Prolonged Febris
Pramadio Bambang Nugroho,dr
RSUD Sekarwangi
KETERANGAN UMUM
Nama : An.FBJ
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Umur : 25 Oktober 2003/13 tahun
Alamat : Parakan Salak, Sukabumi
Pekerjaan: Pelajar
Status Marital : Belum menikah
Agama: Islam
No.RM : 525388
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Kepala :
Normocephal, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher :
tidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat.
Thorax
Jantung :
Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular, murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi: Perut datar, luka bekas operasi (-), massa(-)
Auskultasi: BU (+) normal
Palpasi
Supel
Defence muscular (-)
Nyeri tekan (+) di epigastrik
Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi: Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, Capillary Refill Test (CRT) < 2 detik
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
USULAN PEMERIKSAAN
Hasil Lab:
Pemeriksaan darah:
Hb 11,8
Leukosit 3.900
Diff Count: seg 69, lym 31
LED: 1 jam: 5; 2 jam: 11
Trombosit: 172.000
Ht: 37%
Widal:
S.Typhi
: O (1/320); H (1/320)
S.Paratyphi A : O (1/320); H (1/320)
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Follow up Ruangan
O:
KU: CM,tampak sakit sedang
N: 120x/menit, R: 26x/menit, Suhu: 38,5C
Abd: Datar, BU(+)N, soepel, NT(+)McBurney, Nyeri lepas (+). Psoas sign (-), obturator sign (-)
A:
Prolonged Febris ecTyphoid Fever
Susp. Appendicitis Akut
P:
ALVARADO SCORE
SYMPTOM :
Migrate point pain :1
ANOREXIA
:1
NAUSEA/VOMIT
:1
SIGN
RLQ tenderness :2
Rebound
:1
Temperature
:1
Lab
Leukositosis
Left shift
:2
:1
Follow Up 3-11-2016
Hasil foto thoraks:
Hiperreaktif bronchus dd/ Bronchitis
Gamabaran garis tipis di bawah diafragma kanan
Suspek: udara bebas dd/ pneumoperitonium
Follow Up 3-11-2016
Konsul SpA:
Advis: Konsul SpB
Advis SpB
Basic Science
Malaria :
demam intermitten (selang satu hari atau beberapa hari tanpa demam kemudian demam
kembali muncul) , menggigil, berkeringat, mual muntah, nyeri otot, pernah berkunjung ke
daerah endemis malaria
Tuberkulosis :
batuk terus menerus tanpa episode sembuh > 3 minggu, adanya penurunan berat badan atau
berat badan yang tidak naik selama 3 bulan meskipun dengan pemberian gizi yang sesuai,
keringat malam
Osteomielitis :
nyeri pada anggota gerak bawah, kelemahan pada anggota gerak, keterbatasan pada
tulang yang terkena
Demam Tifoid
DEMAM TIFOID
Definisi :
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik menular yang
disebabkan oleh Salmonella typhi, dan Salmonella paratyphi
(serotype Paratyphi A, B, atau C).
PATOGENESIS
LANJUTAN . . .
LANJUTAN . . .
LANJUTAN . . .
MANIFESTASI KLINIS
Minggu Pertama
Demam yang secara klasik peningkatan suhu dengan pola anak tangga bersifat
remittent atau sustained (38.8-40.5)
relative bradycardia
malaise,nyeri otot
sakit tenggorokan, abdominal pain, headache frontal
flu like syndrome dengan menggigil, cough
Leukopenia
blood cultures (+): Salmonella Typhi or Paratyphi.
Classic Widal Test (-) pada minggu pertama
Minggu Kedua
Conjunctivitis
crackles pada dasar paru
Crackles, tremor, gait ataxia, typhoid facies
Pyrexia
typhoid state of apathy, confusion, psychosis.
polyneuropathy.
Intestinal hemorrhage karena bleeding di congested Peyer Patches (non-fatal)
Intestinal perforation pada distal ileum terjadi 0,5-3% (serius dan fatal), ditandai dengan
nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan bawah, diikuti muntah, nyeri perabaan
abdomen, defence muskulare, bahkan ada yang manifestasinya tidak jelas.
Minggu ke-4
fever, mental state, dan abdominal distension membaik
perlahan-lahan selama beberapa hari.
komplikasi intestinal dapat terjadi pada pasien yang tidak
diobati.
Weight loss.
Diagnosis
The classic widal test
Terdeteksi setelah hari ke 3.
Meningkat pada minggu ke2-3.
Meningkat 1:160 pada antigen O (infeksi sedang
berlangsung) dan antigen H (infeksi terdahulu)
Kultur Salmonella
Untuk konfirmasi diagnosis
* kultur stool dan urine (+) setelah minggu 1
kultur bone marrow dapat (+) selama tahap lanjut dari penyakit.
Tingkat sensitifitas i(85-90%).
PCR
PENATALAKSANAAN
Diet
lunak
dan
mudah
dicerna
Eradikasi
kuman
Eradikasi Kuman
Oral
Tanpa komplikasi
Parenteral
Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hr
selama 14-21 hari.
Kotrimoksazol 50 mg/kgbb/hr po
dalam 3 dosis selama 10-14 hari.
Terapi alternatif tanpa komplikasi
Dengan komplikasi
LANJUTAN . . .
Bila ada perdarahan usus :
ACUTE APPENDICITIS
Definisi
Apendisitis: peradangan pada apendiks vermiformis
Etiologi
Obstruksi pada lumen faktor penyebab yang paling dominan
Penyebab yang paling umum fecalith
Appendiceal ulceration
Infeksi organisme Yersinia
Epidemiologi
Terjadi pada 12% laki-laki dan 25% perempuan.
