Anda di halaman 1dari 53

W

MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2012
TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR
DAN ANGKA KREDITNYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA.
Menimbang i a. bahwa dalam rangka pengembangan
karier dan
peningkatan profesionalisme
Pegawai Negeri Sipil yang
menjalankan tugas penilaian
kompetensi manajerial
pada bidang manajemen kepegawaian, perlu
ditetapkan Jabatan Fungsional Assessor Sumber
Daya Manusia Aparatur dan Angka Kreditnya;
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, periu
menetapkan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tentang
Jabatan Fungsional Assessor Sumber Daya Manusia
Aparatur dan Angka Kreditnya;
Undang-Undang Nomor B Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian (Lembaran
Negara Repubiik
Indonesia Tahun I974 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonbsia Nomor 3890);
Mengingat : 1.
2. Peraturan ...
2.
-2-
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian/Pemberhentian
Sementara
pegawai
Negeri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1966 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2797);
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3547), sebagaimana
telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
pegawai
Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5121);
Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 20OO tentang
Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor L94,
Tambahan Lembaran Negara Republik Ind.onesia
Nomor 4015), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 97
Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4332);
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor f 95,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 4016), sebagaimana
telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang
Perubahan atas Peraturan
pemerintah
Nomor 9g
Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 3 i, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4192):
4.
6. Peraturan Pemerintah...
-3-
6. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 196,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4017), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 99
Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OO2 Nomor 32, Tambahan Lembaran Neqara
Republik Indonesia Nomor 4193);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2OOO tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OOO Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4019);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009
li.embaran Negara
Republik indonesia Tahun 2OO9 Nomor 164,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 164);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara
Republik indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
10. Keputusan Presiden Nomor 1O3 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tlrgas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah enam kali diubah
terakhir dengan Peraturan Peresiden Nomor 64
Tahun 2005;
11. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah tujuh
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 52 Tahun 2005:
12. Peraturan Presiden ...
Memperhatikan :
l.2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2OOg tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
peraturan
Presiden Nomor 9 I Tahun 2O I 1;
13. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2O1O tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, T\:gas, Dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara Sebagaimana Telah Diubah
Dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;
14. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang
Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
Pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian
Negara dengan
surat Nomor WK 26-30/V1L9-6193
tanggal L9 April2Ot2;
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
INDONESIA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL
ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR DAN
ANGKA KREDITNYA.
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Da-1am Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia yang dimaksud dengan:
1. Jabatan Fungsional Assessor Sumber Daya Manusia Aparatur yang
selanjutnya disebut Jabatan Fungsional Assessor adalah
jabatan
yang
mempunyai ruang iingkup tugas, tanggung jawab,
dan wewenang
untuk melakukan kegiatan penilaian
kompetensi manajerial;
2. ,{ssessor adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
diberi tugas, tanggung
jawab,
wewenang dan hak secara penuh
oleh pejabat yang
berwenang
untuk melakukan kegiatan penilaian
kompetensi manajerial;
3. Penilaian kompetensi manajerial PNS adalah suatu proses
membandingkan kompetensi yang
dimiliki
pNS
dengan kompetensi
jabatan
yang dipersyaratkan dengan menggunakan metode penilaian
tertentu.
4. Kompetensi manajerial adalah karakteristik yang
mendasari individu
dengan merujuk pada kriteria efektif dan/atau kinerja unggul dalam
iabatan tertentu.
5. Standar ...
6.
R.
12.
13.
14,
1n
11.
-D-
Standar kompetensi manajerial adalah persyaratan
kompetensi
manajerial minimal yang harus dimiliki seorang PNS dalam
melaksanakan tugas
jabatan.
Metode penilaian kompetensi sederhana adalah suatu proses penilaian
kompetensi dengan menggunakan alat ukur paling
kurang wawancara
kompetensi tingkat sederhana, psikotes
dan/atau ditambah dengan
paling kurang 1 (satu) simulasi tingkat sederhana.
Metode penilaian kompetensi sedang adalah suatu proses penilaian
kompetensi dengan menggunakan alat ukur wawancara kompetensi
tingkat sedang, psikotes dan paling kurang 2 (dua) simulasi tingkat
sedang.
Metode penilaian kompetensi kompleks adalah suatu proses penilaian
kompetensi dengan menggunakan alat ukur wawancara kompetensi
tingkat kompleks, psikotes dan paling kurang 3 (tiga) simulasi tingkat
kompleks.
Metode penilaian kompetensi berkelanjutan adalah suatu proses
penilaian kompetensi dengan menggunakan metode selain sederhana,
sedang dan kompleks untuk mengantisipasi metode penilaian yang
akan datang.
Alat ukur adalah alat untuk menguji atau mengukur kualitas,
Psikotes adalah alat ukur yang menggunakan berbagai a,1at tes
psikologi yang sudah terstandard untuk melihat kecenderungan potensi
kecerdasan dan preferensi Assessee yang
dapat dijadikan salah satu
prediksi keberhasilan pegawai
dalam suatu pekerjaan.
Simulasi adalah alat ukur kompetensi dengan menggunakan persoaian
yang menggambarkan situasi dan kondisi yang
secara nyata mungkin
muncul dalam tugas/ pekerjaan sehari-hari.
Wawancara kompetensi adalah penilaian
dengan menggunakan
panduan wawancara terstruktur yang
disusun berdasarkan
persyaratan kompetensi
jabatan
yang akan diduduki.
Kuesioner kompetensi adalah penilaian dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang disusun berdasarkan persyaratan
kompetensi
jabatan
yang
akan diduduki.
Administrator adalah Assessor senior yang
bertanggungiawab/
mengepalai pelaksanaan penilaian kompetensi dengan metode
Assessment Center.
16. Assessee adalah orang yang akan dinilai kompetensinya.
17. Assessor meeting adalah pertemuan antar Assessor dan Administrator
untuk membahas nilai kompetensi Assessee yang
dinilai oleh masing-
masing Assessor untuk diintegrasikan dalam rangka memutuskan hasil
akhir oenilaian.
18. Umpan balik...
-6-
18. Umpan balik adalah kegiatan penyampaian
hasil kompetensi baik
secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (tertulis)
baik
kepada instansi melalui pejabat Pembina kepegawaian atau peserta
penilaian (assessee).
19. Tim Penilai Jabatan Fungsional Assessor adalah tim yang dibentuk
dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit,
yang bertugas menilai prestasi kerja Assessor.
20. Angka kredit adalah satuan nilai dari setiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang
harus dicapai oleh seorang
Assessor dalam rangka pembinaan
karier
jabatan
dan/atau pangkat.
BAB II
RUMPUN JABATAN, KEDUDUKAN, DAN TUGAS POKOK
Pasal 2
Jabatan fungsional Assessor termasuk dalam rumpun manajemen.
Pasal 3
(1) Jabatan Fungsional Assessor berkedudukan sebagai pelaksana
teknis
fungsional di bidang penilaian kompetensi manajerial.
(2) Jabatan Fungsional Assessor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
merupakan
jabatan
karier.
Pasal 4
T\rgas pokok Assessor yaitu melakukan kegiatan penilaian
kompetensi
manajerial, yang meliputi pelaksanaan penilaian,
monitoring dan evaluasi
pelaksanaan penilaian dan pemanfaatan
hasii penilaian, serta
pengembangan metode penilaian.
BAB IIi
INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS INSTANSI PEMBINA
Pasal 5
Instansi pembina Jabatan Fungsional Assessor yaitu
Badan
Kepegawaian Negara.
Instansi pembina sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), mempunyai
tugas pembinaan, antara lain:
a. menJrusun petunjuk teknis pelaksanaan
Jabatan Fungsional
Assesso6
b. menyusun pedoman formasi Jabatan Fungsional Assessor;
c. menetapkan standar kompetensi Jabatan Fungsional Assessor;
d. mengusulkan tunjangan Jabatan Fungsional Assessor;
e. melakukan sosialisasi Jabatan Fungsional Assessor;
(1)
(2)
f. menyusun ...
f. menyusun kurikulum pendidikan
dan pelatihan
fungsional/teknis
fungsional Jabatan Fungsional Assessor;
g. menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan fungsiona-l/ teknis
fungsional Jabatan Fungsional Assessor;
h. mengembangkan sistem informasi Jabatan Fungsional Assessor;
i. memfasiiitasi pelaksanaan
Jabatan Fungsional Assessorl
j.
memfasilitasi pembentukan
organisasi profesi
Jabatan Fungsional
Assessor;
k. memfasilitasi penJrusunan dan penetaFan
etika profesi
dan kode
etik Jabatan Fungsional Assessor;
l. melakukan pembinaan
terhadap Tim Penilai Jabatan Fungsiona_l
Assessor;
m. menyelenggarakan uji kompetensi Jabatan Fungsionai Assessor;
dan
n. melakukan monitoring dan evaluasi Jabatan Fungsional Assessor.
BAB IV
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT
Pasal 6
(1) Jabatan Fungsional Assessor merupakan
jabatan
tingkat ahli.
(2) Jabatan Fungsional Assessor dari yang paling
rendah sampai dengan
yang pa-ling
tinggi, terdiri dari:
a. Jabatan Fungsional Assessor Pertama;
b. Jabatan Fungsional Assessor Muda;
c. Jabatan Fungsional Assessor Madya; dan
d. Jabatan Fungsional Assessor Utama.
(3) Jenjang pangkat Jabatan Fungsional Assessor sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sesuai dengan
jenjang jabatannya,
yaitu:
a. Jabatan Fungsional Assessor Pertama:
Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Jabatan Fungsional Assessor Muda:
1) Penata, golongan ruang III/c; dan
2) Penata Tingkat I, golongan ruang iII/d.
c. Jabatan Fungsional Assessor Madya:
1) Pembina, golongan ruang IV/a;
2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan
3) Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
d. Jabatan ...
-8-
d. Jabatan Fungsional Assessor Utama:
1) Pembina Utama Madya, golongan
ruang lV/d;dan
2) Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
(4) Pangkat dan golongan ruang untuk masing-masing
jenjang
Jabatan
Fungsional Assessor sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditentukan
berdasarkan
jumlah
angka kredit yang
telah ditetapkan;
(5) Penetapan
jenjang
Jabatan Fungsional Assessor untuk pengangkatan
dalam
jabatan
ditetapkan berdasarkan
jumlah
angka kredit yang
dimiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang menetapkan
angka kredit;
(6) Jenjang
jabatan
dan pangkat dapat tidak sesuai dengan
jenjang jabatan
dan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
BAB V
UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN
Pasal 7
Unsur dan sub unsur kegiatan Jabatan Fungsional Assessor yang dinilai
angka kreditnya, terdiri dari:
a. Pendidikan,meliputr:
1. pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/ gelar;
2. pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang penilaian kompetensi
manajerial dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan (ST'IPP) atau sertifikat; dan
3. Pendidikan dan pelatihan prajabatan.
b. Penilaian kompetensi manajerial, meliputi:
1. Perencanaan penilaian;
2. Persiapan bahan untuk mengetahui substansi instansi;
3. Persiapan pembuatan simulasi untuk penilaian;
4. Persiapan bahan untuk penilaian;
5. Pelaksanaan penilaian dengan menggunakan metode sederhana;
6. Pelaksanaan penilaian dengan menggunakan metode sedang;
7. Pelaksanaan penilaian dengan menggunakan metode kompleks dan
8. Memberikan umpan balik.
c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penilaian dan pemanfaatan
hasil
penilaian, meliputi:
1. Monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan hasil penilaian; dan
2. Pengendali mutu.
d. Pengembangan sistem penilaian, meliputi:
1. Pengembangan
psikotes;
2. Pengembangan ...
2. Pengembangan simulasi; dan
3. Penyusunan kebijakan metode dan sistem pengelolaan
database
penilaian kompetensi.
e. Pengembangan profesi Jabatan Fungsionai Assessor, meliputi:
l. Pembuatan karya tulis/ karya ilmiah di bidang penilaian
kompetensi
manajerial;
2. Penerjemahan/ penyaduran
buku dan bahan lainnya di bioang
penilaian kompetensi manajerial; dan
3. Pembuatan buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/ petunjuk
teknis di
bidang penilaian kompetensi manajerial.
f. Kegiatan penunjang
Jabatan Fungsional Assessor, meliputi:
1. Mengajar/melatih/fasilitator di bidang penilaian
kompetensi
manajerial;
2. Peran serta dalam seminar/lokakarya di bidang penilaian
kompetensi
manajeriai;
3. Memberikan konsultasi/ bimbingan di bidang penilaian
kompetensi
manajerial yang
bersifat konsep;
4. Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Assessor;
5. Perolehan penghargaan/
tanda
jasa;
6. Keanggotaan dalam organisasi profesi
Jabatan Fungsional Assessor,.
7. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya.
BAB VI
RINCIAN KEGIATAN DAN UNSUR YANG DINILAI
DALAM PEMBERIAN ANGKA KREDIT
Pasal 8
(1) Rincian kegiatan Jabatan Fungsional Assessor sesuai dengan
jenjang
jabatan,
sebagai berikut:
a. Jabatan Fungsional Assessor Pertama, terdiri atas:
1. Membuat
jadwal
pelaksanaan penilaian;
2. Membuat
jadwal
tugas assessor;
3. Membuat daftar kebutuhan
jumlah
soal dan formulir yang
akan
,J:-,-^l-^-.
qrts,Ll.tra^iall,
4. Mengumpulkan data/dokumentasi/ bahan tentang instansi;
5. Membuat perbandingan
mengenai profil jabatan
sejenis;
6. Menyiapkan bahan pelaksanaan validasi kompetensi dengan
wawancara:
7. Melakukan wawancara/diskusi untuk memvalidasi konsep
kompetensi kepada pemangku
Jabatan Fungsional Umum;
8. Menyebarkan .. .
-10-
8. Menyebarkan kuesioner validasi kompetensi;
9. Mengolah data hasil kuesioner validasi kompetensi;
10. Menentukan matrik simuiasi berdasar kompetensi;
11. Menl'usun tabel daftar riwayat hidup assessee;
12. Menyiapkan alat/bahan psikotes
berdasarkan sasaran penilaian;
13. Menyusun formulir penilaian simulasi;
14. Membuat formulir rekapitulasi penilaian;
15. Membuat kuesioner kompetensi;
16. Menyusun formulir evaluasi penyelenggaraan penilaian
kompetensi sesuai kebutuhan;
17. Mengamati perilaku assessee pada
saat pelaksanaan
Diskusi
yang menggunakan metode sederhana;
18. Mengamati perilaku
assessee pada
saat pelaksanaan
role play
yang menggunakan metode sederhanal
19. Mengamati perilaku assessee pada
saat pelaksanaan
Presentasi
yang menggunakan metode sederhana;
20. Memberikan penilaian atas bukti yang
muncul pada saat
simulasi in tray
lin
basket yang menggunakan metode
sederhana;
21. Memberikan penilaian
atas bukti yang
muncul pada saat
simulasi proposal writing yang menggunakan metode sederhana;
22. Memberikan penilaian
atas bukti yang
muncul pada saat
simulasi diskusi yang menggunakan metode sederhana;
23. Memberikan penilaian atas bukti yang muncul pada saat
simulasi analisis kasus yang menggunakan metode sederhana;
24. Memberikan penilaian atas bukti yang muncul pada
saat
simulasi role play yang menggunakan metode sederhana;
25. Memberikan penilaian
atas bukti yang
muncul pada
saat
simulasi presentasi yang menggunakan metode sederhana;
26. Memberikan penilaian
atas bukti yang
muncul pada saat
simulasi lainnya yang menggunakan metode sederhana;
27. Melakukan wawancara kompetensi dengan menggunakan
metode sederhana;
28. Memberikan penilaian atas bukti perilaku yang muncul pada
saat wawancara kompetensi yang
menggunakan metode
sederhana;
29. Melakukan integrasi data untuk menentukan nilai assessee yang
menggunakan metode sederhana;
30. Melakukan assessor meeting yang menggunakan metode
sederhana;
31. Membuat laporan assessee yang
menggunakan metode
sederhana,
32. Memberikan instruksi psikotes paling kurang 3
jenis
psikotes
yang menggunakan metode sederhana;
33. Memberikan instruksi psikotes antara 4 sampai 6
jenis
psikotes
yang menggunakan metode sederhana;
34. Memberikan ...
- 11-
34. Memberikan instruksi psikotes
di atas 6
jenis
psikotes yang
menggunakan metode sederhana;
35. Mengamati perilaku
assessee pada
saat pelaksanaan psikotes
paling kurang 3
jenis
psikotes yang
menggunakan metode
sederhana;
36. Mengamati perilaku
assessee pada saat pelaksanaan psikotes
antara 4 sampai 6
jenis
psikotes yarrg
menggunakan metode
sederhana;
37. Mengamati perilaku assessee pada saat pelaksanaan psikotes
di
atas 6
jenis psikotes yang menggunakan metode sederhana;
38. Mengolah data pelaksanaan psikotes
assessee paling
kurang 3
jenis psikotes yang menggunakan metode sederhana;
39. Mengolah data pelaksanaan psikotes
assessee antara 4 sampai 6
jenis psikotes yang menggunakan metode sederhana;
40. Mengolah data pelaksanaan psikotes
assessee di atas 6
jenis
psikotes yang menggunakan metode sederhana;
41. Menginterpretasi data psikotes oleh psikolog/psikologi paling
kurang 3
jenis
psikotes yang menggunakan metode sederhana;
42. Menginterpretasi data psikotes
oleh psikolog/psikologi
antara 4
sampai 6
jenis
psikotes yang menggunakan metode sederhana;
43. Menginterpretasi data psikotes oleh psikolog/ psikologi
di atas 6
jenis
psikotes yang menggunakan metode sederhana;
44. Memberikan instruksi psikotes paling kurang 3
jenis
psikotes
yang menggunakan metode sedang;
45. Memberikan instruksi psikotes antara 4 sampai 6
jenis
psikotes
yang menggunakan metode sedang;
46. Memberikan instruksi psikotes di atas 6
jenis
psikotes yang
menggunakan metode sedang;
47. Mengamati perilaku assessee pada saat pelaksanaan psikotes
paling kurang 3
jenis psikotes yang menggunakan metode
sedang;
48. Mengamati perilaku assessee pada
saat pelaksanaan psikotes
antara 4 sampai 6
jenis psikotes yang menggunakan metode
sedang;
49. Mengamati perilaku assessee pada saat pelaksanaan psikotes
diatas 6
jenis
psikotes yang menggunakan metode sedang;
50. Mengolah data pelaksanaan psikotes assessee paling
kurang 3
jenis
psikotes yang menggunakan metode sedang;
51. Mengolah data pelaksanaan psikotes assessee antara 4 sampai 6
jenis psikotes yang menggunakan metode sedang;
52. Mengolah data pelaksanaan psikotes
assessee di atas 6
jenis
psikotes yang menggunakan metode sedang;
53. Menginterpretasi data psikotes oleh psikolog/psikologi paling
kurang 3
jenis
psikotes yang menggunakan metode sedang;
-t2-
54. Menginterpretasi data psikotes
oleh psikolog/psikologi
antara 4
sampai 6
jenis
psikotes yang menggunakan
metode sedang;
55. Menginterpretasi data psikotes
oleh psikolog/ psikologi
di atas 6
jenis
psikotes yang menggunakan metode sedang;
56. Memberikan instruksi psikotes paling
kurang 3
jenis
psikotes
yang menggunakan metode kompleks;
57. Memberikan instruksi psikotes
antara 4 sampai 6
jenis
psikotes
ya-ng menggunakan metode kompleks;
58. Memberikan instruksi psikotes
di atas 6
jenis
psikotes yang
menggunakan metode kompleks;
59. Mengamati perilaku
assessee pada
saat pelaksanaan psikotes
paling kurang 3
jenis
psikotes yang
menggunakan
metode
kompleks;
6O. Mengamati perilaku
assessee pada saat pelaksanaan psikotes
antara 4 sampai 6
jenis
psikotes yang
menggunakan
metode
kompleks;
61. Mengamati perilaku
assessee pada
saat pelaksanaan psikotes
di
atas 6
jenis psikotes yang
menggunakan metode kompleks;
62. Mengolah data pelaksanaan psikotes
assessee paling
kurang S
jenis psikotes yang menggunakan metode kompleks;
63. Mengolah data pelaksanaan psikotes
assessee antara 4 sampai 6
jenis psikotes yang menggunakan metode kompleks;
64. Mengolah data pelaksanaan psikotes
assessee di atas 6
jenis
psikotes yang menggunakan metode kompleks;
65. Menginterpretasi data psikotes
oleh psikolog/psikologi
paling
kurang 3
jenis psikotes yang
menggunakan metode kompleks;
66. Menginterpretasi data psikotes
oleh psikolog/psikologi
antara 4
sampai 6
jenis psikotes yang menggunakan
metode kompleks;
67. Menginterpretasi data psikotes oleh psikolog/psikologi
di atas 6
jenis psikotes ya-ng menggunakan metode kompleks;
68. Memberikan umpan balik kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
dengan membuat slide presentasi;
69. Memberikan umpan balik kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
dengan membuat ringkasan berdasarkan laporan assessee
metode sederhana (per 5 assessee);
70. Memberikan umpan balik secara tertulis kepada assessee yang
dinilai dengan Metode Sederhana (paling
kurang 5 assessee);
71 . Mereview formulir evaluasi setelah pelaksanaan penilaian
kompetensi sesuai kebutuhan (5 assessee);
72. Mengambil data melalui kuesioner daiam rangka evaluasi
pelaksanaan penilaian kompetensi (10 responden);
73. Mengolah data kuesioner (10 responden);
74. Mengolah data wawancara (1 responden);
75. Mengumpulkan bahan referensi; dan
76.Melakukan...
- ]J -
76. Melakukan uji coba psikotes yang
telah dikembangkan kepada
responden.
b. Jabatan Fungsional Assessor Muda, terdiri atas:
1. Menjadi ketua tim pada metode sederhana;
2. Merancang bentuk laporan sesuai permintaan
instansi;
3. Menganalisis peraturan dan data terkait dengan instansi;
4. Menyusun kuesioner validasi kompetensi;
5. Melakukan wawancara/diskusi untuk memvalidasi konsep
kompetensi kepada pemangku jabatan
fungsional tertentu;
6. Melakukan wawancara/ diskusi untuk memvalidasi konsep
kompetensi kepada pemangku jabatan
struktural eselon IV;
7. Mengolah data hasil wawancara validasi;
8. Menganalisis bahan untuk
penJrusunan
simulasi
9 . Menyusun konsep soal simulasi in tray/ in basket sederhana
beserta pedoman penilaiannya;
10. Menyusun konsep soai simulasi proposal writing sederhana
beserta pedoman penilaiannya;
11. Menyusun konsep soal simulasi diskusi sederhana beserta
pedoman penilaiannya;
12. Menyusun konsep soal simulasi analisis kasus sederhana
besertapedoman penilaiannya;
13. Menyusun konsep soal simulasi role play sederhana beserta
pedoman penilaiannya;
14. Menyusun konsep soal simulasi sederhana lainnya beserta
pedoman penilaiannya;
15. Menentukan kompetensi yang
akan digunakan dalam
pelaksanaan penilaian dengan menggunakan metode sederhana;
16. Menentukan simulasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan
penilaian dengan menggunakan metode sederhana;
17. Memimpin
jalannya
assessor meeting sampai dengan
menentukan nilai final dari seorang assessee dalam pelaksanaan
penilaian dengan menggunakan metode sederhana;
18. Mereview laporan setiap assessee secara keseluruhan (per 50
assessee) dalam
pelaksanaan penilaian dengan menggunakan
metode sederhana;
19. Mereview
pengantar laporan dalam pelaksanaan peniiaian
dengan menggunakan metode sederhana;
20. Melakukan ...
-t4-
20. Melakukan presentasi
hasil kepada pembina
instansi
kepegawaian yang melaksakan penilaian
dengan menggunakan
metode sederhana;
21. Memberikan evaluasi terhadap kinerja Assessor setelah
melakukan penilaian kompetensi dengan menggunakan metode
sederhana;
22. Mengamati perilaku
assessee pada saat peiaksanaan
diskusi
dengan menggunakan metode sedang;
23. Mengamati perilaku
assessee pada
saat pelaksanaan
role play
dengan menggunakan metode sedang;
24. Mengamati perilaku
assessee pada
saat pelaksanaan presentasi
dengan menggunakan metode sedang;
25. Memberikan penilaian atas bukti yang muncul pada
saat
simulasi in tray/in basket dengan menggunakan metode
sedang;
26. Memberikan penilaian atas bukti yang
muncul pada
saat
simulasi proposal writing dengan menggunakan metode sedang;
27. Memberikan penilaian atas bukti yang muncul pada
saat
simulasi diskusi dengan menggunakan metode sedang;
28. Memberikan penilaian
atas bukti yang
muncul pada saat
simulasi analisis kasus dengan menggunakan metode sedang;
29, Memberikan penilaian
atas bukti yang muncul pada saat
simulasi role piay dengan menggunakan metode sedang;
30. Memberikan penilaian
atas bukti yang
muncul pada
saat
simulasi presentasi
dengan menggunakan metode sedang;
31. Melakukan wawancara kompetensi pada pelaksanaan penilaian
dengan menggunakan metode sedang;
32. Memberikan penilaian
atas bukti perilaku yang
muncul pada
saat wawancara kompetensi dengan menggunakan metode
sedang;
33. Melakukan integrasi data untuk menentukan nilai assessee
dengan menggunakan metode sedang;
34. Melakukan assessor meeting untuk pelaksanaan penilaian
dengan menggunakan metode sedang;
35. Membuat laporan assessee untuk pelaksanaan penilaian
dengan
menggunakan metode sedang;
36. Memberikan umpan balik kepada pembina kepegawaian instansi
dengan membuat ringkasan berdasarkan laporan assessee
dengan metode sedang (minimal 5 assessee),
37. Memberikan ...
- lD -
37. Memberikan umpan balik secara tertulis kepada assessee yang
dinilai dengan metode sedang (minimal 5 assessee);
38. Memberikan umpan balik secara tertulis kepada assessee yang
dinilai dengan metode kompleks (minimal 1 assessee);
39. Menganalisis gabungan data kuesioner dengan data wawancara
(per-instansi);
40. Mengumpulkan bahan-bahan dalam pembuatan
kebijakan;
41. Mengidentifikasi. kebutuhan psikotes dalam perancangan
dan
pengembangan psikotes;
42. Menyusun kerangka teori dalam perancangan
dan
pengembangan psikotes;
43, Menyusun metodologi dalam perancangan
dan pengembangan
psikotes;
44. Menyusun item-item tes dalam perancangan
dan pengembangan
psikotes;
45. Melakukan validitas tampang dalam perancangan
dan
pengembangan psikotes;
46. Memperbaiki item-item tes pasca
face validity dalam
perancangan dan pengembangan psikotes;
47. Mela-kukan uji validitas dalam perancangan
dan pengembangan
psikotes;
48. Membuat nofina dalam perancangan
dan pengembangan
psikotes;
49. Membuat konsep design simulasi untuk menggali kompetensi
dalam perancangan dan pengembangan
simulasi;
50. Mengumpulkan bahan-bahan untuk penJrusunan
simulasi
dalam perancangan dan pengembangan simulasi;
51. Mengumpulkan model-model simulasi dalam perancangan
dan
pengembangan simulasi;
52. Melakukan validasi kerangka simulasi dalam perancangan
dan
pengembangan simulasi;
53. Memperbaiki kerangka simulasi dalam perancangan
dan
pengembangan simulasi;
54. Menyusun draft simulasi dan instruksi dalam perancangan
dan
pengembangan simulasi;
55. Melakukan uji coba simulasi dalam perancangan
dan
pengembangan simulasi;
56. Memperbaiki draft simulasi dan instruksi dalam perancangan
dan pengembangan simulasi;
57. Memperbaiki...
-16-
57. Memperbaiki formulir penilaian
simulasi berdasarkan hasil uji
coba dalam perancangan
dan pengembangan
simulasi;
58. Membuat panduan yang
baku untuk simulasi dalam
perancangan
dan pengembangan
simulasi;
59. Mengidentifikasi
jenis-jenis
metode yang
ada dalam penyusunan
kebijakan metode penilaian
kompetensi;
60. Studi literatur dalam pen5msunan
kebijakan metode penilaian
kompetensi;
61. Melakukan kajian dalam pen1rusunan
kebijakan metod.e
penilaian
kompetensi; dan
62. Memperbaiki draft kebijakan dalam penyusunan
kebijakan
metode penilaian
kompetensi.
c. Jabatan Fungsional Assessor Madya, terdiri atas:
1. Menjadi ketua tim untuk metode sedang;
2. Melakukan wawancara/diskusi
untuk memvalidasi
konsep
kompetensi kepada pemangku jabatan
struktural eselon III;
3. Menggabungkan data hasil validasi keseluruhan;
4. Menyusun konsep soal simulasi in tray sedang beserta pedoman
penilaiannya;
5. Menyusun konsep soal simulasi proposa-l
writing sedang beserta
pedoman penilaiannya;
6. Menyusun konsep soal simulasi diskusi sedang beserta pedoman
penilaiannya;
7. Menyusun konsep soai simulasi analisis kasus sedang beserta
pedoman penilaiannya;
8. Menyusun konsep soal simulasi role play
sedang beserta
pedoman penilaiannya;
9. Menyusun konsep soal simulasi sedang lainnya beserta
pedoman penilaiannya;
10. Mengoreksi kuesioner kompetensi.
11. Menentukan kompetensi yang
akan digunakan dalam penilaian
kompetensi dengan menggunakan metode sedang;
12. Menentukan simulasi yang akan digunakan dalam penilaian
kompetensi dengan menggunakan
metode sedang;
13. Memimpin
jalannya
assessor meeting sampai dengan
menentukan nilai final dari seorang assessee pad.a pelaksanaan
penilaian kompetensi dengan menggunakan metode sedang;
14. Mereview laporan setiap assessee secara keseluruhan (per 30
assessee) dengan menggunakan metode sedang;
15.Mereview..
.
10.
L7.
-17-
15. Mereview pengantar laporan dengan menggunakan fiietode
sedang;
Melakukan presentasi hasil kepada pembina
instansi
kepegawaian dengan menggunakan metode sedang;
Memberikan evaluasi terhadap kinerja assessor setelah
melakukan penilaian
kompetensi dengan menggunakan metode
sedang;
18. Mengamati perilaku assessee pada
saat pelaksanaan
diskusi
dalam pelaksanaan penilaian
dengan menggunakan metode
kompleks;
19. Mengamati perilaku assessee pada saat pelaksanaan
role play
dalam
pelaksanaan penilaian
dengan menggunakan metode
kompleks;
20. Mengamati perilaku
assessee pada
saat pelaksanaan presentasi
dalam pelaksanaan penilaian
dengan menggunakan metode
kompleks;
21. Memberikan penilaian atas bukti yang muncul pada
saat
simulasi in tray/in basket dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi dengan metode kompleks;
22. Memberikan penilaian
atas bukti yang muncul pada saat
simulasi proposal
writing dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi dengan metode kompleks;
23. Memberikan penilaian
atas bukti yang muncul pada saat
simulasi diskusi dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi
dengan metode kompleks;
24. Memberikan penilaian
atas bukti yang muncul pada saat
simulasi analisis kasus dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi
dengan metode kompleks;
25. Memberikan penilaian atas bukti yang muncul pada
saat
simulasi role play
dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi
dengan metode kompleks;
26. Memberikan penilaian
atas bukti yang
muncul pada saat
simulasi presentasi dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi
dengan metode kompleks;
27. Memberikan penilaian
atas bukti yang muncul pada
saat
simulasi lainnya dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi
dengan metode kompleks;
28. Melakukan wawancara kompetensi dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi dengan metode kompleks;
29. Memberikan penilaian
atas bukti yang
muncul pada
saat
wawancara kompetensi dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi
dengan metode kompleks;
30.Melakukan...
-18-
30. Melakukan integrasi data untuk menentukan nilai assessee
dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi dengan metode
kompleks;
31. Melakukan assessor meeting dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi dengan metode kompleks;
32. Membuat laporan assessee dalam pelaksanaan penilaian
kompetensi dengan metode kompleks;
33. Memberikan umpan balik kepada pejabat pembina kepegawaian
dengan membuat ringkasan berdasarkan iaporan assessee
dengan metode kompleks (minimal 1 assessee);
34. Memberikan umpan balik secara lisan kepada assessee yang
dinilai dengan metode sederhana;
35. Memberikan umpan balik secara lisan kepada assessee yang
dinilai d.engan metode sedang;
36. Melakukan wawancara dalam rangka evaluasi pelaksanaan
penilaian kompetensi (minimal I responden);
37. Membuat rekomendasi kepada unit pengguna
dalam rangka
evaluasi pelaksanaan penilaian kompetensi (per-instansi);
38. Mengendalikan mutu kompetensi dalam penilaian
dengan
metode sederhana:
39. Mengendalikan mutu simulasi dalam penilaian
dengan metode
sederhana;
40. Mengendaiikan mutu laporan dalam penilaian
dengan metode
sederhana;
41. Membuat rancangan pengembangan psikotes
dalam
perancangan dan pengembangan psikotes;
42. Menetapkan psikotes dalam perancangan
dan pengembangan
psikotes;
43. Mengidentifikasi kebutuhan simulasi untuk menggali
kompetensi dalam perancangan
dan pengembangan
simulasi;
44. Membuat kerangka simulasi dalam perancangan
dan
pengembangan simulasi;
45. Menetapkan simulasi dalam perancangan
dan pengembangan
simulasi;
46. Melakukan studi banding dalam rangka penJrusunan
kebijakan
metode penilaian kompetensi;
47. Melakukan vaiidasi kerangka kajian daiam rangka penJrusunan
kebjjakan metode penilaian
kompetensi;
48. Melakukan validasi draft kebijakan dalam rangka penyusunan
kebijakan metode penilaian kompetensi; dan
49.Meiakukan...
- 19-
49. Melakukan sosialisasi kebijakan dalam rangka penrusunan
kebijakan metode penilaian kompetensi.
d. Jabatan Fungsional Assessor Utama, terdiri atas:
1. Menjadi ketua tim pada metode kompleks;
2. Melakukan wawancara substansi kepada pihak
instansi
pengguna;
3. Menentukan target validator;
4. Menetapkan kuesioner validasi kompetensi;
5. Melakukan wawancara/
diskusi untuk memvalidasi
konsep
kompetensi kepada pemangku jabatan
struktural eselon II;
6. Melakukan wawancara/diskusi
untuk memvalidasi konsep
kompetensi kepada pemangku jabatan
struktural eselon I;
7. Mereview model kompetensi
jabatan;
8. Menyusun konsep soal simulasi in tray/in basket kompleks
beserta pedoman penilaiannya;
9. Menyusun konsep soal simulasi proposai
writing kompleks
beserta pedoman penilaiannya;
10. MenJrusun konsep soal simulasi diskusi kompleks beserta
pedoman penilaian;
11. Menyusun konsep soal simulasi analisis kasus kompleks beserta
pedoman penilaiannya;
12. Menyusun konsep soal simulasi role play
kompleks beserta
pedoman penilaiannya;
13. Menyusun konsep soal simulasi kompleks lainnya beserta
.
pedomanpenilaiannya;
14. Menetapkan konsep soal simulasi;
15. Memberikan pengarahan
kepada assessor (sebelum
melakukan
penilaian);
16. Menentukan kompetensi yang
akan digunakan pada
pelaksanaan penilaian dengan menggunakan
metode kompleks;
17. Menentukan simulasi yang akan digunakan pada pelaksanaan
penilaian dengan menggunakan metode kompleks;
18. Memimpin
jalannya
assessor meeting sampai dengan
menentukan nilai final dari seorang assessee pada pelaksanaan
penilaian
dengan menggunakan metode kompieks;
19. Mereview laporan setiap assessee secara keseluruhan (per
6
assessee) pada pelaksanaan penilaian
dengan menggunakan
metode kompleks;
20. Mereview ...
-20-
20. Mereview pengantar
laporan pada pelal{sanaan penilaian
dengan
menggunakan metode kompleks;
2 1 . Melakukan presentasi hasil kepada pembina
instansi
kepegawaian pada pelaksanaan penilaian dengan menggunakan
metode kompleks;
22. Memberikan evaluasi terhadap kinerja assessor setelah
melakukan penilaian kompetensi pada pelaksanaan penilaian
dengan menggunakan metode kompleks;
23. Memberikan umpan balik secara lisan kepada assessee yang
dinilai dengan metode kompleks;
24. Membuat kebijakan berdasarkan hasil monitoring evaluasi
konsep kebijakan monitoring evaluasi;
25. Membuat kebijakan berdasarkan hasil monitoring evaiuasi
validasi konsep kebijakan monitoring evaluasi;
26. Membuat kebijakan berdasarkan hasil monitoring evaluasi
kebij akan monitoring eva-luasi;
27. Mengendalikan mutu kompetensi dengan menggunakan metode
sedang;
28. Mengendalikan mutu kompetensi dengan menggunakan metode
kompleks;
29. Mengendalikan mutu simulasi dengan menggunakan
metode
sedang;
30. Mengendalikan mutu simulasi dengan menggunakan metode
kompleks;
31. Mengendaiikan mutu laporan dengan menggunakan metode
sedang;
32. Mengendalikan mutu laporan dengan menggunakan metode
kompleks;
33. Memberikan bimbingan terhadap Assessor;
34. Membuat kerangka kajian pada penrusunan
kebijakan metode
penilaian
kompetensi;
35, Menyusun draft kebijakan pada penyusunan
kebijakan metode
penilaian kompetensi;
36. Menetapkan kebijakan pada penyusunan
kebijakan metode
penilaian kompetensi; dan
37. Menyusun kebijakan sistem pengelolaan
database hasil
Denilaian.
(2) Assessor ...
(2)
(3)
Assessor yang melaksanakan kegiatan sebagaimana yang
dimaksud
pada ayat (1) diberikan nilai angka kredit sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pendayagunaar Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini.
Assessor yang melaksanakan kegiatan pengembangan profesi
dan
penunjang tugas Assessor diberikan nilai angka kredit sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri
pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini.
Pasal 9
Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Assessor yang sesuai dengan
jenjang jabatannya
untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1), maka:
a. Assessor lain yang berada di atas atau satu tingkat di bawah
jenjang
jabatannya
dapat melakukan kegiatan tersebut berdasarkan penugasan
secara tertulis dari pimpinan
unit kerja yang
bersangkutan.
b. Apabila tidak terdapat Assessor iain yang
dapat melaksanakan
kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (a), dapat mengikutsertakan
Assessor
dari instansi lain yang sesuai berdasarkarl penugasan
secara tertulis
dari pimpinan
unit kerja yang
bersangkutan,
Pasal 10
Penilaian angka kredit sebagaimana dimaksud dalam
pasal
9, ditetapkan
dengan ketentuan:
a. Assessor yang melaksanakan tugas assessor satu tingkat di atas
jenjang jabatannya,
angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar
gOyo
{delapan
puluh persen)
dari angka kredit setiap butir kegiatan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
peraturan
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia ini; atau
b. Assessor yang melaksanakan tugas assessor di bawah
jenjang
jabatannya,
angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar l00yo
(seratus persen) dari setiap butir kegiatan, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini.
Pasal 11
(1) Unsur kegiatan yang
dinilai dalam pemberian
angka kredit, terdiri dari:
a. Unsur utama; dan
b. Unsur penunjang.
(2) Unsur...
(2)
Unsur Utama terdiri dari:
a. Pendidikan;
b. Penilaian kompetensi manajerial dan potensi
PNS;
c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penilaian
dan pemanfaatan
hasil penilaian;
d. Pengembangan metode penilaian; dan
e. Pengembanganprofesi.
(3) Unsur penunjang merupakan kegiatan yang mendukung pelaksanaan
tugas pokok Jabatan Fungsional Assessor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf f.
(4) Rincian kegiatan Assessor dan angka kredit masing-masing unsur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini.
Pasal 12
(1) Jumlah angka kredit kumulatif paling rendah yang
harus dipenuhi oleh
setiap PNS untuk dapat diangkat dalam
jabatan
dan kenaikan
jabatan/
pangkat assessor, untuk:
a. Assessor dengan pendidikan
Sarjana (S1),
sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini;
b. Assessor dengan pendidikan
Magister (S2),
sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini;
c. Assessor dengan pendidikan
Doktor (S3),
sebagaimana tercantum
dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini.
(2) Jumlah angka kredit kumulatif paling rendah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. paling rendah 80% (delapan puluh persen)
angka kredit berasal dari
unsur utama, tidak termasuk unsur pendidikan
formal; dan
b. paling tinggi 2Oo/o (dua puluh persen)
angka kredit berasal dari
unsur penunjang.
Pasai 13
(1) Assessor Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan
ruang III/b
yang akan naik
jenjang jabatan/pangkat
menjadi Assessor Muda,
pangkat
Penata, golongan ruang III/c, angka kredit yang
disyaratkan
paling sedikit 2 (dua) dari unsur pengembangan profesi.
(2) Assessor. ..
-23-
(2) Assessor Muda, pangkat Penata, golongan ruang IIi/c yang
akan naik
pangkat menjadi Penata Tingkat I, golongan
ruang III/d, angka kredit
yang disyaratkan paling sedikit 4 (empat) dari unsur pengembangan
profesi.
(3) Assessor Muda, pangkat
Penata Tingkat I, golongan
ruang III/d yang
akan naik
jenjang jabatan/pangkat
menjadi Assessor Madya, pangkat
Pembina, golongan
ruang IV/a, angka kredit yang
disyaratkan paling
sedikit 6 (enam) dari unsur pengembangan profesi.
(4) Assessor Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a yang akan naik
pangkat
menjadi Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV,i b, angka kredit
yang disyaratkan 8 (delapan) dari unsur pengembangan profesi.
(5) Assessor Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV/b yang
akan naik pangkat menjadi Pembina Utama Muda, golongan
ruang IV/c,
angka kredit yang
disyaratkan 10 (sepuluh)
dari unsur pengembangan
profesi.
(6) .Assessor Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c
yang
akan naik
jabatan/pangkat
menjadi Assessor Utama pangkat
Pembina Utama Madya, golongan
ruang IV/d, angka kredit yang
disyaratkan 12 (dua belas) dari unsur pengembangan profesi.
(7) Assessor Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan
ruang IV/d,
yang
akan naik pangkat menjadi Pembina Utama, golongan
ruang IV/e
angka kredit yang disyaratkan 14 (empat
belas) dari unsur
pengembangan profesi.
Pasal 14
(1) Assessor yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit yang
ditentukan untuk kenaikan
jabatan/pangkat
setingkat lebih tinggi,
kelebihan angka kredit tersebut diperhitungkan untuk kenaikan
pangkat
berikutnya.
(2) Assessor pada tahun pertama yang telah memenuhi atau melebihi
angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat
dalam masa
pangkat yang didudukinya, pada tahun kedua wajib mengumpulkan
paling sedikit 20% (dua puluh persen)
angka kredit dari
jumlah
angka
kredit yang disyaratkan untuk kenaikan
jabatan
atau pangkat
setingkat
lebih tinggi yang
berasal dari kegiatan tugas pokok
dan pengembangan
profesi.
Pasal 15
Assessor Utama, pangkat Pembina Utama, golongan
ruang IV/e, setiap
tahun sejak menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan paling
sedikit 25
(dua puluh lima) angka kredit dari tugas pokok
dan pengembangan profesi.
Pasal 16...
24-
Pasal 16
(1) Assessor yang secara bersama-sama memluat karya tuiis ilmiah di
bidang penilaian kompetensi manajerial diberikan angka kredit dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis, pembagian
angka
kreditnya sebesar 60% (enam puluh persen)
bagi penulis
utama dan
4O% (empat puluh persen) untuk penulis pembantu;
b. apabila terdiri dari 3 (tiga)
orang penulis, pembagian
angka
kreditnya sebesar 50% (lima puluh persen)
bagi penulis
utama dan
masing-masing 25o/o (dua puluh
lima persen)
untuk penulis
pembantu; dan
c. apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis, pembagian
angka
kreditnya sebesar 40% (empat puluh persen)
bagi penulis
utama dan
masing-masing 2oo/o (dua puiuh persen)
untuk penulis pembantu.
(2) Jumlah penulis pembantu
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pating
banyak 3 (tiga) orang.
BAB VII
PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
Pasal 17
Untuk kelancaran pelaksanaan penilaian dan penetapan
angka kredit,
setiap Assessor wajib mencatat dan menginventarisasi
seluruh kegiatan
yang dilakukan dan mengusulkan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit
(DUPAK).
Setiap Assessor mengusulkan secara hirarkhi DUPAK sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1), diusulkan kepada pejabat yang
berwenang
paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
Assessor yang dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya, penilaian
dan penetapan angka kredit dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum periode
kenaikan pangkat PNS ditetapkan.
BAB VIII
PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT,
TIM PENILAI DAN PDJABAT YANG MENGUSULKAN
PENETAPAN ANGKA KREDIT
Bagian Kesatu
Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
Pasal 1B
Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit:
a. Kepala Badan Kepegawaian Negara atau pejabat
eselon I yang ditunjuk
yang
membidangi penilaian
kompetensi manajerial bagi Assessor
Madya, pangkat
Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV/b sampai dengan
Assessor Utama pangkat Pembina Utama, golongan
ruang IV/e di
lingkungan Badan Kepegawaian Negara, di instansi lainnya di luar
Badan Kepegawaian Negara.
(1)
(2)
(3)
b. Sekretaris...
-zJ
b. Sekretaris Utama Badan Kepegawaian Negara atau pejabat
eselon II
yang ditunjuk yang membidangi penilaian
kompetensi manajerial bagi
Assessor Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan
ruang IIi/b
sampai dengan Assessor Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a
di lingkungan Badan Kepegawaian Negara.
c. Pimpinan Instansi atau pejabat eselon II yang
ditunjuk yang
membidangi penilaian kompetensi manajerial bagi Assessor
pertama,
pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b sampai dengan
Assessor Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a di lingkungan
instansi masing-masing.
d. Sekretaris Daerah Provinsi atau pej abat eselon II yang
ditunjuk yang
membidangi penilaian
kompetensi manajerial bogi Assessor Pertama,
pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan
ruang III/b sampai dengan
Assessor Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a di lingkungan
Provinsi.
e. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat
eselon II yang ditunjuk
yang membidangi penilaian kompetensi manajerial bagi Assessor
Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan
ruang IIi/b sampai
dengan Assessor Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a di
lingkungan Kabupaten/ Kota.
Bagian Kedua
Tim Penilai
Pasal 19
Dalam menjalankan kewenangannya, pejabat
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18, dibantu oleh:
a. Tim Penilai Assessor bagi Kepala Badan Kepegawaian Negara atau
pejabat eselon I yang ditunjuk yang membidangi penilaian
kompetensi
manajerial, yang selanjutnya disebut Tim Penilai Pusat;
b. Tim Penilai Assessor bagi Sekretaris Utama Badan Kepegawaian Negara
atau pejabat eselon II yang ditunjuk yang
membidangi penilaian
kompetensi manajerial, yang selanjutnya disebut Tim Penilai Unit Kerja
c. Tim Penilai Assessor bagi Pimpinan Instansi atau pejabat
eselon II yang
ditunjuk yang membidangi penilaian
kompetensi manajerial, yang
selanjutnya di sebut Tim Penilai Instansi;
d. Tim Penilai Assessor bagi Sekretaris Daerah Provinsi atau pejabat
eselon
Ii yang ditunjuk yang membidangi penilaian
kompetensi manajerial,
yang selanjutnya disebut Tim Penilai Provinsi; dan
e. Tim ...
(1)
(21
zo-
Tim Penilai Assessor bagi Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau
pejabat eselon II yang ditunjuk yang membidangi penilaian
kompetensi
manajerial, yang selanjutnya disebut Tim Penilai Kabupaten/ Kota.
Pasal 20
Tim Penilai
jabatan
fungsional Assessor terdiri dari unsur teknis yang
membidangi penilaian kompetensi manajerial, unsur kepegawaian, dan
pej
abat fungsional Assessor,
Susunan keanggotaan Tim Penilai Jabatan Fungsiona-l Assessori sebagai
berikut:
a. seorang Ketua merangkap anggota dari unsur teknis yang
membidangi penilaian kompetensi manajerial;
b. seorang Wakil Ketua merangkap anggota;
c. seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
d. anggota paling sedikit 4 (empat) orang.
Sekretaris Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c
harus berasal dari unsur kepegawaian
Anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d,
paling sedikit 2 (dua) orang dari pejabat fungsional Assessor.
Syarat untuk menjadi Anggota Tim Penilai Assessor, yaitu:
a. menduduki
j
abatan
/
pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat jabatan
fungsional Assessoryang dinilai;
b. memiliki keahiian serta mampu untuk menilai prestasi
kerja
jabatan
fungsional Assessor,' dan
c. dapat meiakukan penilaian.
Apabila
jumlah
Anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak dapat dipenuhi dari pejabat
fungsional Assessor, dapat
diangkat dari PNS lain yang
memiliki kompetensi untuk menilai prestasi
keda .Assessor.
Apabila
Jabatan
Instansi
Pusat.
Apabiia
Jabatan
Provinsi
Pusat.
Pasal 2 1
Tim Penilai Instansi belum terbentuk, penilaian
angka kredit
Fungsional Assessor dapat dimintakan kepada Tim
penilai
lain yang terdekat atau Tim Penilai Unit Kerja atau Tim
penilai
Tim Penilai Provinsi belum terbentuk, penilaian
angka kredit
Fungsional Assessor dapat dimintakan kepada Tim
penilai
Iain yang
terdekat, Tim Penilai Unit Kerja atau Tim
penilai
(3)
(4)
(s)
(6)
(1)
(2)
(3) Apabila ...
-27 -
(3) Apabila Tim Penilai Kabupaten/Kota belum terbentuk, penilaian angka
kredit
jabatan
fungsional Assessor dapat dimintakan kepada Tim Penilai
Kabupaten/Kota lain terdekat, Provinsi lain yang
terdekat, Tim Penilai
Unit Kerj a atau Tim Penilai Pusat.
(4) Pembentukan dan susunan anggota Tim Penilai ditetapkan oleh:
a. Kepala Badan Kepegawaian Negara atau pejabat
eselon I yang
ditunjuk yang membidangi penilaian kompetensi manajerial, untuk
Tim Penilai Pusat.
b. Sekretaris Utama Badan Kepegawaian Negara atau pejabat eselon II
yang ditunjuk yang membidangi penilaian kompetensi manajerial,
untuk Tim Penilai Unit Ke{a.
c. Pimpinan Instansi atau pejabat
eselon II yang
ditunjuk yang
membidangi penilaian kompetensi manajerial, untuk Tim Penilai
Instansi.
d. Sekretaris Daerah Provinsi atau
pejabat
eselon II yang ditunjuk yang
membidangi penilaian kompetensi manajerial, untuk Tim Penilai
Provinsi.
e. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat eselon II yang
ditunjuk yang membidangi penilaian kompetensi manajerial, untuk
Tim Penilai Kabupaten/ Kota.
Pasal 22
Masa
jabatan
anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Assessor selama
3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa
jabatan
berikutnya.
PNS yang telah menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional
Assessor dalam 2 (dua) periode masa
jabatan
secara berturut-turut,
dapat diangkat kembali setelah melampaui masa tenggang waktu 1
(satu) masa
jabatan.
(3) Dalam hal terdapat anggota Tim Penilai yang
ikut dinilai, ketua Tim
Penilai dapat mengangkat anggota Tim Penilai pengganti.
Pasal 23
Tata kerja Tim Penilai dan tata. cara penilaian prestasi
kerja Assessor diatur
oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara selaku pimpinan instansi pembina
Jabatan Fungsional Assessor.
(1)
(21
Bagian Ketiga...
