugraha 40

80

100

Tuntas

Cep Abdul Mujib

40

40

80

Tuntas

Daden40

80

100

Tuntas

Dede 40

40

80

Tuntas

10

Diki Nugraha40

40

80

11

Elan

80

Tuntas

12

Elsa Nurhayati

40

40

80

13

Euis Terlina 40

80

100

Tuntas

14

Fitriani Ulpah

40

40

60

15

Hendra

40

80

80

Tuntas

16

Ikbal 40

40

80

Tuntas

17

Indra Lesmana

40

80

80

18

Jaenul Alam 40

60

80

Tuntas

19

Jidan Permana

40

80

80

20

Kika Kamelia 40

40

80

Tuntas

21

Lia Rismawati

40

40

40

22

Liza Listiani 40

80

80

Tuntas

23

Lufi Iskandarsyah

40

80

80

40

100

40

Tuntas

Tuntas

TidakTuntas

Tuntas

Tuntas

Tidak Tuntas

Tuntas

24

Mariam

25

80

80

Tuntas

Mia Ismiayati

80

80

100

Tuntas

26

Miftahul Pariz

40

60

80

Tuntas

27

Muhamad Pajar Sidiq

80

80

80

Tuntas

28

Muhamad Ikbal Padilah

80

80

100

Tuntas

29

Neng Rindi

80

80

100

Tuntas

30

Nurul Pajar

40

40

60

Tidak Tuntas

31

Siti Saadah 20

20

80

Tuntas

32

Susan Melawati

20

60

80

Tuntas

33

Yovi Heliansyah

80

80

100

Tuntas

34

Yuni

80

Tuntas

40

80

40

Jumah 1600 2.100 2.820


Nilai rata-rata

47.64 61.76 82.94

KKM

63

63

63

Presentase Ketuntasan KKM

20.58 50.00 91.17 31 Orang

Presentase Ketidaktuntasan

79.42 50.00 8.82

3 Orang

Rata-rata nilai hasil belajar siswa sebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran


sebagaimana tertera pada tabel di atas adalah sebesar 47.64 sedangkan setelah
perbaikan siklus 1 sebesar 61.76 sementara itu pada perbaikan pembelajaran
siklus 2 sebesar 82.94.

Dari data ini pula dapat diperoleh gambaran bahwa nilai hasil belajar siswa
secara individu, adalah siswa yang memperoleh nilai 40, sebanyak 1 orang,
siswa yang memperoleh nilai 60, sebanyak 2 orang, siswa yang memperoleh
nilai 80, sebanyak 22 orang, dan siswa yang memperoleh nilai 100, sebanyak 9
orang.
Berikut adalah diagram perbandingan presentase ketuntasan KKM pada kegiatan
pembelajaran Pra Siklus dan Kegiatan Perbaikan Pembelajaran Siklus 1 dan
Siklus 2
Diagram 4.4 Perbandingan Presesntase Ketuntasan KKM Tiap Siklus

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa, presentase ketuntasan hasil


belajar siswa sebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagaimana
tertera pada tabel di atas adalah sebesar 20.58 sedangkan setelah perbaikan
siklus 1 sebesar 50.00 sementara itu pada perbaikan pembelajaran siklus 2
sebesar 91.17.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A.

Kesimpulan

Setelah hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada


bab IV, maka dapat diambil simpulan yaitu :
1.

Prosedur

a)
penggunaan metode demontrasi terhadap peningkatan pemahaman hasil
belajar peserta didik tentang jenis-jenis pesawat sederhana pada pembelajaran
IPA di kelas V SD Negeri 2 Cibenda Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung
Barat semester 2 tahun pelajaan 2013-2014; dan
a.
mengetahui dan mendeskripsikan dampak hasil penggunaan metode
demontrasi untuk meningkatkan pemahaman hasil belajar peserta didik tentang
jenis-jenis pesawat sederhana pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 2 Cibenda
Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat Semester 2 Tahun Pelajaan
2013-2014
2.

Tingkat Pemahaman

Rata-rata nilai hasil belajar siswa sebelum pelaksanaan perbaikan


pembelajaran adalah sebesar 47.64 sedangkan setelah perbaikan siklus 1
sebesar 61.76 dan pada siklus 2 sebesar 82.94. Ketercapaian hasil belajar siswa
secara individu, dalam hal ini siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (63)
adalah sebanyak 31 orang dari 34 orang secara keseluruhan dengan presentase
ketercapaian hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 91.17%, angka ini jauh
lebih besar dari presentase ketercapaian hasil belajar siswa sebelum perbaikan
pembelajaran yakni hanya sebesar 20.58% sedangkan pada siklus 1 sebesar
50.00%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, metode demontrasi yang
penulis gunakan pada pembelajaran IPA kelas V (lima) semester 2 SDN 2

Cibenda khususnya pada materi pokok jenis-jenis pesawat sederhana dapat


terlaksana dengan baik.

B.

Saran Tindak Lanjut

Adapun saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:


1.
penggunaan metode demontrasi akan berhasil meningkatkan keaktifan
dan kemampuan hasil belajar siswa apabila dalam pelaksanaannya guru terus
melakukan inovasi pembelajaran yang lebih baik;
2.
guru perlu menguasai kemampuan khusus dalam hal penggunaan metode
demontrasi pada setiap mata pelajaran sesuai dengan karakteristik pelajaran itu
sendiri;
3.
guru perlu menguasai keterampilan pengelolaan kelas, agar dapat
meningikatkan motivasi belajar siswa; dan
4.
siswa yang masih belum berhasil harus mendapat bimbingan khusus dari
guru baik berupa perbaikan/perngayaan maupun berupa bimbingan konseling.

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro M T., dkk (2011). Metode penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka


Anitah W., Sri., dkk (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Azmiyawati C., dkk (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 5 Salingtemas. Sukamaju
Depok: Departemen Pendidikan Nasional
Sapriati A., dkk (2009). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Wardhani I.G.K, Wihardit K (2011). Penelitian Tindakan kelas, Jakarta:
Universitas Terbuka
Wardhani I.G.K., Tim-FKIP UT (2013). Pemantapan Kemampuan Profesional.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai