0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
39 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas pentingnya pendidikan anti korupsi sejak dini untuk menciptakan generasi muda yang memiliki karakter anti korupsi. Korupsi di Indonesia sangat tinggi karena kurangnya pemahaman masyarakat akan definisi korupsi dan ketiadaan teladan anti korupsi. Menurut teori perkembangan moral Kohlberg, pendidikan anti korupsi sejak usia sekolah dasar sangat penting karena pada usia itu anak-anak
Dokumen tersebut membahas pentingnya pendidikan anti korupsi sejak dini untuk menciptakan generasi muda yang memiliki karakter anti korupsi. Korupsi di Indonesia sangat tinggi karena kurangnya pemahaman masyarakat akan definisi korupsi dan ketiadaan teladan anti korupsi. Menurut teori perkembangan moral Kohlberg, pendidikan anti korupsi sejak usia sekolah dasar sangat penting karena pada usia itu anak-anak
Dokumen tersebut membahas pentingnya pendidikan anti korupsi sejak dini untuk menciptakan generasi muda yang memiliki karakter anti korupsi. Korupsi di Indonesia sangat tinggi karena kurangnya pemahaman masyarakat akan definisi korupsi dan ketiadaan teladan anti korupsi. Menurut teori perkembangan moral Kohlberg, pendidikan anti korupsi sejak usia sekolah dasar sangat penting karena pada usia itu anak-anak
MENCIPTAKAN GENERASI BERKUALITAS DENGAN PENDIDIKAN
ANTI KORUPSI SEJAK DINI
Korupsi bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. Korupsi kini seakan menjadi kebiasaan di berbagai kalangan baik tua-muda, kaya-miskin. Kebiasaan untuk menyenangkan diri sendiri serta mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya seakan sulit ditinggalkan pada golongan tertentu, khususnya kalangan elite. Siaran TV mengenai koruptor pun menjadi konsumsi renyah bagi masyarakat. Berbagai upaya hukum yang diberlakukan pemerintah tak mampu meredam tindak korupsi di Indonesia. Hilang berita korupsi yang satu muncul berita korupsi yang berikut. KPK pun sering menjanjikan bahwa akan ada tersangka yang baru berkaitan dengan korupsi yang berskala besar. Seperti pengertian korupsi tidak masuk pada pembendaharaan kata para koruptor. Apa itu korupsi? Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 pengertian korupsi adalah perbuatan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri atau orang lain yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara (BAPPENA.co.id) Korupsi sebagai suatu fenomena sosial bersifat kompleks, sehingga sulit untuk mendefisinikannya secara tepat tentang ruang lingkup konsep korupsi. Pengertian korupsi seperti di atas tampaknya tidak terpatri di otak para koruptor. Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik, yang berarti tindakan korupsi yang sepertinya sudah melekat kedalam sistem menjadi bagian dari operasional sehari-hari dan sudah dianggap lazim serta tidak melanggar apa pun. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antarnegara, Indonesia selalu menempati posisi paling rendah. yang disampaikan dalam Indeks Persepsi Korupsi tahun 2013 (kompasiana.com), yang dibuat oleh badan pengawas korupsi Transparency International. Dalam laporan tersebut, badan ini menempatkan Selandia Baru dan Denmark menduduki posisi teratas, dengan skor 91 dari 100. Indonesia menempati urutan 114. Peringkat korupsi ini semakin menunjukan kelas Indonesia dalam kancah korupsi di dunia International yang sungguh membuat miris. Indonesia yang terkesan santun dan menjunjung tinggi nilai agama rasanya semakin pudar. Korupsi di negeri ini bahkan dilakukan oleh orang bermartabat dan berkuasa. Tidakkah kita malu dengan bila dilabeli sebagai negara Terkorup? Banyak faktor yang menyebabkan semakin menjamurnya kasus korupsi di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih banyak yang bersifat acuh tak acuh terhadap keadaan bangsa khususnya korupsi. Masyarakat masih saja memberikan tempat terhormat bagi pejabat yang melakukan korupsi. Tidak adanya hukuman social seperti pengucilan terhadap koruptor. Hal itu tentunya tidak menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Di samping itu, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai definisi korupsi turut menyumbang menjamurnya tindakan korupsi yang terkesan tak disengaja. Contohnya adalah saat adanya tilang lalu lintas, pengemudi kendaraan sebagian besar mengambil tindakan menyuap polisi agar terhindar dari tilang. Selain itu, korupsi telah merambah dunia pendidikan. Contoh kecil korupsi yang ada di masyarakat adalah salam tempel atau pelicin untuk mendapat sekolah atau perguruan tinggi yang dinginkan. Dari fenomena ini dapat dilihat korupsi telah merambah pada dunia pendidikan. Kasus ini tetap berjalan seakan pemerintah tutup mata dan tutup telinga dengan masalah ini. Kurangnya keteladanan dari pemimpin negeri ini turut menjerumuskan masyarakat dalam tindak korupsi. Tidak adanya tokoh pelopor yang menjadi panutan anti korupsi. Hal itu tentunya berkaitan dengan kurangnya pendidikan korupsi sejak dini. Masyarakat cenderung membenarkan tindak korupsi, karenan minumnya pengetahuan. Minimnya kualitas moral kini telah menjadi permasalahan di dunia pendidikan Indonesia. Mulai merosotnya moral generasi muda menimbulkan banyaknya masalah social salah satunya adalah tindak korupsi. Sifat tamak disertai mudahnya tergiur oleh kekuasaan dan uang merupakan salah satu faktor moral yang mendorong banyaknya pejabat melakukan tindakan korupsi. Contoh di atas menggambarkan pentingnya pendidikan anti korupsi sejak dini. Masyarakat cenderung tidak mengetahui sebatas mana tindakan yang dianggap sebagai tindakan korupsi. Lebih dini menanamkan gerakan anti korupsi maka tindakan korupsi di tahun-tahun mendatang dapat diredam. Hal utama dan terpenting bagi generasi muda adalah menanamkan etos kerja sejak usia anak-anak. Tumbuhnya etos kerja sejak usia dini menjadi modal dasar bagi terbentuknya karakter anti korupsi. Sementara semangat mengharapkan keajaiban dalam hidup bisa menjadi lahan subur bagi tumbuhnya gaya hidup menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan termasuk lewat korupsi. Tentang karakter anti korupsi ini selain sangat urgen, juga sangat tepat ditanamkan sejak usia Sekolah Dasar. Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral mendukung pentingnya pendidikan korupsi dini bagi generasi muda. Ada dua alasan pokok yang dapat menjawab pertanyaan mengapa pendidikan anti korupsi layak ditanamkan sejak Sekolah Dasar. Pertama alasan psikologis teoritis dan kedua alasan faktual. Dasar psikologis dapat diteropong menggunakan teori perkembangan moral manusia yang ditelurkan oleh Psikolog Lawrence Kohlberg. Ia membagi perkembangan moral atas tiga tingkatan perkembangan yaitu pra konvensional, konvensional dan pasca konvensional. Dalam tahap pra konvensional, yang umumnya berlaku pada anak-anak, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Ia juga melihat moralitas dari sisi manfaat apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran moral tahap ini belum menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri. Selanjutnya, tahap konvensional yang umumnya ada pada pada seorang remaja atau orang dewasa. Manusia di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Sesuatu yang dianggap oleh banyak orang sebagai kebenaran akan ia anggap juga sebagai hal yang benar. Disini individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Yang ketiga, tahap pasca konvensional dikenal sebagai tingkat berprinsip atau tingkat karakter. Di tahap ini, nilai-nilai moral dipegang sebgai sesuatu prinsip pribadi atau karakter diri. Suatu tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Sesuai dengan tahap perkembangannya, masa anak-anak memasuki tahap perkembangan moral pra konvensional. Anak-anak harus diberi hukuman bila berprilaku tidak baik. Disini kita juga harus menanamkan bahwa segala tindakan yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik bagi diri sendiri bahkan orang lain. Kurikulum pendidikan tahun ajaran ini sudah menerapkan pendidikan karakter. Contohnya pada salah satu SD Negeri di Denpasar, yang memberi pujian bila seorang anak mampu jujur dan mengakui kesalahan. Sehingga anak-anak pun menjadi terlatih untuk selalu berperilaku jujur. Pendidikan berkarakter ini juga perlu dikembangkan sifat malu bila melakukan tindakan yang salah. Contohnya memberikan hukuman sosial bila anak terlambat ke sekolah, anak tersebut dapat mengakui kesalahannya di depan teman-temannya. Ketika pada tahap pra konvensional perkembangan anak mampu berkembang dengan baik maka tahap konvensional akan berlangsung baik. Seseorang akan mampu membedakan mana baik dan mana hal yang buruk. Seseorang juga akan mampu menilai tindakan mana yang termasuk korupsi dan mana yang tidak. Bila tahap konvensional telah berkembang dengan baik maka seseorang akan mampu memegang teguh prinsip bahwa tindakan merugikan orang lain adalah tindakan yang tidak baik, contohnya korupsi. Tahap ini lah yang akhirnya berkembang menjadi karakter anti korupsi. Dari teori Kohlberg dalam tahap perkembangan moral, pembentukan generasi muda bebas korupsi dapat di mulai dari pembekalan moral. Penanaman anti korupsi sejak dini sekiranya mampu mengatasi masalah korupsi di Indonesia. Untuk menciptakan generasi muda yang anti korupsi maka perlu adanya pendidikan dini mengenai korupsi.
Daftar Pustaka
Donna.L Wong dkk. 2008.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC Pergerakankebangsaan.2010. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg.www.pergerakankebangsaan.org. Diakses tanggal 14 Juli 2014 Bappena.2008.www.old.bappenas.go.id/node/123/15/uu-no20-tahun-2001- tentang-perubahan-atas-uu-no31-tahun-1999-tentang-pemberantasan- tindak-pidana-korupsi. Diakses tanggal 14 Juli 2014 Kompasiana.2013.www.kompasiana.com/2013/12/04/peringkat-korupsi- indonesia-di-dunia.diakses tanggal 14 Juli 2014