-24-
Bagian Ketiga
Pejabat Yang Mengusulkan Penetapan Angka Kredit
Pasal,24
Usul penetapan angka kredit Jabatan Fungsional Assessor diajukan oleh:
a. Sekretaris Jenderal Kementerian Negara, Sekretaris Utama Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, Sekretaris Daerah Provinsi, Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
atau pejabat eselon I yang ditunjuk yang membidangi penilaian
kompetensi manajerial untuk angka kredit Assessor Madya, pangkat
Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b sampai dengan .Assessor Utama
pangkat Pembina Utama,
golongan
ruang IV/e di lingkungan Badan
Kepegawaian Negara dan di instansi lainnya di luar Badan Kepegawaian
Negara;
b. Pejabat eselon II yang membidangi kepegawaian di Badan Kepegawaian
Negara kepada Sekretaris Utama Badan Kepegawaian Negara atau
pejabat eselon II yang ditunjuk yang membidangi penilaian kompetensi
manajerial, bagi Assessor Pertama, pangkat Penata Muda, golongan
ruang III/a sampai dengan Assessor Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a di lingkungan Badan Kepegawaian Negara;
c. Pejabat eselon II yang membidangi kepegawaian kepada Pimpinan
Instansi atau pejabat eselon II yang ditunjuk yang membidangi penilaian
kompetensi manajerial bagi Assessor Pertama, pangkat
Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Assessor Madya, pangkat
Pembina,
golongan ruang IV/a di lingkungan instansi pusat
di luar Badan
Kepegawaian Negara;
d. Pejabat eselon II yang membidangi kepegawaian kepada Sekretaris
Daerah Provinsi atau pejabat eselon II yang
ditunjuk yang
membidangi
penilaian kompetensi manajerial bagi Assessor Pertama, pangkat Penata
Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Assessor Madya, pangkat
Pembina, golongan ruang IV/a di lingkungan Provinsi.
e. Pejabat eselon II yang membidangi kepegawaian kepada Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat eselon II yang ditunjuk yang
membidangi penilaian kompetensi manajerial bagi Assessor Pertama,
pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Assessor
Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IY
la
di lingkungan
Kabupaten/ Kota.
Pasal 25
(1) Angka kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang menetapkan
angka kredit, digunakan untuk mempertimbangkan pengangkatan
dalam
jabatan
atau kenaikan
jabatan/pangkat
Jabatan Fungsional
Assessor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(2) Keputusan ...
-29-
(2) Keputusan pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit tidak
dapat diajukan keberatan oleh Assessor yang bersangkutan.
BAB IX
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
Pasal 26
Pejabat yang berwenang mengangkat PNS dalam Jabatan Fungsional
Assessor adalah pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
PasaI2T
(1) PNS yang diangkat untuk pertama kali dalam Jabatan Fungsional
Assessor harus memenuhi syarat:
a. berijazah paling rendah Sarjana (S1) di bidang Psikologi dan bidang
ilmu lainnya yang berada pada rumpun bidang
.ilmu
humaniora
(Iimu bahasa, Pendidikan, Sejarah, Ilmu hukum, Filsafat,
Antropologi, Manajemen Sumber Daya Manusia dan llmu-ilmu sosial
yang bersifat humanistik) yang ditetapkan oleh Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan
pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara;
b. pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat i, golongan
ruang III/b;
c. telah mengikuti diklat dan lu1us uji kompetensi fungsional Assesso4
dan
d. nilai prestasi kerja, paling sedikit bernilai baik dalam 1
(satu)
tahun
terakhir.
PNS yang diangkat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) angka
kreditnya ditetapkan paling kurang 150 (seratus
lima puluh),
Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud pada
ayat (2)
ditetapkan
pada unsur utama, terdiri dari pendidikan
dan tugas pokok.
Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah
pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi dari Calon PNS.
Pasal 28
Pengangkatan PNS dari
jabatan
lain ke dalam Jabatan Fungsional
Assessor dapat dipertimbangkan dengan ketentuan:
a. Memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1);
b. Mengikuti proses
seleksi dan dinyatakan memenuhi persyaratan
kompetensi sebagai Assesso4
c. Bagi yang memiliki latar belakang pendidikan
lintas kualifikasi
pendidikan yang ditetapkan sebelumnya akan ditetapkan oleh
Menteri Pendayagunaa:n Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
dengan pertimbangan irrstansi Pembina;
(21
(3)
(4)
(i)
d.usia...
-JU.
d. usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun; dan
e. tersedianya formasi untuk
jabatan
fungsional Assessor,
(2) Pangkat yang ditetapkan bagi PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sama dengan pangkat yang
dimilikinya, dan
jenjang jabatan
ditetapkan sesuai dengan
jumlah
angka kredit yang
ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit;
(3) Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dari unsur utama dan unsur penunjang.
BAB X
KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT
Pasal 29
(1) Assessor dapat dinaikan
jabatan,
apabila memenuhi syarat:
a. mencapai angka kredit yang disyaratkan;
b. memiliki masa kerja I (satu) tahun dalam
jabatan;
c. nilai prestasi keda paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun
terakhir.
d. telah lulus uji kompeteresi; dan
e. masih tersedia formasi.
(2) Assessor dapat dinaikan pangkat,
apabila memenuhi syarat:
a. mencapai angka kredit yang disyaratkan;
b. memiliki masa kerja paling
sedikit 2 (dua) tahun dalam pangkat;
dan
c. nilai prestasi kerja paling
kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun
terakhir.
d. syarat lain yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan..
(3) Assessor yang akan naik
jabatan
diikuti dengan kenaikan pangkat,
kenaikan
jabatan
ditetapkan sebelum kenaikan pangkat.
BAB XI
DIKLAT DAN UJI KOMPETENSI
Pasal 30
(1) Calon Assessor yang akan diangkat menjadi Assessor harus mengikuti
dan lulus diklat, mengikuti pemagangan
dan mendapatkan sertihkasi
melalui uji kompetensi.
(2) Assessor yang akan naik
jenjang jabatan
setingkat lebih tinggi harus
.mengikuti
diklat penjenjangan,
dan mendapatkan sertifikasi melalui uji
kompetensi;
(3) Pedoman diklat, pemagangan
dan uji kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh Kepala Badan
Kepegawaian Negara selerJ<u pimpinan
instansi pembina jabatan
fungsional Assessor.
BAB XII .,.
-31 -
BAB XII
FORMASI
Pasal 3 1
Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
pasal
27,
pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Assessor dilaksanakan sesuai
dengan
jumlah
kebutuhan lowongan
jabatan
yang ditetapkan dalam formasi
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengangkatan PNS pada
instansi pemerintah pusat
dalam Jabatan
Fungsional Assessor dilaksanakan sesuai dengan
jumlah
kebutuhan
lowongan
jabatan
yang ditetapkan dalam formasi Assessor yang
ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia setelah mendapat
pertimbangan tertulis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara;
b. Pengangkatan PNS pada
instansi pemerintah
daerah dalam Jabatan
Fungsional Assessor dilaksanakan sesuai dengan
jumlah
kebutuhan
lowongan
jabatan
yang ditetapkan dalam formasi ,{ssessor yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-masing setelah mendapat
persetujuan
tertulis dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia setelah mendapat
pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara.
Pasal 32
(1) Penetapan formasi Assessor didasarkan pada indikator, antara lain:
a. besamya beban penilaian
kompetensi manajerial yang
akan
dilakukan instansi:
Pengangkatan, promosi, rotasi dalam dan dari
jabatan;
Pengembangan sumber daya manusia aparatur; dan
Database kompetensi pegawai.
(2) Formasi Jabatan Fungsional Assessor sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1), diatur sebagai berikut:
Formasi Jabatan FurLgsional Assessor di lingkungan Badan
Kepegawaian Negara paling banyak 110 (seratus
sepuluh);
Formasi Jabatan Fungsional Assessor di lingkungan instansi pusat
di luar Badan Kepegawaian Negara paling
banyak 50 (tima puluh);
Formasi Jabatan Fungsional Assessor di lingkungan
provinsi
paling
banyak 30 (tiga puluh);
dan
d. Formasi Jabatan Fungsional Assessor di
Kabupaten/Kota paling banyak 10 (sepuluh).
lingkungan
(3) Formasi Jabatan Fungsional Assessor sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) didasarkan pada analisis
jabatan
dan penghitungan
beban kerja.
b.
c.
d.
b.
c.
BAB XIII ...
(1)
(21
(r,
(1)
-32
BAB XIII
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN
PEMBERFIENTIAN DARI JABATAN
Bagian Kesatu
.
Pembebasan Sementara
Pasal 33
Pejabat Fungsional Assessor Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b sampai dengan ,{ssessor Utama, pangkat Pembina
Utama Madya, golongan ruang IV/d, dibebaskan sementara dari
jabatannya,
apabila dalam
jangka
waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat
dalam
jabatan/pangkat
terakhir tidak dapat mengumpulkan angka
kredit untuk kenaikan
jabatan/pangkat
setingkat lebih tinggi.
Pejabat Fungsional Assessor Utama, pangkat Pembina Utama, golongan
ruang IV/e, dibebaskan sementara dari
j
abatannya apabila setiap tahun
sejak menduduki
jabatan/pangkat
terakhir tidak dapat mengumpulkan
paling sedikit 25 (dua puluh lima) angka kredit dari tugas pokok
da_n
pengembangan profesi.
Disamping pembebasan sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1), dan ayat (2\, Pejabat Fungsional Assessor dibebaskan sementara
dari
jabatannya
apabila:
a. diberhentikan sementara sebagai PNS;
b. ditugaskan secara penuh
di luar Jabatan Fungsional Assessor;
c. menjalani cuti di luar tanggungan negaral atau
d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam)
bulan.
