Anda di halaman 1dari 39

1

Skenario A blok 27
dr. Salim, dokter di RSUD yang terletak sekitar 4o km dari palembang, sekitar 100 meter dari
RSUD terjadi kecelakaan lalu lintas. Mobil minibus yang melaju dengan kecepatan tinggi
menabrak pohon beringin. Bagian depan mobil hancur, kaca bagian depan pecah. Sang sopir,
satu-satunya penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan.
dr.Salim yang mendengar tabrakan langsung pergi ke tempat kejadian dengan membawa
peralatan tatalaksana trauma seadanya. Ditempat kejadian, terlihat sang sopir, laki-laki 28
tahun, tergeletak dan merintih, mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada kanan dan nyeri paha
kiri.
Melalui pemeriksaan sekilas didapatkan gambaran:
- Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernafas.
- Tanda vital : Laju respirasi: 40x/menit, Nadi : 110x/menit; lemah, TD: 90/50
mmHg
- Wajah dan bibir terlihat kebiruan
- Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin
- Terlihat deformitas di paha kiri
- GCS: 13 (E:3, M:6, V: 4)
Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Salim langsung membawa sang sopir ke UGD,
setelah penanganan awal di UGD RSUD, pasien dipersiapkan untuk merujuk ke RSMH.
Data tambahan:
Kepala:
Terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan diameter 2-4 cm
Yang lain dalam batas normal
Leher:
Trakea bergeser ke kiri dan vena jugularis distensi
Torax:
Inspeksi:
- Gerakan dinding dada asimetris, kanan tertinggal, frekuensi nafas 40x/menit
- Tampak memar disekitar dada kanan bawah sampai ke samping
Auskultasi:
- Bunyi nafas kanan melemah, bising nafas kiri terdengar jelas
- Bunyi jantung terdengar jelas, cepat, frekuensi 110x/menit
Palpasi:
- nyeri tekan pada dada kanan bawah sampai ke samping (lokasi memar)
- krepitasi pada coste 9,10,11 kanan depan
Perkusi: kanan hipersonor, kiri sonor
Abdomen:
Inspeksi: Dinding perut datar
Auskultasi: Bising usus normal
Palpasi: nyeri tekan (-)
2

Ekstremitas:
Paha kiri:
Inspeksi: tampak deformitas, memar, hematom pada paha tengah kanan
Palpasi: nyeri tekan, krepitasi (tidak boleh diperiksa)
ROM:
Pasif: limitasi gerakan
Aktif: limitasi gerakan

I. Klarifikasi Istilah
1. Trauma : Luka atau cedera baik secara fisik atau psikis.
2. Merintih : Suara mengerang karena kesakitan
3. Sesak : Gangguan fungsi pernafasan yang diakibatkan mengecil atau
tersumbatnya saluran pernafasan.
4. Deformitas : Perubahan bentuk tubuh sebagian atau umum.
5. Nyeri : Perasaan sedih, menderita atau agonik disebabkan oleh rangsangan
pada ujung-ujung saraf khusus.
6. GCS : Glasgow coma scale adalah scala yang digunakan untuk menentukan
atau menilai tingkat kesadaran pasien mulai dari keadaan sadar penuh
hingga keadaan koma.
7. UGD : Unit Gawat Darurat, layanan yang disediakan untuk pasien dalam
kondisi gawat darurat dan butuh penanganan darurat yang cepat.

II. Identifikasi Masalah
1. Sopir minibus mengalami kecelakaan karena minibus yang dikendarainya menabrak
pohon beringin dengan kecepatan tinggi, sehingga ia terlempar keluar melaui kaca
depan.
2. Ditempat kejadian, terlihat sang sopir, laki-laki 28 tahun, tergeletak dan merintih,
mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada kanan dan nyeri paha kiri.
3. Melalui pemeriksaan sekilas didapatkan:
- Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernafas.
- Tanda vital : Laju respirasi: 40x/menit, Nadi : 110x/menit; lemah, TD: 90/50
mmHg
- Wajah dan bibir terlihat kebiruan
- Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin
- Terlihat deformitas di paha kiri
- GCS: 13 (E:3, M:6, V: 4)
4. Pemeriksaan fisik:
Kepala:
Terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan diameter 2-4 cm
Yang lain dalam batas normal
Leher:
Trakea bergeser ke kiri dan vena jugularis distensi

3

Torax:
Inspeksi:
- Gerakan dinding dada asimetris, kanan tertinggal, frekuensi nafas 40x/menit
- Tampak memar disekitar dada kanan bawah sampai ke samping
Auskultasi:
- Bunyi nafas kanan melemah, bising nafas kiri terdengar jelas
- Bunyi jantung terdengar jelas, cepat, frekuensi 110x/menit
Palpasi:
- nyeri tekan pada dada kanan bawah sampai ke samping (lokasi memar)
- krepitasi pada coste 9,10,11 kanan depan
Perkusi: kanan hipersonor, kiri sonor
Abdomen:
Inspeksi: Dinding perut datar
Auskultasi: Bising usus normal
Palpasi: nyeri tekan (-)
Ekstremitas:
Paha kiri:
Inspeksi: tampak deformitas, memar, hematom pada paha tengah kanan
Palpasi: nyeri tekan, krepitasi (tidak boleh diperiksa)
ROM:
Pasif: limitasi gerakan
Aktif: limitasi gerakan


III. Analisis Masalah
1. Bagaimana anatomi rongga thorax dan paha kanan
Jawaban di sintesis
2. Bagaimana fisiologi sistem pernafasan dan sirkulasi
Jawaban di sintesis

3. Bagaimana interpretasi GCS pada Pasien?
Jawaban:
Glasgow Coma Scale(GCS) adalah parameter untuk pemeriksaan kesadaran
kuantitatif pada orang dewasa. Kesadaran adalah keadaan yang mencerminkan
pengintegrasian impuls eferen (output) dan aferen (input) di susunan saraf pusat. Dapat
juga diartikan sebagai kemampuan untuk berespon terhadap rangsangan dari
luar.Kesadaran dapat diditentukan baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Derajat
kesadaran (kuantitatif) ditentukan dari jumlah input susunan saraf pusat, sedangkan cara
pengolahan input tersebut sehingga menghasilkan pola-pola output susunan saraf pusat
4

menentukan kualitas kesadaran.Input susunan saraf pusat dapat dibedakan menjadi 2
yaitu :
a. Spesifik: berasal dari semua lintasan aferen impuls protopatik,propioseptif,dan
perasaan panca indera.Lintasan ini menghubungkan satu titik pada tubuh dengan
suatu titik pada kortek perseptif primer.
b. Non spesifik: merupakan sebagian dari impuls aferen spesifik yang disalurkan
melalui aferen non spesifik,menghantarkan setiap impuls dari titik manapun
dalam tubuh ke titik-titik pada seluruh kedua kortek serebri.

Tingkat kesadaran sangat penting pada pasien cedera kepala. GCSmeliputi:
1. Eye / Mata
Spontan membuka mata (poin 4)
Membuka mata dengan perintah(suara) (poin 3)
Membuka mata dengan rangsang nyeri (poin 2)
Tidak membuka mata dengan rangsang apapun (poin 1)
2. Verbal
Berorientasi baik (poin 5)
Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) (poin 4)
Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat (poin 3)
Bisa mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti (poin 2)
Tidak bersuara (poin 1)
3. Motorik
Menurut perintah (poin 6)
Dapat melokalisir rangsang nyeri (poin 5)
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak (withdrawal) (poin 4)
Menjauhi rangsang nyeri (poin 3)
Ekstensi spontan (poin 2)
Tak ada gerakan (poin 1)

Kriteria :
Koma (no eye opening, no ability to follow commands, no word verbalizations)
Skor GCS < 9 :Cedera kepala berat
Skor GCS 9 13 : Cedera kepala sedang
Skor GCS 14 15 : Cedera kepala ringan
5

Pada kasus ini, sopir minibus tersebut didapati GCS 13 mengindikasikan adanya
cedera sedang. Mekanisme:
Tension pneumothorax penekanan jantung dan vena cava superior serta
inferior darah yang kembali ke jantung berkurang cardiac output
berkurang penurunan aliran darah ke otak penurunan GCS
dapat pula dicurigai akibat trauma pada kepala

4. Airway dan breathing:
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari:
- Trakea bergeser ke kiri
Jawaban:
Interpretasi: Abnormal, Posisi normal trakea adalah lurus dari atas ke bawah
melewati bagian depan kerongkongan.
Mekanisme: Trakea yang bergeser ke kiri pada kasus ini merupakan tanda klinis
dari terjadinya tension pneumothorax. Udara di dalam paru-paru yang mengalami
kolaps pada pneumothoraks akan mendorong trakea ke arah paru paru yang
normal sehingga dalam pemeriksaan terlihat trakea akan bergeser ke arah
sebaliknya dari paru-paru yang mengalami gangguan. Dalam kasus ini, trakea
bergeser ke arah kiri.
Trauma tumpul di thorax fraktur kosta tension pneumothoraks kanan
peningkatan tekanan intra pleural trakea bergeser kekiri


- Merintih
Jawaban:
Interpretasi: Abnormal, normalnya tidak ada rintihan.
Mekanisme: Kecelakaan lalu lintas trauma tumpul pada thorax udara dari
dalam paru-paru bocor ke rongga pleura udara tidak dapat keluar lagi dari
rongga pleura tekanan intrapleural meningkat paru-paru kolaps
6

pertukaran udara tidak adekuat hipoksia meningkatkan usaha pernafasan
merintih.

- Nyeri dada kanan
Jawaban
Interpretasi: Abnormal, normalnya tidak terdapat nyeri dada.
Mekanisme: Nyeri pada dada dapat menunjukkan gangguan pada berbagai organ
di regio thoraks termasuk jantung, paru-paru, esofagus, otot, ataupun tulang dada
(costae). Trauma tumpul pada thorax fraktur kosta 9, 10, 11 kosta menusuk
pleura dan parenkim paru menekan saraf-saraf parietal nyeri

- Sesak nafas (Laju pernafasan: 40x/menit)
Jawaban:
Interpretasi: Takipnue (n: 16-24x/menit)
Mekanisme: Sesak nafas diakhibatkan terganggunya proses respirasi akibat
adanya gangguan pada 3 proses berikut :
a. Ventilasi
b. Difusi
c. Perfusi
Trauma tumpul di thorax fraktur kosta tension pneumothoraks kanan
sesak napas RR meningkat

- Krepitasi
Jawaban:
Interpretasi: Abnormal. Normalnya tidak terdapat krepitasi.
Mekanisme: Krepitasi pada costae IX, X, XI menunjukkan adanya fraktur pada
costae. Tulang dada (costae) dapat mengalami fraktur akibat adanya trauma
tumpul pada dinding dada. Tulang costae pada umumnya mengalami fraktur pada
bagian lengkung posterior yang secara struktur merupakan bagian paling lemah.
Costae IV IX merupakan bagian yang paling sering terkena cedera.
Fraktur pada tulang costae dapat membahayakan proses ventilasi dengan
mekanisme yang bervariasi. Nyeri dari fraktur dapat menyebabkan splinting pada
proses respirasi, menyebabkan atelektasis dan pneumonia. Fraktur pada beberapa
bagian tulang costae dapat menyebabkan terganggunya kontraksi otot otot
intercostal, costovertebral, dan diafragma yang berpotensi mengakibatkan
7

insufisiensi ventilasi (respirasi). Pecahan dari fraktur costae juga dapat berperan
sebagai benda tajam yang menyebabkan terbentuknya hemothoraks atau
pneumotoraks.

- Dinding dada asimetris, kanan tertinggal
Jawaban:
Interpretasi: Abnormal. Normalnya gerakan dinding dada simetris, tidak ada yang
tertinggal.
Mekanisme: Dinding dada yang asimetris dapat menunjukkan adanya perbedaan
volume kedua paru. Hal ini dapat disebabkan adanya pneumothoraks dan
hemothoraks. Trauma tumpul pada thorax fraktur kosta 9, 10, 11 kosta
menusuk pleura dan parenkim paru gangguan ekspansi paru kanan gerakan
dinding dada asimetris

- Perkusi paru kanan hipersonor, kiri sonor
Jawaban:
Interpretasi: Abnormal. Normalnya perkusi paru kiri dan kanan sonor.
Mekanisme: Udara yang masuk ketika inspirasi terperangkap di parietal saat
ekspirasi udara menumpuk menekan paru perkusi hipersonor

- Nyeri tekan pada dada kanan bawah sampai kesamping (lokasi memar)
Jawaban:
Interpretasi: Abnormal, normalnya tidak terdapat nyeri dada
Mekanisme: Trauma tumpul pada thorax fraktur kosta 9, 10, 11 kosta
menusuk pleura Terdapat saraf di pleura sehingga terasa nyeri

b. Bagaimana tatalaksana awal pada kelainan air way dan breathing?
Jawaban:
Bantuan hidup dasar merupakan suatu tindakan atau penatalaksanaan awal
yang dapat dilakukan pada saat kita menemukan korban diluar rumah sakit.
Penanganan bantuan hidup dasar ini bertujuan untuk dapat mengembalikan atau
mempertahankan oksigenasi pada korban. Bantuan hidup dasar ini digunakan
untuk mempertahankan aliran napas(airway), memberikan bantuan pernapasan
(breathing), dan evaluasi dari system sirkulasi darah (circulation) apakah sudah
cukup untuk memberikan perfusi oksigenyang adekuat keseluruh jaringan.
8

Memperkenalkan diri kepada saksi di tempat kejadian dan meminta seseorang
di lapangan untuk meminta bantuan medis atau ambulans.
Memindahkan pasien ke tempat yang aman. Sebelum kita menolong korban
pastikan diri kita sendiri aman dari lingkungan sekitar,agar kita tidak menjadi
korban selanjutnya.
Melakukan penilaian awal
Menentukan gangguan pada airway atau jalan nafas. Salah satu cara
mengevaluasi kesadaran korban dengan memberikan rangsangan suara, seperti
memanggil sambil menepuk-nepuk bahu korban, jika tidak berespon kita
berikanrangsangan nyeri seperti cubitan.. Jika korban merespon dan dapat
berbicara menjawab panggilan, mengeluh atau mengaduh mengindikasikan
jalan nafas dapat dikatakan aman dan berlanjut pada pemeriksaan
breathing.Namun jika setelah memberikan rangsangan suara dan nyeri pasien
tidak berespon, cek jalan nafasnya
Airway: untuk melihat jalan nafas kita dapat menggunakan maneuver
head lift dan chin lift. Kemudian evaluasi hembusan nafas dan tentukan
apakah ada suara nafas tambahan seperti berkumur (gurrgling), mengorok
(snorring), atau mengeluarkan suara seperti kuda (hoarsening), jika ada maka
dapat diindikasikan terdapat gangguan pernafasan. Lihat apakah terdapat
benda asing pada jalan nafas, lidah yang jatuh kebelakang, cairan darah yang
dapat menganggu jalan nafas korban. Jaga jalan nafas agar tetap lancar dengan
melakukan jaw thrust atau chin lift, atau pasang naso-pharyngeal airway.
Breathing: berikan oksigen, bila tanpa intubasi sebaiknya oksigen
diberikan dengan face-mask. Pemakaian pulse oximeter baik untuk menilai
saturasi O
2
yang adekuat. Untuk tension pneumotoraks yg sudah jadi simpel
pneumotoraks pasang WSD jika tersedia.









9

5. Sirkulasi:
a. Interpretasi dan mekanisme dari:
- Nadi 110x/menit, lemah, TD: 90/50
- Wajah dan bibir terlihat kebiruan
- Kulit pucat, dingin, keringat dingin
- Memar di sekitar dada kanan bawah sampai kesamping
- Bunyi jantung jelas dan cepat
Jawaban:
Keadaan Nilai Normal Interpretasi
Nadi 110x/menit, lemah 80-100x/menit, jelas Takikardi adanya
kompensasi jantung akibat
hipoksia
TD 90/50 mmHg 120-135/80-85 mmHg Hipotensi tanda
terjadinya syok
Wajah dan bibir terlihat
kebiruan
- Sianosis kurangnya
konsentrasi oksigen di
dalam darah
Kulit pucat, dingin,
keringat dingin
- Pasokan darah ke jaringan
perifer menurun karena
efek simpatis
(vasokontriksi) pada
pembuluh darah perifer
Memar di sekitar dada
kanan bawah sampai ke
samping
- Memar kemungkinan
berasal dari trauma tumpul
dari tabrakan minibus
dengan pohon beringin
yang mengakibatkan costae
9,10, 11 fraktur
Bunyi jantung jelas dan
cepat
Bunyi jelas Tidak ada gangguan
jantung. Bunyi jantung
cepat karena takikardi
Mekanisme:
Costae merupakan tulang pipih dan bersifat lentur, Trauma tumpul akibat
kecelakaan fraktur pada costae 9,10,11 Pendorongan ujung-ujung fraktur
masuk ke rongga thorax Robekan pada pleura tekanan negative membuat
udara luar dapat masuk ke rongga thorax rongga thorax terisi oleh udara
(hiperekspansi) Tekanan intrapleura meningkat tekanan intrathorakal
meningkat penekanan terhadap paru-paru ipsilateral (collapse) pengisian
udara ke paru-paru tidak maksimal & penekanan pembuluh darah di cavum
thorax (v. cava inferior-superior, aorta, esophagus) gangguan ventilasi
hipoksia menurunkan venous return penurunan preload dan afterload


10

- Mekanisme kompensasi untuk menstabilkan CO HR meningkat
- Respon aktivitas simpatis vasokontriksi di daerah perifer perfusi
jaringan perifer berkurang pucat, dingin, keringat dingin
Namun mekanisme kompensasi mulai gagal mempertahankan curah jantung
sehingga akan berakibat:
- CO berkurang tekanan darah mulai menurun
- Gangguan ventilasi pertukaran udara tidak adekuat penurunan kadar
oksigen di dalam darah dan peningkatan karbon dioksida wajah dan bibir
terlihat biru (sianosis)

b. Bagaimana tatalaksana kelainan sirkulasi?
Pedoman Advanced Trauma Life Support. Sirkulasi dengan Kontrol Pendarahan.
Setelah selesai tatalaksana awal untuk airway dan breathing maka dapat dilanjutkan
dengan sirkulasi.
Langkah 1: Penilaian
A. Dapat mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
B. Mengetahui sumber perdarahan internal
C. Nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus
D. Warna kulit
E. Tekanan darah (Bila ada waktu)
Langkah 2: Pengolahan
A. Tekanan langsung pada tempat perdarahan eksternal
B. Mengenal adanya perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi serta
konsultasi bedah.
C. Memasang 2 kateter IV ukuran besar
D. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin, analisis kimia, tes
kehamilan, golongan darah dan cross-match, dan analisis gas darah
E. Memasang cairan dengan cairan RL yang dihangatkan dan pemberian darah.
Pemberian kristaloid (RL 4500 6000 cc / jam) caliber besar yang telah
dihangatkan, melalui IV (resusitasi cairan)
11

F. Memasang Pneumatic Anti Shock Garment atau Bidai pneumatic untuk
control perdarahan
G. Cegah hipotermia

6. Disabillity
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari:
- Deformitas, memar, hematom dipaha kiri
Jawaban:
Interpretasi deformitas: Abnormal, terjadi dikarena adanya trauma sehingga
meyebabkan tulang dibagian paha kiri bergeser atau fraktur
Interpretasi Memar dan Hematom: Abnormal, terjadi karena adanya penumpukan
darah yang disebabkan oleh adanya luka seperti fraktur

- Nyeri tekan pada paha
Jawaban:
Interpretasi: tidak normal, menandakan adanya kerusakan pada jaringan di sekitar
paha

- ROM ektremitas bawah kiri: Pasif: limitasi gerakan
Aktif: limitasi gerakan
Jawaban:
Interpretasi: ROM tidak normal, dikarenakan adanya pergesaeran atau fratur
tulang di sekitar paha sehingga eksterimitas tidak dapat digerakan

Mekanisme: Secara umum mekanisme gangguan disability dapat di sebabkan oleh
Fraktur femur menyebabkan adanya pemisahan antara bagian/batang femur
sehingga ujung patahan menekan otot disekitarnya sehingga terjadi deformitas dan
nyeri ketika ditekan. Ketika femur patah, maka pembuluh darah disekitarnya juga
akan pecah sehingga terjadilah memar/hematom (darah yang membeku). Pada
fraktur femur (pada kasus dikatakan fraktur pada paha tengah), terjadi pemisahan
antara bagian femur yang bersendi femoro-iliak dengan bagian femur yang
berhubungan dengan articulatio genu, sehingga apabila kita meminta pasien
menggerakan/mengangkat paha, ada batasan pergerakan, begitu juga saat dokter
memeriksa ROM secara pasif, akan ada batasan pergerakan.


12

b. Bagaimana tatalaksanan gangguan disabilitas?
Jawaban:
Tatalaksana awal adalah dengan dilakukan traksi untuk memperbaiki
deformitas yang ada. Selanjutnya dilakukan pembidaian dan pasien siap
dievakuasi ke UGD.Traksi adalah Penggunaan kekuatan penarikan pada bagian
tubuh yang dilakukan dengan member beban yang cukup untuk mengatasi
penarikan otot.
Axis traksi : Traksi sepanjang sumbu seperti sumbu pelvis pada obstetri
Traksi elastic : Traksi dengan tenaga elastik atau dengan menggunakan
bahan elastik
Traksi skeletal : Traksi yang dipasang secara langsung pada tulang panjang de
ngan menggunakan pen, kawat dll
Traksi kulit : Traksi pada bagian tubuh yang ditahan dengan alat yang dilek
atkan dengan membalutkan ke permukaan tubuh.
Macam - Macam Traksi
1. Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk
mengikat puncak iliaka.
2. Traksi Ekstension (Bucks Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki.
Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau
untuk mengurangi spasme otot
3. Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan
spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
4. Traksi Russells
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga
digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk
skeletal yang biasa digunakan.Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas
untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal
pada tibia atau fibula.
5. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan
steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan
13

thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment.
Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya
membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih
secara aktif.

Cara melakukan traksi :
1. Traksi kulit
Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika
lebih dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga
reduksi, traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-
anak- plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang.
Interaksi
Cuci tangan dan pasang sarung tangan
Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
oleskan benzoin tinktur pada kulit dengan letakkan bilah papan pada kadua
sistem ekstremitas sampai garis patahan tulang
Balut dengan krep secara spiral ( jangan sekali-kali buat balutan melingkar
dari bilah perekat.
Lekatkan sebuah pita kebilah papan menggunakan sepotong kayu. Hati-hati:
jangan membalut sampai ke proksimal garis patahan kontrol peredaran darah
dan keadaan kulit secara teratur. Pemberat traksi tidak boleh lebih dari 5 kg.
Lepas sarung tangan
Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang terpasang traksi
Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu
anjurkan klien latihan ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi

2. Traksi tulang
Interaksi
Cuci tangan
Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan
tarikan traksi yang optimal
Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
14

Insisi kulit dengan skapel
Masukkan pin stein man (2-4 mm) atau kawat kirschner (2 mm) mulai pada
sisi yang sulit (femur dan kalkaneus dari sisi medial, tibia dari sisi lateral),
insisi kulit kedua pada sisi kontralateral dan masukkan pin melalui kulit
Fiksasi pin dengan menggunakan sanggurdi Bohler dengan pin penempel
tomas
Pasang pemberat traksi (numerus 2,5 %, femur 10-15 %, tibia 5 % atau 1/7
dari berat badan)
Disekeliling lempeng dibalut dengan balutan steril tutup ujung runcingnya.
Perhatikan : kontrol arah optimal traksi dan lubang pin setiap hari, kurangi
beban traksi jika patahan tulang keluar. Mulai lakukan fisioterapi dini.
Terminasi
Lepas sarung tangan
Buang alat alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
Cuci tangan
Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di
tempat tidur selama ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
Fiksasi Internal, fragment ualang dapat diikat dengan skrup, pen, atau paku
pengikat, plat logam yang diikat dengan skup, paku intramedular yang panjang
(dengan atau tanpa skrup pengunci), circumferential bands, atau kombinasi
dari metode ini Fiksasi Eksternal, fraktur dipertahankan dengan skrup pengikat
atau kawat penekan yang memali tulang diatas dan dibawah fraktur, dan
dilekatkan pada suatu kerangka luar

7. Eksposure
a. Bagaiamana interpretasi dan mekanisme dari:
- Luka lecet di dahi dan pelipis kanan diameter 2-4 cm
Jawaban:
Interpretasi: Laserasi jaringan lunak, menunjukkan luka ringan di kepala akibat
benturan.
Mekanisme: Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan
dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing misalnya pada
kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda
tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit.
15


- Memar di sekitar dada kanan bawah sampai kesamping
Jawaban:
Interpretasi: Fraktur costae
Mekanisme: Trauma fraktur costae pembuluh darah (kapiler) pecah darah
meresap ke jaringan sekitarnya memar (berwarna merah kebiruan)

b. Bagaimana tatalaksana gangguan eksposure?
Jawaban:
Buka pakaian penderita tetapi cegah hipotermi (digunting)
Prinsip tatalaksana di IGD:
Eksposure : buka pakaian penderita, cegah hipotermia, tempatkan di tempat tidur
dengan memperhatikan jalan nafas terjaga. Pemasangan IV line tetap.
Untuk tatalaksana fraktur iga
Pemberian analgesia untuk mengurangi nyeri dan membantu pengembangan
dada: Morphine Sulfate. Hidrokodon atau kodein yang dikombinasi
denganaspirin atau asetaminofen setiap 4 jam.
Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat
fraktur costae
- Bupivakain (Marcaine) 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar n.
interkostalis pada costa yang fraktur serta costa-costa di atas dan di bawah yang
cedera
- Tempat penyuntikan di bawah tepi bawah costa, antara tempat fraktur dan
prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah interkostalis dan
parenkim paru
Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi pernapasan

8. Bagaimana cara mendiagnosis kasus, masuk dalam ICD berapa dan
pemeriksaan penunjang apa yang perlu dilakukan?
International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems revisi ke 10 atau disingkat dengan ICD-10 buku ini di Indonesia dikenal denga
Klasifikasi Internasional Penyakit revisi ke 10 atau KIP/10 adalah buku mengenai
pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-temuan yang abnormal,
keluhan, keadaan sosial dan eksternal menyebabkan cedera atau penyakit, seperti yang
diklasifikasikan oleh WHO.
16

Sistem ini mengelompokkan ragam penyakit dalam kelompok tertentu.Namun dalam
pelaksanaannya, ICD X mengalami banyak kendala. Apabila terjadi kesalahan saat
memasukan kode diagnosis dalam input data rekam medis di rumah sakit dapat
menyebabkan kerugian finansial yang sangat besar bagi rumah sakit. Berikut ini adalah
daftar kode penyakit yang dikelompokkan kedalam keadaan akibat trauma.
KELOMPOK
KELOMPOK KEADAAN AKIBAT
TRAUMA
S009 cedera kepala Dangkal
S019 Luka terbuka pada kepala
S035 Dislocasi, sprain , strain kepala
S051 Memar dari bola mata dan jaringan orbit
S054
Luka menembus orbit dg / tanpa benda
asing
S069
Intracranial injury (COMUTIO ,
CONTUSIO)
S109 Cedera leher dangkal
S208 Cedera dada dangkal
S229 Fraktur iga, tl dada dan tl belakang dada
S232 Dislokasi, sprain atau strain thorax
S309
cedera dangkal perut, punggung bawah,
pelvis
S320
Fraktur lumbalis tulang belakang dan
panggul
S333 Dislokasi, sprain , strain vertebra, pelvis
S409 Cedera dangkal bahu dan lengan atas
S437 Dislokasi,sprain, strain ligamen dari bahu
S509 Cedera dangkal lengan bawah
S53 Dislokasi, sprain dan strain siku
S628 fraktur pergelangan tangan atau tangan
S637
Dislokasi, sprain dan strain pgelangan,
tangan
S709 Cedera dangkal pinggul dan paha
S809 Cedera dangkal tungkai bawah
S936
Dislokasi, sprain dan strain pergelangan ,
kaki
T158 Corpus alienum mata external
T16 Corpus alienum telinga
T179 Corpus alienum sal nafas
T189 Corpus alienum sal cerna
T31 Luka bakar
T339 Frostbite dangkal
T349 Frostbite dengan jaringan nekrosis
T369 Keracunan oleh antibiotik sistemik
17

T427
Keracunan oleh antiepileptic, sedatif
hipnotik, antiparkinson
T479
Keracunan agen yg mempengaruhi
pencernaan
T58 Efek beracun karbon monoksida
T609
Organophosphate dan insektisida
carbamate
T639 Keracunan akibat binatang berbisa
T630 bisa ular
T670 heatstroke dan sengatan matahari

Cara penegakkan diagnosis:

Anamnesis (wawancara pada pasien untuk mengetahui hubungan keluhan dengan
diagnosa pasien)
Identitas pasien
Pada anamnesis dapat ditanyakan keluhan yang dialami pasien maupun keluhan
tambahan yang menyertai keluhan utama pada pasien. Jika keluhan- keluhan itu
berhubungan dengan berbagai gejala klinis yang di temukan diatas, maka ada
kemungkinan terjadinya pneumothorax
Mekanis trauma
Ada nyeri dada, sesak nafas, nyeri waktu bernafas, sianotik dengan jejas di dada
Lokasi kejadian
Waktu kejadian dan waktu dari mulai terjadi trauma hingga dibawa ke UGD
Dapat di tanyakan apakah ada riwayat trauma sebelumnya, apakah ada penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan paru-paru,
seperti Empisema, Tuberkulosis, fibrosis kistik, penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), kanker paru-paru , asma, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok dan aktivitas yang menimbulkan perubahan tekanan
udara pada rongga pleura, seperti Scuba diving
(menyelam), Penerbangan, Mendaki gunung di dataran tinggi akan memicu
pecahnya bula atau lepuh sehingga menimbulkan pneumothorax juga penting
untuk di tanyakan.
Adanya riwayat dalam keluarga ataupun kejadian pneumotorax sebelumnya juga
dapat berperan besar pada kejadian pneumothorax. Oleh karena itu penting pula
di tanyakan.
18

Adanya riwayat tindakan medis yang telah dialami pasien seperti CPR, biopsi
paru melali dinding dada, penggunaan ventilasi mekanik untuk membantu
pernapasan juga perlu ditanyakan pada pasien.
Pemeriksaan fisik
Pada Inspeksi : akan terlihat terjadinya pencembungan pada sisi yang sakit (hiper
ekspansi dinding dada), Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya
tertinggal, Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat , deviasi trakhea,
ruang interkostal melebar,
Pada Palpasi : Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar,
Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat ,Fremitus suara melemah atau
menghilang pada sisi yang sakit. Jika ada Tension pneumothorax maka akan
teraba adanya detensi dari vena jugularis di sekitar leher.
Perkusi : Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampaitimpani dan tidak
menggetar, Batas jantung terdorong ke arahtoraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi, Pada tingkat yang berat terdapat gangguan respirasi/sianosis,
gangguanvaskuler/syok.
Auskultasi : Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang,
Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negative
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lanoratorium: CBC (Hb, Ht, protombin time, urine output),
ABG, defisit laktat dan basa.
Foto Rontgen : Gambaran radiologis yang tampak pada fotorontgen kasus
pneumotoraks antara lain:
o Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru
yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler
sesuai dengan lobus paru.
o Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massaradio opaque
yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru
yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat
ringan sesak napas yang dikeluhkan.
o Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.
19

Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,
kemungkinan besar telahterjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan
intra pleura yangtinggi.
o Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan
sebagai berikut
Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada
tepi jantung, mulai dari basis sampai keapeks. Hal ini terjadi
apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga
udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.
Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam
dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari
pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di
mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang
lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat
banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara,
sehingga bila jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka
dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke
daerah dada depan dan belakang.
Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,maka akan
tampak permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma
Foto R pneumotoraks (PA)
Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun
pada kebanyakan pasien sering tidakdiperlukan. Pada pasien dengan gagal
napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
CT-scan thorax
CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa
dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer
dan sekunder.




20

9. Apa DD dan WD?
Diagnosis kerja:
Trauma multiple yang menimbulkan gangguan tension pneumothoraks dextra,
disertai fraktur tertutup femur sinistra dan costae 9, 10, 11.
Diagnosis Banding:
Tension pneumothoraks
Berkembang ketika terjadi one-way-valve (mekanisme ventil), kebocoran udara
yang berasal dari paru-paru atau dari luar melalui dinding dada, masuk ke dalam
rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi sehingga paru kolaps, mediastinum
bergeser.
Tamponade jantung
Kesamaan gejala sering menyulitkan dalam membedakan tampanade jantung
dengan tension pneumothoraks, namun perkusi yang hipersonor dan hilangnya
suara nafas pada hemithoraks yang terkena pada tension pneumothoraks akan dapat
membedakannya.
Kontusio paru
Nafas pendek, penurunan suara nafas, dan hasil CXR infiltrat pulmonal. Kegagalan
bernafas dapat timbul perlahan dan berkembang sesuai waktu, tidak langsung
terjadi setelah kejadian
Flail chest
Flail chest atau segmen mengambang menyebabkan gangguan pergerakan dinding
dada, terjadi karena fraktur iga multipel pda dua atau lebih garis fraktur. Kesulitan
yang terjadi bila terdapat kerusakan parenkim paru sehingga gerakan dada
paradoksal saat inspirasi dan ekspirasi
KONDISI PENILAIAN
Tension pneumothorax Deviasi Tracheal
Distensi vena leher
Hipersonor
Bisingnafas (-)
Massive hemothorax Deviasi Tracheal
Vena leherkolaps
Perkusi : dullness
Bisingnafas (-)
Cardiac tamponade Distensi vena leher
Bunyi jantung jauh dan lemah
EKG abnormal

21

10. Bagaimana cara evakuasi pasien dan perujukan?
Pada saat evakuasi dari lapangan ke rumah sakit daerah terdekat
1. Prioritas penanganan untuk kasus life threatening telah dilakukan dan
dipertahankan. Pada kasus ini gangguan pada jalan nafas dan pernafasan yaitu
tension pneumothorax. Hal penting yang harus dilakukan adalah pemasangan
collar neck dan tindakan pertama yaitu dekompresi jarum untuk mengeluarkan
udara intrapleura.
2. Memastikan adanya perbaikan setelah melakukan intervensi apapun, dalam hal
ini setelah melakukan intervensi pada fase jalan nafas dan pernafasan dengan
menilai kembali tanda vital korban dan mengamati perubahan tanda klinis
korban.
3. Setelah selesai dengan jalan nafas dan pernafasan, penolong memastikan sirkulasi
korban. Penutupan pada lokasi perdarahan eksternal dilakukan untuk mencegah
korban kehilangan banyak darah dan penilaian tanda vital dan tanda klinis korban
untuk menentukan sirkulasi berjalan baik dilakukan secara berkala.
4. Penilaian disabilitas telah dilakukan dan bagian yang diduga mengalami
disabilitas dipasangkan bidai dan dilakukan traksi untuk fiksasi dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
5. Korban dibawa ke rumah sakit terdekat oleh penolong beserta saksi.

Kriteria Rujukan Antar Rumah Sakit :
1) Bila keadaan rumah sakit tidak mencukupi kebutuhan penderita
2) Keadaan klinis pasien
Susunan saraf pusat
Trauma kapitis
Luka tembus atau fraktur impresi
Luka terbuka, dengan atau tanpa kebocoran cairan serebrospinal
GCS < 14 atau penurunan GCS lebih lanjut
Tanda lateralisasi
Trauma medula spinalis atau fraktur vertebra yang berat
Toraks
Mediastinum melebar atau curiga cedera aorta
Cedera dinding dada berat atau kontusio paru
Cedera jantung
Penderita yang membutuhkan ventilasi untuk waktu lama
Pelvis/ Abdomen
Kerusakan pelvis-ring yang tidak stabil
Kerusakan pelvic ring dengan syok, dan tanda perdarahan lanjut
Fraktur pelvis terbuka
Ekstremitas
Fraktur terbuka yang berat
Traumatik amputasi yang masih mungkin dilakukan re-implantasi
22

Fraktur intra-artikulat yang rumit
Crush injury yang berat
Iskemia
Cedera multi-sistem
Trauma kapitis disertai trauma wajah, toraks, abdomen atau pelvis
Cedera pada lebih dari 2 anggota tubuh
Luka bakar berat, atau luka bakar dengan cedera lain
Fraktur tulang panjang proksimal pada lebih dari satu tulang
Faktor komorbid
Umur > 55 tahun
Anak-anak
Penyakit jantung atau pernapasan
Insulin dependent diabetes melitus, obesitas morbid
Kehamilan
Imunosupresi
Penurunan kesadaran lebih lanjut (late sequele)
Diperlukan ventilasi mekanik
Sepsis
Kegagalan organ tunggal atau multipel (penurunan keadaan susunan
saraf pusat, jantung, pernapasan, hepar, ginjal, atau sistem koagulasi)
Nekrosis jaringan yang luas






















23

11. Bagaimana patofisiologi dari kasus?

Biomekanika Trauma terjadi --------------------------- (Kinematika Dinamis menabrak Statis)
Sang supir terlempar melalui kaca depan akibat menabrak pohon beringin dengan kekuatan gelombang kejut
Terjadi transfer energi dan menimbulkan velocity
yang melewati batas toleransi jaringan
Mengalami Trauma Multipel
Trauma tumpul Thorax Trauma Muskuloskeletal
Kompresi rongga thorax
menyebabkan fraktur
lostae 9,10,11
Merusak Jaringan
Lunak
Pergeseran fragmen
fraktur
deformitas
ROM ekstremitas kiri
mengalami limitasi
Nyeri tekan pada
area fraktur
Pendorongan ujung-
ujung fraktur costae ke
dalam rongga pleura
Timbul satu one-way
value
(ventile mechanism)
Tekanan inteapleura (+)
Paru-paru kolaps dan
terjadi pergeseran
mediastinum kesisi
kontralateral
Tension
Pneumothorax
Hambatan
venous return
Vena jugularis
distensi
<< after load
<< preload
Hypotensi Alian perifer << Takikardi
Cyanosis, akral
dingin
Gerakan dinding
dada asimetris
Bising napas
melemah
Hipersonor
Takipneu
Kapiler pecah
Ekstravasasi darah
kenang interestisial
Hematom
Makrofag
memfagosit RBC dan
memproses HB
Hemosiderin
(mengandung besi,
warna coklat-karat)
Hemotoidin
(warna kuning muda)
Memar di kulit




24


12. Apa Komplikasi?
Komplikasi pada tension pneumothorax:
- Gagal napas akut (3-5%)
- Komplikasi tube torakostomi lesi pada nervus interkostales
- Henti jantung-paru
- Infeksi sekunder dari penggunaan WSD
- Kematian
- Timbul cairan intra pleura, misalnya:
Pneumothoraks disertai efusi pleura : eksudat, pus.
Pneumothoraks disertai darah : hemathotoraks.
- Kehilangan darah (syok)

Komplikasi fraktur costae:
Komplikasi yang timbul akibat adanya fraktur costa dapat timbul segera setelah
terjadi fraktur, atau dalam beberapa hari kemudian setelah terjadi.Besarnya komplikasi
dipengaruhi oleh besarnya energi trauma dan jumlah costae yang patah.
Gangguan hemodinamik merupakan tanda bahwa terdapat komplikasi akibat fraktur
costae. Pada fraktur costa ke 1-3 akan menimbulkan cedera pada vasa dan nervus
subclavia, fraktur costa ke 4-9 biasannya akan mengakibatkan cedera terhadap vasa dan
nervus intercostalis dan juga pada parenkim paru, ataupun terhadap organ yang terdapat
di mediastinum, sedangkan fraktur costa ke 10-12 perlu dipikirkan kemungkinan adanya
cedera pada diafragma dan organ intraabdominal seperti hati,limpa,lambung maupun
usus besar.
Pada kasus fraktur costa simple pada satu costa tanpa komplikasi dapat segera
melakukan aktifitas secara normal setelah 3-4 minggu kemudian, meskipun costa baru
akan sembuh setelah 4-6 minggu.
Komplikasi awal:
Pneumotoraks, effusi pleura, hematotoraks, dan flail chest, sedangkan komplikasi
yang dijumpai kemudian antara lain contusio pulmonum, pneumonia dan emboli paru.
Flail chest dapat terjadi apabila terdapat fraktur dua atau lebih dari costa yang berurutan
dan tiap-tiap costa terdapat fraktur segmental,keadaan ini akan menyebabkan gerakan
paradoksal saat bernafas dan dapat mengakibatkan gagal nafas.
25

Komplikasi fraktur femur tertutup:
- Perdarahan, syok
- Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan
tinggi, dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang
tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.
- Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis
pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus
diakibatkan oleh kombinasi gaya ini. Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin
terjadi.

13. Bagaimana Prognosis?
Mengingat kondisi pasien yang buruk dan jarak rumah sakit yang jauh, 60%
kemungkinan pasien tidak tertolong lagi, namun kemungkinan pasien bertahan hidup
akan meningkat apabila dilakukan tatalaksana awal penanganan trauma dengan cepat dan
tepat.

14. SKDI
Kompetensi Dokter Umum: 3B Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.


IV. Hipotesis
Sopir minibus, 28 tahun mengalami Tension pneumothorax disebabkan oleh fraktur
iga dan mengalami fraktur femur sinistra serta ulnus laseratum didahi akibat tabrakan.












26


V. Kerangka Konsep

Sopir minibus mengalami kecelakaan
Sopir terbentur dan
terlempar keluar
Terjadi fraktur costae Fraktur Femur
Tulang costae menusuk
pleura dan parenkim paru
Tension
Pneumothorax
Nyeri Dada
Kanan
tekanan
intrapleura
Deviasi trakea ke
kiri
Venous return
terganggu
JVP meningkat
krepitasi
deformasi
Memar
Limitasi gerakan
Nyeri tekan di
paha


VI. Sintesis
1. Anatomi Rongga Torax
Toraks adalah daerah pada tubuh manusia (atau hewan) yang berada di antara
leher dan perut (abdomen). Toraks dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di
superior oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah
dinding toraks yang disusun oleh vertebra torakal, iga-iga, sternum, otot, dan jaringan
ikat.
Sedangkan rongga toraks dibatasi oleh diafragma dengan rongga abdomen.
Rongga Toraks dapat dibagi kedalam dua bagian utama, yaitu : paru-paru (kiri dan
kanan) dan mediastinum. Mediastinum dibagi ke dalam 3 bagian: superior, anterior,
dan posterior. Mediastinum terletak diantara paru kiri dan kanan dan merupakan
27

daerah tempat organ-organ penting toraks selain paru-paru (yaitu: jantung, aorta, arteri
pulmonalis, vena cavae, esofagus, trakhea, dll.).
Thoracic inlet merupakan "pintu masuk" rongga toraks yang disusun oleh:
permukaan ventral vertebra torakal I (posterior), bagian medial dari iga I kiri dan
kanan (lateral), serta manubrium sterni (anterior). Thoracic inlet memiliki sudut
deklinasi sehingga bagian anterior terletak lebih inferior dibanding bagian posterior.
Manubrium sterni terletak kira-kira setinggi vertebra torakal II.
Batas bawah rongga toraks atau thoracic outlet (pintu keluar toraks) adalah area
yang dibatasi oleh sisi ventral vertebra torakal XII, lateral oleh batas bawah iga dan
anterior oleh processus xiphoideus.
Diafragma sebagai pembatas rongga toraks dan rongga abdomen, memiliki
bentuk seperti kubah dengan puncak menjorok ke superior, sehingga sebagian rongga
abdomen sebenarnya terletak di dalam "area" toraks.
Surface Anatomi
Pada garis tengah dibagian anterior terletak sternum yang terdiri dari 3 bagian,
manubrium, korpus, dan prosesus xiphoideus. Titik paling atas sternum dikenal
sebagai sternal notch atau insisura jugularis, yang tampak berupa lekukan antara
kedua kaput klavikula. Insisura ini setinggi batas bawah dari vertebra torakal ke-2.
Angulus ludovici adalah tonjolan yang terjadi oleh karena pertemuan bagian
korpus dan manubrium sterni yang membentuk sudut. Sudut ini tampak nyata pada
orang yang kurus. Angulus ludovici adalah penanda anatomi permukaan oleh karena
terletak setinggi iga ke-2 dan vertebra torakal 4-5. Setinggi angulus ini terdapat organ-
organ penting: arkus aorta dan karina.
Bagian terakhir sternum adalah processus xiphoideus yang dapat diraba
sebagai ujung bawah yang lunak dari sternum; kira-kira setinggi vertebra torakal 9.
Lateral terhadap sternal terdapat iga dan sela iga yang dapat dibedakan dan
dihitung melalui palpasi. Hampir seluruh iga tertutup oleh otot, tetapi hanya iga I yang
tidak dapat teraba oleh karena tertutup oleh klavikula.
Batas bawah rongga iga di sebelah anterior dibentuk oleh processus
xiphoideus, rawan kartilago dari iga VII-X, dan ujung kartilago dari iga XI-XII.
Papilla mammae pada pria yang kurus berada di sekitar sela iga V kiri sedikit
lateras garis mid-klavikula.
Triangulus auskultatorius adalah area segitiga yang dibentuk oleh skapula di
lateral, superior oleh batas inferior m.trapezius dan inferior oleh batas superior m.
28

latissimus dorsi yang terjadi saat skapula tertarik ke lateral-anterior pada posis lengan
melipat ke depan dada dan ke depan. Area ini merupakan petunjuk klinis penting
karena sela-sela iga di tempat ini hanya tertutup oleh jaringan sub-kutan dan
merupakan tempat yang baik untuk pemeriksaan auskultasi toraks.
Klavikula dapat dengan mudah diraba atau dilihat karena hanya ditutupi oleh
subkutis dan kulit.
Skapula dapat diraba dari permukaan dengan margo vertebralis, angulus
inferior, dan spina.
Untuk vertebra, sebagai patokan hanya dapat diraba prosesus spinosus
vertebra; pada bagian atas yang terbesar dan paling menonjol adalah vertebra
servikalis ke-7 dan dibawahnya adalah vertebra torakalis pertama.
Garis-garis (imajiner) yang penting adalah linea midsternalis (midline), linea
parasternalis, dan midklavikularis. Di toraks lateral ada garis aksilaris anterior (sesuai
sisi lateral M.pektoralis mayor), linea aksilaris medius (sesuai dengan puncak aksila)
dan linea aksilaris posterior (sesuai dengan M.latissimus dorsi)
Biasanya otot yang diinsisi pada waktu melakukan torakotomi posterolateral
hanya otot latissimus dorsi. Bila diinginkan lebih lebar: ke posterior dapat dipotong
muskulus trapezius dan rhomboideus mayor dan minor; ke anterior dapat dipotong
muskulus seratus anterior di origonya (bagian depan otot) untuk menghidari
kerusakan nervus torakalis longus.
Untuk torakotomi anterior dilakukan pemotongan dari M.pektoralis
Area Pre-cordial adalah area proyeksi dari jantung ke dinding dada anterior,
yaitu daerah dengan :
- batas superior: iga II kiri
- batas inferior : pinggir bawah toraks (iga) kiri
- batas kanan : garis parasternal kanan
- batas kiri : garis mid-klavikula kiri

Dinding Torax
1. Costae
Rangka toraks terluas adalah iga-iga (costae) yang merupakan tulang jenis
osseokartilaginosa. Memiliki penampang berbentuk konus, dengan diameter
penampang yang lebih kecil pada iga teratas dan makin melebar di iga sebelah bawah.
Di bagian posterior lebih petak dan makin ke anterior penampang lebih memipih.
29

Terdapat 12 pasang iga : 7 iga pertama melekat pada vertebra yang
bersesuaian, dan di sebelah anterior ke sternum. Iga VIII-X merupakan iga palsu
(false rib) yang melekat di anterior ke rawan kartilago iga diatasnya, dan 2 iga terakhir
merupakan iga yang melayang karena tidak berartikulasi di sebelah anterior.
Setiap iga terdiri dari caput (head), collum (neck), dan corpus (shaft). Dan
memiliki 2 ujung : permukaan artikulasi vertebral dan sternal.
Bagian posterior iga kasar dan terdapat foramen-foramen kecil. Sedangkan
bagian anterior lebih rata dan halus. Tepi superior iga terdapat krista kasar tempat
melekatnya ligamentum costotransversus anterior, sedangkan tepi inferior lebih bulat
dan halus.
Pada daerah pertemuan collum dan corpus di bagian posterior iga terdapat
tuberculum. Tuberculum terbagi menjadi bagian artikulasi dan non artikulasi.
Penampang corpus costae adalah tipis dan rata dengan 2 permukaan (eksternal
dan internal), serta 2 tepi (superior dan inferior). Permukaan eksternal cembung
(convex) dan halus; permukaan internal cekung (concave) dengan sudut mengarah ke
superior.
Diantara batas inferior dan permukaan internal terdapat costal groove, tempat
berjalannya arteri-vena-nervus interkostal.
Iga pertama merupakan iga yang penting oleh karena menjadi tempat
melintasnya plexus brachialis, arteri dan vena subklavia. M.scalenus anterior melekat
di bagian anterior permukaan internal iga I (tuberculum scalenus), dan merupakan
pemisah antara plexus brachialis di sebelah lateral dan avn subklavia di sebelah
medial dari otot tersebut.
Sela iga ada 11 (sela iga ke 12 tidak ada) dan terisi oleh m. intercostalis
externus dan internus. Lebih dalam dari m. intercostalis internus terdapat fascia
transversalis, dan kemudian pleura parietalis dan rongga pleura. Pembuluh darah dan
vena di bagian dorsal berjalan di tengah sela iga (lokasi untuk melakukan anesteri
blok), kemudian ke anterior makin tertutup oleh iga. Di cekungan iga ini berjalan
berurutan dari atas ke bawah vena, arteri dan syaraf (VAN). Mulai garis aksilaris
anterior pembuluh darah dan syaraf bercabang dua dan berjalan di bawah dan di atas
iga. Di anterior garis ini kemungkinan cedera pembuluh interkostalis meningkat pada
tindakan pemasangan WSD.


30

2. Vertebra
Untuk bedah toraks sebetulnya tidak banyak yang harus diketahui mengenai
vertebra kecuali bahwa persendiannya dengan kosta. Vertebra torakalis pertama (T1)
mempunyai satu persendian yang lengkap dengan iga I dan setengah persendian
dengan iga II. Selanjutnya T2-T8 mempunyai dua persendian, di atas dan di bawah
korpus vertebra (untuk iga II sampai dengan VIII). Sedang dari T9-T12 hanya
mempunyai satu persendian dengan iga. Semua ini penting untuk melepaskan iga dari
korpus vertebra pada waktu melakukan torakotomi.
Yang perlu juga diketahui adalah ligamentum longitudinalis anterior; di depan
ligamentum ini terdapat suatu ruangan (space) dengan susunan jaringan ikat yang
longgar dan merupakan "jalan" untuk descending infection dari daerah leher menuju
mediastinum.


2. Anatomi Femur

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major
dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan
berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada
pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan
ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan
sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke
bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita
31

sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu
diingat karena dapat dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan
batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di
depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya
terdapat tuberculum quadratum.
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin
dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat
rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial
berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis menuju tuberculum
adductorum pada condylus medialis.Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista
supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior batang femur, di bawah
trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan
linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk daerah
segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian
posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus
dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk
articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis.
Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.


3. Fisiologi Sistem Pernafasan
Paru merupakan organ respirasi yang berfungsi menyediakan O
2
dan
mengeluarkan CO
2
. Selain itu paru juga membantu fungsi nonrespirasi, yaitu:
a) Pembuangan air dan eliminasi panas
b) Membantu venus return
c) Keseimbangan asam basa
d) Vokalisasi
e) Penghidu
Proses respirasi terbagi menjadi 4 bagian :
1. Proses ventilasi
Proses inspirasi dan ekspirasi melalui saluran nafas. Proses inspirasi akan
menyebabkan rongga toraks membesar sehingga udara masuk melalui saluran
32

nafas melalui alveoli, sedangkan proses ekspirasi menyebabkan rongga dada
mengecil sehingga udara dialirkan keluar.
Otot otot yang berperan pada inspirasi :
- Diafragma
- Otot interkostal eksterna
- Otot sternokleidomastoideus
- Otot scapula elevator dan serratus anterior
- Otot skeleni dan erectus pada tulang belakang
Otot otot yang berperan pada ekspirasi :
- Otot rektus abdominalis
- Otot interkostal interna
- Otot serratus posterior inferior, untuk menurunkan kosta bagian bawah
2. Proses difusi
Proses difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida antara alveoli dan kapiler. Proses ini melalui membrane yang
tipis antara alveoli dan kapiler darah.
3. Proses transportasi
Proses ini merupakan transportasi oksigen didalam darah menuju
kejaringan tubuh (sel sel) dan membawa karbondioksida dari sel sel menuju
kekapiler paru. Transportasi ini melalui 2 cara:
o Secara kimia, berikatan dengan hemoglobin. Sebagian besar oksigen akan
diangkut dengan ikatan oksihemoglobin.
o Secara fisik, larut dalam plasma darah. Jumlah oksigen yang larut dalam
plasma sangat kecil, sekitar 1% karena daya larut oksigen dalam plasma
yang rendah.
4. Proses regulasi
Proses ini merupakan proses pengaturan pernafasan meliputi pusat
pernafasan meliputi pusat pernafasan.
Pengaturan pernafasan dilaksanakan oleh 2 sistem yakni
o Sistem syaraf
o Sistem kimia/ kemoreseptor.
Pusat pernafasan :
33

o Area inspirasi, terletak dibagian dorsal medulla oblongata yang berfungsi
sebagai pusat inspirasi.
o Area ekspirasi, terletak dibagian ventral medulla oblongata yang berfungsi
sebagai pusat ekspirasi.
o Area pneumotaksik, terletak di pons yang berfungsi membantu mengatur
kecepatan pernafasan.

4. Fisiologi Sistem Sirkulasi
Sistem peredaran darah pada manusia terdiri dari:
1. Darah
Darah adalah cairan berwarna merah yang terdapat di dalam pembuluh darah.
Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat
kandungannya, terutama kadar oksigen dan karbon dioksida. Apabila kadar oksigen
tinggi maka warna daranya menjadi merah muda, tetapi bila kadar karbondioksidanya
tinggi maka warna darahnya menjadi merah tua. Volume darah pada manusia adalah
8% berat badannya.

a. Susunan darah
Darah manusia terdiri dari dua komponen utama, yaitu sel-sel darah dan plasma
darah (cairan darah). Tiap-tiap komponen darah terdiri atas berbagai komponen, yaitu:

1) Sel-sel darah
Sel-sel darah merupakan bagian terbesar dari darah, yaitu sekitar 40 50 %.
Sel-sel darah terdiri atas tiga macam, yaitu:
a) Sel darah merah (eritrosit)
Ciri-cirinya:
(1) berukuran 7,5-7,7 m
(2) bentuknya bikonkaf
(3) tidak berinti
(4) tidak dapat bergerak bebas
(5) tidak dapat menembus dinding kapiler
(6) berwarna merah kekuning-kuningan
34

Pembentukan sel darah merah terjadi pada endotelium sumsum tulang. Sel
darah merah berfungsi mentranspor oksigen dan bersifat tetap di dalam pembuluh
darah.
b) Sel darah putih (leukosit)
Ciri-cirinya:
(1) berukuran 10-12 m
(2) mempunyai bentuk sangat bervariasi
(3) selnya mempunyai nukleus (inti sel)
(4) bergerak bebas secara ameboid
(5) menembus dinding kapiler yang disebut diapedesis
Sel darah putih dibuat di sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan
jaringan retikulo-endotel. Leukosit mempunyai fungsi utama untuk melawan
kuman yang masuk kedalam tubuh, yaitu dengan cara memakannya yang disebut
fagositosis. Jumlah leukosit dapat naik turun tergantung dari ada tidaknya infeksi
kuman-kuman tertentu. Leukosit dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
granulosit bila plasmanya bergranuler dan agranulosit bila plasmanya tidak
bergranuler.
Leukosit granulosit dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
(1) Netrofil: bersifat fagosit, plasmanya bersifat netral, bentuk intinya
bermacam-macam seperti batang, berinti banyak, berinti bengkok, dan
lain-lain.
(2) Basofil: plasmanya bersifat basah, berbintik-bintik kebiruan, dan
bersifat fagosit.
(3) Eusinofil: bersifat fagosit, plasmanya bersifat asam, berbintik-bintik
kemerahan yang jumlahnya akan meningkat bila terjadi infeksi.
Leukosit agranulosit dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
(1) Monosit: selnya berinti satu, besar berbentuk bulat panjang, bisa
bergerak cepat, dan bersifat fagosit
(2) Limfosit: berinti satu, selnya tidak dapat bergerak bebas, ukurannya
ada yang sebesar eritrosit. Sel ini berperan besar dalam pembentukan
zat kebal (antibodi).

c) Sel darah pembeku (trombosit)

35

Ciri-cirinya:
(1)berukuran lebih kecil (2-4m) dari eritrosit dan leukosit
(2)Sel darah pembeku tidak berinti
(3)bentuknya tidak teratur
(4)bila tersentuh benda yang permukaannya kasar mudah pecah
Sel ini dibentuk di dalam megakariosit sumsum merah tulang. Trombosit
sangat penting bagi proses pembekuan darah. Pembekuan darah merupakan
rangkaian proses yang terjadi pada jaringan tubuh, plasma darah, dan trombosit.

2) Plasma darah
Plasma darah terdiri dari air yang didalamnya terlarut berbagai macam zat,
baik zat organik maupun zat anorganik dan zat yang berguna maupun zat sisa
yang tidak berguna sehingga jumlahnya lebih kurang 7-10%. Zat yang terlarut
dalam plasma darah dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu:
a) zat makanan dan mineral, seperti glukosa, asam amino, asam lemak,
kolesterol, serta garam-garam mineral.
b) zat-zat yang diproduksi sel, seperti enzim, hormon, dan antibodi.
c) protein darah, yang tersusun atas beberapa asam amino, yaitu:
(1) albumin, yang sangat penting untuk menjaga tekanan osmotik darah
(2) fibrinogen, sangat penting untuk proses pembekuan darah
(3) globulin, untuk membentuk gemaglobulin, yaitu komponen zat kebal
yang sangat penting.
d) zat-zat metabolisme, seperti urea, asam urat, dan zat-zat sisa lainnya.
e) gas-gas pernapasan yang larut dalam plasma, seperti O2, CO2, dan N2

b. Fungsi darah
Darah merupakan jaringan penyokong istimewa yang mempunyai banyak
fungsi, yaitu:
1) mengangkut oksigen dan karbondioksida dari alat pernapasan ke jaringan-
jaringan ke seluruh tubuh
2) mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh
3) mengangkut sisa-sisa metabolisme ke alat ekskresi
4) mengedarkan hormon dari kelenjar hormon ke tempat yang membutuhkan

36

2. Alat Peredaran Darah
Alat peredaran darah terdiri dari:
a. Pembuluh darah
Terdapat tiga macam pembuluh darah, yaitu:
1) Pembuluh nadi atau arteri, yaitu pembuluh yang mengangkut darah dari
jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh ini dibedakan menjadi aorta, arteri, dan
arteriole. Aorta adalah pembuluh darah yang langsung berhubungan dengan
jantung. Arteri adalah cabang dari aorta, sedangkan arteriol adalah pembuluh nadi
yang berhubungan dengan kapiler.
2) Pembuluh balik atau vena, yaitu pembuluh yang mengangkut darah dari
seluruh organ tubuh menuju ke jantung. Vena dibedakan menjadi venule, vena,
dan vena cava. Venule adalah pembuluh balik yang berhubungan dengan kapiler.
Vena menerima darah dari venule, sedangkan vena cava adalah pembuluh balik
besar yang langsung berhubungan dengan jantung.
3) Pembuluh kapiler, yaitu pembuluh halus yang menghubungkan arteriole
dengan venule. Kapiler merupakan pembuluh halus yang dindingnya hanya
setebal selapis sel. Pada pembuluh inilah terjadi pertukaran oksigen dari darah
dengan karbondioksida jaringan.

b. Jantung
Jantung merupakan alat pemompa darah yang letaknya di dalam rongga dada
agak ke kiri. Bersarnya kurang lebih sama dengan kepalan. Jantung mempunyai
bagian-bagian sebagai berikut:
1) Dinding jantung
Dinding jantung merupakan bagian yang membungkus ruangan jantung. Dinding
ini terdiri atas tiga lapis, yaitu:
a) Perikardium
Perikardium adalah selaput pembungkus jantung. Perikardium ini berlapis dua.
Diantara keduanya terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk menahan gesekan.
b) Miokardium
Miokardium adalah otot jantung. Otot ini tersusun atas jenis otot yang bekerja
secara tidak sadar.
c) Endokardium
Endokardium adalah selaput yang membatasi ruangan jantung.
37

2) Ruangan jantung
Ruangan jantung manusia berjumlah empat terdiri dari dua serambi (atrium)
kanan dan kiri serta dua bilik (ventrikel) kanan dan kiri. Serambi kanan berisi
darah yang kaya CO2 berasal dari seluruh tubuh, sedangkan serambi kiri berisi
darah yang kaya oksigen yang berasal dari paru-paru.

3) Klep jantung
Antara serambi dan bilik, antara bilik dan nadi terdapat klep atau valvula.
Fungsi klep ini untuk menjaga agar aliran darah tetap searah.
Klep-klep tersebut adalah sebagai berikut:
a) klep berdaun tiga atau valvula trikuspidalis, terdapat diantara serambi
kanan dan bilik kanan. Klep ini berfungsi untuk mencegah agar darah dalam
bilik kanan tidak kembali ke serambi kanan.
b) klep berdaun dua atau valvula biskupidalis, terdapat diantara serambi kiri
dan bilik kiri. Klep ini berfungsi untuk mencegah agar darah dalam bilik kiri
tidak kembali ke serambi kiri.
c) klep berbentuk bulan sabit atau valvula seminularis. Klep ini terdiri atas
tiga daun dan terdapat pada pangkal nadi besar. Fungsinya adalah untuk
mencegah agar darah dalam nadi tidak kembali ke bilik.
4) Saraf jantung
Saraf pada jantung membentuk beberapa simpul saraf jantung. Simpul saraf
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Simpul Keith-Flack atau Nodus Sino Aurikularis
Simpul saraf ini terdapat pada dinding serambi, diantara vena yang masuk ke
serambi kanan.
b) Simpul Tawara atau Nodus Atrioventrikularis
Simpul saraf ini terdapat pada sekat antara serambi dan bilik.
c) Berkas His.
Berkas His berupa serabut saraf yang merupakan kelanjutan dari simpul tawara.
Serabut saraf dari berkas His ini terdapat pada sekat antara bilik dan bercabang-
cabang ke otot jantung dinding ventrikel.



38

Kerja jantung
Bila serambi jantung mengembang, jantung akan mengisap darah masuk ke
serambi dari pembuluh balik. Serambi kanan menarik darah dari vena cava
superior dan vena cava inferior, sedangkan serambi kiri menarik darah vena
pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Bersamaan masuknya darah
keserambi kanan, simpul keith-flack terangsang. Rangsangan diteruskan ke
simpul Tawara. Bersamaan dengan ini, otot dinding serambi berkontraksi
sehingga ruangan serambi mengucup. Begitu impuls dari keith-flack sampai
disimpul Tawara, maka katup antara serambi dan bilik terbuka, darah mengalir ke
bilik. Sementara itu, impuls saraf diteruskan ke berkas his. Setelah darah masuk
ke dalam ventrikel, klep antara atrium dan bilik menutup. Sesampainya
rangsangan di miokardium bilik, maka berkontraksilah dinding bilik. Akibatnya,
ruangan bilik menguncup. Tekanan ruangan dalam bilik maximum disebut
tekanan sistole. Pada waktu sistole, darah terpompa ke aorta. Setelah darah
terpompa keaorta, dinding bilik berelaksasi. Ruangan jantung membesar
maximum sehingga tekanannya menjadi minimum. Tekanan terendah dalam
ruangan jantung akibat otot jantung berelaksasi disebut diastole.

Siklus jantung
Dalam kerja memompa darah, jantung berdenyut secara terus-menerus sejak
embrio berumur 25 hari sampai seseorang meninggal dunia. Sekali denyut, mulai
dari pemompaan darah hingga memompa berikutnya disebut siklus jantung.
Secara sederhana siklus pemompaan darah oleh jantung berlangsung sebagai
berikut:
1) otot jantung berelaksasi, semua klep jantung dalam keadaan menutup.
Darah masuk kedalam atrium dari pembuluh balik.
2) klep berdaun tiga dan klep berdaun dua membuka. Darah mengalir dari
serambi ke bilik. Aliran darah ini diperkuat oleh mengecilnya ruang serambi. Hal
ini disebabkan oleh berkontraksinya dinding serambi.
3) dinding bilik berkontraksi. Bersamaan dengan itu, klep berdaun dua dan
berdaun tiga menutup. Tetapi klep semilunaris membuka sehingga tekanan darah
dalam bilik meningkat.
4) darah mengalir dengan kuat dari bilik menuju aorta. Bersamaan dengan ini
dinding serambi mengembang sehingga darah masuk keserambi dari vena.
39

Seluruh proses tersebut berlangsung kurang dari satu detik. Bila kita
mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop, suara detaknya terdengar ganda.
Yang pertama adalah bersamaan dengan menutupnya klep antara serambi dan
bilik, sedangkan yang kedua adalah bersamaan dengan menutupnya klep
semilunaris.

Macam-Macam Peredaran Darah
Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah
yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah
mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai peredaran
darah ganda yang terdiri dari:
1. Peredaran darah besar atau sistem sirkulatoria magna, yaitu peredaran darah
dari jantung (bilik kiri) menuju keseluruh tubuh (kecuali paru-paru) dan kembali
ke jantung (serambi kanan).
2. Peredaran darah kecil atau sirkulatoria parva, yaitu peredaran darah dari
jantung (bilik kanan) menuju ke paru-paru kembali ke jantung (serambi kiri).
Selain itu, ada juga sistem vena porta, yaitu vena dari suatu alat tubuh
sebelum menuju ke jantung, mampir dulu ke suatu alat. Pada manusia adalah
sistem vena porta hepatis, yaitu darah dari usus, sebelum ke jantung mampir dulu
ke hati.

Anda mungkin juga menyukai