Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN EKONOMI SYARIAH

Manajemen pembangunan ekonomi Islam, beranjak dari Ilmu Manajemen dan


Ekonomi Islam yang mengarahkan perhatian pada perilaku organisasi ataupun
masyarakat dan pemerintah dalam menggerakkan dinamika manajerial dan
manajemen pembangunan ekonomi. Hal ini berarti bahasan akan terarah pada
bagaimana perilaku manajerial dan perialku organisasi dalam dinamika ekonomi
untuk mencapai kebahagiaan dan kehormatan baik organisasi maupun masyarakat
dan pemerintah pada bidang kehidupan ekonomi.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari
paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah
bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi
lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-
kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah
ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup
manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan
di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi.

A. Pendahuluan
Manajemen pembangunan ekonomi Islam, beranjak dari Ilmu Manajemen dan
Ekonomi Islam yang mengarahkan perhatian pada perilaku organisasi ataupun
masyarakat dan pemerintah dalam menggerakkan dinamika manajerial dan
manajemen pembangunan ekonomi. Hal ini berarti bahasan akan terarah pada
bagaimana perilaku manajerial dan perialku organisasi dalam dinamika ekonomi
untuk mencapai kebahagiaan dan kehormatan baik organisasi maupun masyarakat
dan pemerintah pada bidang kehidupan ekonomi.
Pembangunan ekonomi konvensional hanya terkonsentrasi pada aspek material baik
sektor produksi maupun distribusi dan konsumsi dengan indikator perkembangan
pendapatan yang dihubungkan dengan investasi dan konsumsi sehingga
pembangunan ekonomi konvensional mengarahkan perhatiannya pada peningkatan
kesejahteraan dengan memperbaiki sektor produksi, distribusi dan konsumsi melalui
peningkatan peran pasar dan lembaga ekonomi lainnya. Jelas dari gerak awal
revolusi ekonomi barat sebagaimana muncul dikemukakan Heilbroner (1953)
beranjak dari lahirnya pasar, yang bermula di Prancis (1305 M). Dengan datangnya
berbagai macam barang-barang yang ganjil dan baru dikenal dari negeri Arab
sehingga mereka mengenal dipan, sirup, kendi dan tarif serta ragam parfum, dan
pakaian. Gerak awal inilah yang mewarnai dinamika perekonomian Barat yang
semula mencela perdagangan dan secara tidak sadar telah mentransformasikan
dinamika pasar tanpa memahami nilai dan moral yang dikandungnya.
Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah penataan berbagai aspek kehidupan
masyarakat yang berhubungan dengan perekonomian suatu bangsa dan negara,
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Dalam kenyataannya
konsentrasi utama pembangunan ekonomi kita hanya terarah pada aspek materi
dengan indikator pendapatan perkapita dan tingkat perkembangan investasi,
produksi dan tabungan. Hal ini menyebabkan dinamika manajemen dan manajerial
pelaku ekonomi sangat terpengaruh pada penekanan konsentrasi indikator ekonomis
yang menyebabkan terbangunnya tatanan pola pikir materialistik dan
individualistik. Pada sisi lainnya ia makin dipersubur oleh dinamika persaingan dan
kehidupan bebas yang terlepas dari kaidah akhlak.
Pembangunan Ekonomi Islam pada hakekatnya memadukan indikator materi dan
moral dengan penekanan yang terpadu antara aspek keuntungan dan kemaslahatan
yang dapat diperoleh. Hal ini tentunya tidak lepas dari tuntutan kesadaran individu
atau par apelaku ekonomi maupun pemerintah dalam memenuhi kewajiban
kemasyarakatan. Pembangunan ekonomi yang dikehendaki Islam berbasis dari
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang digerakkan dengan motivasi
ibadah dinamis (jihad) sehingga perekonomian Islam yang bernuansa jihad dapat
dikatakan perekonomian dinamis. Sejalan dengan itu, Abu Aiman menyatakan
bahwa Surat An-Nisa 32, memberi penekanan bahwa berusaha untuk menggali
sumber-sumber kemakmuran dan penggarapannya adalah suatu kewajiban.
Islam sebagai suatu sistem hidup yang sempurna tentu saja memiliki konsep
pemikiran tentang manajemen. Kesalahan kebanyakan dari kaum muslimin dalam
memahami konsep manajemen dari sudut pandang Islam adalah karena masih
mencampuradukan antara ilmu manajemen yang bersifat teknis (uslub) dengan
manajemen sebagai aktivitas. Kerancuan ini akan mengakibatkan kaum muslimin
susah membedakan mana yang boleh diambil dari perkembangan ilmu manajemen
saat ini dan mana yang tidak.
Menurut Didin dan Hendri (2003) dalam buku mereka Manajemen Syariah dalam
Praktik, Manajemen bisa dikatakan telah memenuhi syariah bila: pertama,
manajemen ini mementingkan perilaku yang terkait denga nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan. Kedua, manajemen syariah pun mementingkan adanya struktur
organisasi. Ini bisa dilihat pada surat Al An'aam: 65, "Allah meninggikan seseorang
di atas orang lain beberapa derajat". Ini menjelaskan bahwa dalam mengatur
dunia, peranan manusi tidak akan sama. Ketiga, manajemen syariah membahas soal
sistem. Sistem ini disusun agar perilaku pelaku di dalamnya berjalan dengan baik.
Sistem pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, misalnya, adalah salah satu yang
terbaik. Sistem ini berkaitan dengan perencanaan, organisasi dan kontrol, Islam pun
telah mengajarkan jauh sebelum adanya konsep itu lahir, yang dipelajari sebagai
manajemen ala Barat.
Menurut Karebet dan Yusanto (2002), syariah memandang manajemen dari dua
sisi, yaitu manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai aktivitas. Sebagai ilmu,
manajemen dipandang sebagai salah satu dari ilmu umum yang lahir berdasarkan
fakta empiris yang tidak berkaitan dengan nilai, peradaban (hadharah) manapun.
Namun sebagai aktivitas, maka manajemen dipandang sebagai sebuah amal yang
akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, sehingga ia harus terikat
pada aturan syara, nilai dan hadharah Islam. Manajemen Ekonomi Islami (syariah)
berpijak pada aqidah Islam. Karena aqidah Islam merupakan dasar Ilmu
pengetahuan atau tsaqofah Islam.

B. Pengertian Manajemen Ekonomi Syariah
Manajemen adalah Proses Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan dan
Pengawasan. Pengertian manajemen juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu proses
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3. Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni
Manajemen sebagai suatu proses. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat
dilihat dari pengertian menurut :
Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu
tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan
orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan
Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu
dengan melalui kegiatan orang lain.
Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-orang
yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau
kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang yang
bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas
manajemen disebut Manajer.
Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni. Mengapa disebut demikian? sebab antara
keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan,
karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori.
Hal ini dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen,
gejala-gejala ini lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan
dalam bentuk prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam bentuk suatu teori.
Sedang manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai
suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain, nah bagaimana cara
memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan
manusia pada umumnya adalah mengatur (managing) untuk mengatur disini
diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama.
Manajemen yaitu koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
Ilmu Ekonomi Syariah adalah teori atau hukum-hukum dasar yang menjelaskan
perilaku-perilaku antar variabel ekonomi dengan memasukkan unsur norma ataupun
tata aturan tertentu (unsur Ilahiah). Oleh karena itu, Ekonomi Islam tidak hanya
menjelaskan fakta-fakta secara apa adanya, tetapi juga harus menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan, dan apa yang seharusnya dikesampingkan (dihindari).
Menurut Adi Warman Karim (2003: 6), dengan demikian, maka Ekonom Muslim,
perlu mengembangkan suatu ilmu ekonomi yang khas, yang dilandasi oleh nilai-
nilai Iman dan Islam yang dihayati dan diamalkannya, yaitu Ilmu Ekonomi Islam.
Sebuah sistem ekonomi yang juga menjelaskan segala fenomena tentang perilaku
pilihan dan pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi dengan memasukkan
aturan syariah sebagai variabel independent (ikut pengambilan keputusan ekonomi),
yang berasal dari Allah Swt. meliputi batasan- batasan dalam melakukan kegiatan
ekonomi. Proses integrasi norma dan aturan syariah ke dalam ilmu ekonomi,
disebabkan adanya pandangan bahwa kehidupan di dunia tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan di akhirat. Semuanya harus seimbang karena dunia adalah sawah
ladang akhirat. Return (keuntungan) yang kita peroleh di akhirat, bergantung pada
apa yang kita investasikan di dunia.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen ekonomi
Syariah adalah Proses Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan dan Pengawasan
di bidang ekonomi yang berlandaskan atas ajaran-ajaran Islam yang tercantum
dalam Al Quran dan hadist.

C. Sejarah tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah
Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an
membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang
sahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih
buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang
jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.
Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama
di negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan
ekonomi Amerika dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini.
Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan
karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan
yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau
kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang
kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah
yang menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama
dikalangan negara-negara muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam yaitu sistem ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya
mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang
didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah
berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan
perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan
Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem
Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari
paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah
bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis,
tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai
kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi
yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur
hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di
dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata
umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak
hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia,
tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi
harus ada keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan
kebutuhan untuk akhirat.

Sistem ekonomi Islam mengalami perkembangan sejarah baru pada era modern.
Menurut Khurshid Ahmad, yang dikenal sebagai bapak ekonomi Islam, ada tiga
tahapan perkembangan dalam wacana pemikiran ekonomi Islam, yaitu
1. Tahapan Pertama, dimulai ketika sebagian ulama, yang tidak memiliki
pendidikan formal dalam bidang ilmu ekonomi namun memiliki pemahaman
terhadap persoalan-persoalan sosio-ekonomi pada masa itu, mencoba untuk
menuntaskan persoalan bunga. Mereka berpendapat bahwa bunga bank itu
haram dan kaum muslimin harus meninggalkan hubungan apapun dengan
perbankan konvensional. Mereka mengundang para ekonom dan banker
untuk saling bahu membahu mendirikan lembaga keuangan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip syariah dan bukan pada bunga. Masa ini dimulai kira-
kira pada pertengahan decade 1930-an dan mengalami puncak kemajuannya
pada akhir decade 1950- an dan awal decade 1960-an. Pada masa itu di
Pakistan didirikan Bank Islam local yang beroperasi bukan pada bunga,
lembaga keuangan ini diberi nama Mit Ghomr Local Saving Bank yang
berlokasi di delta sungai Nil, Mesir.
2. Tahapan Kedua, dimulai pada akhir dasa warsa 1960-an. Pada tahapan ini
para ekonom muslim yang pada umumnya dididik dan dilatih di perguruan
tinggi terkemuka di Amerika Serikat dan Eropa mulai mencoba
mengembangkan aspek-aspek tertentu dari sistem moneter Islam. Mereka
melakukan analisis ekonomi terhadap larangan riba (bunga) dan mengajukan
alternatif perbankan yang tidak berbasis bunga.
Serangkaian konferensi dan seminar tentang ekonomi Islam digelar dengan
mengundang para pakar, ulama, ekonom baik muslim dan nonmuslim.
Konfrensi internasional pertama tentang ekonomi Islam pertama diadakan di
Makkah al-Mukaromah pada tahun 1976 yang disusul kemudian dengan
konferensi internasional tentang Islam dan Tata Ekonomi internasional yang
baru di London pada tahun 1977. Pada tahapan ini muncul nama-nama
ekonom muslim terkenal diseluruh dunia Islam antara lain : Prof. Dr.
Khurshid Ahmad yang dinobatkan sebagai bapak ekonomi Islam, Dr. M.
Umer Chapra, Dr. MA. Mannan, Dr. Omar Zubair, Dr. Ahmad An-Najjar,
Dr. M. Nezatullha Siddiqi, Dr. Fahim Khan, Dr. Munawwar Iqbal, Dr.
Muhammad Ariff, Dr. Anas Zarqa dan lain-lain. Mereka adalah ekonom-
ekonom yang didik di barat tetapi memahami sekali bahwa Islam sebagai
way of live yang integral dan komprehenshif memiliki sistem ekonomi
tersendiri dan jika diterapkan dengan baik akan mampu membawa umat
Islam kepada kedudukan yang berwibawa dimata dunia.
3. Tahapan ketiga ditandai dengan upaya-upaya konkrit untuk engembangkan
perbankan dan lembaga-lembaga non-riba baik dalam sektor swasta maupun
dalam sektor pemerintah. Tahapan ini merupakan sinergi konkrit antara
usaha intelektual dan material para ekonom, pakar, banker, para pengusaha
dan para hartawan muslim yang memiliki kepedulian kepada perkembangan
ekonomi Islam. Pada tahapan ini sudah mulai didirikan bank-bank Islam dan
lembaga investasi berbasis non-riba dengan konsep yang lebih jelas dan
pemahaman ekonomi yang lebih mapan. Bank Islam pertama yang didirikan
adalah Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 di Jeddah, Saudi
Arabia.
Bank Islam ini merupakan kerjasama antara negara-negara Islam yang
tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Selanjutnya
bermunculan bank-bank syariah di mayoritas negara-negara Islam termasuk
di Indonesia.

D. Tiga Prinsip Dasar Yang Menyangkut sistem ekonomi Syariah menurut Islam
1. Tawhid, Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas
jagad raya ini adalah Allah SWT.
2. Khilafah, mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah
di muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental
serta kelengkapan sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup
dalam rangka menyebarkan misi hidupnya.

3. Adalah, merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-
Syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan Adalah menuntut bahwa
semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk
merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need
fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning),
distribusi pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of
income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).

E. Implikasi Ekonomi Syariah terhadap Perkembangan Ekonomi Nasional
Pembangunan Ekonomi Daerah
Setidaknya ada tiga (3) hal yang menjadi sumbangan ekonomi syariah bagi ekonomi
nasional. Pertama, ekonomi syariah memberikan andil bagi perkembangan sektor
riil. Pengharaman terhadap bunga bank dan spekulasi mengharuskan dana yang
dikelola oleh lembaga-lembaga keuangan syariah disalurkan ke sektor riil.
Kedua, ekonomi syariah lewat industri keuangan syariah turut andil dalam menarik
investasi luar negeri ke Indonesia, terutama dari negara-negara Timur-tengah.
Adanya berbagai peluang investasi syariah di Indonesia, telah menarik minat
investor dari negara-negara petro-dollar ini untuk menanamkan modalnya di
Indonesia. Minat mereka terus berkembang dan justru negara kita yang terkesan
tidak siap menerima kehadiran mereka karena berbagai penyakit akut yang tidak
investor friendly, seperti rumitnya birokrasi, faktor keamanan, korupsi, dan
sebagainya.
Ketiga, gerakan ekonomi syariah mendorong timbulnya perilaku ekonomi yang etis
di masyarakat Indonesia. Ekonomi syariah adalah ekonomi yang berpihak kepada
kebenaran dan keadilan dan menolak segala bentuk perilaku ekonomi yang tidak
baik seperti sistem riba, spekulasi, dan ketidakpastian (gharar).
Industri keuangan syariah di tanah air mendekati usia 20 tahun. Sudah banyak hal
yang dilakukan oleh masyarakat ekonomi syariah Indonesia untuk mengembangkan
sistem ekonomi alternatif ini yang diyakini lebih adil dan mensejahterakan.
Lembaga-lembaga pendukung pun semakin berkembang termasuk lembaga-
lembaga pendidikan ekonomi syariah yang sudah ada hampir di semua provinsi.
Lembaga-lembaga keuangan syariah pun juga sudah hampir merata di seluruh
nusantara. Tinggal sekarang mengembangkan industri keuangan syariah dan
lembaga-lembaga pendukungnya berikut peraturan perundang-undangan yang
memberikan rambu-rambu bagi pelaku ekonomi syariah.
Jika demikian halnya, bagaimana pengaruh ekonomi syariah terhadap pembangunan
ekonomi daerah? Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan suatu penelitian yang
lebih mendalam. Yang dapat kita kemukakan di sini adalah beberapa indikator yang
dapat menunjukkan adanya peranan ekonomi syariah terhadap pembangunan
daerah.
Indikator pertama yaitu semakin banyaknya bank-bank syariah nasional yang
membuka cabang di daerah-daerah. Pembukaan kantor-kantor cabang ini tentu
membawa implikasi bagi pembangunan ekonomi setempat karena adanya aktivitas
intermediasi yang dilakukan perbankan syariah yaitu menyalurkan dana dari pihak
yang surplus ke pada pihak yang shortage.
Di samping bank-bank syariah nasional, baik bank umum syariah (BUS) maupun
unit usaha syariah (UUS), bank-bank pembangunan daerah juga ramai-ramai
membuka unit usaha syariahnya. Saat ini sudah ada 11 Bank Pembangunan Daerah
(BPD) yang membuka UUS dan akan disusul oleh BPD-BPD lainnya.
Perkembangan ini diharapkan akan meningkatkan geliat pembangunan ekonomi
daerah melalui sistem keuangan syariah.
Hal selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah peranan yang dimainkan oleh
lembaga-lembaga keuangan mikro dan kecil syariah seperti BMT, Koperasi Syariah,
dan BPRS yang juga hampir merata sebarannya di seluruh tanah air. Tentu sudah
banyak perananan yang dimainkan oleh lembaga-lembaga keuangan syariah ini dan
sudah banyak pula pengaruhnya bagi perbaikan ekonomi daerah.
Lembaga-lembaga ini rajin melakukan sosialisasi ekonomi syariah kepada
masyarakat. Ekonomi syariah adalah suatu konsep ekonomi yang mengajarkan
kewirausahaan dan investasi yang etis kepada masyarakat. Dengan demikian,
masyarakat dididik untuk menjadi entreprenur-entreprenur sejati yang berjuang
mengangkat taraf hidupnya dan masyarakat lainnya ke arah yang lebih baik.
Yang kurang sekarang adalah dukungan dari pemerintah terhadap ekonomi syariah
itu sendiri. Ekonomi syariah masih dipandang sebelah mata dan tidak dijadkan
sebagai hal yang utama. Padahal sudah banyak bukti yang menunjukkan peranan
ekonomi syariah dalam mengangkat ekonomi rakyat. Untuk itu, kita membutuhkan
dukungan yang lebih besar lagi dari pemerintah bagi pengembangan ekonomi
syariah di tanah air.
Mungkin kita perlu belajar banyak dari pemerintah Malaysia yang memberikan
dukungan yang besar bagi ekonomi syariah di sana. Sehingga tidak heran, kita
masih jauh tertinggal dari negeri jiran itu dalam bidang keuangan syariah.

F. Kesimpulan
Manajemen ekonomi islam dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang membantu mewujudkan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi
sumber daya yang langka yang sesuai dengan maqashid tanpa mengekang
kebebasan individu secara berlebihan sehingga menimbulkan ketidak seimbangan
makro ekonomi dan ekologi, atau melemahkan keluarga dan solidaritas sosial dan
jalinan sosial dari masyarakat. Manajemen ekonomi Islam memiliki bentuk yang
jelas dan utuh, dimana sistem berdiri diatas: fondasi, pilar, dan atap system
Membahas mengengenai implementasi ekonomi Islam dalam era otonomi daerah,
aktor-aktor daerah sangat berperan penting dalam pengembangan lembaga
keuangan syariah. Sebab bagaimanapun juga, untuk memfasilitasi pengembangan
keuangan mikro syariah tersebut, diperlukan suasana yang kondusif (enabling
environment) dan political will yang kuat, misalnya dukungan peraturan-peraturan
yang memfasilitasi pengembangannya maupun melindungi keuangan mikro itu
sendiri, bukan malahan menghambat atau mematikannya. Tentu aturan merupakan
satu faktor untuk pengembangan keuangan mikro, faktor lain adalah para pelaku
maupun stakeholders yang terlibat di daerah.

Anda mungkin juga menyukai