Anda di halaman 1dari 4

08 Rabbi-ul Tsaani 1432 H / 12 March 2011 / Print / Kirim / dibaca 963 kali

--------------------------------------------------------------------------------
Buletin Islam Al-Ilmu edisi no: 14 / IV / IX / 1342
Indahnya Akhlaqul Karimah
Para pembaca yang kami hormat, bila kita mau menggali kembali warisan akhlak yan
g mulia sebagaimana yang telah diwariskan di dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah
, niscaya kita akan mendapati betapa indahnya Islam itu. Sungguh menyedihkan, ta
tkala menyaksikan banyak dari saudara-saudara kita kaum muslimin kurang memberik
an perhatian terhadap masalah akhlak. Terlebih ketika menyaksikan generasi muda
Islam yang mayoritas mereka tumbuh dan berkembang tidak di atas bimbingan akhlak
yang mulia.
Seyogyanya, pendidikan akhlak kepada generasi muda dimulai semenjak mereka berad
a dalam masa kanak-kanak, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam sebuah lem
baga pendidikan. Walaupun, pada akhirnya itu semua kembali kepada hidayah dari A
llah `azza wa jalla. Namun setidaknya, telah ada upaya dengan penuh kesungguhan da
ri diri kita yang diiringi dengan doa kepada Allah `azza wa jalla. Semoga anak cuc
u kita menjadi generasi yang berakhlak dengan akhlak yang mulia.
Dalam hal ini, sosok yang sangat pantas untuk kita jadikan sebagai teladan adala
h Nabi kita Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam. Beliau telah mengaplikasikan s
ifat-sifat yang mulia semenjak masa kanak-kanak. Sehingga tidaklah mengherankan
ketika di kemudian hari beliau menjadi orang kepercayaan di kalangan kaumnya seb
elum diangkat menjadi nabi dan menerima banyak pujian dari mereka.
Allah `azza wa jalla telah memberikan pujian kepada beliau dalam firman-Nya (artin
ya):
Dan sesungguhnya kamu Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung. QS. Al-Qal
am 4
Sungguh telah terkumpul pada diri Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam akhlak-
akhlak yang baik seperti rasa malu, kedermawanan, keberanian, menepati janji, su
ka menolong, kecerdasan, lembut, memuliakan anak yatim, kejujuran, menjaga harga
diri, menjaga kesucian hati, dan lain-lain.
`Aisyah radhilyallahu `anha, istri Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, pernah ditanya
tentang akhlak beliau Shallallahu `alaihi wa sallam, maka ia menjawab:
Maka sesungguhnya akhlak Nabi Allah Muhammad adalah Al-Qur`an. HR. Muslim dan Abu D
awud
Allah `azza wa jalla berfirman (artinya):
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu y
aitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia
banyak menyebut Allah. QS. Al-Ahzab 21
Sahabat Anas bin Malik radhilyallahu `anhu mengatakan
Rasulullah adalah manusia yang paling baik akhlaknya. HR. Al-Bukhari, Muslim dan A
bu Dawud
Di tengah-tengah gencarnya dakwah tauhid yang diserukan oleh Rasulullah Shallall
ahu `alaihi wa sallam, beliau tetap memberikan porsi kepada pembenahan akhlak. Hal
ini tercermin dari sabda beliau
Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. HR. Al-Baihaqi dan A
l-Bukhari dalam Adabul Mufrad
Keutamaan Akhlak yang Mulia
Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam juga telah menerangkan tentang keutamaan
akhlak yang mulia, beliau bersabda
Tidak ada sesuatu yang diletakkan dalam timbangan di hari kiamat kelak yang lebi
h berat daripada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya seorang yang berakhlak baik
akan bisa mencapai derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat (sunnah). HR. At-
Tirmidzi
Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam juga menyebutkan
Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya dariku
pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya. HR. At-Tirmidzi
Urgensi Akhlak yang Baik dalam Dakwah
Akhlak yang mulia merupakan bekal berharga yang tidak boleh dianggap remeh oleh
seorang da'i juru dakwah yang terjun ke masyarakat dalam rangka mengemban tugas y
ang agung nan mulia yaitu berdakwah ke jalan Allah. Akhlak yang mulia akan membe
rikan pengaruh yang luar biasa di hati-hati manusia.
Para pembaca yang berbahagia! Amalan dakwah ke jalan Allah merupakan amalan yang
cukup berat, yang membutuhkan perjuangan fisik dan mental dari seorang da'i. Yang
demikian itu memang sebanding dengan pahala dan keutamaannya yang besar. Oleh k
arena itulah, yang mampu mengemban tugas berat ini hanyalah orang-orang yang mem
iliki sifat-sifat agung dan mulia dalam kehidupannya. Bukan orang-orang yang kas
ar perangainya, kotor dan tajam lisannya, sempit pandangannya, jelek pergaulanny
a, dan yang memiliki sifat-sifat tercela lainnya.
Seorang da'i, apabila telah mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan bekal akhlak
yang mulia, niscaya dakwah ke jalan Allah yang ia serukan akan berguna dan membe
rikan manfaat serta akan lebih mudah untuk diterima di hati masyarakat.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah mengatakan dalam ceramahn
ya ketika memberikan nasehat kepada para pemuda tentang masalah Kebangkitan Isla
m bahwasanya dakwah Islam akan bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan apabila p
ara pemikul amanah tersebut memiliki beberapa bekal. Beliau menyebutkan beberapa
bekal yang berkaitan dengan akhlak, di antaranya adalah:
1. Seorang da'i wajib memiliki sifat hikmah dalam berdakwah. Hendaklah ia tidak te
rburu-buru untuk menikmati hasil dalam usahanya merubah keadaan masyarakat yang
jelek menjadi baik. Kemudian kata beliau Dan sungguh -demi Allah- saya sangat s
enang sekali melihat kecemburuan para pemuda dan semangatnya dalam membasmi kemu
ngkaran, menegakkan kebenaran serta memerintahkan kepada kebaikan. Namun aku leb
ih suka -demi Allah- dengan sepenuh hatiku, apabila mereka melandasi langkah-lan
gkah tersebut dengan cara hikmah. Walaupun hasilnya agak lambat namun akan memba
wa akibat yang terpuji
Kemudian beliau menyebutkan dalilnya, yaitu firman Allah (artinya):
Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan b
antahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih me
ngetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih menget
ahui orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. An-Nahl 125
2. Memiliki sifat sabar dengan mengharap pahala dari Allah. Betapa banyak para g
enerasi muda yang setelah mendapat hidayah untuk berjalan di atas jalan generasi
salaf yang shalih, mereka bersemangat mengajak keluarganya kepada jalan tersebu
t. Namun kemudian datang berbagai keluhan dari mereka, bahwasanya mereka mendapa
tkan tekanan dari kedua orangtuanya baik dalam bentuk celaan, ejekan atau fitnah
.
Maka wajib bagi kita untuk bersabar (dari cobaan tersebut) dengan mengharap pah
ala dari Allah dan tidak boleh putus asa. Dan jangan menjadikan hal itu sebagai
penghalang dari dakwah ke jalan Allah. Allah telah berfirman (artinya): Wahai ora
ng-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah
bersiap siaga di perbatasan negerimu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
beruntung. QS. Ali Imran 200
3. Berhias dengan akhlak yang mulia. Seorang da'i harus mencerminkan diri dalam ke
hidupannya sesuai dengan apa yang ia serukan. Bagaimana pandangan masyarakat ter
hadap seorang da'i yang memberikan nasehat kepada umatnya untuk beramal sesuatu, n
amun ia sendiri tidak mengamalkannya? Demikiankah ?
4. Melandasi dakwahnya dengan kelemahlembutan. Tidak kasar atau selalu keras dal
am cara penyampaian. Tidak tajam atau kotor dalam berbicara. Rasulullah Shallall
ahu `alaihi wa sallam bersabda: Wahai `Aisyah, sesungguhnya Allah Maha Lembut dan men
yukai kelembutan. Allah memberikan kepada kelembutan apa yang tidak Dia berikan
kepada kekasaran dan yang lainnya. HR. Muslim
5. Menghidupkan sunnah ziarah saling mengunjungi saudara sesama muslim. Sunnah i
ni telah diabaikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Sesungguhnya sunnah ini akan m
enumbuhkan kelembutan hati dan kecintaan kepada sesama muslim. Dan seorang da'i me
miliki peran besar dalam mengamalkan sunnah ini.
6. Tidak boleh berputus asa tatkala melihat berbagai kerusakan di tengah masyara
kat.
Cita-cita atau harapan merupakan pendorong yang kuat dan usaha demi keberhasilan
dakwah. Sebagaimana putus asa merupakan sebab kegagalan dan berhentinya sebuah
dakwah.
Pengaruh Akhlak yang Mulia
Berikut ini adalah contoh-contoh kisah tentang bagaimana akhlak yang mulia mampu
memberikan pengaruh yang luar biasa dalam hati manusia sekalipun mereka adalah
orang kafir.
1. Suatu hari Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam mengumpulkan kaum musyrikin
Quraisy di bukit Shafaa dalam rangka menjelaskan tentang risalah Islam. Beliau
mengatakan kepada mereka:
Bagaimana menurut kalian apabila aku kabarkan kepada kalian bahwasanya akan kelua
r kuda dari balik kaki bukit ini, apakah kalian akan mempercayaiku? Mereka menjaw
ab: Kami belum pernah mendapatimu berdusta. HR. Al-Bukhari dan Muslim
2. Sahabat Anas bin Malik menceritakan,
Suatu hari kami para sahabat sedang duduk-duduk di masjid bersama Rasulullah Sha
llallahu `alaihi wa sallam. Tiba-tiba datanglah seorang arab kampung masuk ke dala
m masjid kemudian kencing di dalamnya. Maka dengan serta merta para sahabat pun
menghardiknya. Rasulullah bersabda, Jangan menghardiknya! Biarkan dia hingga tu
ntas kencingnya! (Setelah selesai dari kencingnya) Rasulullah memanggil orang ter
sebut kemudian menasehatinya Sesungguhnya yang namanya masjid, tidak pantas untu
k tempat kencing, tidak juga tempat kotoran. Hanya saja masjid itu sebagai tempa
t untuk berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al-Qur`an. Atau sebagaimana sa
bda Rasulullah. Kemudian Rasulullah memerintahkan seseorang untuk menyiram kenci
ng orang arab kampung tersebut, maka ia membawa seember air kemudian menyiramkan
nya ke tempat kencing tersebut. HR. Muslim
Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan bahwasanya sahabat Abu Hurairah menceritakan
,
(Suatu hari) kami shalat bersama Rasulullah. Kemudian di tengah-tengah shalat A`rab
i itu berdo`a, Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad. Dan jangan engkau rahmati sia
papun selain kami berdua. Setelah selesai salam, Rasulullah bersabda kepada A`rabi
tersebut, Sungguh, engkau telah mempersempit rahmat Allah yang luas.
Dalam riwayat Ahmad dari hadits Abu Hurairah diceritakan (A`rabi yang pernah ken
cing di masjid itu) mengatakan -setelah dia berilmu-, Rasulullah ketika itu (per
istiwa kencing) menasehatiku. Beliau tidak mencelaku, memarahiku, tidak pula mem
ukulku.
3. Dalam sebuah kisah yang diceritakan oleh Abu Sufyan ketika beliau berdagang d
i negeri Syam, beliau dipanggil oleh Heraklius kaisar Romawi. Dan Heraklius mul
ai bertanya kepada Abu Sufyan ketika itu beliau masih kafir tentang sosok Rasul
ullah. Ia bertanya,Apakah kalian pernah menuduhnya sebagai pendusta sebelum ia me
nyampaikan sesuatu (risalah Islam)? Abu Sufyan menjawab, Tidak pernah. Ia ber
tanya lagi,Apa yang diperintahkannya kepada kalian? Abu Sufyan menjawab,Dia memer
intahkan untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak boleh menyekutukan-Nya de
ngan sesuatu apapun, memerintahkan untuk meninggalkan ucapan nenek moyang, memer
intahkan untuk menegakkan shalat, zakat, berkata jujur, menjaga harga diri, meny
ambung tali persaudaraan. . . HR. Al-Bukhari
Referensi:
Ash Shahwah Al-Islamiyah, Dhawabith wa Taujihat, Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin.

Anda mungkin juga menyukai