Anda di halaman 1dari 8

!"#$%&$' )"*"+,-'-,. /-0-+ )",1"#$#--, 23%4-5.

6 7&+3# 89:;

Golongan Limbah dan Asal nya
Limbah peternakan sapi apabila diklasifikasikan berdasarkan fasa nya, dapat digolongkan
menjadi 2 bagian, yakni:
1. Limbah cair
Air seni, air minum, dan air sisa mandi sapi termasuk dalam golongan
limbah cair. Meskipun jumlah nya tidak sebanyak yang limbah padat, namun
limbah cair juga menjadi satu permasalah tersendiri karena dapat menyebar
dengan waktu dan jarak yang lebih luas dari limbah padat.
2. Limbah padat
Kotoran sapi dan sisa makanan sapi merupakan jenis limbah dari
golongan ini. Limbah padat jumlahnya banyak dan diproduksi terus menerus ada
setiap hari dalam jumlah yang besar pula. Limbah padat relatif lebih rumit
penanganannya karena memiliki massa yang paling besar diantara jenis limbah
yang lainnya.
3. Limbah gas
Limbah jenis ini sebenarya merupakan ikutan dari limbah padat atau cair
yang terdekomposisi menjadi fasa gas dan sangat besar pengaruhnya terhadap
timbulnya polusi udara di area sekitar kandang sapi.
Dampak dari Limbah
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi
mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan
berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x
10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara
biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure
antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media
yang optimal untuk bertelur lalat. Dan dampak Limbah cair Peternakan Sapi yaitu :

!"#$%&$' )"*"+,-'-,. /-0-+ )",1"#$#--, 23%4-5. 6 7&+3# 89:;

1. Membahayakan kesehatan manusia (penyakit)
Hasil penelitian dari limbah cair Peternakan Sapi, yang dialirkan ke sungai
mengakibatkan kualitas air menurun, yang disebabkan oleh kandungan sulfida
dan amoniak bebas di atas kadar maksimum kriteria kualitas air. Selain itu adanya
Salmonella spp. yang membahayakan kesehatan manusia. Tinja dan urine dari
hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit, misalnya saja
penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau tergores. Spora anthrax
dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak yang mengandung
spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor tahun 2001 dan juga pernah
menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta di Purwakarta tahun 2000.
2. Merugikan secara ekonomi
Merusak benda/bangunan, tanaman maupun ternak
3. Mengganggu kehidupan makhluk air (aquatik) : ikan dan mikroflora
Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah
meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek
polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi
penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi,
penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi
di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air.
4. Merusak keindahan (estetika), bau busuk dan merusak pemandangan
Nitrogen dan pospat dapat menyebabkan penyuburan dan eutrofikasi
Algae bloom sehingga evapotranspirasi naik dan sumberdaya air berkurang,
akibatnya dapat menurunkan estetika.








!"#$%&$' )"*"+,-'-,. /-0-+ )",1"#$#--, 23%4-5. 6 7&+3# 89:;

Pencegahan
Untuk melakukan pencegahan terhadap limbah di peternakan sapi, hal yang
pertama kita lakukan adalah mengetahui jenis limbah dan dampak dari limbah tersebut.
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan diolah dan
dimanfaatkan kembali.
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti
usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan lain-
lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa
makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, dan sebagainya. Apabila
usaha peternakan semakin berkembang maka limbah yang dihasilkan juga akan semakin
banyak.
Limbah ternak terbanyak biasanya dihasilkan dari ternak ruminansia seperti sapi, kerbau
kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah
menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan
25 kg feses.
Selain menghasilkan feses dan urine, dari proses pencernaan ternak ruminansia
menghasilkan gas metan (CH
4
) yang cukup tinggi. Limbah ternak masih mengandung
nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat
menimbulkan pencemaran. Kehadiran limbah ternak dalam keadaan kering pun dapat
menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di
lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan
debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang
dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3).
Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah
meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi
yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas
perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen
terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat
mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air.
!"#$%&$' )"*"+,-'-,. /-0-+ )",1"#$#--, 23%4-5. 6 7&+3# 89:;

Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit,
misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau tergores. Spora
anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak yang mengandung
spora. Dampak limbah ternak memerlukan penanganan yang serius.
Eksternalitas negatif yang timbul dari pengembangan peternakan sapi perah
bersumber dari kotoran sapi perah yang dapat mengeluarkan gas methan bahan pencemar
udara, kotoran ternak sebagai sumber mikroorganisme yang mengganggu kesehatan
lingkungan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan manusia. Peternakan sapi
yang melebihi 20 ekor wajib untuk melakukan evaluasi dampak lingkungan.
Limbah yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah akan mengkontaminasi
udara, air dan tanah sehingga menyebabkan polusi. Beberapa gas yang dihasilkan dari
limbah ternak antara lain ammonium, hydrogen sulfida, CO2 dan CH4. Gas - gas
tersebut selain merupakan gas efek rumah kaca (Green House Gas) juga menimbulkan
bau tak sedap dan mengganggu kesehatan manusia. Pada tanah, limbah ternak dapat
melemahkan daya dukung tanah sehingga menyebabkan polusi tanah. Sedangkan pada air,
mikroorganisme patogenik (penyebab penyakit) yang berasal dari limbah ternak akan
mencemari lingkungan perairan. Salah satu yang sering ditemukan yaitu bakteri
Salmonella sp.
Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh peternak
Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No.237 tahun 1991 dan SK Menteri Pertanian
No. 752 tahun 1994 yang menyatakan bahwa usaha peternakan dengan populasi
tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Untuk
usaha peternakan sapi dengan jumlah ternak lebih dari 20 ekor maka harus melakukan
evaluasi terhadap dampak lingkungan.





!"#$%&$' )"*"+,-'-,. /-0-+ )",1"#$#--, 23%4-5. 6 7&+3# 89:;

Pengelolaan
1. Limbah cair
Menurut pengelola KUTBBG kotoran atau limbah padat yang dihasilkan oleh
ternak akan dijadikan pupuk kompos yang dibutuhkan oleh perkebunan yang ada
(kurma, buah naga, sayuran, rumput gajah dan lain lain) begitu juga sebaliknya
hasil pertanian yaitu rumput gajah berguna bagi pakan ternak. Akan tetapi ada
aspek aspek lain yang masih harus diperhatikan dan dikelola yaitu limbah
cucian kandang, sisa pakan serta inefisiensi terhadap instalasi biogas.

2. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi ntara lain sisa pakan dan
feses sapi.
-< Pemanfaatan limbah untuk biogas
Biogas merupakan sumber energy terbarukan yang menggantikan bahan bakar
fosil seperti minyak bumi dan batubara. Tentu saja pengembangan biogas
merupakan peluang yang sangat bagus untuk melakukan penghematan bahan
bakar fosil yang dapat mengurangi emisi gas CO2 sehingga bias dikatakan
biogas merupakan sumber energi. Yang ramah lingkungan. Usaha Peternakan
sapi perah sangat berpotensi besar dalam pengembangan energi alternatif
yakni biogas sebagai salah satu program yang akan diberdayakan pada
masyarakat khususnya peternakan oleh pemerintah. Peternakan mempunyai 2
unit Instalasi biogas, akan tetapi yang dimanfaatkan hanya 1 unit saja karena 1
unit yang lain terletak jauh dari kandang. Sedangkan lokasi instalasi sangat
penting berada di dekat kandang agar efisien dalam proses distribusi kotoran
ternak ke lubang in let. Dan juga mencegah adanya tumpahan limbah feses
yang dapat mencemari lingkungan. Energy biogas mengandung nilai kalori
lebih tinggi dari kayu, arang dan minyak tanah. Dengan biogas juga dapat
menguragi bau kotoran ternak karena proses peng uraian bahan organic yang
berlangsung Biogas yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari hari di kandang seperti memasakdan pencahayaan.
!"#$%&$' )"*"+,-'-,. /-0-+ )",1"#$#--, 23%4-5. 6 7&+3# 89:;

4< Pemanfaatan limbah untuk kompos
Pemanfaatan limbah utuk pembuatan kompos memberikan manfaat yang
sangat menguntungkan bagi pihak peternak maupun lingkungan. Selain
mengurangi dampak pencemaran lingkungan juga dapat bermanfaat dalam
menyuburkan tanah pertanian atau pekebunan bahkan menjadi peluang usaha
tersendiri dari peternak dengan penjualan kompos ke masyarakat dan petani
lainnya.

Berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi limbah peternakan dapat
dikonversi menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa protein sel
tunggal atau etanol. Dari ketiga produk tersebut, konversi limbah menjadi
pupuk organik paling sering dilakukan. Dengan dilakukannya konversi limbah
peternakan menjadi produk yang bermanfaat, maka selain pencemaran
lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah pendapatan bagi
pengusaha peternakan. Selain itu, konversi limbah menjadi pupuk organik
akan sangat berperan dalam pemulihan daya dukung lingkungan, terutama di
bidang pertanian. Apalagi dewasa ini sedang gencar-gencarnya dilakukan
upaya pengembangan pertanian organik yang mensyaratkan penggunaan
pupuk organik alami untuk meningkatkan produksi pertanian. Apabila
penggunaan pupuk organik ini berhasil dikembangkan, maka usaha
peternakan sangat potensial sebagai penghasil pupuk organik dan sekaligus
dapat meningkatkan nilai tambah pendapatan yang tidak sedikit. Selain
sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik, limbah peternakan juga sangat
potensial sebagai bahan baku pembuatan biomassa protein sel tunggal (PST).
PST merupakan biomassa yang memiliki nilai nutrisi tinggi dan sangat
potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak, udang
dan ikan. Demikian juga sebagai bahan bakar, limbah peternakan merupakan
sumberdaya yang sangat potensial. Mekanisme biokonversi limbah peternakan
dapat dilihat pada gambar berikut:

!"#$%&$' )"*"+,-'-,. /-0-+ )",1"#$#--, 23%4-5. 6 7&+3# 89:;














Sistem Pembuangan
Limbah cair dan limbah padat dari kandang sapi dapat dengan mudah
dikendalikan dan dikelola apabila model kandang sapi dibuat sedemikian rupa sehingga
alas kandang langsung diintegrasikan dengan penampung seperti parit ataupun sumur
khusus limbah. Dengan integrasi itu, proses pembersihan kandang dapat dilakukan 1 arah.
Kandang dibuat dengan kemiringan tertentu sehingga limbah-limbah di dalam kandang
mudah dibersihkan dengan cara menyiram dengan air. Hasil siraman yang bercampur
dengan limbah selanjutnya langsung tertampung pada parit maupun sumur tampungan
sehingga dapat langsung dimanfaatkan sebagai biogas maupun kompos. Dengan
demikian, dapat menghemat waktu dan biaya pembersihan kandang serta dapat langsung
memanfaatkan limbah dari kandang sapi tersebut.


!"#$%&$' )"*"+,-'-,. /-0-+ )",1"#$#--, 23%4-5. 6 7&+3# 89:;

DAFTAR PUSTAKA
Kurnani ,B, Ellin H, Yuli A., Eulis T., Wowon J., Sudiarto, 2014, Limbah Peternakan
dan Dampaknya pada Lingkungan, Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung
Rachmawati, 2000, Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam,
WARTAZOA Vol. 9, No. 2, Hal 7380.

Sinuraya, S., 2014, Limbah Peternakan,
http://www.academia.edu/3856593/Limbah_Peternakan, diakses tanggal 29 Maret 2014.
Sudiarto, B., 2008, Pengeloaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang
Berwawasan Lingkungan, Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.
Widyastuti, F.R., Purwanto., Hadianto. 2013. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha
Peternakan Sapi di Kawasan Usahatani Terpadu Bangka Botanical Garden
Pangkalpinang, Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Linngkungan, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai