Patogenesis abses hepar Hati adalah organ yang paling sering untuk terjadinya abses .Abses hati dapat berbentuk soliter atau multiple.Hal ini dapat terjadi dari penyebaran hematogen amaupun secara langsung dari tempat terjadinya infeksi di dalam rongga periotenum. Hati menerima darah secara sistemik maupun melalui sirkulasi vena portae hal ini memungkinkan terinfeksinya hati oleh karena paparan bakteri yang berulang tetapi dengan adanya sel hato oleh sel kuffer yang membatasi sinusoid hati akan menghindari terinfeksinya hati oleh bakteri tersebut.Adanya penyakit sistem biliaris hingga terjadi obstruksi aliran empedu akan menyebbakan terjadinya proliferasi bakteri.Adanya tekanan dan distensi kanalikuli akan melibatkan cabang- cabang dari vena portal dan limfatik sehingga kan terbentuk formasi abses fileflebitis.Mikroabses yang terbentuk akan menyebar secara hematogen sehingga terjadinya bakteremia sistemik.Penetrasi akibat trauma tusuk akan menyebabkan inokulais bakteri pad aparenkim hati sehingga terjadi abses paru piogenik.Lobus kanan lebih sering terjadi abses hati iogenik. Terapi Penatalaksanaan secara konvensional adalah dengan drainase terbuka secara operasi dan antibiotik spektrum luas oleh karena bakteri penyebab abses terdapat didalam cairan abses yang sulit dijangkau dengan antibiotik tunggal tanpa aspirasi cairan abses. Penatalaksanaan saat ini, adalah dengan menggunakan drainase perkunancus abses intra abdominal dengan tuntunan abdomen ultrasound atau tomografi komputer, komplikasi yang bisa terjadi adalah perdarahan, perforasi organ intra abdominal, infeksi, ataupun terjadi kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase.
Prognosis Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan, jika hasil kultur darah yang memperlihatkan penyebab becterial organisme multiple, tidak dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya penyakit lain. Peningkatan umur, manifestasi yang lambat, dan komplikasi seperti reptur intraperikardi atau komplikasi pulmonum meningkatkan tiga kali angka kematian. Hiperbilirubinemia juga termasuk faktor resiko, dengan reptur timbul lebih sering pada pasien-pasien yang icterus.