Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan
hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering
menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama
adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot,
hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak
dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua
fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu
mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik
ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik
cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama
pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak. (Soenarto, 1982) Reumatik dapat terjadi pada semua umur
dari kanak kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia
lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur.
(Purwoastuti, E. (2009).
B. Rumusan masalah
a. Jelaskan apa yang dimaksud rematik ?
2

b. Sebutkan etiologi rematik ?
c. Sebutkan manifestasi klinik rematik ?
d. Sebutkan komplikasi rematik ?
e. Sebutkan penatalaksanaan rematik ?
C. Tujuan
a. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud rematik
b. Dapat menyebutkan etiologi rematik
c. Dapat menyebutkan manifestasi klinik rematik
d. Dapat menyebutkan komplikasi rematik
e. Dapat menyebutkan penatalaksanaan rematik





















3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang
berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi
dan struktur klain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata
lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem
muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat. Osteoartritis
adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang
dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia
diatas 60 tahun (Hidayat, 2006).
Osteoartritis merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi
sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban ini. Osteoartritis atau
rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban
(Purwoastuti, E. (2009).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar yang menanggung beban (Masjoer, A, dkk. (2001).
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
4

akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda
dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria.
Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang
menanggung beban berlebihan, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu, disamping faktor mekanis
yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat
faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang
sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis
yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
5

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang
rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
C. Jenis Reumatik
Menurut Purwoastuti, E. (2009). Ada beberapa jenis reumatik yaitu:
1. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi
(reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering
ditemukan yaitu:
a) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun
yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan
berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis dipersendian
menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi
biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan terjadi
akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus
yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di
sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya
simetris (terjadi pada kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid belum
diketahui dengan pasti.
b) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab
yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis,
morfologis, dan keluaran klinis yang sama. Proses penyakitnya berawal
dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan
jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular).
c) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah
(hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
6

pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga
dapat menyebabkan kerusakan sendi. Benda-benda keton yang
meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
2. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak
di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik
luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis jenis reumatik yang
sering ditemukan yaitu:
a) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak.
Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut,
penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
b) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik
yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri
maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi,
tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
3. Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral
dan sakroiliaka) yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
D. Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula
terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran
sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi
dan krepitasi.
7

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan
yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian
pasien yang umumnya tua (lansia).
E. Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
8

Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain.
terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif (Masjoer, dkk. 2001).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
Sedimentasi eritrosit meningkat
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari
sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
G. Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
2. Persoalan Seksual
9

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
3. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi
juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang
tertekuk (pronatio).
4. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit.
5. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
6. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
7. Dukungan psikososial
8. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat
9. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
10. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat
dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya
dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh
diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan
makanan
Makanan yang boleh
diberikan
Makanan yang tidak boleh
diberikan
Karbohidrat
Protein hewani



Protein nabati


Lemak


Semua
Daging atau ayam, ikan
tongkol, bandeng 50 gr/hari,
telur, susu, keju

Kacang-kacangan kering 25
gr atau tahu, tempe, oncom

Minyak dalam jumlah
terbatas.

--
Sardin, kerang, jantung, hati,
usus, limpa, paru-paru, otak,
ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
--


--


10

Sayuran





Buah-buahan

Minuman

Bumbu, dll
Semua sayuran sekehendak
kecuali: asparagus, kacang
polong, kacang buncis,
kembang kol, bayam, jamur
maksimum 50 gr sehari

Semua macam buah

Teh, kopi, minuman yang
mengandung soda
Semua macam bumbu
Asparagus, kacang polong,
kacang buncis, kembang kol,
bayam, jamur maksimum 50
gr sehari


--

Alkohol

Ragi

11. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang
rawan sendi, pebersihan osteofit

















11

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
a) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
b) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
b. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
1) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
sinovial Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
2) Catat bila ada krepitasi
3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
b) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada
sendi.
e) Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).


12

f) Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya
ketergantungan pada orang lain).
g) Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan\
Kekeringan pada membran mukosa.
h) Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan
i) Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
j) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
k) Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah
tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran
mukosa.
l) Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.

13

c. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan
kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

























14

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan, mengenai Kondisi, prognosis, danPengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat dan kesalahan
interpretasi informasi




15

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
b. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
c. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
d. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri, catat lokasi dan
intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yangmempercepat
dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal
2. Berikan matras/ kasur keras,
bantal kecil,. Tinggikan linen
tempat tidur sesuai kebutuhan





3. Tempatkan/ pantau penggunaan
bantal, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.

4. Dorong untuk sering mengubah
posisi,. Bantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang
a. Membantu dalam menentukan
kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program


b. Matras yang lembut/ empuk, bantal
yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang
tepat, menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen tempat
tidur menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi/nyeri
c. Mengistirahatkan sendi-sendi yang
sakit dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan
nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
pada sendi
d. Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi. Menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit
16

sakit di atas dan bawah, hindari
gerakan yang menyentak
5. Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat atau mandi pancuran pada
waktu bangun dan/atau pada
waktu tidur. Sediakan waslap
hangat untuk mengompres sendi-
sendi yang sakit beberapa kali
sehari. Pantau suhu air kompres,
air mandi, dan sebagainya.
pada sendi

e. Panas meningkatkan relaksasi otot,
dan mobilitas, menurunkan rasa sakit
dan melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
b. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
c. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi Rasional
1. Evaluasi/ lanjutkan
pemantauan tingkat
inflamasi/ rasa sakit pada
sendi
2. Pertahankan istirahat tirah
baring/ duduk jika
diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode
istirahat yang terus menerus
a. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resolusi dari peoses
inflamasi
b.
Istirahat sistemik dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan

17

dan tidur malam hari yang
tidak terganggu
3. Bantu dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikiqan juga
latihan resistif dan isometris
jika memungkinkan


4. Ubah posisi dengan sering
dengan jumlah personel
cukup. Demonstrasikan/
bantu tehnik pemindahan
dan penggunaan bantuan
mobilitas,
5. Posisikan dengan bantal,
kantung pasir, gulungan
trokanter, bebat, brace
c.


Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat
menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat merusak
sendi
d. Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi. Memepermudah
perawatan diri dan kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit
e.
Meningkatkan stabilitas (mengurangi
resiko cidera) dan memerptahankan posisi
sendi yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
a. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
b. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi Rasional
1. Dorong pengungkapan mengenai a. Berikan kesempatan untuk
18

masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan

2. Diskusikan arti dari kehilangan/
perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn
pribadi pasien dalam memfungsikan
gaya hidup sehari-hari, termasuk
aspek-aspek seksual.
3. Diskusikan persepsi pasienmengenai
bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
4. Akui dan terima perasaan berduka,
bermusuhan, ketergantungan
5. Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan
6. Susun batasan pada perilaku mal
adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang
dapat membantu koping.
mengidentifikasi rasa takut/
kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung
b. Mengidentifikasi bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi
diri dan interaksi dengan orang
lain akan menentukan kebutuhan
terhadap intervensi/ konseling
lebih lanjut
c. Isyarat verbal/non verbal orang
terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya
sendiri
d. Nyeri konstan akan melelahkan,
dan perasaan marah dan
bermusuhan umum terjadi
e. Dapat menunjukkan emosional
ataupun metode koping
maladaptive, membutuhkan
intervensi lebih lanjut
f. Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri,
yang dapat meningkatkan
perasaan harga diri

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
a. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
19

b. Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi Rasional
1. Diskusikan tingkat fungsi umum
(0-4) sebelum timbul awitan/
eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang
diantisipasi
2. Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan program latihan
3. Kaji hambatan terhadap partisipasi
dalam perawatan diri. Identifikasi
/rencana untuk modifikasi
lingkungan
4. Kolaborasi: Konsul dengan ahli
terapi okupasi.




5. Kolaborasi: Atur evaluasi
kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.
a. Mungkin dapat melanjutkan
aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada
keterbatasan saat ini
b. Mendukung kemandirian
fisik/emosional

c. Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri
d.
Berguna untuk menentukan alat
bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang
kancing, menggunakan alat bantu
memakai sepatu, menggantungkan
pegangan untuk mandi pancuran
e. Mengidentifikasi masalah-
masalah yang mungkin dihadapi
karena tingkat kemampuan aktual





20

5. Kurang pengetahuan, mengenai Kondisi, prognosis, danPengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat dan kesalahan
interpretasi informasi
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan perawatan
b. Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi
gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas atau pembatasan
aktivitas.
Intervensi Rasional
a. Tinjau proses penyakit,
prognosis, dan harapan masa
depan
b. Diskusikan kebiasaan klien
dalam penatalaksanaan proses
sakit melalui diet, obat, latihan
dan istirahat.

c. Bantu dalam merencanakan
jadwal aktivitas terintegrasi yang
realitas, istirahat, perawatan
pribadi, pemberian obat, terapi
fisik dan manajemen stress.
d. Tekankan pentingnya
melanjutkan manajemen
farmakoterapeutik
e. Rekomendasikan penggunaan
aspirin bersalut atau salisilat
nonasetil

f. Anjurkan mencerna obat dengan
makanan, susu, atau antasida
pada sebelum tidur


g. Tinjau pentingnya diet yang
seimbang dengan makanan yang
banyak mengandung vitamin,
a. Memberikan pengetahuan
dimana klien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
b. Tujuan control penyakit adalah
untuk menekan inflamasi atau
jaringan lain untuk
mempertahankan fungsi sendi
dan mencegah deformitas
c. Memberikan struktur dan
mengurangi ansietas pada waktu
menangani proses penyakit
kronis kompleks.

d. Keuntungan dari terapi obat
tergantung pada ketepatan dosis,
missal aspirin diberikan secara
regular untuk mendukung kadar
terapeutik darah 18-25 mg.
e. Preparat bersalut dicerna dengan
makanan, meminimalkan iritasi
gaster, mengurangi risiko
perdarahan.
f. Membatasi iritasi gaster.
Pengurangan nyeri dapat
meningkatkan tidur dan kadar
darah serta mengurangi
kekakuan pada pagi hari.
g. Meningkatkan perasaan sehat
21

protein, dan zat besi.
h. Dorong klien obesitas untuk
menurunkan berat badan dan
berikan informasi penurunan
berat badan sesuai kebutuhan

i. Berikan informasi mengenai alat
bantu, missal tongkat atau
palang keamanan.


j. Diskusikan teknik menghemat
energy, misal, duduk dari pada
berdiri untuk mempersiapkan
makanan dan mandi
k. Dorong mempertahankan posisi
tubuh yang benar pada saat
istirahat dan waktu melakukan
aktivitas, misal, menjaga agar
sendi tetap meregang, tidak
fleksi
dan perbaikan atau regenerasi
jaringan.

h. Penurunan berat badan
mengurangi tekanan pada sendi,
terutama pinggul, lutut,
pergelangan kaki, dan telapak
kaki.
i. Mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan
memungkinkan klien ikut serta
secara lebih nyaman dalama
ktivitas yang dibutuhkan.
j. Mencegah kepenatan,
memberikan kemudahan
perawatan diri, dan kemandirian.
k. Mekanika tubuh yang baik harus
menjadi bagian dari gaya hidup
klien untuk mengurangi tekanan
sendi dan nyeri.

Anda mungkin juga menyukai