Anda di halaman 1dari 8

ANTIBIOTIK

Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan
modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di
seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati.
Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih
banyak daripada yang terbunuh pada Perang Dunia I.
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan
meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan
bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat
yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk
menemukan apa yang disebut "peluru ajaib", yaitu obat yang dapat
membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.
Pada permulaan tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa
suatu produk dalam airmata manusia dapat melisiskan (menghancurkan) sel bakteri. Zat ini
disebut lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri yang ditemukan pada
manusia. Seperti pyocyanase, lysozyme juga menemukan jalan buntu dalam usaha pencarian
antibiotik yang efektif, karena sifatnya yang merusak sel-sel bakteri non-patogen.
Namun pada tahun 1928 Fleming secara kebetulan menemukan antibakteri lain.
Sekembali liburan akhir pekan, Fleming memperhatikan satu set cawan petri lama yang ia
tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia goreskan pada
cawan petri tersebut telah lisis. Lisis sel bakteri terjadi pada daerah yang berdekatan dengan
cendawan pencemar yang tumbuh pada cawan petri. Ia menghipotesa bahwa suatu produk
dari cendawan tersebut menyebabkan lisis sel stafilokokus. Produk tersebut kemudian
dinamai penisilin karena cendawan pencemar tersebut dikenali sebagai Penicillium notatum.
Walaupun secara umum Fleming menerima pujian karena menemukan penisilin, namun pada
kenyataannya secara tehnik Fleming "menemukan kembali" zat tersebut.
Semula Ernest Duchesne, seorang mahasiswa kedokteran Perancis, yang menemukan
sifat-sifat penisilium pada tahun 1896, namun gagal dalam melaporkan hubungan antara
cendawan dan zat yang memiliki sifat-sifat antibakteri, sehingga Penisilium dilupakan dalam
komunitas ilmiah sampai penemuan kembali oleh Fleming.
Jenis Antibiotik Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya
mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan.
Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur
kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

a. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin,
paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan
beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
c. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin,
oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Golongan Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin,
dan trovafloksasin.
g. Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

h. Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara
selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin,
sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin.
2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin,
linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan
trimetoprim.
4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon,
novobiosin.
5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
6. Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B,
gramisidin.
Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis
infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik
yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum
luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif. Sebagian besar antibiotik
mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh pabrik obat, dan nama generik
yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongan kimianya. Contoh nama dagang
dari amoksilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol, tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-
turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan Vibramycin. Setiap antibiotik
hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang didiagnosa menderita
radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh bakteri penyebab radang
paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi tergantung pada lokasi infeksi
dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan
antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus
yang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep,
krim, tetes mata, dan tetes telinga.
Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Tehnik khusus
seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi.
Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya
tidak.
Tehnik kultur bakteri juga dapat dilakukan, dengan cara mengambil bakteri dari
infeksi pasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara bakteri ini tumbuh dan
penampakannya dapat membantu mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri,
sensitivitas antibiotik juga dapat diuji. Penting bagi pasien atau keluarganya untuk
mempelajari pemakaian antibiotik yang benar, seperti aturan dan jangka waktu pemakaian.
Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu antar pemakaian, kondisi lambung (berisi
atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan obat lain.
Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada
akhirnya akan mengurangi atau menghilangkan keefektifannya. Bila pemakaian antibiotik
dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah interaksi obat, baik dengan obat
bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh, Biaxin (klaritromisin, antibiotik)
seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur (teofilin, obat asma). Berikan
informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang dipakai
sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.
Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter.
Sekalipun sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian
antibiotik seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan.
Bila pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh
bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Hal
ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten berkembang sehingga
menyebabkan infeksi ulang.
Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi,
antibiotik juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami
efek samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare ringan,
dan mual.
Dokter perlu diberitahu bila terjadi efek samping seperti muntah, diare hebat dan
kejang perut, reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit,
pembengkakan pada bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, dan
gatal dan bilur merah pada vagina.
Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi
antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri
yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten.
Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh
dua proses genetik dalam bakteri:
1. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal)
Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada kromosom
bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada lingkungan
tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan) mati, sedangkan antibiotika
yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian tumbuh dan berkembang
biak.
2. Perubahan gen antar strain dan spesies
Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain.
Contohnya, streptomises mempunyai gen resistensi terhadap streptomisin (antibiotik
yang dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan masuk ke dalam E. coli
atau Shigella sp.

Beberapa bakteri mengembangkan resistensi genetik melalui proses mutasi dan
seleksi, kemudian memberikan gen ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu proses
untuk perubahan genetik yang ada pada bakteri.
Ketika bakteri yang menyebabkan infeksi menunjukkan resistensi terhadap antibiotik
yang sebelumnya sensitif, maka perlu ditemukan antibiotik lain sebagai gantinya. Sekarang
penisilin alami menjadi tidak efektif melawan bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan
antibiotik lain.
Tetrasiklin, yang pernah dijuluki sebagai "obat ajaib", kini menjadi kurang
bermanfaat untuk berbagai infeksi, mengingat penggunaannya yang luas dan kurang
terkontrol selama beberapa dasawarsa terakhir.
Keberadaan bakteri yang resisten antibiotik akan berbahaya bila antibiotik menjadi
tidak efektif lagi dalam melawan infeksi-infeksi yang mengancam jiwa. Hal ini dapat
menimbulkan masalah untuk segera menemukan antibiotik baru untuk melawan penyakit-
penyakit lama (karena strain resisten dari bakteri telah muncul), bersamaan dengan usaha
menemukan antibiotik baru untuk melawan penyakit-penyakit baru.
Berkembangnya bakteri yang resisten antibiotik disebabkan oleh beberapa hal. Salah
satunya adalah penggunaan antibiotik yang berlebihan. Ini mencakup seringnya antibiotik
diresepkan untuk pasien demam biasa atau flu.

Meskipun antibiotik tidak efektif melawan virus, banyak pasien berharap mendapatkan resep
mengandung antibiotik ketika mengunjungi dokter.
Setiap orang dapat membantu mengurangi perkembangan bakteri yang resisten antibiotik
dengan cara tidak meminta antibiotik untuk demam biasa atau flu.

DAFTAR OBAT ANTIBIOTIK PADA KEDOKTERAN GIGI
Nama obat Dosis dewasa (oral) Indikasi Efek samping
Penisilin V 500mg, tiap 6jam
Waktu paruh 1 jam
Gram-positif, rentan
Streptococcus dan
Staphylococcus
Alergi
Nafsilin 250-500 mg, tiap 6 jam
waktu paruh 45 menit
Anti Staphylococcus Alergi
Ampisilin 250 mg tiap 6 jam waktu
paruh tiap 1,5 jam
Spektrum luas, rentan
organisme Gram-positif
dan negatif
Alergi, kandidiasis mulut
dan vagina
Eritromisin stearat 250 mg tiap 6 jam Rentan Streptococcus dan
Staphylococcus Gram
positif
Alergi, kejang
gastrointestinal , nyeri,
Cephalexin 250 mg tiap 6 jam waktu
paruh tiap 40 menit
Baik Gram negatif
maupun positif rentan
Alergi, kolitis
pseudomembranous
terhadap Streptococcus
dan staphylococcus,
termasuk Staphylococcus
yang memproduksi
penisilinase tertentu
Clindamycin 150-300 mg tiap 6 jam
waktu paruh 2 jam
Efektif terhadap coccus
Gram positif aerob
tertentu, organisme
anaerob misalnya
Bakteroides fragilis, dan
kelompok
Melaninogenicus
Kolitis hebat, alergi
Doxyclin hyclate Awalnya 100 mg, tiap 12
jam, kemudian 50 mg
tiap 12 jam waktu
paruh18-22 jam
Bakteriostatik terhadap
aerob Gram positif dan
negatif yang rentan
ditambah anaerob
tertentu: Ricketsia,
Mycoplasma.
Noda terbentuk pada gigi-
geligi, foto sensitifitas
Metronidazole 500 mg tiap 6 jam waktu
paruh 8 jam
Bakterisidal terhadap
basil Gram negatif
anaerob, termasuk
B.fragilis, dan basil Gram
negatif anaerob, serta
coccus
Mual, sakit kepala

Anda mungkin juga menyukai