Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada
tingkat keterendalan sesuatu. Reliabilitas artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan
pengertian ini sebenarnya kita dapat salah arah (mis leading). Yang diusahakan dapat
dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata instrumennya. Ungkapan yang mengatakan
bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa
dipercaya. Apabila pengertian ini sudah tertangkap maka akan tidak begitu menjumpai
kesulitan dalam menentukan cara menguji reliabilitas instrumen.
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reabilitas
internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjuk pada
cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar
instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaliknya jika
perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, akan menghasilkan
reabilitas internal.
a. Reabilitas Eksternal
Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal sesuatu instrumen yaitu
dengan teknik paralel dan teknik ulang. Apabila peneliti ingin menggunakan teknik
pertama yakni teknik paralel, peneliti mau tidak mau harus menyusun dua stel
instrumen. Kedua instrumen tersebut sama-sama diujicobakan kepada sekelompok
responden saja (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil dari dua kali tes uji
coba tersebut dikolerasikan, dengan teknik kolerasi product-moment atau kolerasi
person. Dari data dua kali uji coba dari dua instrumen yang satu dipandang sebagai
nilai X, yang satu Y. Tinggi rendahnya indeks kolerasi inilah yang menunjukkan
tinggi rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena dalam menggunakan teknik ini
peneliti mempunyai dua instrumen dan melakukan dua kali tes, maka disebut teknik
double test double trial.
Teknik reliabilitas eksternal kedua adalah teknik ulang. Dengan menggunakan
teknik ini peneliti hanaya menyusun satu perangkat instrumen. Instrumen tersebut
diujicobakan kepada sekelompok responden, hasilnya dicatat. Pada kali lain
instrumen tersebut diberikan kepada kelompok yang semua untuk dikerjakan lagi, dan
hasil yang kedua juga dicatat. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan. Dengan
teknik ini peneliti hanya menggunakan satu tes tetapi dilaksanakannya dua kali uji
coba. Maka teknik ini juga disebut sebagai teknik single test double trial.
b. Reliabilitas Internal
Kalau reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan
yang berbeda, baik dari instrumen yang berbeda maupun yang sama, reliabilitas
internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Ada
bermacam-macam cara untuk mengetahui reliabilitas internal. Pemilihan sesuatu
teknik didasarkan atas bentuk instrumen maupun selera peneliti. Kadang-kadang
penggunaan teknik yang berbeda mengasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula.
Hal ini wajar saja karena kadang-kadang dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik
datanya sehingga dalam penghitungan diperoleh angka berbeda sebagai akibat
pembulatan angka. Namun demikian untuk beberapa teknik, diperlukan persyaratan-
persyaratan tertentu sehingga peneliti begitu saja memilih teknik-teknik tersebut.
Berbagai teknik mencari reliabilitas yaitu sebagai berikut :
1. Mencari reliabilitas dengan rumus Spearman-Brown
Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti harus melalui langkah
membuat tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dari analisi ini skor-skor
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal. Ada dua cara
membelah yaitu belah ganjil-genap dan belah awal-akhir. Oleh karena inilah maka
teknik Spearman-Brown dalam mencari reliabilitas juga disebut teknik belah dua.
Dengan tekni belah dua ganjil-genap peneliti mengelompokkan skor butir
bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok buti bernomor genap
sebagai skor belahan kedua. Langkah selanjutnya adalah mengkorelasikan skor
belahan pertama dengan skor belahan kedua, dan akan diperoleh harga r
xy
. Oleh
karena indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara dua
belahan instrumen, maka untuk memperoleh indeks reliabilitas soal masih harus
menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:
Dengan keterangan :
r
11
= reliabilitas instrumen
= r
xy
yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah
mengkonsultasikan harga tersebut dengan r product moment.
2. Mencari reliabilitas dengan rumus Flanagan
Untuk mencari reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Flanagan, kita
juga harus melakukan analisis butir dahulu dan menggunakan teknik belah dua
ganjil-genap. Rumusnya adalah sebagai berikut.
Dengan keterangan:
r
11
= reliabilitas instrumen
Kadang-kadang V ditulis dengan S
2
, karena varians adalah standatr deviasi
kuadrat.
Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah
mengkonsultasikan harga tersebut dengan r product moment.
3. Mencari reliabilitas dengan rumus Rulon
Untuk menguji reliabilitas instrumen dengan rumus Rulon, kita juga harus melalui
langkah analisis butir.
Rumusnya adalah :
Dengan keterangan:
r
11
= reliabilitas instrumen
Dengan keterangan :
r
11
= reliabilitas instrumen
q =
Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah
mengkonsultasikan harga tersebut dengan r product moment.
5. Mencari Reliabilitas dengan rumus K-R. 21
K-R adalah singkatan dari Kuder dan Richardson, dua orang ahli matematika dan
statistik yang banyak menemukan rumus-rumus. Dua buah rumus yang digunakan
untuk mencari reliabilitas instrumen penelitian adalah rumus K-R.20 dan K-R.21.
Rumus K-R.21
Dengan keterangan:
r
11
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
m = skor rata-rata
V
t
= varians total.
6. Mencari reliabilitas dengan rumus Hoyt
Untuk instrumen yang penyekorannya 1 dan 0 masih ada lagi cara lain untuk
mengetahui reliabilitasnya yaitu dengan rumus Hoyt. Rumusnya ada dua macam,
yaitu:
atau
Dengan keterangan:
= reliabilitas instrumen
= Varians responden
= Varians sisa
Untuk mencari reliabilitas instrumen langkah-langkah yang dilalui adalah sebagai
berikut:
Langkah 1 Mencari jumlah kuadrat responden dengan rumus:
Dengan keterangan:
JK
(r)
= jumlah kuadrat responden
k = banyaknya butir pertanyaan
N = banyaknya responden atau subjek
X
t
= skor total setiap responden.
Langkah 2 Mencari jumlah kuadrat butir dengan rumus:
Dengan keterangan:
JK
(b)
= jumlah kuadrat butir.
Dengan keterangan:
JK
(t)
= jumlah kuadrat total
= jumlah jawab benar seluruh butir
= jumlah jawab salah seluruh butir
Langkah 4 Mencari jumlah kuadrat sisa dengan rumus:
Langkah 5 Mencari varians responden dan varians dengan menggunakan tabel F
Langkah 6 Memasukkan kedalam rumus r
11
.
7. Mencari reliabilitas dengan rumus Alpha
Enam jenis teknik untuk mencari reliabilitas yang sudah dibicarakan hanya dapat
digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya 1 dan 0. Jika
dihubungkan dengan pengertian variabel, hanya untuk skor dengan variabel
diskrit. Banyak pertanyaan diajukan oleh peneliti pemula bagaimana cara mencari
reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai
(misalnya 0-10 atau 0-100) atau yang berbentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan
seterusnya. Beberapa peneliti mengambil langkah pintas yakni mengubah skor
bukan 1 dan 0 menjadi 1 dan 0 misalnya jika skornya antara 1 sampai dengan 5,
asal skor lebih dari, diberi skor baru 1 dan kalau kurang, dari diberi skor 0.
Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan
1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.
Rumus Alpha:
Dengan keterangan:
r
11
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= varians soal.
Demikian cara-cara untuk menguji reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan
rumus-rumus statistik. Instrumen yang berbentuk tes prestasi belajar angket yang
diskor dengan 1 dan 0 yakni tes bentuk objektif dan angket yang dijawab dengan
Ya dan Tidak diuji reliabilitasnya dengan teknik dan rumus-rumus tersebut.
Untuk tes prestasi belajar yang berbentuk uraian atau angket dan skala bertingkat
(rating scale) diuji dengan rumus Alpha.
Peneliti pemula kadang-kadang salah tafisr dengan cenderung mengutamakan kualitas
instrumen, dan melupakan makna bahwa sebenarnya yang dituju adalah kualitas data.
Seharusnya perhatian peneliti bukan ditujukan kepada instrumen. Instrumen hanyalah
alat. Yang penting dalam penelitian adalah data yang benar, data yang reliabel, data
yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Apabila peneliti sudah memusatkan perhatiannya pada kebenaran data, maka masalah
prosedur pengujian reliabilitas instrumen menjadi nomor dua. Kini perhatian peneliti
mengarah pada pemikiran bagaimana cara myakinkan diri bahwa data yang
diperolehnya sudah benar. Untuk keperluan ini peneliti bisa menggunakan logika
demikian.
Kebenaran data yang diperoleh dari wawancara dengan guru dapat dicek
melalui dokumentasi atau wawancara dengan orang lain. Sebagai contoh,
peneliti bertemu guru dan menanyakan tentang berapa kali serta kelengkapan
pembuatan satuan pelajaran. Jika peneiti tidak/kurang yakin akan jawaban
guru tersebut, peneliti dapat menghubungi kepala sekolah, meminjam satuan
pelajaran milik guru tersebut.
Kebenaran data yang diperoleh dari observasi selintas tentang cara mengajar
guru dapat dicek dan wawancara dengan beberapa siswa tentang kebiasaan
cara mengajar guru tersebut.
Kebenaran data mengenai kepemimpinan kepala sekolah yang diperoleh dari
wawancara dengan kepala sekolah dapat dicek dengan notulen rapat,
wawancara dengan guru dan TU.
8. Mencari reliablitas pengamatan (observasi)
Di antara berbagai metode pengumpulan data, pengamatan merupakan metode
yang paling rawan dalam arti tingkat kemantapannya paling rendah. Jika
peneliti menggunakan angket yang diisi oleh responden, jawabannyan masih dapat
disimpan oleh peneliti dan dapat dilihat lagi sewaktu-waktu. Apabila ada satu atau
beberapa jawaban yang diragukan, peneliti dapat mendatangi responden lagi untuk
memperoleh kejelasan. Demikian pula dengan wawancara, adalah pendapat
responden tentang sesuatu hal yang sifatnya relatif mantap sehingga dapat dilihat
kembali.
Metode pengamatan atau observasi dilakukan oleh pengamat dengan sasaran
benda diam atau proses. Untuk sasaran benda diam, data dapat diamabil lagi
sewaktu-waktu apabila ada keraguan pada diri peneliti. Sebaliknya, apabila ada
sasaran suatu proses, pengulangan pengamatan hampir tidak mungkin dilakukan
kecuali peneliti mempunyai rekaman video atau film yang dapat menunjukkan
proses yang diamati. Inilah salah satu kelemahan dari metode penagamatan.
Kelemahan lain dari pengamatan, terletak pada diri pengamat. Bagaimanapun
upaya pengamat untuk bersikap netral, subjektivitas diri tentu masih mengiringi
kegiatan sehingga hasilnya menjadi tidak 100% objektif. Demikianlah apabila
pengamatan terhadap oleh dua orang, maka perbedaan hasil pengamatan terhadap
oleh dua orang, maka perbedaaan hasil pengamatan terhadap sesuatu objek proses
akan dapat sangat berbeda karena latar belakang pribadi yang mewarnai
pengamatan serta intensitas subjektivitas yang berbeda pula.
Dengan alasan-alasan tersebut maka sebaiknya sebelum melakukan pengamatan
yang sesungguhnya, para pengamat, pengumpul data perlu dilatih terlebih dahulu
untuk menyingkirkan atau menekan sampai sedikit mungkin unsur
subjektivitas pengamat. Misalnya, jika peneliti akan menggunakan lima orang
pengamat untuk mengamati proses mengajar guru. Sangat disarankan di dalam
latihan pengamatan digunakan rekaman video. Namun apabila tidak ada, hasil
pengamatan yang diperoleh dapat lebih baik seteah dilakukan latihan beberapa
kali, dan perbedaan hasil pengamatan sudah sama atau hanya berbeda sedikit.
Proses latihan dalam rangka menyamakan persepsi agar diperoleh hasil
pengamatan yang sama dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1. Pengamat I dan pengamat II bersama-sama mengamati proses mengajar yang
dilakukan oleh guru, dengan menggunakan sebuah format pengamatan, dan
diisi bersama-sama. Format isian dimaksud hanya terdiri dari dua kolom yang
memuat alternatif ya dan tidak, atau lebih dari dua kolom (biasanya 4 atau
5) dan menujukkan gradasi. Judul kolom mulai dari 0 (tidak muncul), 1
(sangat rendah), 2 (rendah), 3 (sedang/cukup), 4 (tinggi), dan 5 (sangat tinggi).
Sebelum membubuhkan kolom mana dari lembar pengamatan tersebut yang
akan diisi kode, kedua orang pengamat berunding dahulu memantapkan
kesepakatan.
2. Pengamat I dan II bersama-sama mengamati lanjutan proses, tetapi pada
tempat yang berbeda dengan menggunakan dua format. Beberapa lama
kemudian setelah kolom-kolom formatnya terisi, kedua orang pengamat
mencocokkan hasil pengamatannya. Jika ada perbedaan, rekaman diputar
kembali untuk mencari letak perbedaan pendapat.
3. Pengamat I dan II mengulangi lagi proses seperti langkah ke-2, dan begitulah
berkali-kali dilakukan sampai diperoleh persamaan hasil pengamatan, atau
apabila masih ada saja perbedaan, peredaan hasil pengamatan tersebut sangat
minim.
Jika pengamatannya lebih dari dua orang, perlu diadakan penyamaan antara-
pengamat sampai dicapai persamaan persepsi dari semua pengamat yang akan
bekerja mengumpulkan data.
Untuk menentukan toleransi perbedaan hasil pengamatan, digunakan teknik
pengetesan reliabilitas pengamatan. Rumus yang paling banyak digunakan,
dikemukkan oleh H.J.K. Fernandes (1984:40), penulis modifikasi, sebagai berikut:
Dengan keterangan:
KK = koefisien kesepakatan
S = sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N
1
= jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I
N
2
= jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
Rumus Reliabilitas dari Scott
Seorang ahli statistik bernama Scott telah berusaha mengadakan penyempurnaan
terhadap rumus Indeks Kesesuaian Kasar (Crude Index Agreement) ini, yaitu
memasukkan faktor koreksi ke dalamnya. Menurut ahli ini, di dalam hasik
pengamatan mungkin ada faktor untung-untungan (change agreement) yang akan
mengotori koefisien reliabilitas. Agar diperoleh koefisien reliabilitas bersih
harus dilakukan koreksi. Rumus yang dikemukakan oleh Scott adalah sebagai
berikut
Dengan keterangan:
KK = koefisien kesepakatan pengamatan
P
o
= proporsi frekuensi kesepakatan
P
e
= kemungkinan sepakat (change agreement). (peluang kesesuaian antar-
pengamat).
Untuk mencari harga P
e
kita gunakan rumus sebagai berikut:
Dengan keterangan:
P
e
= change agreement
P
i
= proposi tallies (jari-jari yang ada setiap sel terhadapa N total (jumlah
objek amatan)).
Rumus Reliabilitas dari Cohen-Kappa
Selain dengan rumus umum dan rumus Scott, kita dapat mencari koefisien
reliabilitas pengamatan dengan rumus Cohen-Kappa. Pada dasarnya rumus ini
mirip dengan rumus Scott, tetapi untuk menghitung P
e
digunakan landasan
distribusi marginal dari jumlah kategori di dalam tabel kontingensi (Scott
menggunakan marginal yang diharapkan atau expected marginal).
Rumus :
Dengan keterangan :
N = jumlah keseluruhan jari-jari yang menunjukkan munculnya gejala yang
teramati.
Disamping perlu dikahui tingkat kesepakatan antara-pengamat untuk meyakinkan
kebenaran hasil pengamatan, perlu juga diketahui keajekan pengamat. Keajekan
ini menunjuk pada kualitas pengamat, apakah ia menghasilkan data yang benar-
benar sama baiknya dari waktu ke waktu. Untuk pengujian terhadap keajekan
pengamatan ini dilakukan verifikasi data pengamatan, dan menetapkan koefisien
keajekan dengan rumus yang dikemukakan oleh Fernandes yaitu:
Dengan keterangan:
P = koefisien keajekan.