Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI E.C VIRUS






Oleh:
Husna Ofi Latifah, S.Ked
Salvitri Puspa Aryago, S.Ked

Pembimbing:
Dr. dr. Rosiana, SpA


RS UMUM DAERAH BATURAJA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2014


BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identifikasi
Nama : An. R
Usia : 2 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Berat Badan : 3100 gram
Panjang Badan : 5 cm
Agama : Islam
Alamat : Pasar Tempel Baturaja
Dikirim oleh : Sendiri
MRS : 27 Maret 2014

II. Anamnesis
(Alloanamnesis dengan ibu penderita, 27 Maret 2014 pukul 15.00)
Keluhan Utama : BAB cair
Keluhan Tambahan : muntah

Riwayat Perjalanan Penyakit :
Sejak 2 hari SMRS, penderita mengalami BAB cair, frekuensi 10 kali/ hari,
banyaknya 2 sendok makan /BAB, air> ampas, darah (-), lendir (-), warna kuning
kehijauan. Sebelum mengalami diare, penderita mengalami muntah, frekuensi 4
kali/ hari, banyaknya 1 sendok makan setiap kali muntah, isi muntahan susu,
muntah tidak menyemprot, demam (-), batuk (-), pilek (-). BAK seperti biasa,
Frekunsi 7-8 kali/hari, warna kuning jernih. Penderita dibawa berobat ke IGD
RSUD Ibnu Sutowo Baturaja.



Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mengalami keluhan yang sama berupa BAB cair sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat mengalami keluhan yang sama dalam keluarga berupa BAB cair
disangkal

Riwayat Keluarga





Riwayat Sosial Ekonomi :
Penderita merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Penderita memiliki 2 kakak
laki-laki. Kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh ayah penderita yang bekerja sebagai
sopir dengan penghasilan rata-rata Rp. 1.200.000,00 sementara ibu penderita adalah
ibu rumah tangga.
Kesan : status ekonomi menengah

Riwayat Higienitas Rumah dan Keluarga:
Penderita sekeluarga tinggal di rumah kontrakan bedeng di pasar tempel Baturaja,
rumah terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur, satu dapur dan satu WC.
Kamar tidur memiliki satu jendela dan di ruang tamu ada dua jendela.WC terletak
di luar rumah dan digunakan oleh dua keluarga.Aktivitas mencuci, masak,
mandimenggunakan air ledeng PDAM, air minum menggunakan air galon isi
ulang.
Kesan : Ventilasi dan sanitasi baik.




Riwayat Kehamilan daan Kelahiran :
- Masa kehamilan : Cukup bulan
- Partus : Spontan
- Ditolong oleh : Bidan
- Berat badan lahir : 2500 gram
- Panjang badan lahir : Ibu penderita lupa
- Keadaan saat lahir : Langsung menangis

Riwayat Perkembangan
- Tersennyum saat melihat wajah
- Menggenggam saat benda disentuhkan ke telapak tangan
-
Kesan :

Riwayat makanan:
ASI : lahir 1 bulan, frekuensi 10 kali perhari dengan lamanya 5-10 menit
tiap kali pemberian.
Riwayat makan saat ini : penderita mengkonsumsi susu formula yang diberikan
menggunakan dot 6 kali/hari sebanyak 60 cc ( 2 sendok takar susu + 60 cc air)
tiap kali pemberian.
Kesan : kuantitas dan kualitas makan baik

Riwayat Imunisasi :
BCG = -
Hepatitis B = -
DPT = -
Polio = -
Campa = -
Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap


III. Pemeriksaan Fisik
Tanggal pemeriksaan : 27 Maret 2014
Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 130 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 40 x/menit
Suhu : 36,5 C
Berat Badan : 3100 gram
Tinggi Badan : 50 cm
Status Gizi
BB/U : di bawah -3 SD
TB/U : antara 0 dan -2 SD
BB/TB : dibawah -3 SD
Kesan : Status gizi buruk

Keadaan Spesifik
- Kepala
Bentuk : Simetris, lingkar kepala 36 cm (normosefali), UUB cekung (-)
Rambut : Warna hitam, distribusi normal, tidak mudah dicabut
Mata : Mata cekung (-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
Telinga : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), mukosa hiperemis (-
/-), sekret (-/-), konka hipertrofi (-/-)
Mulut : Mukosa bibir basah, chelitis (-), uvula di tengah, T1-T1, dinding
faring hiperemis (-/-)
- Leher : Pembesaran KGB (-)


- Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Statis : tidak dapat dinilai, Dinamis : simetris,
retraksi (-)
Palpasi : Stem freitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas jantung : ICS III linea midklavikularis
sinistra
Batas kanan jantung : ICS IV linea para sternalis
kiri
Batas kiri jantung : ICS IV linea aksilaris anterior
sinistra
Auskultasi : HR : 130 x/menit, reguler. BJ I dan II normal,
murmur (-), gallop(-)
- Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tak teraba, cubitan kulit
kembali cepat.
Perkusi : Timfani pada seluruh regio abdomen,
Auskultasi : Bisng usus (+) meningkat
- Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-), fimosis (-)
- Ekstremitas : Akral dingin (-), akral pucat (-), edema (-), CRT < 2




IV. Pemeriksaan Laboratrium

V. Diagnosis Banding
- Diare akut tanpa dehidrasi e.c virus
- Diare akut tanpa dehidrasi e.c bakteri
- Diare akut tanpa dehidrasi e.c parasit

VI. Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi e.c virus

VII. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaaan feses rutin
- Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit

VIII. Penatalaksanaan
- Edukasi
- Teruskan pemberian susu formula
- Berikan oralit 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
( oralit diminumkan sedikit demi sedikit tapi sering dari mangkuk /cangkir/
gelas.Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat )
- Pemberian tablet zinc1/2 tablet selama 10 hari
- Fase stabilisasi :

IX. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam


Follow up
Tanggal Keterangan
27 Maret 2014 S: -
O: Keadaan Umum
Sens :
TD :
Nadi :
RR :
T :
Keadaan Spesifik
- Kepala
Bentuk : normosefali, simetris,
lingkar kepala cm
Rambut : Warna hitam, distribusi
normal, tidak mudah dicabut
Mata : Edema palpebra (-),
konjungtiva pucat (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil bulat, isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
Telinga : Nafas cuping hidung (-/-
), deformitas (-/-), mukosa
hiperemis (- /-), sekret (-/-),
konka hipertrofi (-/-)
Mulut : Mukosa bibir nasah,
chelitis (-), uvula di tengah, T1-
T1, dinding
faring hiperemis (-/-), karies gigi
(-)
- Leher : Pembesaran KGB
(-)
- Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis
simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem freitus kanan dan
kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua
lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+)
normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak
terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas jantung
:
Batas kanan janyung
:
Batas kiri jantung :
Auskultasi :
HR : 125 x/menit, reguler. BJ I
dan II normal,

murmur (-),
gallop(-)

- Abdomen
Inspeksi : Cembung , darm steifung
(+)
Palpasi :
Lemas, hepar dan lien tak teraba
Perkusi :
Timfani pada seluruh regio abdomen,
shifting dullness (+)
Auskultasi :
Bisng usus (+) normal
- Lipat paha dan genitalia :
Pembesaran KGB (-), fimosis (-)
- Ekstremitas : Akral dingin (-),
akral pucat (-), edema pretibial (-
), CRT < 2

A:
P:
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DIARE
A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari
200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar
encer lebih dari 3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Diare akut
adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai
dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan
darah yang berlangsung kurang dari 14 hari.
1

B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta
episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5% daripadanya akan
menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera
ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.
2

Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain:
a. Faktor lingkungan, yaitu kebersihan lingkungan dan perorangan seperti
kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air
yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
b. Faktor gizi, misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan.
c. Faktor pendidikan, yaitu pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan.
d. Faktor kependudukan, insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
padat dan miskin atau kumuh.
e. Faktor perilaku orangtua dan masyarakat, misalnya adalah kebiasaan ibu yang
tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau
membuang tinja anak.
3


C. ETIOLOGI
Penyebab timulnya diare dibagi menjadi dua, yaitu infeksi dan non infeksi utama.
Timbulnya diare akibat infeksi umumnya adalah golongan virus, bakteri dan
parasit.









Disamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada
anak antara lain:
Kesulitan makanan Neoplasma

Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASIT
Aeromonas
Bacillus cereus
Canpilobacter jejuni
Clostridium perfringens
Clostridium defficile
Eschercia coli
Plesiomonas shigeloides
Salmonella
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Astrovirus
Calcivirus (Norovirus,
Sapovirus)
Enteric adenovirus
Corona virus
Rotavirus
Norwalk virus
Herpes simplek virus
Cytomegalovirus
Balantidiom coli
Blastocystis homonis
Crytosporidium parvum
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Isospora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichiura
Sindroma Zollinger Ellison
Defek anatomis

Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Short Bowel Syndrome
Atrofi mikrovilli
Stricture
Lain-lain:

Infeksi non gastrointestinal
Alergi susu sapi
Penyakit Crohn
Defisiensi imun
Colitis ulserosa
Ganguan motilitas usus
Pellagra

Malabsorbsi

Defesiensi disakaridase
Malabsorbsi glukosa dan galaktosa
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit celiac

Keracunan makanan

logam berat
Mushrooms

Endokrinopati

Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital










D. PATOGENESIS
a. Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-
sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian
sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan
usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan
dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi
bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.
b. Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus
pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar,
disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini
terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada
beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan
epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli enteropatogenik atau
enteroaggrerasi).
Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae 01,
dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel
epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin
meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan
elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang
sehat setelah 2-4 hari.
Invasi mukosa. Shigella, C. jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat
menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa.
Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin
diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang
menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya
darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan
kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari
mukosa.
2
c. Parasit
Penempelan mukosa. G. lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel
usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan
menyebabkan diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi
epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus.
Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.
d. Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare.
Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang
tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang
bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga
memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah
antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang merubah flora flora tinja
secara intesif walaupun diberikan secara parental. Antibiotik juga bisa
menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin, basitrasin,
polmiksin, dan neomisin.
5

E. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
a. Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
b. Diare Osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang
larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan
beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus
sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah.
Hal in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena
kehilangan cairan tubuh
.2

Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull,
hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.
4

F. MANIFESTASI KLINIS


Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EICE Kolera
Gejala klinis

Masa tunas
Panas
Mual, muntah
Nyeri perut

Nyeri kepala
Lamanya sakit


17-72 jam
+
dari awal
tenesmus

-
5-7 hari


24-48 jam
++
Jarang
Tenesmus,
kramp
+
>7 hari


6-72 jam
++
Sering
Tenesmus,
kolik
+
3-7 hari


6-72 jam
-
+
-

-
2-3 hari


6-72 jam
++
-
Tenesmus,
kramp
-
variasi


48-72 jam
-
Sering
Kramp

-
3 hari
Sifat tinja

Volume
Frekuensi
Konsistensi


Sedang
5-10x/hr
Cair


Sedikit
>10x/hari
Lembek


Sedikit
Sering
berlendir


Banyak
Sering
Cair


Sedikit
Sering
Lembek


Banyak
Sering
Cair
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila
terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala
gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
1


G. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1) Riwayat diare sekarang :
Sudah berapa lama diare berlangsung
Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah
tinja
Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)
Muntah (frekuensi dan jumlah)
Demam
Buang air kecil terakhir
Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)
Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya.
Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
Kontak dengan orang yang sakit
Penggunaan antibiotik
2) Riwayat diare sebelumnya: kapan, berapa lama
mukus
Darah
Bau
Warna


Leukosit
Lain-lain
jarang
-
Langu
Kuning-
hijau

-
anoreksia

+
+
-
Merah-
hijau

-
kejang
+
Kadang
Busuk
Kehijauan


+
Sepsis +
+
-
-
Tidak
brwarna

-
Meteoris
mus
+
+
-
Merah-
hijau

-
Infeksi
sistemik

-
Amis khas
Seperti air
cucian
beras
-
-
3) Riwayat penyakit penyerta saat ini
4) Riwayat imunisasi: lengkap atau tidak
5) Riwayat makanan sebelum diare: ASI, susu formula, makan makanan yang
tidak biasa.
5,6


b. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
- Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasahaus, turgor kulit abdomen menurun
- Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
bibir,mulut, dan lidah
- Berat badan
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas
cepatdan dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo
atauhipernatremia)
- Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
i. Skor Maurice King
7




B
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

n
i
lai skor dapat ditentukan derajat dehidrasi :
Nilai 0 -2 : dehidrasi ringan
Nilai 3 -6 : dehidrasi sedang
Nilai 7 -12 : dehidrasi berat
ii. Skor dehidrasi WHO
Bagian tubuh yang
diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah,
cengeng,
apatis,
mengantuk
Mengigau,
koma/syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit
kurang
Sangat kurang
Mata Normal Sedikit
cekung
Sangat cekung
UUB Normal Sedikit
cekung
Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering &
sianosis
Denyut nadi/menit Kuat < 120 Sedang
(120-140)
Lemah > 140


B
erdas
arkan
nilai
skor
dapat
ditent
ukan
deraj
at
dehidrasi :
<6 : Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan sampai sedang
>13 : Dehidrasi berat

Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:
4

Dehidrasi isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150
mEq/L
dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+<131 mEq/L
dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+>150 mEq/L





1 2 3
Keadaan
Umum
Baik Lesu/haus Gelisah,
lemas,
ngantuk
Mata Tidak cekung Agak cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan <30x / menit 30-40x / menit >40x / menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi < 120x / menit 120-140x /
menit
>140x / menit
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus - + +
Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas

c. Pe
me
rik
saa
n
Penunjang
- Pemeriksaaan tinja
Makroskopis: bau, warna, lendir, darah, konsistensi
Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
Kimia: PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas
- Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar urum dan
kreatinin darah.
- Pemeriksaan urin: urin rutin.
4


H. TATALAKSANA
Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,
pemberian zinc, antibiotik dan edukasi pada orang tua. Prinsip penatalaksanaan diare
yaitu:
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah
terjadinyadehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan
minum lebih banya, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh.Bila tidak
memberikan cairan yang dianjurkan, berikan air matang.Jangan diberikan
cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepetisoft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa
kepetugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan
Kulit/ selaput
lender
Basah Kering Kering sekali
Gejala SSP Apatis Koma Irritable, apatis,
hiperfleksi
Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat, dan keras
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%
yang cepatdan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita
harus segeradiberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum
dilanjutkan terapi oral.
c. Pemberian ASI / makanan
Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk
memberikan gizipada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan
tumbuh serta mencegahberkurangnya berat badan.
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Lebih dari 90macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai
kofaktornya, termasuk enzimsuperoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini
berfungsi untuk metabolisme radikalbebas superoksida sehingga kadar
radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Padaproses inflamasi, kadar radikal
bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusakberbagai jenis jaringan
termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat
seorang anakmenderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti
zinc yang hilang dalamproses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga
kesehatannya di bulan-bulanmendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc
untuk terapidiare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah
hari lamanyaseorang anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan
penyakit tersebut, sertamenurunkan kemungkinan anak kembali mengalami
diare 2-3 bulan berikutnya.Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa
suplemen Zinc sangat bermanfaat untukmembantu penyembuhan diare. Zinc
sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupundiarenya sudah sembuh.
Zinc dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
- Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg)
sekali sehariselama sepuluh hari berturut-turut.
- Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali
sehariselama sepuluh hari berturut-turut.
- Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau
ASI dalamsendok teh.
- Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
- Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare
telah berhentisebelum 10 hari)
- Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet
zinc, berikan lagitablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih
kecil dan berikan beberapa kalihingga satu dosis penuh.
- Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap
berikan tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri
atau jamur yangtumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan
manusia, yang bila diberikansesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat
diharapkan dapat memberikan keuntunganbagi kesehatan dengan cara
meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumensaluran cerna
sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteriprobiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati phenomena
tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
pengobatandiare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun
mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan
oleh karena pemakaianantibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated
diarrhea ) dan travellerss diarrhea.Terdapat banyak laporan tentang
penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akutpada anak. Hasil meta
analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman danefektif dalam
pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diarekira-kira
2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke
duapemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik
dalampengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus,
produksi bahananti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien,
mencegah adhesi pathogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor
toksin, efektrofik pada mukosa usus danimunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering
digunakansebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah
Lactic AcidBacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan
karbohidrat menjadi asamlaktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH
saluran gastrointestinal, sehinggamenghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Contoh strain golongan LAB adalahLactobacillus dan Bifidobacterium.Sejak
dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff,
padaawal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak
dilakukan untukmenguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk
komersial yang mengandungprobiotik sebagai suplemen banyak tersedia di
pasaran. Kemanfaatan probiotikterutama banyak dilihat dari aspek
pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakitalergi dan infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang
palingbanyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara
teoritis, probiotikdapat mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi
dengan patogen,imunomodulator, meningkatkan sekresi IgA mukosa usus,
dan mengurangi kejadianintoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut.
Meta-analisisyang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa
pemberian suplemenLactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih
cepat dibandingkan placebo (95% CI) dengan level of evidence 1a.
Efektivitasnya terutama lebih baik pada merekadengan etiologi rotavirus,
yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika
olehkarena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya
diperlukanpada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella,
karena penyebabterbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus).
Kecuali pada bayi berusia dibawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis
oleh karena bakteri mudahmengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau
pada anak/bayi yang menunjukkansecara klinis gajala yang berat serta
berulang atau menunjukkan gejala diare dengandarah dan lendir yang jelas
atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat danloperamid dapat
menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterialovergrowth,
gangguan absorpsi dan sirkulasi. Beberapa antimikroba yang sering dipakai
antara lain:
Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau
Erytromycin 12,5mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau
Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada
kasusberat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5
mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
g. Mengobati masalah lain
Obat-obatan anti diare dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak
dengan diare.Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti
mengenai diare yang berdayaguna, sehingga penggunaan anti diare hanya
menimbulkan beban biaya.
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa
anaknyakepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagaiberikut:
Buang air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi
yang
sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:
9

1. Pengobatan Diare tanpa dehidrasi
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk
mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayr-sayuran dan
sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita.
Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1
tahun 50-100 ml, 1-5 tahun dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml
dan dewasa adalah 300-400 ml setiap BAB.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok setiap
1-2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan gelas dengan
tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit
kemudian mulai lagi perlahan lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit.
Pemberian cairan dilanjutka sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga
ASI dan makanan yang biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-
sedikit tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.
2. Pengobatan Diare dehidrasi Ringan-sedang
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit
yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per
oral, oralit dapat diberikan melalui nasogasterik dengan volume yang sama
dengan kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi,
apakah membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan membaikdan dehidrasi
teratasi pengobatan dapat dilanjutkan di rumah dengan memberikan oralit dan
makanan dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi.
3. Pengobatan diare dehidrasi berat
TRP ( Terap Rehidrasi Parenteral )
Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit
sampai cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama
pemberian cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apbila anak dapat minum
dengan baik biasanya dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak
yang lebih besar ). Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat
dengan dosis 100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk <1tahun 1 jam pertama
30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun jam
pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yaitu : pengobatan diare dengan
dehidrasi ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi

I. KOMPLIKASI
1,4

1. Gangguan elektrolit
Hipernatremia, Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L
memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan
kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang
cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi
oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45%
saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat
badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8jam. Bila normal
lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa
kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-
5% dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada
setiap 500 ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian
diet normal dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap
BAB, sampai diare berhenti.
Hiponatremia, Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130
mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada
anak malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari
hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer
laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum yang
diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8
jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh
melebihi 2 mEq/L/jam.
Hiperkalemia, disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10
menit dengan monitor detak jantung.1
Hipokalemia, dikatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan
menuurut kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75
mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena
drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx
BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam
berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB).
Hipokalemia dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi
ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare
dan sesudah diare berhenti1
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada
umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam
sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul
akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat
hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.
Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.3
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala
yang tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila
ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi
berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan
intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.
4. Asidosis metabolic
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa
cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang
ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian
oralit yang cukup mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki
asidosis.
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut
kembung, muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan
dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung
banyak Kalium.
6. Kejang
Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah
dehidrasi terjadi penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan
elektrolit (terutama hipernatremi), hipoglikemi dan ensefalitis.
7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula
selama diare dapat menyebabkan:
Volume tinja bertambah
berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi,
atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan,
berikan cairan intravena.
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan
infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan
oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1
sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena
sering menyebabkan penurunan kesadaran.

J. PENCEGAHAN
Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
1. Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
o Pemberian ASI yang benar
o Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
o Menggunakan air bersih yang cukup
o Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
o Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
o Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan dengan
campak, dan diare yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah
diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus.
Diperkirakan imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11
bulan dapat mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-
25% kematian karena diare pada balita.1,3
d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi
alamiah, tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi
diare. Di dunialah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6
bulan dalam 2-3 kali pemberiian dengan interval 4-6 minggu.
1,8,10,11

K. PROGNOSIS
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian
kecil (5%) akan menjadi diare persisten.
8

































BAB III
ANALISIS KASUS

Penderita datang dengan keluhan utama BAB cair. Sejak 2 hari SMRS,
penderita mengalami BAB cair, frekuensi 10 kali/ hari, banyaknya 2 sendok makan
/BAB, air> ampas, darah (-), lendir (-), warna kuning kehijauan. Sebelum mengalami
diare, penderita mengalami muntah, frekuensi 4 kali/ hari, banyaknya 1 sendok
makan setiap kali muntah, isi muntahan susu, muntah tidak menyemprot, demam (-),
batuk (-), pilek (-).BAK seperti biasa, Frekuensi 7-8 kali/hari, warna kuning jernih.
Penderita masih mau minum susu. Lalu penderita dibawa berobat ke IGD RSUD Ibnu
Sutowo Baturaja.
Dari hasil anamnesis, didapatkan bahwa penderita; mengalami diare selama 2
hari, frekuensi 10 kali/ hari, banyaknya 2 sendok makan /BAB, air> ampas, warna
kuning kehijauan, diare didahuli dengan muntah, frekuensi 4 kali/ hari, banyaknya 1
sendok makan setiap kali muntah, isi muntahan susu. Sedangkan untuk BAK nya tidak
ada kelainan. Sehingga dari anamnesis dapat mengarahkan diagnosis diare akut
dikarenakan penderita mengalami BAB cair dengan frekuensi >3 kali/ hari ( pada
penderita : 10x/hari) selama 2 hari (<14 hari). Mengenai penyebab dari diare akut, dari
hasil anamnesis pada penderita ini didapatkan diare didahului dengan muntah, dengan
konsistensi diare cair > ampas, berwarna kuning kehijauan sehingga penyebab dari diare
akut mengarah ke rotavirus, namun biasanya pada diare akibat rotavirus di dapatkan
demam, walaupun pada diare akibat infeksi, terjadi peningkatan suhu yang lebih
signifikan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan berat badan penderita 3100 gram dan panjang
badan 50 cm, sehingga berdasarkan interpretasi menurut WHO, maka status gizi
penderita (BB/TB = < -3SD ) adalah gizi buruk. Kesadaran kompos mentis, tanda-tanda
vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan kepala, UUB cekung (-), Mata cekung (-),
Nafas cuping hidung (-/-), Mukosa bibir basah. Pada pemeriksaan abdomen cubitan
kulit kembali cepat. Pemeriksaan lainnya, seperti thorax dan ekstremitas juga dalam
batas normal. Dari hasil pemeriksaan fisik, menurut skor dehidrasi WHO didapatkan
nilai 4, dengan interpretasi tidak mengalami dehidrasi.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan LED, peningkatan
neutrofil segmen dan limfosit, namun DDR (-) dan titer widal dalam batas normal,
sehingga hanya mengarahkan pada suatu kondisi inflamasi yang terjadi pada pasien,
yang kemungkinan disebabkan oleh bakteri dan lebih condong pada diagnosis
Tonsilofaringitis.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang,
maka diagnosis pada pasien ini adalah diare akut ec virus tanpa dehidrasi. Untuk
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan feses rutin dan
pemeriksaan darah (elektrolit dan analisa gas darah).
Pada pasien ini diberikan tatalaksana berupa edukasi kepada orang tua pasien
(mengenai cara pemberian oralit, tablet zink, dan pencegahan untuk terjadinya diare
berulang), teruskan pemberian susu formula, berikan oralit 50 sampai 100 ml setiap
kali BAB. Pemberian tablet zinc1/2 tablet selama 10 hari. Karena prinsip
penatalaksanaan dari diare akut adalah rehidrasi, dukung nutrisi, pemberian zinc dan
edukasi kepada orangtua.

















DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-
Hepatologi IDAI. 2010:87-110

2. Departemen Kesehatan RI. Buku Ajar Diare: Pendidikan medik pemberantasan
diare. Jakarta: Ditjen. PPM dan PLP 1999.

3. Irwanto. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika.
Jakarta. 2002. h. 73 79.

4. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W. I., Setiowulan W (ED).. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Kedua. Penerbit Media Aesculapius FK UI. Jakarta.
2000. h.470 478.

5. IDAI. Standar Pelayanan Medis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.h.49-52.

6. Soebagyo B. Diare Akut pada Anak. UNS Press. Surakarta. 2008.

7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI :1985, 283 : 312 Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, Jilid I, Editor Husein Alatas dan Rusepno Hasan, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

8. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.

9. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta:
WHO Indonesia.2009.

10. Comitte Infection Disease. Prevention of Rotavirus Diseases: Upadated Guidelines
for use of Rotavirus Vaccine. Pediatrics 123,1412,2009.

11. Boom et al. Effectiveness of Pentavalent Rotavirus Vaccine in a large Urban
population in The United States. Pediatrics:125e,e199,2010.

Anda mungkin juga menyukai