Anda di halaman 1dari 2

BOKS

BOKS-1
TANAMAN JARAK : SUMBER ENERGI ALTERNATIF DAN PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL
DI NTB
Upaya mencari sumber energi alternatif yang berasal dari tanaman seperti biodiesel, bioetanol, biogas dan sebagainya sedang
giat dilakukan. Masalah keterbatasan sumber minyak dan tingginya harga minyak dunia mendorong pemikiran kebijakan tersebut. Dari hasil
penelitian para ahli diketahui bahwa tanaman jarak merupakan salah satu tanaman yang dapat dijadikan sumber energi biodiesel. Indonesia
merupakan wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan tanaman jarak, terutama di daerah-daerah bagian timur seperti NTB, NTT,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku dan Papua, karena tanaman jarak pagar dapat berkembang dengan baik pada lahan-
lahan kering/marginal yang banyak terdapat di kawasan tersebut.
NTB merupakan salah satu daerah yang memiliki cukup luas lahan marginal/kering. Dari 1,8 juta ha lahan marginal di NTB, sekitar
625 ribu ha akan ditanami pohon jarak pagar. Dari jumlah tersebut, diharapkan produksi per ha dapat mencapai 2 juta ton, yang sebagian
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan daerah lain. Setiap tahun produksi jarak ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2004,
produksinya hanya sekitar 20 ton, pada tahun 2005 meningkat menjadi 50 ton dan pada tahun 2006 (hingga awal Mei 2006) telah mencapai
150 ton. Pada tahap pertama, pembibitan yang sudah dilakukan bekerja sama dengan Dinas Perkebunan NTB sedikitnya 137 ribu bibit jarak
telah mulai ditanam masyarakat.
Pengembangan tanaman jarak ini memberikan peluang bagi NTB untuk menjadi pusat budidaya jarak nasional. Banyak manfaat
yang bisa diperoleh dari penanaman jarak ini, antara lain :
- Menyerap cukup banyak tenaga kerja/mengurangi jumlah pengangguran di NTB
- Mendorong peningkatan PDRB NTB, terutama di sub sektor perkebunan
- Mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui peningkatan pendapatan, baik dari hasil penjualan bibit jarak maupun
minyak jarak
- Mengembalikan fungsi lingkungan, khususnya menghijaukan kembali kawasan gundul, mengembalikan fungsi lahan kritis sekaligus
menjaga kelestarian sumber mata air
Dalam rangka mensukseskan upaya ini, Gubernur Propinsi NTB telah mencanangkan program gerakan massal menanam jarak
pagar. Pemerintah Propinsi NTB juga merencanakan membangun jaringan pemasaran melalui kerja sama dengan PLN yang kemungkinan
bersedia menampung minyak jarak untuk memenuhi kebutuhan PLN. Di samping itu, telah dilakukan survei oleh pemerintah daerah terhadap
sejumlah kendaraan yang menggunakan mesin diesel di NTB dan diketahui bahwa kebutuhan jarak sangat besar, sehingga menurut
pemerintah daerah, dari aspek pemasaran kemungkinan tidak akan mengalami hambatan yang berarti.
Karena teknologinya sederhana, berbiaya rendah (selama 30 tahun akan terus berproduksi tanpa mengeluarkan biaya
perawatan), relatif mudah dilakukan dan memiliki prospek yang cukup baik, sejumlah investor asing dari Afrika Selatan, Inggris dan Jerman
menunjukkan minatnya menjadi penyalur jarak dari NTB.
Pengembangan tanaman jarak di lahan kering telah diuji coba dengan mengambil lokasi di Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan,
Lombok Barat. Pola tanam yang dikembangkan adalah tumpang sari jarak dengan jagung, yang ternyata bisa memberikan hasil yang
lebih menguntungkan, karena lahan dapat lebih dimanfaatkan pemanfaatannya. Pada tahun ke-1, tanaman jarak belum bisa berproduksi.
Dengan penanaman berselang jagung, maka pendapatan dari panen jagung dilakukan lebih awal dapat membiayai produksi tanaman jarak
pada tahun I. Pada tahap I (tahun ke-1), dalam 1 ha dapat ditanami 1000 tanaman jarak dan 58.700 tanaman jagung. Penghitungan sederhana
laba yang diperoleh dari hasil penanaman dengan pola tumpang sari ini dapat dilihat sebagai berikut :

22-a
BOKS

Penanaman Tahap I - Tahun 1 (untuk setiap ha)


Jagung Jarak
Biaya produksi Rp 3,000,000.00 Rp 1,000,000.00
Jumlah produksi (kg) 10,250 4,680
Harga per kg Rp 850 Rp 500
Nilai produksi Rp 8,712,500.00 Rp 2,340,000.00
Laba Rp 5,712,500.00 Rp 1,340,000.00

Tahun ke-4 s.d 5 (untuk setiap ha)


Nilai produksi Rp 7,500,000.00 *)

Sumber : Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Kering (LPPSLK) – Mataram, NTB.
*) Pada tahun ke-4 s.d 5, setiap pohon dapat menghasilkan 15 kg per tahun, sehingga nilai produksinya menjadi 15 kg x 1.000 pohon x Rp500,00 =
Rp7.500.000,00.

Pada tahun ke-5, lahan yang kosong dapat ditanami tambahan tanaman jarak karena pengurangan populasi tanaman jagung
(penanaman tahap II), sehingga dalam 1 ha lahan kering, populasi tanaman jarak menjadi 2000 pohon dan populasi tanaman jagung
berkurang 15,33% menjadi 49.700 pohon.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan pola tumpang sari tanaman jarak dan jagung akan menghasilkan
keuntungan yang lebih besar bagi petani dibandingkan penanaman jarak tanpa pola tanam tumpang sari. Namun pertanyaan yang sering
muncul dan sulit dijawab adalah siapa yang bersedia memulai usaha penanaman jarak tersebut secara massal dan siapa penampung yang
bersedia membeli seluruh hasil produksi jarak petani. Jika masalah ini belum terjawab, tentunya rencana program pengembangan tanaman
jarak akan sulit dilaksanakan dan masih memerlukan pemikiran dan koordinasi yang lebih baik dari berbagai pihak terkait.
Oleh karena itu, sebagai langkah awal dari upaya mensukseskan program gerakan massal menanam jarak pagar, upaya-upaya
yang perlu dilakukan pemerintah daerah adalah :
- Melakukan pemetaan lahan pengembangan tanaman jarak
- Secara kontinyu melakukan kegiatan sosialisasi proyek pengembangan jarak.
- Perlu juga dipikirkan mengenai kepastian harga ditingkat petani kepada pengumpul
- Kepastian hasil produksi akan selalu ditampung oleh pembeli seperti Pertamina/BUMN atau perusahaan daerah. Hal ini dimaksudkan
sebagai langkah yang berkesinambungan untuk keikutsertaan petani jarak dalam jangka panjang.
- Sebagai proyek nasional, perlu adanya bantuan di awal dalam hal pendanaan untuk pembibitan unggul jarak yang menghasilkan minyak
jarak paling optimal, setidaknya hingga panen perdana. Karena itu, perlu disediakan alokasi anggaran khusus dari APBD untuk
merealisasikan proyek percontohan budidaya tanaman jarak pagar di NTB.
- Dengan menghasilkan minyak jarak berarti Pemerintah Daerah telah membantu Pemerintah Pusat dalam mengatasi krisis BBM. Apabila
setengah saja dari lahan yang berpotensi di NTB yang ditanami pohon jarak, dengan asumsi konservatif, setidaknya dapat dihasilkan
292,5 juta liter/tahun atau sekitar Rp658 miliar/tahun (dengan asumsi harga per liter Rp2.250,00).
- Pemanfaatan minyak jarak dapat diprioritaskan untuk kebutuhan masyarakat setempat terlebih dahulu, seperti nelayan, petani dan
masyarakat setempat, yang secara otomatis mengurangi biaya distribusi
- Perlu juga dipikirkan pendirian kilang-kilang minyak jarak di dekat lokasi penanaman jarak, yang tentunya akan menghasilkan nilai tambah
yang lebih tinggi bagi daerah setempat
- Perlu segera didesain mekanisme dari sejak cara penanaman hingga ke proses kilang minyak jarak dan distribusi minyak jarak serta
langkah-langkah sosialisasi proyek nasional tersebut.

22-b

Anda mungkin juga menyukai