Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar pada
vertebrata. Empedu dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, akan tetapi
ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara
waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin
akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan
dihimpun ke dalam duodenum (Anonim, 2012).
Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus,
terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke
usus dan bercampur dengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian
cairan lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian air akan
diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang
pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan yang
langsung dari hati tadi (Anonim, 2012).
Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya
garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam
anorganik. Garam empedu berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-
vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan
2

tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak (Kimball,
1983).
Dengan demikian akan memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam
empedu bereaksi dengan asam lemak menghasilkan senyawa kompleks
yang lebih mudah larut dan mudah terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis
(Hardjasasmita, 1992).
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut tentang empedu
dilakukanlah percobaan ini, untuk mengetahui adanya pigmen-pigmen dalam
empedu.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan adanya
pigmen-pigmen dalam empedu.











3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kandungan empedu merupakan kantung otot kecil yang berfungsi untuk
menyimpan empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang
dihasilkan oleh hati). Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan
kanan, lalu keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama bergabung
dengan saluran yang berasal dari kantung empedu (duktus sistikus), membentuk
saluran empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke usus bagian atas pada
sfingter oddi, yang terletak beberapa centimeter di bawah lambung (Anonim,
2010).
Kandungan empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpokat
yang terletak tepat di bawah lobus kanan inti. Empedu yang disekresi secara terus
menerus oleh hati masuk ke dalam saluran empedu yang kecil di hati. Saluran
empedu yang kecil-kecil tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar
yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri,
yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis yang bergabung dengan
duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Pada duktus koledokus bersatu
dengan duktus pankretikus membentuk ampula vateri sebelum bermuara ke usus
halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampela dikelilingi oleh serabut otot
sirkula, dikenal sebagai sfingar oddi (Anonim, 2010).

4

Cairan empedu terdiri dari asam empedu, protein, garam empedu, kalsium
dan lemak. Fungsi dari cairan empedu adalah untuk membentuk penyerapan
lemak dan vitamin A, D, E dan K. Cairan empedu merupakan cairan jernih,
berwarna kuning, agak kental dan mempunyai rasa pahit. Cairan empedu
mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO
3
, Cl
-
, Na
+
dan K
+
serta zat-zat organik,
yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol. Asam-asam empedu yang
penting ialah asam kolat dan asam deoksikolat. Beberapa fungsi asam empedu
antara lain sebagai emulgator dalam proses pencernaan lemak dalam usus, dapat
mengaktifkan lipase dalam cairan pankreas, membantu mengabsorpsi asam-asam
lemak, kolesterol, vitamin D dan K serta karoten, sebagai perangsang aliran cairan
empedu dari hati dan menjaga agar kolesterol tetap larut dalam cairan empedu
sebab bila perbandingan asam empedu dengan kolesterol rendah, akan
menyebabkan terjadinya beberapa endapan kolesterol (Poedjiadi, 1994).
Garam empedu bersifat digestif, memperlancar kerja enzim serta
memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah lemak. Garam empedu juga
membantu pengabsorpsian lemak yang telah dicernakan (gliserin dan asam lemak)
dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan memperbesar daya tembus
endothelium yang menutupi vili usus (Poedjiadi, 1994).
Garam empedu dibentuk di hati dari kolesterol melalui reaksi yang
menyebabkan hidroksilasi inti steroid dan memutus rantai sisi. Dalam reaksi
pertama, terjadi penambahan sebuah gugus -hidroksil kekarbon 7 (di sisi pada
cincin ). Aktivasi 7 -hidroksilase yang mengkatalisis reaksi penentu ini ditekan
oleh adanya garam-garam empedu. Pada reaksi berikutnya, terjadi reduksi ikatan
5

rangkap dan mungkin terjadi hidroksilasi tambahan. Dihasilkan dua kelompok
senyawa yang berbeda. Satu kelompok memiliki gugus -hidroksi diposisi 3,7 dan
12 serta menghasilkan seri asam kenakalat. Melalui reaksi oksidasi 3 karbon
dikeluarkan dari rantai sisi. Fragmen 5 karbon sisanya yang melekat ke struktur
cincin memiliki sebuah gugus karboksi (Pogel, 1997).
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua.
Bilirubin disaring dari darah oleh hati dan dikeluarkan pada cairan empedu.
Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan mengikat sebagian
dari bilirubin total termetabolisme dan bagian ini disebut sebagai bilirubin
langsung. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada
kotoran (Anonim, 2012).
Murray et al, (2003) mengatakan bahwa bilirubin yang terbentuk di
jaringan perifer akan diangkut ke hati oleh albumin plasma. Metabolisme bilirubin
lebih lanjut terjadi dihati. Peristiwa metabolisme ini dapat dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu:
1. Ambilan bilirubin oleh sel parenkim hati.
2. Konyugasi bilirubin dalam retikulum endoplasma halus.
3. Sekresi bilirubin terkonyugasi ke dalam empedu.
Zat warna empedu berasal dari pemecahan hemoglobin pada butir sel
darah merah. Beberapa zat warna itu adalah bilirubin (orange, kuning, coklat) dan
biliverdin (hijau). Pada percobaan ini larutan asam nitrat pekat ditambahkan
kedalam tabung yang berisi cairan empedu. Tujuan dari penambahan asam nitrat
pekat yaitu agar terjadi oksidasi zat warna empedu. Banyaknya asam nitrat pekat
6

yang dimasukkan kedalam tabung reaksi diusahakan sama banyak dengan jumlah
empedu sehingga cairan empedu berada pada bagian atas (hijau) dan bagian
bawah larutan asam nitrat pekat, setelah digoyangkan menghasilkan larutan yang
berwarna orange atau coklat. Test gmelin empedu berdasarkan atas reaksi asam
nitrat dengan zat warna menghasilkan serangkaian hasil oksida. Fungsi dari zat
warna ini adalah menurungkan kadar gula darah, mencegah kelelahan otot dan
memperbaiki kerusakan hati akibat alkohol (Pogel, 1997).
Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantung empedu
apabila tidak digunakan. Kantung empedu ini terdapat melekat pada hati. Pada
waktu ada proses pencernaan makanan kantung empedu berkontraksi dan
mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum, melalui saluran yang menyatu
dengan saluran cairan pangkreas pada bagian akhir (Poedjiadi, 1994).
Untuk mengetahui keadaan fisik empedu. Pada pengujian ini, empedu
yang digunakan diencerkan terlebih dahulu diencerkan dengan aquades. Warna
dari empedu adalah hijau pekat dan memiliki bau anyir hal ini disebabkan karena
empedu tersusun dari asam-asam lemah. pH yang digunakan empedu adalah 7,
sedangkan sedangkan empedu memiliki pH antara 6,9 sampai 7,7. Keadaan wujud
dari empedu yaitu kental, hal ini menunjukkan bahwa empedu yang digunakan
masih kental (Hardjasasmita, 1992).
Untuk menentukan kadar bilirubin (zat warna) dalam empedu. Cairan
empedu encer ditambahkan dengan aquades kemudian dialiri dengan larutan I
2

0,5% dalam alkohol melalui dinding tabung, sehingga diperoleh cincin hijau
7

diantara dua lapisan, lapisan atas (merah) dan lapisan bawah (hijau) yang
merupakan cairan dari empedu (Hardjasasmita, 1992).
Pigmen-pigmen empedu sebagian besar berasal dari penghancuran eritrosit
yang pigmen utama dan terbanyak berasal dari bilirubin dan biliferdin. pada
percobaan pigmen-pigmen empedu dilakukan dengan metoda Gmelin dan smith.
pada uji Gmelin digunakan cairan empedu 1:10 dan 1:50 dengan penambahan
asam nitrat pekat dan pada uji Smith digunakan cairan empedu 1:10 dengan
menambahkan larutan iodium. hasil oksidasi dari pigmen-pigmen empedu akan
membentuk bermacam-macam warna (Murray et al, 2003).
Menurut Anonim (2012), menyatakan bahwa asam-asam empedu yang
penting ialah asam kolat dan asam deoksi kolat, beberapa fungsi asam empedu
antara lain:
1. Sebagai emulgator dalam proses pencernaan lemak dalam usus
2. Dapat mengaktifkan lipase dalam cairan pancreas
3. Membantu obsorpsi asam-asam lemak, kolesterol, vitamin D dan K serta
karoten.
4. Sebagai perangsang aliran cairan empedu dari hati
5. Menjaga agar kolesterol tetap larut dalam cairan empedu sebab bila
perbandingan asam empedu dengan kolesterol rendah akan menyebabkan
terjadinya endapan kolesterol.



8

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah
sebagai berikut:
Hari/tanggal : Kamis, 7 Februari 2013
Pukul : 08.00 13.00 WITA
Tempat : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah cawan
petri, pipet tetes, pipet skala, rak tabung dan tabung reaksi.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah
alkohol 0,5%, asam nitrat pekat, empedu dan kertas saring.
C. Prosedur Kerja
1. Gmellins Test
a. Memasukkan 2 ml asam nitrat pekat kedalam 2 buah tabung reaksi.
b. Memasukkan 2 ml empedu pekat kedalam tabung reaksi secara
perlahan-lahan.
c. Memasukkan 2 ml empedu yang sudah diencerkan.
9

d. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
2. Roesenbach Modification Gmellins Test
a. Mengambil sepotong kertas saring kemudian membahasinya dengan
aquades.
b. Mengambil empedu sebanyak 2 tetes dan meletakkannya diatas kertas
saring yang telah dibasahi.
c. Menambahkan asam nitrat pekat sebanyak 2 tetes.
d. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
3. Smith test
a. Memasukkan larutan empedu kedalam tabung reaksi.
b. Mengambil larutan alkohol 0,5 % kemudian diteteskan kedalam
larutan empedu.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi.










10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
No. Nama larutan GAMBAR KET/GAMBAR
1. Gmellins Test:
a. Asam nitrat pekat +
empedu 2 ml yang
belum diencerkan.



b. Asam nitrat pekat +
empedu 2 ml yang sudah
diencerkan








Berwarna hijau dan
bening



Berwarna bening dan
coklat serta terdapat
cincin berwarna hijau.
2. Roesenbach Modification
Gmellins Test:

a. Aqudes + empedu diatas
kertas saring




b. Aquadest + empedu
kemudian ditambahkan
larutan asam nitrat pekat
sebanyak 1-2 tetes















Berwarna hijau tua





Berwarna ungu dan
hijau tua.
3. Smith Test:
Larutan empedu + alkohol
0,5% 3 tetes










Berwarna hijau tua
dan terdapat cincin
berwarna hijau tua

Sumber: Laboratorium Ilmu Peternakan, Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2013.


11

Pembahasan
1. Gmellins Test
Pada gmellins test hasil percobaan yang di peroleh yaitu pada
larutan asam nitrat pekat yang ditambahkan empedu 2 ml yang belum
diencerkan menghasilkan warna hijau dan bening. Sedangkan pada larutan
asam nitrat pekat yang ditambahkan empedu 2 ml yang sudah diencerkan
menghasilkan warna bening, coklat dan terdapat cincin berwarna hijau.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pogel (1997), yang mengatakan
bahwa zat warna empedu berasal dari pemecahan hemoglobin pada butir
sel darah merah. Beberapa zat warna itu adalah bilirubin (orange, kuning,
coklat) dan biliverdin (hijau). Pada percobaan ini larutan asam nitrat pekat
ditambahkan kedalam tabung yang berisi cairan empedu. Tujuan dari
penambahan asam nitrat pekat yaitu agar terjadi oksidasi zat warna
empedu. Banyaknya asam nitrat pekat yang dimasukkan kedalam tabung
reaksi diusahakan sama banyak dengan jumlah empedu sehingga cairan
empedu berada pada bagian atas (hijau) dan bagian bawah larutan asam
nitrat pekat, setelah digoyangkan menghasilkan larutan yang berwarna
orange atau coklat. Test gmelin empedu berdasarkan atas reaksi asam
nitrat dengan zat warna menghasilkan serangkaian hasil oksida. Fungsi
dari zat warna ini adalah menurungkan kadar gula darah, mencegah
kelelahan otot dan memperbaiki kerusakan hati akibat alkohol.


