Anda di halaman 1dari 27

1

LAPORAN TUTORIAL
BLOK 21











Disusun oleh
KELOMPOK 5


Sabarullah 0409
Dwi Putri Mustika 04101001032
Mar atun Sholihah 04101001048
Irene Ruth Saputra 04101001075
Muhammad Habibi Nst 04101001082
Yohanes Febrianto 04101001089
Retno Susilowati 04101001096
Fakrocev Charlie Gulo 04101001098
M Luqman Nul Hakim 04101001103
Mardalena 04101001111

Tutor : Dr. H. E. Iskandar, SpM (K), MARS





FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013




2

Skenario C (Kedokteran Keluarga)
Minggu lalu Ibu Marni ditemani tetangga rumahnya dengan cemas membopong Eva, anak
perempuannya ke klinik Harapan untuk meminta pertolongan dr. Agus, Ibu Marni
mengatakan pada dr. Agus bahwa Eva (anak perempuannya) sebelumnya mengeluh sakit
perut, sudah diberikan obat maag yang biasa dikonsumsi di rumahnya namun sakit perut
semakin menjadi dan kemudian tiba-tiba menjadi lemas seperti ini.
Klinik Harapan, adalah klinik DOGA yang memiliki 3 Dokter keluarga, yang memiliki
sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan persyaratan klinik DOGA katagori C (minimal).
Ibu Marni telah mengenal dr. Agus sebagai dokter yang sering memberikan penyuluhan di
Balai Kecamatan dan juga sering berkunjung ke rumah-rumah yang ada di desa mereka bila
ada yang sakit.
Setelah melengkapi persyaratan administratif dan pemeriksaan darah, Eva dibawa ke ruang
periksa dan diperiksa langsung oleh dr. Agus. Sebagai dokter yang memiliki kompetensi dan
kewenangan dokter keluarga serta memiliki ketrampilan teknis medis dan pelayanan dalam
situasi spesifik, dr. Agus mendiagnosis Eva menderita usus buntu akut.
Dr. Agus memanggil Ibu Marni dan mengatkana Eva harus segera dibawa dan dirujuk ke
RSUD, namun ibu Marni tidak mau dan tetap meminta dr. Agus mengobati di Klinik
Harapan. Setelah berulang kali Ibu Marni meminta Eva tetap dirawat dan diobati di Klinik
Harapan, dr. Agus tetapi ingin merujuk ke RSUD Mandiri, akhirnya ibu Marni menyetujui
Eva dirujuk.









3

I. Klarifikasi Istilah
1. Sakit Perut : Rasa nyeri di daerah perut (Mc Burney).
2. Obat Maag (dispepsia) : Obat pasaran mengandung antasida yang biasa
digunakan untuk meredakan rasa nyeri di lambung
atau mual.
3. Dokter Keluarga : Tiga orang dokter keluarga yang berada di suatu
klinik DOGA.
4. Klinik DOGA Katagori C : Klinik yang menyediakan pelayanan DOGA dengan
pelayanan kedokteran minimum.
5. Pemeriksaan Darah : Suatu pemeriksaan sampel darah untuk menunjang
diagnosis.
6. Usus Buntu Akut : Radang usus buntu dengan gejala yang akut di
kuadran kanan bawah dan memerlukan tindakan
bedah yang cepat.
7. Persyaratan Administrasi : Persyaratan yang harus dilengkapi baik dokumen dan
lainnya sebelum mendapatkan pelayanan.
8. Kompetensi : Kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
(memutuskan sesuatu).
9. Penyuluhan : Penambahan pengetahuan atau kemampuan
seseorang melalui teknik belajar atau instruksi
dengan tujuan untuk mempengaruhi atau mengubah
perilaku, baik individu, kelompok maupun
masyarkat.
10. Ketrampilan Teknis Medis : Keterampilan yang merupakan pelayanan medis yang
melaksanakan pelayanan secara lege artis: anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
penegakkan diagnosis dan diagnosis banding,
prognosis, konseling, konsultasi, rujukan, tindak
lanjut, tindakan, pengobatan rasional, dan pembinaan
keluarga
11. Merujuk : Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab suatu
kasus penyakit atau masalah kesehatan timbal balik
antar sarana kesehatan yang sama stratanya atau
berbeda.

4

II. Identifikasi Masalah
1. Minggu lalu, Ibu Marni membawa anaknya, Eva, ke Klinik Harapan yang memiliki
tiga dokter keluarga untuk meminta pertolongan dr. Agus.
2. Bila dibandingkan dengan dua dokter keluarga klinik Harapan lainnya, dr. Agus lebih
sering memberikan penyuluhan dan berkunjung ke rumah-rumah yang ada di desa.
Klinik Harapan, adalah klinik DOGA yang memiliki 3 Dokter keluarga, yang
memiliki sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan persyaratan klinik DOGA
katagori C (minimal). Ibu Marni telah mengenal dr. Agus sebagai dokter yang sering
memberikan penyuluhan di Balai Kecamatan dan juga sering berkunjung ke rumah-
rumah yang ada di desa mereka bila ada yang sakit.
3. Setelah melengkapi persyaratan administrasi, pemeriksaan darah dan diperiksa
langsung oleh dr. Agus, Eva didiagnosis menedirta usus buntu akut dan harus segera
dibawa dan dirujuk ke RSUD, namun ibu Marni tidak mau dan tetap meminta dr.
Agus mengobati di Klinik Harapan.
4. Setelah berulang kali Ibu Marni meminta Eva tetap dirawat dan diobati di Klinik
Harapan, dr. Agus tetapi ingin merujuk ke RSUD Mandiri, akhirnya ibu Marni
menyetujui Eva dirujuk.

III. Analisis Masalah
1. Apa saja bentuk praktek dokter keluarga?
Jawab:
Bentuk praktik dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas:
a. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit
(Hospital Based)
Pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit. Untuk ini
dibentuklah suatu unit khusus yang diserahi tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga.
b. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (Family
Clinic)
Suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik
dokter keluarga (family clinic center). Pada dasarnya ada dua macam, pertama
klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, sepakat bagian
dari rumah sakit tetapi didirikan diluar kompleks rumah sakit (satelite family
clinic).

5

2. Bagaimana perbedaan konsep antara klinik DOGA dan praktek DOGA mandiri?
Jawab:
Pada dasarnya konsep antara klinik dokter keluarga dan praktik dokter keluarga tidak
jauh berbeda. Akan tetapi dalam klinik DOGA diterapkan suatu sistem manajemen.
Dalam artian para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara
bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktik yang sama. Untuk kemudian
menyelenggarakan peelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem
manajemen keunagan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang
sama pula. Dengan prinsip klinik DOGA berkelompok ini akan didapat beberapa
keuntungan, yaitu: 1) pelayanan akan lebih bermutu karena para DOGA dapat saling
tukar menukar pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan. 2) pelayanan akan lebih
terjangkau karena pada klinik DOGA pembelian serta pemakaian berbagai peralatan
medis dan nonmedis dapat dilakukan bersama-sama, menyebabkan penghasilan
dokter akan lebih terjamin.
3. Bagaimana profil dan konsep klinik DOGA?
Jawab:
Profil Klinik DOGA
Klinik dokter keluarga (Doga) merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem
Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK).Klinik Doga tersebut sebaiknya mudah
dicapai dengan kendaraan umum(terletak di tempat strategis).Mempunyai
bangunan yang memadai. Dilengkapi dengan sarana komunikasi. Mempunyai
sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK. Mempunyai sejumlah
tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan khusus pembantu
kompetensi DK. Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau
berkelompok.Mempunyai izin yang berorientasi wilayah. Menyelenggarakan
pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu,
danberkesinambungan. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur.
Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs.

Konsep Klinik DOGA
Bentuk praktik pelayanan dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas 3
macam :

6

1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit (hospital
based). Pada bentuk ini, pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah
sakit.Untuk itu, dibentuklah suatu unit khusus yang diserahi tanggung jawab
menyelanggarakan pelayanan dokter keluarga. Unit khusus ini dikenal dengan
nama bagian dokter keluarga (department of family medicine).
2. Pelayanan dokter keluarga yang dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family
clinic). Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan
nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter
keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing
family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar
komplek rumah sakit (satelite family clinic).
Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau
hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga
tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien
yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke
rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan
secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group
practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan
adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya
merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.






7


4. Bagaimana performa dokter keluarga yang bekerja di klinik DOGA menerapkan
seluru prinsip kedokteran keluarga untuk mencapai standar WHO-WONCA?
Jawab:
Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga adalah
memberikan/mewujudkan:
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
tempat kerjanya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggung-jawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

5. Apa kompetensi, kewenangan, keterampilan teknis medis dan pelayanan yang harus
dimiliki seorang dokter keluarga?

8

Jawab:
Kewenangan dokter keluarga:
1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,
2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,
4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,
5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,
6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan
primer,
7. Melakukan perawatan sementara,
8. Menerbitkan surat keterangan medis,
9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,
10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus
Kompetensi:
a) Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga, b)
Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan
kedokteran keluarga, c) Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan
hubungan profesional dokter- pasien untuk :
(a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan
perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga, (b) Secara efektif
memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah
kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta
pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga, (c) Dapat bekerjasama secara
profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan
kedokteran/kesehatan.
A. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.

9

a) Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi
yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan. masalahnya, b)
Menyelenggarakan pelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
B. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual.
C. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan
termasuk sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).

STANDAR PELAYANAN MEDIS DOGA:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
c. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
d. Prognosis
e. Konseling membantu pasien (dan keluarga) untuk menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk pasien sendiri.
f. Konsultasi jika diperlukan, dokter keluarga dapat melakukan konsultasi ke
dokter lain (dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau
dinas kesehatan) yang dianggap lebih berpengalaman.
g. Rujukan
h. Tindak lanjut
i. Tindakan
j. Pengobatan rasional
k. Pembinaan keluarga dilakukan bila dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan
lebih baik jika adanya partisipasi keluarga.

6. Bagaimana persyaratan administrasi untuk pelayanan klinik DOGA?
Jawab:
Syarat pendirian klinik:
Persyaratan Klinik Kedokteran:

10

b. Setiap dokter yang berpraktik di Klinik Kedokteran harus mempunyai Surat
Tanda Registra.si dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Bagi praktik yang dibuka 24 jam harus :
1) Mempunyai dokter jaga yang setiap saat berada ditempat;
2) Mempunyai tenaga keperawatan minimal 3 (orang) orang yang
setiap saat berada ditempat.
c. Bangunan/ruangan sebagai berikut:
1) Mempunyai bangunan fisik yang permanen dan tidak bergabung
dengan tempat tinggal
2) Mempunyai ruang pendaftaran/ruang tunggu, ruang konsultasi
kedokteran minimal 3x4 m
2
dengan fasilitas tempat cuci tangan
dengan air yang mengalir, ruang administrasi, ruang emergency, ruang
tindakan, kamar mandi/WC dan ruang lainnya yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
3) Ventilasi yang menjamin peredaran udara yang baik dilengkapi dengan
mekanis (AC, kipas angin, exhaust fan) dan penerangan yang cukup.
4) Memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi;
5) Mempunyai sarana pembuangan limbah dan limbah harus dikelola
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6) Bangunan radiologi harus sesuai peraturan yang berlaku
d. Memiliki peralatan ;
1) Setiap ruang periksa mempunyai minimal satu set peralatan
kedokteran.
2) Peralatan medik dan perbekalan kesehatan harus memadai, terjamin
keselamatan dan kenyamanan.

11

3) Peralatan penunjang medis dan non medis sesuai kebutuhan dan
ketentuan yang berlaku ;
e. Peralatan radiologi harus memiliki izin dan dioperasikan oleh tenaga
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
f. Memiliki Peraturan Internal, Standar Prosedur Operasional dan Peraturan
Disiplin yang tidak bertentangan dengan Standar Kompetensi, Standar Profesi
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Memiliki izin fasilitas pelayanan kesehatan, izin penyelenggaraan dan izin
peralatan kedokteran sesuai dengan ketentuan peratuan perundang-undangan
yang berlaku;
h. Memasang papan nama fasilitas pelayanan kesehatan dan daftar nama dokter
yang berpraktik di klinik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Bagaimana sistem rujukan yang dilakukan dr. Agus sebagai dokter keluarga untuk
kasus ini?
Jawab:
Tata Laksana Konsultasi dan Rujukan
Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama,
dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.
Konsultasi (McWhinney, 1981):
a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus,
catatan di rekam medis, formal/ informal lewat telefon)
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi
Tata cara rujukan

12

Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,
seperti dokter ahli tertentu.
Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan
dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang
memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan
penanganan yang dilakukan oleh dokter keluarga.
Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus
selengkap mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk
memastikan diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus,
memintakan nasihat pengobatan atau yang lainnya.
Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar
keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih
sesuai.
Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak


13


8. Bagaimana konsep dan sistem pelayanan kuratif pada klinik DOGA pada kasus Eva?
Jawab:
Pengobatan kuratif yang dilakukan oleh dokter keluarga mengacu pada standar
kompetensi dokter umum tahun 2012. Untuk kasus appendisitis akut berada pada
tingkatan 3B yang berarti dr.Akbar harus dapat menatalaksana awal sebelum merujuk
ke dokter yang lebih ahli dalam hal ini dokter bedah yang ada di RSUD. Tindakan
awal yang dapat dilakukan oleh dr.Akbar adalah:
Jika Eva mengalami dehidrasi akibat demam selama 3 hari dapat diberi cairan
kristaloid untuk menjaga stabilitas cairan tubuh

14

Untuk nyeri perut yang dialami dapat diberikan analgetik untuk meredakan
nyeri
Jika jarak RSUD jauh dan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa
appendisitisnya mengarah ke appendisitis perforasi dapat diberikan antibiotik
spektrum luas untuk mencegah perburukan kondisi
Mejaga stabilitas vital sign eva
Membuat surat rujukan yang lengkap ke dokter bedah di RSUD
Ikut mengikuti perkembangan Eva selama di RSUD
Ikut bekerjasama dengan dr di RSUD terhadap kondisi Eva
Pasca bedah, harus melakukan follow up kondisi Eva dalam hal perawatan
luka bekas operasi dan pencegahan komplikasi lebih lanjut

9. Bagaimana konsep promotif dan preventif di wilayah tersebut?
Jawab:
Tujuan klinik DOGA adalah 40% kuratif dan 60% promotif preventif. Oleh karena itu
tujuan dari klinik DOGA adalah elbih ke arah promosi dan prevensi dari penyakit.
Konsep pencegahan penyakit pada DOGA sama dengan konsep pencegahan pada
umumnya yang terdirri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Bentuk
promosi kesehatan pun dapat beraneka macam sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
yang ada di masyarakat. Terkait kasus, yang dapat dilakukan oleh dokter keluarga
untuk kasus appendisitis adalah:
1. Mendidik dan mengajarkan masyarakat tentang pentingnya hidup sehat dengan
rutin mengonsumsi makanan yang kaya serat untuk sebagai pencegahan dari
radang ususu buntu akut
2. Mengajarkan masyarakat untuk tidak membiarkan kondisi konstipasi yang
berulang atau terus menerus yang dapat menjadi faktorrisiko dari apendisitis akut.
3. Meluruskan pandangan masyarakat yang salah tentang penyebab dan tatalaksana
appendisitis
Kesemuaan hal itu dapat mengurangi insiden appendisitis akut sehingga kondisi
seperti yang dialami Eva tidak akan terjadi lagi di kemudian hari/ diminimalkan
risikonya.


15


IV. Hipotesis
Dr. Agus seorang dokter keluarga yang bekerja di klinik Harapan yang sudah memiliki sarana
dan prasarana sesuai dengan persyaratan klinik DOGA kat. C (minimal) telah melakukan
praktik pelayanan kedokteran keluarga yang sesuai dengan kempetensi dan kewenangan serta
memiliki keterampilan teknis medis dan pelayanan situasi spesifik.



















16

V. Kerangka Konsep






















Klinik Harapan dengan 3
DOGA
Ibu Marni membawa Eva
yang sakit perut
Lebih aktif Promotif dan
Preventif
Ibu Marni setuju untuk
dirujuk ke RSUD Mandiri
dr. Agus melakukan
komunikasi efektif Dokter-
Pasien (Konseling)

Penolakan oleh Ibu Marni
Perlu rujuk
Promotif dan Preventif di
wilayah kerja
Di diagnosis Apendisitis
Akut
Eva diperiksa dr. Agus
Lebih percaya dr.
Agus menangani Eva
DOGA I
- Sarana-prasarana
lengkap
- Kategori C (minimal)
dr. Agus DOGA II

17

VI. Sintesis
PENGERTIAN
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan tugas profesi untuk
mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat tetap dan semakin percaya pada
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh
WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur
pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang
menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya
pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu
sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa
membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten
untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan
latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini
bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan bagi pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu kedokteran
yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit terhadap fungsi
keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit, cara
pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga
agar dalam keadaan normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang
profesi dokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk
menjalankan praktek dokter keluarga.
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang
mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada
kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal
sebagai primary health care, yang mencangkup tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :
1. Promosi kesehatan

18

2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar
TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam (Azwar, 1995) :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya
keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua
macam :
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga
memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah
kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja,
tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari
anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu
masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu
penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih
memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga
juga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya
pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun,
yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam
menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan pada pelayanan
yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Karena salah satu

19

keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan
dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang besar peranannya
dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya telah diketahui
selalu bersifat terbatas.
MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan
banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge
Research Institute, 1976) :
1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya,
bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin
kesinambungan pelayanan kesehatan.
3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah,
terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan
suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan
tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan
keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang
sedang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
termasuk faktor sosial dan psikologis.
7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya
kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.
FUNGSI, TUGAS DAN KOMPETENSI DOKTER KELUARGA
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan
sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya,
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif,
kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan

20

profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai
pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan
dipertangungjawabkan
b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif
sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju
sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapan pasien, nilai etika, cost effectiveness untuk kepentingan pasien
sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap
memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,
menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan
nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama
masyarakat dan menjadi panutan masyarakat
Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :
a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit
b. Melayani individu dan keluarganya
c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit
d. Menangani penyakit akut dan kronik
e. Merujuk ke dokter spesialis
Kewajiban dokter keluarga :
a. Menjunjung tinggi profesionalisme
b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek
c. Bekerja dalam tim kesehatan
d. Menjadi sumber daya kesehatan

21

e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer
Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006
adalah (Danasari, 2008) :
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan
epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat
g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek

PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER KELUARGA
Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan dokter
keluarga (Qomariah, 2000) :

DOKTER PRAKTEK
UMUM
DOKTER KELUARGA
Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas
Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan
Menyeluruh, Paripurna,
bukan sekedar yang
dikeluhkan
Cara Pelayanan
Kasus per kasus dengan
pengamatan sesaat
Kasus per kasus dengan
berkesinambungan
sepanjang hayat
Jenis Pelayanan
Lebih kuratif hanya untuk
penyakit tertentu
Lebih kearah
pencegahan, tanpa
mengabaikan pengobatan
dan rehabilitasi
Peran keluarga Kurang dipertimbangkan
Lebih diperhatikan dan
dilibatkan

22

Promotif dan pencegahan Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
Hubungan dokter-pasien Dokter pasien
Dokter pasien teman
sejawat dan konsultan
Awal pelayanan Secara individual
Secara individual sebagai
bagian dari keluarga
komunitas dan
lingkungan

KLINIK DOKTER KELUARGA ( KDK )
a. Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK),
b. Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis),
c. Mempunyai bangunan yang memadai,
d. Dilengkapi dengan sarana komunikasi,
e. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK,
f. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan
khususpembantu KDK,
g. Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.
h. Mempunyai izin yang berorientasi wilayah,
i. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu,
danberkesinambungan,
j. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur,
k. Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs





23



Mengenai apakah klinik DOGA dapat didirikan di daerah cakupan dokter keluarga lain,
belum ada peraturan pasti yang mengatur ini.
8.SUMBER PEMBIAYAAN PRAKTEK DOKTER KELUARGA
Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan
bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan praupaya
maupun sistem pembiayaan fee for service.

24


BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial

Manajemen Pembiayaan Klinik Doga




Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter
keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model
pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya
dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non

25

medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang
diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa
pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung
jawab masing-masing orang atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi
masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia
membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya.
Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan
secara tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan
membayar biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health
insurance), dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai,
karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah
badan asuransi.
Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk
pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai
sesuai untuk pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi
kesehatan saja. Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi
sering menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan,
yang untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut,
kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota
keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang
seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.
Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya
Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada
saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga
bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.
Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan
sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan

26

kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka
waktu jaminan.
2. Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan
sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit
apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan
biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama
sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak
negara maju telah lama diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan
kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang
dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh
macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang
telah disepakati.
Info terbaru terkait sistem pembiayaan dalam SKN:
Salah satu solusi yang dilakukan dalam sumber pembiayaan (termasuk nantinya pembiayaan
praktek dokter keluarga) untuk menyelenggarakan Sistem Kesehatan Nasional yang baik
adalah dengan menyelenggarakan amanat Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-Undang yang telah ditetapkan tahun 2004 ini mengalami kendala dalam realisasinya
terkait pembentukan badan penyelenggaranya (BPJS) yang seharusnya telah ditetapkan saat
2009. Akhirnya pada hari rabu, 28 oktober 2011 sekitar pukul 20.40 WIB, RUU BPJS
disahkan menjadi UU BPJS dengan kesepakatan bahwa BPJS I yang mengurus jaminan
kesehatan diselenggarakan oleh ASKES akan mulai beroperasi pada tanggal 1 januari 2014.
Sedangkan BPJS II (Jamsostek, Taspen, dan Asabri) yang mengurus ketenagakerjaan
selambat-lambatnya beroperasi 1 juli 2015. Dengan demikian diharapkan penyelenggaraan
sistem dokter keluarga dapat menjadi lebih baik.


27



DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta
2. Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On Family
Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore
3. Danakusuma, Muhyidin. 1996. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas. IDI : Jakarta
4. Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta
5. Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai