Anda di halaman 1dari 22

BAB III

Objek Penelitian

BAB III
OBJEK PENELITIAN

Pada

bab

ini

akan

dibahas

mengenai

data

dan

perkembangan dari variabel-variabel yang digunakan dalam


penelitian selama periode penelitian yaitu dari tahun 1984
sampai dengan tahun 2003. Penelitian ini menggunakan dua
variabel terikat (dependent variables) yaitu tabungan swasta
dan

investasi

swasta.

Sedangkan

variabel

bebasnya

(independent variables) yaitu pendapatan nasional disposibel


(gndi), tingkat suku bunga (r), tingkat inflasi (lnp), pendapatan
nasional (PDB/Y), rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy),
serta variabel dummy krisis ekonomi Indonesia.

3.1 Variabel Terikat (Dependent Variables)


3.1.1 Tabungan Swasta

55

BAB III
Objek Penelitian

Tabungan swasta adalah tabungan yang dilakukan oleh


rumah tangga atau perusahaan. Tabungan swasta memiliki
peranan

penting

dalam

pembentukan

investasi

domestik,

dimana tabungan akan menyebabkan terjadinya penanaman


modal, dan penanaman modal ini akan memperbesar kapasitas
produksi sehingga pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan
ekonomi.

Data

tabungan

swasta

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah pendapatan nasional setelah dikurangi


penerimaan pajak dan konsumsi rumah tangga.
Dari

tabel dibawah

ini

dapat dilihat

perkembangan

tabungan swasta di Indonesia beserta pertumbuhannya periode


1984-2003. Tingkat tabungan tertinggi terjadi pada tahun 1999
dengan nilai Rp. 792.968,07 milyar, dan tingkat tabungan
swasta terendah terjadi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2000
sebesar

Rp.

292.208,70

milyar

dengan

nilai

rata-rata

pertumbuhan sebesar 6,65 % per tahun. Tingkat pertumbuhan


tertinggi terjadi pada tahun 2003 dimana tabungan swasta
tumbuh sebesar 47,42 %.
Tabel 3.1 Perkembangan Tingkat Tabungan Swasta
dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003.

Tahun
1984
1985

Tabungan
Swasta
(milyar
rupiah)

Pertumbuh
an (%)

349346.72
358137.99

2.52

Tahun
1994
1995

Tabunga
n Swasta
(milyar
rupiah)
518760.0
9
577519.1

Pertumbu
han (%)

-31.17
11.33

56

BAB III
Objek Penelitian

1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993

395678.43

10.48

437584.67

10.59

486874.36

11.26

538382.48

10.58

584852.73

8.63

633031.01

8.24

690104.70

9.02

753651.05

9.21

1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003

5
653997.2
0
687910.6
2
740782.1
8
792968.0
7
292208.7
0
346710.0
0
448997.3
6
661904.5
0

13.24
5.19
7.69
7.04
-63.15
18.65
29.50
47.42

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai


Edisi (data diolah kembali).

1000000
800000
600000
400000
200000
0
19
84
19
86
19
88
19
90
19
92
19
94
19
96
19
98
20
00
20
02

nilai (milyar rupiah)

Grafik 3.1Perkembangan Tabungan Swasta


di Indonesia Periode 1984-2003.

tahun
tabungan swasta

Sumber : Tabel 3.1

Pergerakan tabungan swasta pada periode penelitian


dapat dilihat pada gambar diatas. Titik tertinggi tabungan
swasta pada tahun 1999 disebabkan dari tingginya tingkat suku
bunga tabungan yang mencapai 25,3% per tahun dan juga
karena rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga. Rendahnya

57

BAB III
Objek Penelitian

konsumsi rumah tangga juga disebabkan karena mulai stabilnya


kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi yang
ditandai dengan kestabilan harga kala itu. Sedangkan titik
terendah pada tahun 2000 disebabkan karena tingginya tingkat
konsumsi rumah tangga yang disebabkan karena naiknya harga
BBM

karena

pengurangan

subsidi

oleh

pemerintah

yang

mendorong kenaikan harga barang-barang lainnya.

3.1.2 Investasi Swasta


Data mengenai investasi swasta yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data PMA dan PMDN yang disetujui
pemerintah. Investasi swasta cenderung meningkat dari waktukewaktu.

Walaupun

mengalami

demikian

penurunan.

Tabel

pada

tahun-tahun

dibawah ini

tertentu

memperlihatkan

perkembangan investasi swasta di Indonesia pada tahun 19842003.


Tabel 3.2 Perkembangan Tingkat Investasi Swasta
dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003.

Tahun
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991

Investasi
Swasta
(milyar
rupiah)
107190.7
84658.6
110978.3
116546.4
132819.4
154892.7
178245.3
182767.2

Pertumbu
han (%)

Tahun

31.09
5.02
13.96
16.62
15.08
2.54
3.23

1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001

Investasi
Swasta
(milyar
rupiah)
245261.8
309551.6
326743.6
340471.1
240885.8
202957.1
241732.1
253425.7

Pertumbu
han (%)
24.04
26.21
5.55
4.20
-29.25
-15.75
19.11
4.84

58

BAB III
Objek Penelitian
1992
1993

188666.5
197723.5

4.80
-21.02

2002
2003

256115.3
248425.5

1.06
-3.00

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai


Edisi (data diolah kembali)..
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa selama periode
1984 sampai dengan 2003 perkembangan investasi swasta
cenderung

mengalami

peningkatan.

Angka

pertumbuhan

tertinggi dicapai pada tahun 1995 yaitu sebesar 26,21% dan


angka pertumbuhan terendah pada tahun 1998 sebesar -29,25
%

atau

mengalami

rata-rata

pertumbuhan

5,70%

setiap

tahunnya. Peningkatan investasi swasta ini tidak lepas dari


usaha

pemerintah

dalam

mendorong

penyehatan

kembali

investasi swasta. Sejak tahun 1989 pemerintah melakukan


percepatan dan perluasan investasinya, sehingga dampaknya
dapat dilihat dalam beberapa tahun berikutnya yaitu terjadi
pertumbuhan investasi swasta sejalan dengan meningkatnya
realisasi Penanaman Modal Asing.

59

BAB III
Objek Penelitian

2002

2000

1998

1996

1994

1992

1990

1988

1986

400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0

1984

investasi swasta
(milyar rupiah)

Grafik 3.2 Perkembangan Investasi Swasta


di Indonesia Periode 1984-2003.

tahun

investasi swasta

Sumber : Tabel 3.2

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan


tahun 1997 menyebabkan penurunan yang sangat tajam pada
investasi swasta. Penurunan sebesar 29,25 % pada tahun 1998
disebabkan karena menurunnya kepercayaan investor karena
ketidakstabilan kondisi ekonomi dan politik dan juga tingginya
risiko jika melakukan investasi di Indonesia. Setelah tahun
1998, investasi swasta di Indonesia mulai kembali menunjukan
peningkatan seiring dengan berbagai kebijakn pemerintah
dalam pemulihan pasca krisis serta berbagai kemudahan yang
diberikan pada investor.

3.2 Variabel Bebas (Independent Variables)


3.2.1 Pendapatan Nasional Disposibel
Pendapatan
nasional

setelah

nasional

disposibel

dikurangi

penerimaan

adalah
pajak,

pendapatan
atau

juga

60

BAB III
Objek Penelitian

pendapatan yang dapat digunakan untuk konsumsi. Secara


umum, perkembangan pandapatan nasional disposibel Indonesia
pada periode penelitian menunjukan peningkatan dari tahun ke
tahun, meskipun juga terjadi penurunan ketika terjadi krisis
ekonomi.
Tabel 3.3 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional
Disposibel
dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003.

T
ahun
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993

Pendapat
Pendapat
an
an
Pertumbuh
Pertumbuh
Nasional
T Nasional
an
an
Disposibe
ahun
Disposibe
(%)
(%)
l (milyar
l (milyar
rupiah)
rupiah)
678933.7
1994
1193870
7.09
693151.8
2.09
1995
1291416
8.17
732658.6
5.70
1996
1387533
7.44
768276.2
4.86
1997
1441846
3.91
812376.1
5.74
1998
1217702
-15.55
870610.4
7.17
1999
1198647
-1.56
928400.1
6.64
2000
1273857
6.27
993143.6
6.97
2001
1257444
-1.29
1051156
5.84
2002
1293427
2.86
1114825
6.06
2003
1318017
1.90
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik,

Berbagai Edisi (data diolah kembali).

Dari tabel diatas dapar dilihat bahwa nilai pendapatan


nasional disposibel tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar
Rp. 1.441.846 milyar dan nilai terendah terjadi pada awal
periode

penelitian

yaitu

ketika

tahun

1984

sebesar

Rp.

678.933,7 milyar. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun


1995 mencapai 8,17% dan pertumbuhan terendah pada tahun

61

BAB III
Objek Penelitian

1998 sebesar 15,55%, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar

Grafik 3.3 Perkembangan Pendapatan Nasional


Disposibel Riil di Indonesia Periode 1984-2003.
2000000
1500000
1000000
500000
02
20

00
20

98
19

96
19

94
19

92
19

90
19

88
19

19

19

86

0
84

nilai (milyar rupiah)

3,70% per tahun.

tahun
gndi

Sumber : Tabel 3.3

Pergerakan pendapatan nasional disposibel seperti pada


gambar diatas terlihat bahwa dari tahun 1984-1997 mengalami
peningkatan yang stabil, tetapi setelah terjadi krisis ekonomi
ternyata mengalami penurunan yang tajam pada tahun 1998.
Setelah periode tersebut tingkat pendapatan nasional disosibel
kembali stabil seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi
di Indonesia, diantaranya peningkatan pendapatan nasional dan
pertumbhan ekonomi yang cukup baik.

3.2.2 Tingkat Suku Bunga Tabungan (Deposit Rate)


Tingkat bunga merepresentasikan pembayaran di masa
depan untuk transfer uang di masa kini. Sebagai hasilnya
tingkat

bunga

selalu

membandingkan

jumlah

uang

pada

beberapa titik waktu. Tingkat bunga ini memberikan gambaran

62

BAB III
Objek Penelitian

daya beli dari rekening bank masyarakat pada titik waktu


tertentu. Semakin tinggi tingkat bunga maka masyarakat
semakin banyak yang memilih asset finansial berupa deposito
berjangka dan atau obligasi berarti semakin sedikit yang
memegang uang kas. Ada dua jenis tingkat bunga, yang pertama
yaitu tingkat bunga nominal, tingkat bunga yang dibayarkan
oleh bank, biasanya diumumkan tanpa koreksi dari efek inflasi.
Sedangkan yang kedua adalah tingkat bunga riil, yaitu tingkat
bunga yang telah dikoreksi inflasi. Jadi, tingkat suku bunga
tabungan riil dapat dirumuskan sebagai berikut :
Real deposit rate = Nominal Deposit Rate Inflation
Dengan demikian tingkat bunga riil dapat bernilai negatif
ketika inflasi melebihi tingkat bunga nominal sehingga inflasi
mengurangi nilai tabungan masyarakat daripada tingkat bunga
nominal meningkatkan nilai tabungan masyarakat. Sebagai
koreksi inflasi digunakan inflasi IHK Indonesia periode tahun
1984-2003 karena inflasi IHK mencerminkan tingkat harga
biaya hidup yang harus ditanggung masyarakat Data tingkat
suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
suku bunga deposito 12 bulan yang didapat dari Bank Indonesia.
Tabel 3.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Nominal
dan Tingkat Suku Bunga Riil di Indonesia Periode 19842003.
Tahu
n

Nominal
Deposit

Inflasi IHK

Real
Deposit

63

BAB III
Objek Penelitian

Rate (%)

Rate (%)

1984
17.5
10.51
6.99
1985
15.2
4.73
10.47
1986
14.6
5.83
8.77
1987
17.5
9.23
8.27
1988
17.8
8.08
9.72
1989
17.1
6.39
10.71
1990
17.6
7.82
9.78
1991
23.4
9.41
13.99
1992
19.5
7.53
11.97
1993
14.5
9.68
4.82
1994
12.6
8.52
4.08
1995
16.8
9.44
7.36
1996
17.3
7.96
9.34
1997
20.3
6.73
13.57
1998
40
57.66
-17.66
1999
25.3
20.31
4.99
2000
12.5
9.35
3.15
2001
15.5
12.55
2.95
2002
15.2
11.88
3.32
2003
10.2
6.59
3.61
Sumber : Bank Indonesia (data diolah kembali).

Untuk

memobilisasi

tabungan

masyarakat,

melalui

Kebijakan 1 Juni 1983, pemerintah menghapuskan pagu tingkat


bunga dengan demikian mekanisme suku bunga tabungan
ditentukan oleh mekanisme pasar. Kebijakan ini efektif pada
tahun 1984 dimana tingkat bunga nominal meningkat hingga
17,5% sehingga meningkatkan tingkat suku bunga riil hingga
6,99%. Semenjak saat itu nilai tingkat bunga riil bernilai positif.
Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis perbankan dimana
terjadi penurunan kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi
intermediasinya ditandai dengan meningkatnya kredit macet.
Memburuknya

kinerja

perbankan

meningkatkan

pesimisme nasabah akan nasib dananya yang disimpan di bank


sehingga mereka menarik dananya tersebut. Untuk mengatasi

64

BAB III
Objek Penelitian

hal ini, perbankan memberikan peningkatan bunga tabungan


yang

tinggi

dengan

tujuan

para

nasabah

memilih

tetap

menyimpan dananya di bank dan tidak melakukan penarikan


dana. Karenanya tingkat bunga nominal pada masa krisis
perbankan tinggi sekali yaitu 20,3% (1997) dan 40% (1998).
Namun

karena

tingginya

inflasi,

secara

riil

masyarakat

menerima tingkat bunga yang negatif pada tahun 1998 yaitu


sebesar 17,66%.
Grafik 3.4 Perkembangan
Nominal Deposit Rate
danReal Deposit Rate
di Indonesia Periode 19842003.
40
30
20

2002

2000

1998

1996

1994

1992

1990

-10

1988

1986

10
1984

deposit rate (%)

50

-20
-30

tahun
real deposit rate
nominal deposit rate

Sumber : Tabel 3.4

Dari grafik 3.4 dapat dilihat bahwa titik tertinggi dari


tingkat suku bunga nominal terjadi pada tahun 1998, tetapi titik
terendah tingkat suku bunga riil juga terjadi pada tahun 1998.
Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya tingkat bunga nominal
tidak berarti tingkat bunga riilnya pun tinggi, tetapi hal itu
berarti tingginya tingkat bunga nominal merupakan dampak
dari tingginya tingkat inflasi pada tahun tersebut. Selain itu hal

65

BAB III
Objek Penelitian

ini

juga

tidak

lepas

dari

kebijakan

pemerintah

dalam

menanggulangi dampak krisis ekonomi dan tingginya tingkat


inflasi.

Tahun-tahun berikutnya tingkat bunga tabungan riil

kembali bernilai positif seiring dengan meningkatnya usaha


dalam mengatasi krisis perbankan.

3.2.3 Tingkat Inflasi


Inflasi merupakan kecenderungan naiknya tingkat harga
secara umum dan terus menerus. Inflasi merupakan salah satu
indikator perekonomian dan tingkat inflasi digunakan sebagai
dasar pengukuran secara statistik terhadap perkembangan
harga barang dan jasa yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.
Inflasi mengakibatkan ketidakpastian harga (terutama inflasi
yang tidak diantisipasi), sehingga alokasi sumberdaya tidak
optimal dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi rendah
(berada di bawah tingkat optimal). Penelitian ini menggunakan
inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2000
dengan perumusan:
Tingkat inflasi = IHKt IHKt-1 x 100
IHKt-1
Tabel berikut ini memberikan gambaran perkembangan
inflasi di Indonesia selama periode 1984-2003. Besar kecilnya
laju inflasi di Indonesia tidak terlepas dari berbagai kebijakan

66

BAB III
Objek Penelitian

yang diambil pemerintah, meningkatnya inflasi dunia, dan


penyesuaian terhadap harga BBM.
Tabel 3.5 Perkembangan Tingkat Inflasi IHK di Indonesia
Periode 1984-2003.
Tahu
n

IHK
Inflasi
(2000=1
00)
1984
19.1
10.51
1985
20.1
4.73
1986
21.2
5.83
1987
23.2
9.23
1988
25.1
8.08
1989
26.7
6.39
1990
28.7
7.82
1991
31.4
9.41
1992
33.82
7.53
1993
37.1
9.68
1994
40.3
8.52
1995
44.0
9.44
1996
47.56
7.96
1997
50.5
6.73
1998
80.0
57.66
1999
96.4
20.31
2000
100.0
9.35
2001
111.5
12.55
2002
124.7
11.88
2003
132.96
6.59
Sumber : International Financial Statistics CD ROM, IMF (data
diolah kembali).

Pada tahun 1986-1987 inflasi terjadi karena tingginya


ketergantungan impor untuk memenuhi kebutuhan industri
substitusi impor di Indonesia dan juga terjadinya devaluasi.
Pada tahun 1990-1997 inflasi terjadi karena adanya kenaikan
harga BBM yang mendorong meningkatnya harga barangbarang lainnya. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998, yaitu
sebesar 57,66 persen. Krisis moneter yang berkepanjangan dan

67

BAB III
Objek Penelitian

keadaan politik serta keamanan yang tidak stabil sehingga


masyarakat lebih memilih untuk mengambil uangnya di bank
(bank rush) dan akibatnya jumlah uang beredar bertambah.
Fluktuasi

inflasi

yang

tinggi

selama

tahun

1998-1999

disebabkan oleh kondisi ekonomi dan sosial politik yang tidak


menentu, terutama semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia
dan juga terkait dengan serangkaian kebijakan pemerintah
seperti pencabutan subsidi BBM dan kenaikan tarifdasar listrik
(TDL).

2002

2000

1998

1996

1994

1992

1990

1988

30
20
10
0

1986

60
50
40

1984

inflasi (%)

Grafik 3.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia


Periode 1984-2003.

tahun
inflasi

Sumber

Tabel

3.5

Dari gambar diatas dapat dilihat setelah tahun 1998


tingkat inflasi mulai menurun yang mengindikasikan perbaikan
dalam perekonomian Indonesia. Berbagai kebijakan pemerintah
pasca krisis ekonomi serta ketersediaannya berbagai kebutuhan
pokok

mendorong

perekonomian
pemerintahan

hal

ini.

Setelah

berangsur-angsur
baru

hasil

pemilu

tahun

membaik,
1999

1999,

kondisi

terbentuknya
tersebut

telah

68

BAB III
Objek Penelitian

memunculkan kembali ekspektasi yang positif di masyarakat


terhadap perekonomian Indonesia ke depan. Pada tahun 2003,
tingkat inflasi mencapai titik terendah selama enam tahun
terakhir (1998-2003) yang disebabkan membaiknya kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan situasi perekonomian
yang stabil.

3.2.4 Pendapatan Nasional


Dalam kerangka ekonomi makro pendapatan nasional
menggambarkan aktivitas perekonomian dalam suatu negara.
Dalam penelitian ini, data pendapatan nasional merupakan
proksi dari Produk Domestik Bruto Riil. Produk Domestik Bruto
(PDB) merupakan nilai dari total output yang dihasilkan dalam
suatu negara. Pengukuran Produk Domestik Bruto sangat
diperlukan
Pengukuran

dalam

teori

tersebut

maupun

dapat

kebijakan

digunakan

makroekonomi.

untuk

menghadapi

berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan pertumbuhan


ekonomi, siklus usaha, hubungan antara kegiatan ekonomi dan
pengangguran, serta ukuran dan faktor-faktor penentu inflasi.
Produk

Domestik

perekonomian

Bruto

suatu

juga

negara.

menggambarkan

Perekonomian

aktivitas

secara

umum

dikatakan membaik jika terjadi peningkatan Produk Domestik


Bruto.

69

BAB III
Objek Penelitian

Sekalipun

demikian,

dalam

perhitungan

pendapatan

nasional teredapat unsur harga yang mempengaruhi besarnya


nilai (nominal) pendapatan nasional. Dengan kata

lain jumlah

uang yang dikeluarkan dapat lebih besar untuk memperoleh


barang dan jasa dalam jumlah yang sama. Ukuran kemakmuran
ekonomi yang lebih baik akan menghitung output barang dan
jasa perekonomian tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga.
Dengan

asumsi

harga

konstan,

maka

nilai

barang

yang

diproduksi dengan pengeluaran agregat akan bergerak kearah


yang sama.
PDB yang sering kita dengar dan kenal selama ini
sebenarnya adalah PDB nominal. Padahal, PDB nominal ini
sesungguhnya tidak menggambarkan keadaan perekonomian
yang

sebenarnya.

Perubahan

PDB

nominal

ini

hanya

merefleksikan perubahan produksi karena perubahan harga.


Untuk mendapatkan perubahan produksi yang sebenarnya tanpa
dipengaruhi oleh perubahan harga digunakanlah PDB riil. PDB
riil adalah jumlah barang dan jasa pada periode tertentu dalam
harga konstan. Tingkat pertumbuhan PDB Riil tidak terlepas
dari pengaruh kegiatan ekonomi, baik dalam negeri maupun
faktor yang mewarnai keadaan ekonomi serta pola perdagangan
dan situasi moneter internasional. Untuk mendapatkan PDB riil
menggunakan rumus :
PDB Riil = PDB Nominalt x 100

70

BAB III
Objek Penelitian

PDB Deflatort
Tabel 3.6 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional
(PDB)
di Indonesia Periode 1984-2003.
PDB
PDB
PDB Riil
Nomin
deflator
(2000=100)
Tahun
al
(2000=100
(milyar
(milyar
)
rupiah)
rupiah)
1984
89885.
14.430
622920.9
1985
98406.
15.418
638262.3
1986
110697.
16.381
675764.6
1987
128630.
18.141
709049
1988
149395.
19.919
750031.4
1989
179608.
22.285
805962.8
1990
210866.
24.397
864328.9
1991
249969.
27.041
924400.5
1992
282395.
28.695
984115.9
1993
329776
31.4658
1048046
1994
382220.
33.913
1127067
1995
454514.
37.264
1219713
1996
532568.
40.497
1315070
1997
627695.
45.588
1376877
1998
955753.
79.903
1196139
1999
1099730.
91.218
1205601
2000
1264920.
100.000
1264920
2001
1449400.
110.762
1308572
2002
1610570.
118.792
1355790
2003
1786700.
126.101
1416880
Sumber : International Financial Statistics CD ROM, IMF
(data diolah kembali)..

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai PDB nominal


senantiasa

mengalami

peningkatan

seiring

dengan

meningkatnya pembangunan. Namun PDB nominal tidaklah


menggambarkan keadaan yang sebenarnya, karena perubahan
PDB nominal mencerminkan perubahan produksi barang dan
jasa yang diakibatkan oleh perubahan harga.

71

BAB III
Objek Penelitian

PDB riil Indonesia cenderung mengalami peningkatan


yang relatif stabil sampai dengan tahun 1998. Pertumbuhan
pada tahun-tahun tersebut terutama didorong oleh menguatnya
permintaan

domestik

yang

sejalan

dengan

tingginya

pertumbuhan investasi dan konsumsi sektor swasta. PDB riil


pada tahun 1998 mengalami penurunan. Hal ini merupakan
imbas dari krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun
1997. Penurunan ini juga diakibatkan oleh lemahnya struktur
perekonomian Indonesia ditambah kondisi sosial politik yang
penuh dengan ketidakpastian yang memancing sentimen negatif
dari pasar. Tahun

1999 PDB riil mulai menunjukkan adanya

peningkatan kembali. Perbaikan ekonomi terutama didorong


oleh meningkatnya konsumsi swasta dan pemerintah, serta

Grafik 3.6 Perkembangan Produk Domestik Bruto Nominal


dan Produk Domestik Bruto Riil (2000=100) di Indonesia
Periode 1984-2003.
1800000
1500000
1200000
900000
600000

2002

2000

1998

1996

1994

1992

1990

1988

1986

300000
1984

Produk Domestik Bruto


(milyar rupiah)

mulai pulihnya kegiatan produksi dan investasi.

tahun
PDB nominal

PDB riil

Sumber : Tabel 3.6

72

BAB III
Objek Penelitian

Dari grafik diatas terlihat pergerakan PDB nominal dan


PDB riil Indonesia, secara umum, selama periode penelitian
1984-2003, tampak bahwa pertumbuhan PDB riil menunjukkan
peningkatan yang meyakinkan dari tahun ke tahun. Tetapi
setelah itu, ketika periode 1998, PDB riil Indonesia kembali
mengalami penurunan. Dari tahun 1999-2003 dapat dilihat
pergerakan PDB riil Indonesia kembali menunjukan peningkatan
yang stabil. Pertumbuhan PDB riil kembali memperlihatkan
potensi untuk mengalami peningkatan ditengah membaiknya
sentimen positif pasar terhadap perkembangan perekonomian
dan sosial politik Indonesia ke depan.

3.2.5 Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB


Investasi pemerintah umum mencakup investasi dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat I dan II serta
desa. Sumber dari pembentukan modal pemerintah berasal dari
tabungan pemerintah dan tabungan luar negeri. Tabungan
pemerintah merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin pemerintah.
Pengeluaran pemerintah untuk investasi berarti berkaitan
dengan kebijakan fiskal pemerintah. Data investasi pemerintah
yang dipakai dalam penelitian ini adalah data pengeluaran
pemerintah untuk pembangunan yang bersumber dari Anggaran
Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Pengeluaran untuk

73

BAB III
Objek Penelitian

pembangunan merupakan pengeluaran yang berkaitan dengan


kegiatan investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk
mencapai sasaran pembangunan. Prioritas alokasi pengeluaran
pembangunan diberikan kepada pengembangan sarana dan
prasarana ekonomi, penyediaan fasilitas pelayanan dasar dan
pengembangan sumber daya manusia. Trend perkembangan
investasi di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.7 Perkembangan Investasi Pemerintah dan Rasio
Investasi Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia
Periode 1984-2003.
Investasi
Rasio
Investasi
Rasio
Pemerintah
Terhadap Tahu
Pemerintah
Terhad
(milyar
PDB
n
(milyar
ap PDB
rupiah)
(%)
rupiah)
(%)
1984
51981.43
8.35
1994
76251.52
6.76
1985
54227.26
8.50
1995
65340.08
5.36
1986
39266.32
5.81
1996
75595
5.75
1987
40871.34
5.76
1997
93425.39
6.79
1988
48901.5
6.52
1998
84815.47
7.09
1989
51890.08
6.44
1999
46867.24
3.89
1990
60717.39
7.03
2000
25815
2.04
1991
64439.91
6.97
2001
37294.63
2.85
1992
79565.18
8.09
2002
32281.62
2.38
1993
76644.55
7.31
2003
48982.82
3.12
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi
Tahu
n

(data diolah kembali).

Dari tabel diatas dapat dilihat peranan pemerintah dalam


pembentukan modal cukup berarti, karena nilai investasi
pemerintah dari tahun ketahun mengalami peningkatan, kecuali
pada beberapa tahun mengalami penurunan terutama setelah
terjadinya krisis ekonomi. Nilai investasi pemerintah tertinggi
berada pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp 93.245,39 milyar, dan

74

BAB III
Objek Penelitian

nilai terendah pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 25.815 milyar.


Penurunan investasi pemerintah, sebagai akibat dari turunnya
sumber penerimaan pemerintah dari sektor migas. Turunnya
penerimaan negara menyebabkan turunnya tingkat tabungan
pemerintah, sehingga tingkat investasi pemerintah mengalami
penurunan.
Grafik 3.7 Perkembangan Rasio Investasi Pemerintah
Terhadap PDB di Indonesia
Periode 1984-2003.

rasio (%)

10
8
6
4

2002

2000

1998

1996

1994

1992

1990

1988

1984

1986

tahun
rasio investasi pemerinah terhadap PDB

Sumber : Tabel 3.7

Grafik

diatas

memperlihatkan

perkembangan

porsi

investasi pemerintah terhadap PDB di Indonesia periode 19842003.

Dari

grafik

terlihat

perkembangan

rasio

investasi

pemerintah terhadap PDB berfluktuasi, nilai tertinggi berada


pada tahun 1985 dengan nilai 8,50 % dan nilai terendah berada
pada tahun 2000 dengan nilai 2,04%. Pertumbuhan investasi
pemerintah yang melambat tersebut seiring dengan merosotnya
penerimaan pemerintah dari sektor migas, sehingga pemerintah

75

BAB III
Objek Penelitian

menjalankan kebijakan penghematan fiskal dalam hal ini berarti


adanya penjadwalan kembali investasi- investasi pemerintah.

3.2.6 Variabel Dummy Krisis Ekonomi


Selama periode observasi penelitian ternyata di Indonesia
terjadi krisis ekonomi yang dimulai sejak pertengahan tahun
1997. Hal ini menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap
berbagai

variabel

makroekonomi

serta

kondisi

ekonomi

Indonesia secara keseluruhan. Setelah krisis terjadi, angkaangka pada variabel makroekonomi berfluktuasi secara tajam
yang dimulai pada tahun 1998. Penelitian ini menggunakan
dummy variable krisis ekonomi sebagai salah satu variabel yang
mempengaruhi tabungan dan investasi swasta di Indonesia.
Dummy variable krisis ekonomi merepresentasikan ukuran
kualitatif

pada

model

tabungan

dan

investasi

swasta

di

Indonesia periode tahun 1984-2003. Sesuai dengan identifikasi


diatas, maka variable dummy tersebut bernilai satu pada tahun
1998 sampai dengan tahun 2003.

76

Anda mungkin juga menyukai