12

2. Roesenbach Modification Gmellins Test
Pada roesenbach modification gmellins test hasil percobaan yang
diperoleh yaitu pada kertas saring yang sudah dibasahi dengan aquades
kemudian ditetesi dengan empedu diatas kertas saring dan ditetesi lagi
larutan asam nitrat pekat 1-2 tetes maka warna yang dihasilkan adalah
hijau dan ungu.
Menurut Hardjasasmita (1992), yang mengatakan bahwa, untuk
mengetahui keadaan fisik empedu. Pada pengujian ini, empedu yang
digunakan diencerkan terlebih dahulu diencerkan dengan aquades. Warna
dari empedu adalah hijau pekat dan memiliki bau anyir hal ini disebabkan
karena empedu tersusun dari asam-asam lemah. pH yang digunakan
empedu adalah 7, sedangkan sedangkan menurut teori empedu memiliki
pH antara 6,9 sampai 7,7. Keadaan wujud dari empedu yaitu kental, hal ini
menunjukkan bahwa empedu yang digunakan masih kental.
3. Smith Test
Pada percobaan smith test hasil yang diperoleh pada percobaan kali
ini yaitu pada larutan empedu yang sudah di encerkan kemudian
ditambahkan dengan alkohol 0,5% sebanyak tiga tetes maka yang
dihasilkan adalah warna hijau tua dan terdapat cincin berwarna hijau tua.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Hardjasasmita (1992), yang
mengatakan bahwa pada pengujian ini, yakni untuk menentukan kadar
bilirubin (zat warna) dalam empedu. Cairan empedu encer ditambahkan
dengan aquades kemudian dialiri dengan larutan I
2
0,5% dalam alkohol
13

melalui dinding tabung, sehingga diperoleh cincin hijau diantara dua
lapisan, lapisan atas (merah) dan lapisan bawah (hijau) yang merupakan
cairan dari empedu.




















14

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah
pigmen-pigmen empedu sebagian besar berasal dari penghancuran eritrosit
yang pigmen utama berasal dari bilirubin dan biliferdin. pada percobaan
pigmen-pigmen empedu dilakukan dengan metode Gmellins test, roesenbach
modification gmellins test dan smith test. hasil oksidasi dari pigmen-pigmen
empedu akan membentuk bermacam-macam warna.
Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliferdin, kedua zat
warna ini merupakan pigmen empedu yang terbentuk dari eritrosit yang sudah
tua menjadi rapuh sehingga pecah dan hemoglobinnya lepas. Hemoglobin
selanjutnya dipecah menjadi heme dan globin. Cincin heme dibuka untuk
membentuk besi bebas yang kemudian dibawah tranfelin dari rantai lurus
dari empat pirol yang kemudian dibentuk menjadi pigmen empedu.
B. Saran
Adapun saran yang disampaikan pada percobaan selanjutnya adalah
diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih berhati-hati dan teliti
dalam melakukan praktikum agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan tepat.




15

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Biologi Hati dan Kandungan Empedu. Apotik online dan media
informasi obat-penyakit: medicastore.com. (Diakses pada tanggal 5
Februari 2013).

Anonim. 2012. Kandung Empedu.http://www.fk.undip.ac.id. (Diakses pada
tanggal 5 Februari 2013).

Hardjasasmita Pantjita. 1992. Ikhtisar Biokimia Dasar A. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.

Kimball John. W. 1983. Biologi Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.
Murray et al. 2003. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Andry Hartono, penerjemah;
EGC: Jakarta. Terjemahan dari: Biochemistry.

Poedjiadi, Anna.1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press: Jakarta.
Pogel, S David.1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai