Anda di halaman 1dari 47

Sengketa Pajak

Sengketa Pajak
Pasal 1 angka 5 UU Pengadilan Pajak :

sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara
WP atau penanggung Pajak dengan pejabat yang
berwenang sbg akibat dikeluarkannya keputusan yg
dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada
Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan
Flowchart
SENGKETA PAJAK
SETIAP KEPUTUSAN
WP/PP
tidak
puas?
SENGKETA
PAJAK
3
Sepanjang :
Dapat diajukan
banding/gugatan
PENGADILAN
PAJAK
Bisa diselesaikan
terlebih dulu di DJP
Penyelesaian di djp
Upaya hukum luar biasa PK di MA
Pokok Bahasan :
1. Pembetulan
2. Pengurangan sanksi atau pembatalan ketetapan
3. Keberatan
4. Banding / gugatan
5. Peninjauan Kembali
Def sengketa
Wewenang Penyelesaian sengketa
pajak di DJP sebelum ke Pengadilan
Pajak
Pembetulan suatu keputusan
Pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi
Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
yang tidak benar
Pengurangan atau pembatalan STP
Pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau skp
hasil pemeriksaan.
Pembetulan
Pengertian Pembetulan
DASAR HUKUM : Pasal 16 UU KUP

Pasal 16 ayat UU KUP menyatakan bahwa:
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jenderal Pajak dapat
membetulkan :
surat ketetapan pajak,
Surat Tagihan Pajak,
Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi,
Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi,
Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga,

yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau
kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Dlm rangka
Pembetulan
Dilaksanakan dalam rangka :
1. Menjalankan tugas pemerintahan yang baik
2. Apbl terdapat kekeliruan yg bersifat
manusiawi perlu dilakukan pembetulan
3. Sifat kesalahan/kekeliruan tsb tdk
mengandung unsur sengketa antara fiskus
dan WP
R lingkup
Ruang lingkup pembetulan
kesalahan tulis, antara lain kesalahan yang
dapat berupa
nama,
alamat,
Nomor Pokok Wajib Pajak,
nomor surat ketetapan pajak,
jenis pajak, Masa Pajak atau Tahun Pajak,
dan tanggal jatuh tempo;

Kes hit
Ruang lingkup pembetulan
kesalahan hitung, yaitu kesalahan yang berasal
dari
penjumlahan dan/atau
pengurangan dan/atau
perkalian dan/atau
pembagian suatu bilangan; atau

Kes penerap
Ruang lingkup pembetulan
kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu -
kekeliruan dalam penerapan tarif,
kekeliruan penerapan persentase Norma
Penghitungan Penghasilan Neto,
Kekeliruan penerapan sanksi administrasi,
kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak,
kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan dalam
tahun berjalan, dan
kekeliruan dalam pengkreditan pajak.

Jk waktu
Tata cara Pembetulan dan Jangka
waktu
Mengajukan permohonan pembetulan kepada Dirjen Pajak.
Atau krn jabatan Dirjen Pajak melakukan pembetulan.
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan
diterima, harus memberi keputusan atas permohonan
pembetulan yang diajukan Wajib Pajak (Pasal 16 ayat 2).
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
telah lewat, tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi
suatu keputusan, permohonan pembetulan yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan (Pasal 16 ayat 3).

16 ay 4
Pasal 16 ayat 4

Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur
Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan
secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi
dasar untuk menolak atau mengabulkan
sebagian permohonan Wajib Pajak tersebut
(Pasal 16 ayat 4).

36 ay 1 a
Pengertian Pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi
Dasar hukum : Pasal 36 ayat (1) huruf a
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan
Wajib Pajak dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi
administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan
karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya.
Karena ketidaktelitian petugas pajak WP Tidak memahami peraturan
perpajakan WP tidak bersalah
aturan
Aturan pelaksanaan
PMK 21/PMK.03/2008 (6 Februari 2008)
TATA CARA PENGURANGAN ATAU
PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI,
PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT
KETETAPAN PAJAK ATAU SURAT TAGIHAN
PAJAK YANG TIDAK BENAR, DAN PEMBATALAN
HASIL PEMERIKSAAN

Sanksi

Sanksi administrasi yang dapat dikurangkan
atau dihapuskan yang dikenakan karena
kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya meliputi sanksi administrasi
berupa bunga, denda, dan/atau kenaikan, yang
tercantum dalam:
a> Surat Tagihan Pajak
b> Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB); atau
c> Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT).

batasan

Pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi yang tercantum dalam SKPKB
atau SKPKBT, hanya dapat dilakukan dalam hal
surat ketetapan pajak tersebut:
i. tidak diajukan keberatan;
ii. diajukan keberatan tetapi telah dicabut
oleh Wajib Pajak; atau
iii. diajukan keberatan, tetapi tidak
dipertimbangkan.

syarat
Tata cara pengurangan dan persyaratan sbb:

1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan;
Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan memberikan alasan yang mendukung
permohonannya;
Permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak
tempat WP terdaftar;
Wajib Pajak telah melunasi pajak yang terutang; dan
Surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan
dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib
Pajak, surat permohonan tersebut harus dilampiri dengan
surat kuasa khusus.

Hal penting
Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak
dapat dipertimbangkan;
Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling
banyak 2 (dua) kali;
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan kedua,
permohonan tersebut harus diajukan dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan sejak tangga keputusan Dirjen Pajak
atas permohonan yang pertama dikirim;
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima, harus
memberi keputusan atas permohonan yang diajukan;
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Dirjen Pajak harus
menerbitkan keputusan sesuai dengan permohonan yang
diajukan;
Hal penting

Keputusan yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak dapat berupa mengabulkan
sebagian atau seluruhnya, atau menolak permohonan Wajib Pajak;
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan
secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau
mengabulkan sebagian permohonan WP.

Direktur Jenderal Pajak secara jabatan dapat mengurangkan atau
menghapuskan sanksi administrasi dalam Surat Tagihan Pajak yang
diterbitkan sebagai akibat dari:
i. diterbitkannya surat ketetapan pajak karena Pengusaha Kena
Pajak tidak membuat faktur pajak; dan
ii. penerapan ketentuan Pasal 19 ayat 1 UU KUP (bunga
penagihan terlambat melunasi utang pajak)

Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi tersebut
dilakukan apabila diterbitkan SK Pembetulan, SK
Pengurangan/Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar,
atau SK Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar
berkurang atau dibatalkan.

36 ayat 1 b
Pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak
Pasal 36 ayat (1) huruf b, yang berbunyi:
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau
atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau membatalkan surat
ketetapan pajak yang tidak benar.

Unsur keadilan
Unsur keadilan
Direktur Jenderal Pajak berlandaskan unsur
keadilan dapat mengurangkan atau
membatalkan surat ketetapan pajak yang
tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang
ditolak pengajuan keberatannya karena tidak
memenuhi persyaratan formal (memasukkan
surat keberatan tidak pada waktunya)
meskipun persyaratan material terpenuhi.
kondisi
Kondisi :
Permohonan untuk memperoleh pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar dapat
diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal:

i. Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan;
ii. Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi kemudian
mencabut pengajuan keberatan tersebut; atau
iii. Wajib Pajak mengajukan keberatan, tetapi tidak
dipertimbangkan.

persyaratan
Persyaratan :
2. Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:
a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;
b) Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c) Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang
menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan
yang mendukung permohonannya;
d) Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
e) Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan
Wajib Pajak surat permohonan harus dilampiri dengan surat
kuasa khusus.
3. Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak
dapat dipertimbangkan;
4. Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling
banyak 2 (dua) kali;
5. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan kedua,
permohonan tersebut harus diajukan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal keputusan Dirjen Pajak atas
permohonan yang pertama dikirim;

6. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling
lama 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan
7. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi
Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap
dikabulkan dan Dirjen Pajak harus menerbitkan
keputusan sesuai dengan permohonan yang diajukan.
8. Keputusan yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak dapat
berupa mengabulkan sebagian atau seluruhnya, atau
menolak permohonan Wajib Pajak;
9. Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib
memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang
menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan
sebagian permohonan WP.
36 1 c
Pengurangan/Pembatalan STP
Pasal 36 ayat (1) huruf c UU KUP yang
berbunyi; Direktur Jenderal Pajak karena
jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak
dapat mengurangkan atau membatalkan Surat
Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 yang tidak benar.

syarat
Persyaratan
a. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;
b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c. Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang
menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan
yang mendukung permohonannya;
d. Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
e. Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan
Wajib Pajak surat permohonan harus dilampiri dengan surat
kuasa khusus

hal
Hal penting lainnya
Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat
dipertimbangkan;
Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua)
kali;
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan kedua, permohonan
tersebut harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal keputusan Dirjen Pajak atas permohonan yang pertama
dikirim;
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan;
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap
dikabulkan dan Dirjen Pajak harusmenerbitkan keputusan sesuai dengan
permohonan yang diajukan.
Keputusan yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak dapat berupa mengabulkan
sebagian atau seluruhnya, atau menolak permohonan Wajib Pajak;
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan
sebagian permohonan WP.

36 1 d
Pembatalan hasil pemeriksaan atau SKP
hasil pemeriksaan
Pasal 36 ayat (1) huruf d, yang berbunyi: Direktur
Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan
Wajib Pajak dapat membatalkan hasil pemeriksaan
pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
1. penyampaian surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan;
atau
2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan
Wajib Pajak.

kondisi
Permohonan untuk memperoleh pembatalan hasil
pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari
hasil pemeriksaan dapat diajukan oleh Wajib Pajak
dalam hal:
i. Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan;
ii. Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi
kemudian mencabut pengajuan keberatan tersebut;
atau
iii. Wajib Pajak mengajukan keberatan, tetapi tidak
dipertimbangkan.
Persyaratan
i. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;
ii. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
iii. Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang
menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan
yang mendukung permohonannya;
iv. Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
v. Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan
Wajib Pajak surat permohonan harus dilampiri dengan
surat kuasa khusus.

Hal penting lainnya
Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dianggap telah
dilaksanakan apabila pemeriksa pajak telah memberikan
kesempatan untuk hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka
pembahasan akhir dan Wajib Pajak tidak menggunakan hak
tersebut sesuai dengan batas waktu yang ditentukan;
Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak
dapat dipertimbangkan;
Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling
banyak 1 (satu) kali.
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima, harus
memberi keputusan atas permohonan yang diajukan;
g. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Dirjen Pajak harus
menerbitkan keputusan sesuai dengan permohonan yang
diajukan;
h. Keputusan yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak dapat berupa
mengabulkan sebagian atau seluruhnya, atau menolak
permohonan Wajib Pajak;
i. Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan
keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk
menolak atau mengabulkan sebagian permohonan WP.

Pengertian Keberatan
WP merasa pemungutan pajak tidak
sebagaimana mestinya mengajukan keberatan
hanya kepada Dirjen pajak.
Tata cara pengajuan keberatan
Keberatan diajukan oleh WP dengan menyampaikan
surat keberatan:
Surat keberatan disampaikan oleh WP ke KPP tempat
WP terdaftar dan/atau tempat PKP dikukuhkan
melalui:
a. Penyampaian langsung,
b. Pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. Cara lain: meliputi: a) melalui perusahaan jasa
ekspedisi, atau jasa kurir dengan bukti pengiriman
surat.
Surat Keputusan Keberatan
Pasal 25 ayat 3a Dalam hal WP mengajukan
keberatan atas SKP, WP wajib melunasi pajak yang
masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang
telah disetujui WP dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan
Pasal 25 ayat 9 UU KUP Dalam hal keberatan WP
ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenal sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah
pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan
Pengertian BANDING
Dasar Hukum :
Pasal 27 ayat 1 UU KUP bahwa: Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan banding hanya kepada
badan peradilan pajak atas Surat Keputusan
Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (1).
Pasal 1 angk 6 UU Pengadilan Pajak. Yang dapat
diajukan banding oleh Wajib Pajak adalah Surat
Keputusan Keberatan.
Diajukan:
hanya kepada badan peradilan pajak.
terhadap SK Keberatan.
secara tertulis dalam Bahasa Indonesia.
(dengan alasan yang jelas)
3 bulan sejak SK Keberatan diterima.
dilampiri salinan SK Keberatan.
Permohonan Banding
1. Pengajuan banding menunda jatuh tempo
pelunasan pajak yang belum dibayar sampai 1
bulan sejak terbit putusan banding.
2. Jumlah pajak yang diajukan banding belum
merupakan utang pajak sehingga tidak ditagih
dengan surat paksa.
3. Apabila permohonan banding ditolak, dikenai
denda sebesar 100% dari pajak yang belum
dilunasi.
4. Wajib Pajak berhak memperoleh keterangan
secara tertulis mengenai dasar keputusan
keberatan.
GUGATAN
Gugatan adalah upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap
pelaksanaan penagihan Pajak atau
terhadap keputusan yang dapat diajukan
Gugatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku (Pasal 1
angka 7 UU Pengadilan Pajak).

Pasal 23 ayat 2 UU KUP, thd :
a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan
pajak;
c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam
Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat
Keputusan Keberatan yang dalam penerbitannya
tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang
telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan
Pasal 37 PP 74 2011
Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan yang
diajukan gugatan kepada badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c Undang-Undang meliputi keputusan yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak selain:
a. Surat ketetapan pajak yang penerbitannya telah sesuai dengan prosedur
atau tata cara penerbitan;
b. Surat Keputusan Pembetulan;
c. Surat Keputusan Keberatan yang penerbitannya telah sesuai dengan
prosedur atau tata cara penerbitan;
d. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;
e. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;
f. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
g. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak; dan
h. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.

Pasal 38
(1) Surat ketetapan pajak yang penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata
cara penerbitan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan dapat diajukan gugatan kepada badan peradilan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf d Undang-Undang.

(2) Surat ketetapan pajak yang penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata
cara penerbitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi surat ketetapan
pajak yang penerbitannya tidak berdasarkan pada:
a. hasil Verifikasi;
b. hasil Pemeriksaan;
c. hasil Pemeriksaan ulang; atau
d. hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan terkait dengan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang-Undang.

(3) Termasuk dalam pengertian surat ketetapan pajak yang penerbitannya tidak sesuai
dengan prosedur atau tata cara penerbitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi surat ketetapan pajak yang menetapkan Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak
atau Tahun Pajak tidak sesuai dengan Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak yang dilakukan Verifikasi, Pemeriksaan, Pemeriksaan ulang, atau
Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Pasal 39
1) Surat Keputusan Keberatan yang penerbitannya tidak sesuai
dengan prosedur atau tata cara penerbitan yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan dapat diajukan gugatan kepada badan peradilan
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf d
Undang-Undang.

(2) Surat Keputusan Keberatan yang penerbitannya tidak sesuai
dengan prosedur atau tata cara penerbitan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Surat Keputusan Keberatan
yang penerbitannya tidak didahului dengan penyampaian
surat pemberitahuan untuk hadir kepada Wajib Pajak.

Permohonan PK
Hanya dapat diajukan berdasarkan alasan:
a. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu
kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah
perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian
oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
b. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat
menentukan, yang apabila diketahui pada tahap persidangan di
Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang berbeda;
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih
dari pada yang dituntut, kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80
ayat (1) huruf b dan c;
d. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya; atau
e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Diajukan:
Paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan
atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan
pidana memperoleh kekuatan hukum tetap. (untuk
huruf a di atas)
Paling lambat 3 bulan sejak ditemukan surat-surat bukti
yang hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan di
bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang. (untuk huruf b di atas)
Paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirim. (untuk
huruf d dan huruf e di atas)
Pengajuan Permohonan PK
Putusan PK
6 bulan sejak permohonon PK diterima, dalam
hal pemeriksaan acara biasa.
1 bulan sejak permohonan PK diterima, dalam
hal pemeriksaan acara cepat.
BAGAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK
SETIAP KEPUTUSAN
WP/PP
tidak
puas?
WP dapat
mengajukan
Keberatan kepada
Dirjen Pajak melalui
KPP
Kantor Pusat
Kantor Wilayah
47
Sepanjang :
Dapat diajukan
banding/gugatan
Arestasi Penyelesaian:
KEP-297/PJ./2002
sebagaimana diubah terakhir
dengan KEP-183/PJ/2010

Anda mungkin juga menyukai