(makalah ini disusun untuk melengkapi nilai mata kuliah Sistem Integumen semester 4)
1. Mira Rahmawati 220110120083 2. Annisa Belladiena R 220110120084 3. Siwi Kurnia Putri 220110120090 4. Prahasticha S 220110120098 5. Afifah Nurul Zahra 220110120106 6. Kinanti Devia L 220110120112 7. Rosana Dwiriyanti 220110120118 8. Mustika Rahmi 220110120124 9. Risva Antika 220110120131 10. Maulidya Ninda P 220110120137 11. Putri Septina 220110120014 12. Amelia Kristianti 220110120150 13. Saktiti Luhur Apsari 220110120157 14. Rahmi Sri Awalianti 220110120164
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 2
Kata Pengantar Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini mengenai penyakit ketombe yang sering dialami oleh kebanyakan orang, dan makalah ini akan membahas konsep dasar dari penyakit ketombe tersebut. Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Integumen. Dalam penyusunan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan makalah ini, khususnya Bapak Afif selaku koordinator dosen mata kuliah Sistem Integumen. Apabila ada kesalahan isi, penulis mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya untuk pembaca. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sekalian sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Jatinangor, 25 Februari 2014
Tutor 7
3
Daftar Isi : Kata Pengantar....2
Daftar Isi.3
Pengertian...4
Etiologi...4
Klasifikasi..6
Manifestasi7
Epidemiologi.8
Pemeriksaan Diagnosis.9
Komplikasi9
Penatalaksanaan...10
Patofisiologi.13
Diagnosa Keperawatan....14
Daftar Pustaka.....18
4
Pengertian Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya psoriasis pustulosa Etiologi Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain: 1. Trauma Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma. 2. Infeksi Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh. 3. Iklim Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh. 4. Faktor endokrin Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi. 5. Sinar matahari 5
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita. 6. Metabolik Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis. 7. Obat-obatan - Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia. - Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat menimbulkan efek withdrawal. - Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui sebagai pencetus psoriasis. - Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis. - Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata. Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah : - Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal. - Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik. - Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit. - Emosi tak terkendali. - Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi merah , misalnya mengandung alcohol.
6
Klasifikasi Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain: a.
: Lesi sebesar jarum pentul atau milier. Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel rambut. Lesi sebesar tetesan air. Lesi sebesar uang logam. Lesi sebesar daun. Lesi melingka berbentuk seperti cincin karena adanya involusi dibagian tengahnya. Lesi merupakan bercak solid yang menetap. Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan tertutup lembaran- lembaran skuama mirip kulit tiram. Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika.
Tipe-tipe psoriasis. Psoriasis terbagi atas: a. Psoriasis vulgaris: bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas. b. Psoriasis gutata: diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya setelah infeksi di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili (campak), terutama pada anak dan dewasa muda. c. Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan menurun. Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah beberapa jam timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah tersebut. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi eritroderma. 7
d. Psoriasis eritrodermis: dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya kelainan kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya kelainan kulit psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih meninggi. e. Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku tampak lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel, sehingga penderita sulit sembuh. f. Psoriasis artritis: penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada sendi, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai keropos.
Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti: 1. Psoriasis digitalis atau interdigitalis. 2. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah. 3. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki. 4. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor atau lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah payudara dan lainnya. 5. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti kulit kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya.
Manifestasi Klinik Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi oleh sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal atau tidak gatal. Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan epidermis kulit serta proses radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan indurasi eritematosa (kulit meradang dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Pada umumnya tidak membehayakan jiwa, kecuali yang mengalami komplikasi, namun penyakit ini sangat mengganggu kualitas hidup. 8
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu diseluruh bagian kulit tubuh kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu saja, karena pergiliran sel-sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe, sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh atau keruh. Penyakit psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik seperti kulit normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman bekas psoriasis. Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi, psoriasis bernanah (psoriasis postulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil (eritoderma).
Gejala dari psoriasis antara lain: - Mengeluh gatal ringan - Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya. - Terdapat fenomena tetesan lilin - Menyebabkan kelainan kuku
Epidemiologi Psoriasis mempengaruhi kedua jenis kelamin yang sama dan dapat terjadi pada usia apapun, meskipun paling sering muncul untuk pertama kalinya antara usia 15 dan 25 tahun. Prevalensi psoriasis pada populasi Barat diperkirakan sekitar 2-3%. Prevalensi psoriasis di antara 7,5 juta pasien yang terdaftar dengan dokter umum di Inggris adalah 1,5%. Sebuah survei dilakukan oleh National Psoriasis Foundation (a psoriasis pendidikan berbasis AS dan kelompok advokasi) menemukan prevalensi sebesar 2,1% di antara orang Amerika dewasa. Studi ini menemukan bahwa 35% orang dengan psoriasis dapat diklasifikasikan sebagai memiliki psoriasis sedang sampai parah. Sekitar sepertiga orang dengan psoriasis laporan riwayat keluarga penyakit, dan peneliti telah mengidentifikasi lokus genetik yang terkait dengan kondisi tersebut. Studi kembar monozigot menunjukkan peluang 70% dari psoriasis mengembangkan kembar jika kembar lainnya telah 9
psoriasis. Konkordansi adalah sekitar 20% untuk kembar dizigotik. Temuan ini menunjukkan kedua kecenderungan genetik dan respon lingkungan dalam mengembangkan psoriasis. Onset sebelum usia 40 biasanya menunjukkan kerentanan genetik yang lebih besar dan tentu saja lebih parah atau berulang psoriasis. Diagnosis Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau tidak khas, maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatitis eritroskuamosa. Pada diagnosis banding hendaknya perlu diingat , bahwa pada psoriasis terdapat tanda-tanda yang khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis , fenomena tetesan lilin,dan fenomena auspitz serta kobner. Diagnostik banding : a. Dermatofitosis dengan keluhan gatal sekali dan ditemukan ada jamur. b. Sifilis Psoriasiformis (sifilis stadium II) c. Dermatitis seboroik Komplikasi menurut siregar 2004 berikut ini komplikasi psoriasis : 1. Psoriasis Pustulosa Kadang-kadang diatas macula eritematosa pada psoriasis timbul pustula-pustula kecil dengan ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis postula. Ada 2 bentuk psoriasis postula: a. Psoriasis postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch). Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan ciri eritematosa disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain. Postula dapat timbul diatas lesi psoriasis atau pada kulit sehat yang mengalami eritema sebelumnya. Lesi ini menyebar dengan cepat dan timbulnya bergelombang. Postula yang timbul tersusun berkelompok atau diskret. Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah. Mukosa mulut dan lidah dapat mengalami kelainan. Kematian terjadi karena toksik atau infeksi. b. Psoriasis postulosa lokalisata (bentuk Barber) Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten terhadap pengobatan. Biasanya menyerang telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris. Lesi berupa postula diatas plak 10
eritematosa, berskuama. Postula yang masih baru berwarna kuning, kemudian berubah menjadi kuning kecoklatan dan bila postula mengering berwarna coklat gelap. Akhirnya postula yang kering ini mengelupas. Kadang-kadang timbul rasa gatal tetapi lebih sering timbul keluhan seperti rasa terbakar. 2. Psoriasis arthritis Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki. Pada stadium akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit. Bila berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan hal ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam posisi fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga persendian dan erosi permukaan sendi. 3. Psoriasis eritrodermia Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat berkembang menjadi eritodermia. Seluruh permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup skuama putih yang halus. Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topikal atau penyinaran yang berlebihan. Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka erupsi eritodermia menghilang dan lesi psoriasis yang khas akan muncul kembali.
Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis, meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya. Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik. - Terapi topikal Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya. Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid. Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis). Formulasi ter mencakup losion, salep, pasta, 11
krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat. Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm). Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya. Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala. Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu amndi. Anthralin adalah preparat (Anthra- Derm, Dritho- Crme, Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatic yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat terlainnya. Kortikosteroid topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
- Terapi intralesi Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya. Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan obat ini.
- Terapi sistemik Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible. Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat. Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan 12
gejal depresi sumsum tulang. Siklosporin A , suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus- kasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994). Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat. Fotokemoterapi . Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8- metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari spectrum elektromagnetik yang mengandung panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm). Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
13
Patofisiologi Kelainan faktor genetik
abnormalitas pengkodean DNA pada lengan kromosom 17 dan 6
Abnormalitas pada ekspresi DNA
Sintesis DNA meningkat
Aktifitas mitosis sel meningkat
Sel lebih cepat membelah
Munculnya antigen yang abnormalitas pada keratinosit Streptococcal