Peak incidence 20-40 tahun atau 20-30 tahun.
Di negara Barat: 7% populasi
Di RSHS Bandung: + 250 apendektomi / tahun
Insidensi tertinggi: dekade II - III
Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan terkena
appendicitis yang sama. Namun pada usia pubertas dan sekitar
umur 25 tahun, rasio pria:wanita=3:2 atau 1,2-1,3:1.
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Anamnesis:
Abdominal pain: Awalnya di epigastrium atau di area umbilicus
menyebar ke daerah right lower quadrant setelah 4-6 jam. Pada
beberapa pasien, nyeri langsung terasa di perut kanan bawah dan
tetap terasa pada lokasi yang sama.
Anorexia, nause, vomit (self-limited/1x-2x).
Obstipasi
Gejala Klinis
Gejala Klinik
Nyeri mulai di epigastrium/regio umbilikus, mual, anorexia
Nyeri pindah ke kanan bawah: rangsangan peritoneum lokal di titik
McBurney
Nyeri tekan = tenderness
Nyeri lepas = rebound tenderness
Defans muskuler = muscular guarding
Pemeriksaan Fisik
Tampak kesakitan, membungkuk
Suhu tubuh sedikit meningkat, tanpa perforasi
Peristalsis normal atau sedikit menurun
Nyeri perut kanan bawah, lokasi jelas
Nyeri tekan, nyeri lepas di daerah yg sama
Rovsign sign(+), obturator sign(+), psoas sign(+)
Tergantung letak apendiks, colok dubur mungkin
nyeri / mungkin tidak
Pemeriksaan Fisik
Rovsings sign
Obturator sign
Psoas sign
Pemeriksaan Penunjang
Lab:
Mild leucocytosis (10.000-18.000/L
Urine: sedikit eritrosit dan lekosit tanpa ditemukan bakteri
jika appendix terletak dekat dengan right ureter atau
bladder.
KLasifikasi
Appendicitis akut
Appendicitis Akut sederhana :
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan
obstruksi.
Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks
dan
terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe,
mukosa appendiks jadi menebal, edema, dan kemerahan.
Appendicitis Infiltrat
proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh
omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga
membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu
dengan yang lainnya
Appendicitis Abses
Appendicitis Perforasi
Diagnosis
1. Anamnesa:
Nyeri perut awalnya di epigastrik,
kemudian ke perut kanan bawah.
Anorexia, mual dan muntah(aktivasi vagus)
Obstipasi
Febris(komplikasi infeksi akut)
2. Pemeriksaan fisik
ALVARADO SCORE
SYMPTOM :
Migrate point pain
:1
ANOREXIA
:1
NAUSEA/VOMIT
:1
SIGN
RLQ tenderness
Rebound
Temperature
Lab
Leukositosis
Left shift
:2
:1
:1
:2
:1
10
Diagnosa Banding
DIAGNOSIS BANDING
Differential diagnosis
Pelvic inflammatory disease
Gejala
Terjadi selama fase proliferasi dari siklus menstruasi
Durasi gejalanya lebih lama
Demam lebih tinggi
Leukocytosis lebih tinggi
Lokasi nyerinya kurang terlokalisir
Nyeri pelvic lebih hebat
Cervical motion tenderness
DIAGNOSIS BANDING
Intussusception
Demam
Ketok CVA (+)
Terdapat pus cell dan bakteri pada pemeriksaan urin
Batu ureter
Patology Anatomy
Early acute appendicitis:
earliest stage.
Terdapat eksudat netrofil yang jarang pada lapisan mukosa, submukosa dan
muscularis propria.
Reaksi inflammasi merubah lapisan serosa menjadi dull, granular, dan memiliki
membran berwarna merah.
Acute suppurative appendicitis:
latter stage.
Banyak terdapat eksudat netrofilik yang menghasilkan reaksi fibrinopurulent di
sepanjang lapisan serosa.
Terbentuk abses pada dinding serta ulceration dan foci of suppurative necrosis
pada mukosa.
Acute gangrenous appendicitis:
kerusakan appendix yang berkelanjutan menyebabkan large areas of
hemorrhagic green ulceration pada mukosa ditambah dengan green-black
gangrenous necrosis yang melewati dinding appendix sampai ke lapisan serosa.
Jika dibiarkan: rupture + suppurative peritonitis.
Patologi
MANAJEMEN
Setelah diputuskan untuk operasi, pasien harus dipersiapkan dulu
segala sesuatunya, yaitu sebagai berikut :
Adekuat hidrasi
Memperbaiki atau memantau elektrolit
Memantau kondisi jantung, pulmonary, dan renal
Antibiotik : untuk non-perforasi appendicitis diberikan 24-48 jam,
Open Appendectomy
Apendektomi
KOMPLIKASI
Sepsis
Gangrenous appendicitis
Intraabdominal abcess
Perforated appendicitis
Periappendicullar phlegmon (mass)
Periappendicular abcess
Local/ diffuse peritonitis
PROGNOSIS
Mortalitas: 0,1% pada appendisitis akut, 3% bila ruptur, 15% bila
ruptur pada geriatric. Penyebab kematian: sepsis tidak terkontrol,
peritonitis, abses intraabdomen atau gram-negatif sepitecemia,
aspirasi.
Daftar Pustaka
Principles of Surgery, Companion Handbook 7th edition (December
18, 1998): by Seymour I. Schwartz (Editor), Josef E. Fischer, John
M. Daly (Editor), Aubrey C. Galloway, G. Tom Shires (Editor), Frank
C. Spencer By McGraw-Hill Professional