Anda di halaman 1dari 16

Teh Oolong , adalah teh tradisional Cina dengan semi fermentasi.

Teh ini dibuat dengan cara


yang unik yaitu pelayuan dibawah sinar matahari yang kuat. Derajat fermentasinya ada di antara
8%-85% bergantung dari cara memproduksinya. Teh Oolong juga memiliki rasa yang beragam.
Teh olong dapat membantu kinerja pencernaan, mengobati sakit kepala. Bahkan pada penelitian
modern terhadap teh oolong menunjukkan bahwa teh ini efektif mengontrol kadar kolesterol dan
membantu menurunkan kadar gula.

Syarat Tumbuh
1. Iklim
Curah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.
Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak tahan kekeringan.
Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 oC.
Kelembaban udara kurang dari 70%.
2. Media Tanaman
Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol. Namun teh juga dapat
dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah
dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.
Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerh yaitu:(1) dataran
rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari
1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan
kualitas teh.


3. Ketinggian Tempat
Tanaman teh di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah pertanaman ini umumnya
terletak pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas permukaan laut. Ada kaitan erat antara
tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu makin rendah elevasi, suhu udara makin tinggi. Untuk
mengatasi hal ini, pertanaman teh di daerah rendah memerlukan bantuan pohon pelindung yang
dapat mengurangi intensitas sinar matahari, sehingga dapat sedikit menurunkan suhu.
Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian antara 400 meter sampai 1200 meter di
atas permukaan laut (mdpl), sehingga daerah pertanaman teh dapat dibagi menjadi tiga daerah
berdasarkan ketinggian tempat yaitu:
Daerah dataran rendah : 400 sampai 800 m (dpl), dengan suhu mencapai 23oC-24oC.
Daerah dataran sedang : 800 sampai 1200 m (dpl), dengan suhu mencapai 21oC-22oC.
Daerah dataran tinggi : di atas 1200 m (dpl), dengan suhu mencapai 18oC-19oC.
Perkebunan teh yang terletak pada ketinggian di atas 1500 meter dpl, sering mengalami
kerusakan karena terjadinya embun beku (night frost) pada bulan terkering di musim kemarau.
Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan perbedaan suhu, mempengaruhi sifat
pertumbuhan perdu teh, karena perbedaan sifat pertumbuhan tersebut, maka terdapat perbedaan
mutu dari teh jadi. Teh produksi dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh
produksi dataran rendah (Setyamidjaja, 2000).

v Pembibitan
Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi, sebaiknya tanaman
diperbanyak dengan stek daun.
a. Persyaratan benih
Diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan besar. Biji disimpan di
dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-38% dan segera disemaikan setelah
dipungut.
Perkecambahan dalam badengan
a) Pasir setebal biji teh dihamparkan pada kotak papan 1 x 2 m.
b) Taburkan benih di atas hamparan pasir.
c) Hamparkan kembali pasir di atas benih.
d) Lakukan kembali langkah b dan c sampai didapat tumpukan pasir-benih sebanyak 3
tumpuk.
e) Tutup bagian atas tumpukan dengan karung goni basah.
f) Naungi bedengan dengan daun kering.
g) Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah ditanamkan pada bedengan atau
polibag.
Penanaman
a) Di Bedengan: tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan subur, jarak tanam
kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah dibenamkan, ditimbun tanah dengan
ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih) dan ditutupi dengan potongan daun guatemala, atau alang-
alang. Bedengan dinaungi dengan naungan individu.
b) Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan cara penanaman yang sama.
Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di dalam bedengan yang dinaungi.
c) Pemeliharaan meliputi penyemprotan fungisida Dithane M-45 0,2% dan insektisida
Demicron 0,2%. Penyiraman teratur agar tidak kekeringan, pemupukan 2-3 bulan setelah tanam
dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/10 liter.
d) Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12 bulan, bibit di bedengan dipindahkan
ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan 2-3 tahun (stump).
Pembibitan Stek Daun
Stek ditanam di dalam polibag berisi media tanah. Polibag ini disusun di dalam bedengan yang
terletak di dalam naungan pembibitan.
Bahan tanaman
a) Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah pangkas, mulai berkayu dan berwarna
coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak lurus (vertikal).
b) Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk (Multiplication plant, MP).
c) Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke arah luar dan memiliki 1 helai daun.
d) Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres diambil dari batas pangkal ranting yang
berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif).
e) Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25 gram/liter selama 1-2 menit.
Media stek
a) Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5, bebas nematoda dan sisa akar/tanaman.
b) Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) untuk mengisi
bagian bawah polibag ukuran 1225 cm; 1/4-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) untuk
mengisi bagian atas polibag. Sebelumnya tanah disaring dengan saringan 1-2 cm.
c) Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400 gram/m3 tanah. Dithane dicampur
merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.
d) Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan dengan tawa sebanyak 1/2-1 kg/m3
tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.
e) Pemupukan dasar Hanya diberikan pada tanah lapisan atas: SP-36 dan KCl masing-masing
sebanyak 500 gram/m3 tanah.
f) Pengisian tanah ke polybag.
g) Penanaman stek
h) Pembuatan naungan pembibitan. Ukuran naungan pembibitan adalah 3 x 2,5 m atau 4,5-2,5
m dengan tinggi 2 m. Setengah bedengan terbuat dari bilik dan bagian atasnya ditutup jarang
dengan wide. Pasang reng bambu di bagian atas bangunan ini dan tutup dengan rerumputan
sehingga cahaya matahari yang masuk sekitar 25% pada 3-4 bulan pertama. Lebar bedengan 90-
100 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Rangka sungkup
terbuat plastik dengan tinggi lengkungan 60-70 cm.


Pemeliharaan Pembibitan
Pengaturan intensitas matahari
0-3 bulan: 25-30%, naungan tertutup seluruhnya.
4-5 bulan: 30-40%, atap diperjarang.
6-7 bulan: 50-75%, atap lebih diper jarang lagi.
7-12 bulan: 90-100%, atap diperjarang.
> 1 tahun: 90-100%, atap terbuka sampai dibuka
Penyiraman dilakukan bila perlu.
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/15
liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2 minggu sekali. Pengendalian hama penyakit:
Menutup sungkup segera bila ada serangan, menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis
0,1-0,2%. Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.
v Pengolahan Media Tanam
Persiapan
1. Persiapan lahan
Lahan baru merupakan konversi dari hutan, semak atau lahan pertanian lain, maka perlu
dilakukan survey dan pemetaan tanah yang datanya akan menunjang pembuatan peta kebun dan
perlengkapannya, pembuatan fasilitas air dan juga jalan.
a) Pembongkaran pohon dan tanggul. Pohon dibongkar sampai akarnya dengan menggunakan
takel berkekuatan 3-5 ton, atau dimatikan dulu dengan arborisida sebelum dibongkar.
b) Pembersihan lahan (babad) di musim kemarau. Dilakukan setelah pembongkaran selesai,
sampah dibuang ke tempat yang tidak ditanami teh dan jangan dibakar.
c) Pembersihan gulma (nyasap) di musim kemarau. Tanah diolah dengan cangkul sedalam 5-
10 cm untuk membersihkan gulma.
d) Pengolahan tanah
v Tanah dicangkul sedalam 60 cm sampai gembur dan biarkan 2-3 minggu.
v Olah kembali sedalam 40 cm.
v Lakukan pengukuran dan pematokan sehingga terbentuk petakan 20 x 20 m.
e) Pembuatan jalan dengan lebar jalan kebun cukup 1 meter.
f) Pembuatan selokan drainase menurut kemiringan dan letak jalan kebun.
Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan terdiri atas lahan tempat tumbuh tanaman teh tua yang populasinya masih
cukup banyak 30-50%.
Pembongkaran pohon pelindung, pohon dibongkar bersama akarnya.
Pembongkaran tanaman teh tua. Untuk lahan yang landai dapat dilakukan dengan pencabutan
dengan tekel, tetapi jika kemiringan > 30% perdu dimatikan dengan bahan kimia arborisida
Sanitasi lahan. Untuk menghindari penyakit cendawan akar yang berasal dari tanaman tua
dilakukan penanaman rumput Guatemala selama 2 tahun atau Fumigasi dengan metil bromil
sebanyak 0,25 kg/10 m2 lahan. Tutup lahan dengan lembaran plastik dan alirkan fumigan,
biarkan 2 minggu. Lahan dikeringanginkan 2 minggu.
Pengolahan tanah. Untuk lahan yang perdu tehnya dicabut, lahan diolah dengan cara seperti
3.2.1., tetapi jika digunakan arborisda untuk mematikan perdu, tanah tidak perlu diolah cukup
diratakan.
Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanam
Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang akan dipakai.
Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon; penanaman baris tunggal lurus.
15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon; penanaman baris tunggal lurus
> 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888 pohon; penanaman sesuai kontur
Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah 18.500 pohon; penanaman baris berganda
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat 1 sampai 2 minggu sebelum penanaman. Lubang tanam dibuat tepat di
tengah-tengah diantara dua ajir. Ukuran lubang tanam adalah:
Untuk bibit asal stump biji: 30 cm x 30 cm x 40 cm
Untuk bibit stek dalam kantong plastik: 20 cm x 20 cm x 40 cm.
Pembuatan lubang tanam ini dilakukan setelah turun hujan yang pertama (awal musim hujan).
Dengan dibiarkan terbuka selama beberapa minggu, diharapkan dapat memperbaiki sifat fisika
dan kimia tanah, karena selama itu lubang terkena sinar matahari secara langsung (Setyamidjaja,
2000).
Penanaman
1. Pemberian pupuk dasar
Penyediaan unsur-unsur hara terutama fosfat bagi tanaman yang baru ditanam, pada
lubang perlu diberikan pupuk dasar. Pemupukan dasar yang dianjurkan terdiri atas 12,5 g Urea +
5 g TSP + 5 g KCl per lubang tanam. apabila pH tanah di atas 6, ke dalam lubang diberikan
belerang murni (belerang cirrus) sebanyak 10 g 15 g tiap lubang.
2. Cara menanam
a) Menanam bibit stump
Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara dimasukkan ke
dalam lubang tanam, persis di tengah-tengah lubang dengan leher akar tepat d permukaan tanah.
Lubang ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak boleh miring, dan tanah disekitar
lubang tanam diratakan.
b) Menanam bibit asal setek
Mula-mula kantong plastik disobek dibagian bawahnya, kemudian bagian samping juga disobek
dari atas ke bawah sampai bertemu dengan sobekan pada bagian bawah. Ujung kantong plastik
bagian bawah yang telah sobek ditarik ke atas sehingga bagian bawah kantong plastik terbuka.
Bibit dipegang dengan tangan kiri, disangga dengan belahan bamboo, kemudian dimasukkan ke
lubang, sementara tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang
dengan menggunakan kored.
Setelah tanah penuh menutup bagian akar bibit, belahan bamboo dan kantong plastik
ditarik dengan hati-hati ke luar dari lubang tanam. plastik disimpan pada ujung ajir yang berbeda
di sebelahnya. Kemudian tanah disekitar bibit dipadatkan dengan cara diinjak. Selesai menanam,
tanah sekitar dibuang diratakan agar tidak Nampak cekung atau cembung (Setyamidjaja, 2000).
Tanaman pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh ditanam di dataran rendah.
Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria sp.dan Tephrosis sp. yang ditanam di antara 2
barisan tanaman teh. Penanaman dilakukan dengan biji setelah teh ditanam. Tanaman pelindung
tetap ditanam jika pelindung sementara sudah tidak bisa dipertahankan (2-3 tahun). Tanaman
pelindung tetap ditanam 1 tahun sebelum teh ditanam berupa Albizia falcata, A. sumatrana, A.
procera, A. chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina subumbrans, Gliricida maculata,
Acacia decurens.
Pemeliharaan
1. Pemupukan
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan hara, pemupukan pada budidaya teh organik
menggunakan pupuk organik dapat berupa :

Sampah pangkasan;
Sisa tumbuhan dan hewan dari lahan yang sama atau lahan yang lain;
Kompos atau bokasi;
Sampah organik rumah tangga, kota dan pasar; Llimbah sampah organik pabrik;
Limbah sampah peternakan; dan
Tanaman khusus penghasil bahan organik (pupuk hijau, pohon pelindung dan lain-lain).
Selain itu pupuk hijau berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik tanah
yang selanjutnya dapat meningkatkan nitrogen. Pupuk hijau merupakan bentuk khusus daur
ulang organik, yaitu :
lapangan untuk disebarkan sebagai mulsa di atas tanah atau dibenam dalam tanah.
penanaman tanaman utama.
p untuk
tanaman utama.
sebagai pagar berjarak beberapa meter dan di antaranya (alley) dapat ditanami tanaman utama.

http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/images/stories/pemeliharaan-teh-1.gif




Gambar 1. Pemupukan dengan menggunakan Pupuk Hijau (organik)
2. Pembentukan Bidang Petik
a. Cara Pemenggalan (centering)
Cara ini dilakukan pada bahan tanaman/bibit asal setek yang ditanam dalam bekong.
Pelaksanaan centering adalah sebagai berikut :
Setelah bibit ditanam dilapang dan telah menunjukkan pertumbuhan, yaitu kira-kira berumur 4-6
bulan, batang utama di centering setinggi 15-20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar
daun. Apabila pada ketinggian tersebut tidak ada daun maka centering dilakukan lebih tinggi
lagi.
Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50-60 cm, yaitu kira-kira 6-9 bulan setelah
centering dan terdapat cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu dipotong (decentering) pada
ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar.

Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru telah tumbuh mencapai ketinggian 60-
70 cm, dilakukan pemangkasan selektif bagi cabang (selective cut cross) dibiarkan selama 3-6
bulan, kemudian dijendang (tipping) pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm dari bidang
pangkas.
b. Cara Perundukan (bending)
Bending adalah suatu cara pembentukan bidang petik dengan melengkungkan batang utama dan
cabang-cabang sekunder tanpa mengurangi bagian-bagian tanaman agar merangsang
pertumbuhan tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending adalah sebagai berikut :
Setelah bibit dipindahkan ke lapangan dan menunjukkan pertumbuhan (4-6 bulan), batang utama
dilengkungkan (dirundukkan) dengan membentuk sudut 450 dari permukaan tanah. Untuk
melengkungkan batang atau cabang dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan lain-lain.
Kira-kira 6 bulan setelah bending I, tunas-tunas sekunder telah mencapai panjang 40-50 cm dan
dilakukan bending II dengan arah menyebar ke segala arah. Pada umumnya tunas sekunder
mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda-beda, sehingga bending dilakukan 2-3 kali sampai
cabang menutup ke segala arah.
Cabang yang tumbuh kuat ke atas setelah bending II dipotong setinggi 30 cm.
Tunas-tunas yang tumbuh setelah bending II (kecuali yang tumbuh kuat ke atas) dibiarkan
sampai mencapai ketinggian 60-70 cm (6-9 bulan setelah bending II), kemudian di cut
cross/dipangkas setinggi 45 cm.

3. Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan adalah sebagai berikut
Pangkasan pada daerah dataran sedang (800-1.200 dpl), tinggi pangkasan 5060 cm dengan
membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun serta membiarkan 12 cabang berdaun
(pangkasan jambul).
Pangkasan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 dpl), tinggi pangkasan 5060 cm dengan
membersihkan cabang-cabang kecil dan daun (pangkasan bersih), serta membiarkan 12 cabang
berdaun (pangkasan jambul) terutama pada tanaman muda yang ber-umur kurang dari 10 tahun.
Tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih
rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah,
sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Sebaliknya jika lebih tinggi
dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan. Setelah pemangkasan perlu diikuti dengan
perlakuan gosok lumut dan pengolahan tanah dengan cara garpu rengat. Berbagai jenis
pangkasan hu-bungannya dengan ketinggian pangkasan se-perti yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Ketinggian Pangkasan dengan Jenis Pangkasan

4. Pengendalian hama dan penyakit
v Hama
Helopeltis antonii
Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang diserang
berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat menyebabkan kanker
cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi,
mekanis, predator Hierodula dan Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac
200 EC.
Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)
Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan daun tua,
serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian:
membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang dan insektisida Lannate 35 WP,
Lannate L.

Ulat penggulung daun (Homona aoffearia)
Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat.
Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus
homonae, insektisida Ripcord 5 EC.
Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)
Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati
dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin
85S.
Ulat api (Setora nitens, Parasa lepida, Thosea)
Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara
mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L.
Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis)
Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah.
Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu
serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: (1) cara mekanis,
pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan 460
EC, Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.


v Penyakit
Cacar teh
Penyebab: jamur Exobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala: bintik-bintik
kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak menjadi coklat
dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian: mengurangi pohon pelindung, pemangkasan
sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar
PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.
Busuk daun
Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai dari
ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian: mencelupkan stek ke dalam
fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0,2%.
Mati ujung pada bidang petik
Penyebab: jamur Pestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan
berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak terbentuk.
Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat, fungisida yang
mengandung tembaga.



Penyakit akar merah anggur
Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui kontak akar.
Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman menguning, layu, mati.
Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100 cm
di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromida atau Vapam.
Penyakit akar merah bata
Penyebab: jamur Proria hypolatertia. Di dataran tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan melalui
kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama dengan
penyakit akar merah anggur.
Penyakit akar hitam
Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000
meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang hitam di
bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes).
Pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.
Cara Panen
Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:
Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar
dan rata.

Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan:
Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang
melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan.
Tunas yang terlalu muda harus diambil.
Semua pucuk burung diambil.
Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan.
Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk
tanpa melihat rumus petik.
Periode Panen
Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas,
ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antar 6-12
hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali.
Prakiraan Produksi
Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.






Pascapanen
Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil petikan
ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung. Waring (keranjang
bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan ukuran minimal 150 x 160 cm
dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg). Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak
ditumpuk di tempat teduh (di los).

Anda mungkin juga menyukai