Bagian Kedua
Pengangkatan Kembali
Pasal 34
Pejabat fungsional Assessor yang telah selesai menjalani pembebasan
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dan ayat (21
diangkat kembali dalam .Jabatan Fungsional Assessor apabila telah
dapat mengumpulkan angka kredit yang
diwajibkan.
Pejabat fungsional Assessor yang dibebaskan sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf a, dapat diangkat kembali
dalam
jabatan
fungsional Assessor apabila berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap
dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi pidana percobaan.
(2)
(3) Pejabat ...
/e\
(4)
(s)
- .).f -
Pejabat fungsional Assessor yang
dibebaskan
sementara
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf b, dapat diangkat kembali ke
dalam Jabatan Fungsional Assessor
apabila berusia paling
tinggi 54
(lima puluh
empat) tahun.
Pejabat fungsional
Assessor yang
telah seresai menjalani pembebasan
sementara sebagaimana
dimaksud daram
pasa,r
33 ayat (3)
huruf c,
dapat diangkat kembali ke dalam Jabatan fungsional
Assessor,
apabila
telah diaktifkan kembali sebagai
pNS.
Pejabat Fungsional Assessor yang
telah selesai menjalani pembebasan
sementara sebagaimana
dimaksud dalam
pasal
3g ayat (3) huruf d,
diangkat kembali ke dalam Jabatan Fungsional
Assessor,
apabila telah
selesai menjalani tugas belajar.
(6) Pengangkatan
kembali dalam Jabatan Fungsional
Assessor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan menggunakan
angka kredit terakhir
yang
dimilikinya dan dapat ditambah
angka kredit
dari tugas pokok
Assessor yang diperoleh selama pembebasan
semenrara.
(7) Pengangkatan kembali dalam Jabatan F\rngsional
Assessor sebagaimana
dimaksud pada
ayat (2) sampai dengan ayat (S)
dengan menggunakan
angka kredit terakhir yang
dimilikinya dan dapat ditambah
angka kredit
dari pengembangan
profesi Assessor yang
diperoreh
serama pembebasan
sementara.
Bagian Ketiga
Pemberhentian
dari Jabatan
Pasal 35
Pejabat fungsional Assessor diberhentikan
dari
jabatannya,
apabila:
a. dalam
jangka
waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan
sementara
dari
jabatannya
sebagaimana
dimaksud dalam
pasar
33 ayat (i), tidak dapat
mengumpulkan
angka kredit yang
disyaratkan
untuk kenaikan
jabatan/pangkat
setingkat lebih tinggi; atau
b. daiam
jangka
waktu 1 (satu)
tahun sejak dibebaskan
sementara
dari
jabatannya
sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal
33 ayat (2),
tidak dapat
mengumpulkan
angka kredit yang
disyaratkan.
c' Assessor diberhentikan
dari
jabatannya,
apabila dijatuhi
hukuman
disiplin tingkat berat dan telah mempunyai
kekuatan
hukum yang
tetap,
kecuali hukuman disiplin penurunan
pangkat
dan penurunan jabatan.
Pasal 36 ...
(1)
(21
-34-
Pasal 36
Pembebasan
sementara,
penga:ngkatan kembali, dan
pemberhentian dari
Jabatan Fungsional Assessor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal
34, dan Pasal 35 ditetapkan
oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB XIV
PENURUNAN JABATAN
Pasal 37
Assessor
yang dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa
pemindahan daiam rangka
penurunan
jabatan
setingkat lebih rendah,
melaksanakan tugas sesuai dengan
jenjang jabatan yang baru.
Penilaian
prestasi kerja dalam masa hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1), dinilai sesuai dengan
jabatan yang baru.
BAB XIV
I/VPASSI]VGIPENYESUAIAN
DALAM JABATAN DAN ANGKA KREDIT
Pasal 38
Pada saat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi ini ditetapkan, PNS yang melaksanakan tugas di
bidang
penilaian kompetensi manajerial berdasarkan keputusan
pejabat
yang berwenang dapat diinpassing
lpenyesuaian
ke dalam Jabatan
Fungsional Assessor.
Inpassing
lpenyesuaian
ke dalam Jabatan Fungsional Assessor
sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) dilakukan dengan ketentuan:
a. berijazah
paling rendah Sarjana (S1);
b. pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b;
c. memiliki masa kerja di bidang
penilaian kompetensi manaj erial
paling kurang 1 (satu) tahun,
yang dibuktikan dengan surat
penugasan; dan
d. nilai prestasi kerja atau
pelaksanaan pekerjaan paling sedikit
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Angka kredit kumulatif untuk inpassing/
penyesuaian dalam Jabatan
Fungsional Assessor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini;
Untuk menjamin
perolehan angka kredit bagi PNS yang inpassing
/
penyesuaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)' dalam melaksanakan
inpassinglpenyesuaian
perlu mempertimbangkan formasi Jabatan
Fungsional Assessor.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)PNS ...
35-
(5) PNS yang akan diinpassing
/
disesuarkan dalam Jabatan Fungsional
Assessor teriebih dahulu harus mendapatkan rekomendasi dari Kepala
Badan Kepegawaian Negara selaku pimpinan instansi pembina
Jabatan
Fungsional Assessor.
(6) Masa berlaku inpassinglpenyesuaian paling lama 2 (dua) tahun sejak
Peraturan ini ditetapkan.
BAB XV
PENUTUP
Pasal 38
Ketentuan pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini diatur lebih lanjut oleh
Kepala Badan Kepegawaian Negara.
Pasal 39
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinl'a, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Dite tapkan di Jakarta
-^-r^
*^--^^1
17 Jult2OI2
PaLra.
Lo.r r55a
MENTER]
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AZWAR ABUBAKAR
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 31 Agustus 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 876
Salinan sesuai dengan aslinya
N PAN DAN RB
Hukum dan Humas,
t
,
I
ti
z
{
t-
(!
a
?
a
6
a
d
a
(t)
d
6
d
o
E
6
I
!1
E
;
6
R
0.
E
6
v
ih
3
d!F
EU
<l
|o
\o N N
'4
f-
o
C.t \o
.i
v,
{
E
I
|,, l.
a) 6
s
F
tA E
0.
6
P
'@
It
.g
-E
f
6 a
!!
'd
&
t
2
a
E
E
'.)
F
a
E
e
a
H
tr
a)
.g
C\
a
E
a
a
-9
,6
l3
l*=
to. F
th ts
l!
>
lE'6
tv d
t>d
o\
!!
a a
!!
F
!n
-d
o
E
s
ib
q
!
il
E
L
E
!2
'F
6
I
6
:
t!
l,r1
ta
t>
6
d
!r1
s
E
a
F
E
E
ool
EI
ts
t.-
| .j{
t>
a
d
d
(\
o
E
tr
a
ts
3F
d>
a-_
? EF
E$E
E.J 6E
F.2 *!
lS+li
iETiE
E HE! e
d6>d;
s
E'F
d
o
a
z
N

pq
z
I
2
E<
EE
4E
EEI
38fi
FF4g
;H3t
-EEEEgIIE
al
=
a
E
th
o
q
d
{
7
a
v
I
{
?
F
e
tt
4
2
a
a
t1
I
z
2
u
z
*
2
a,
ts
(
d
3
E
6
(!
d
B
d
E
6
.J
D
=
a
!
3
8

3
fr
E I
9
a
!
x
=
!!
iJ
3
d

E
a
IE
2d
<g
F
o
d
c
\o
ci
(\
c{
q
N
o d
I
tn
u
?
.D
(
!q
d
t
E
g
s
q
E
s
P
9'
s s J il s s
E
(
!q
o
d
E
!t
5
a
e
<t
E
a
$t
d
c
2
F
x
x
F
AI
t
g
6
s
g)
a
l!
t;
t!!
tp
lq
l6
tin
l=
6
s
q

tq
l.o
IF
It
It
l:
!!
t*
t3
ta
IE
IE
t6
l>
'o
&
tq
t>
E
B
ii
'c
l:
to
t!!
t:
lc
t>
st
!q
o.I
xl
ol
'ol
t cl
qi
?"
>6
;6
3E
'5
I
ql
tsl
Eb
li
j
t; E
t(! E
tB
g
lE o
t:i
'al
al
el
=l
E>
E6
av
t>6
llfl
ld d
I} E
lE ,r
t:
-9
ElI
R;
FH
ad
;6
Bg
!2
E!
'67
s!x
l!! E
IB E
t!!
l= _v
'6
B
c
99
ta d
tlE
t6 tr
IB E
ta I
lE c
lJ!
td o
t:i
'd
ro
g
E
to
F
E
B
q
d
'6,
{
!!
|{
'6
z
F
.9
9a
l.o
t3
IF
t:
tg
t8
t>
Ir!
l.o
IO
t>
a
it
!q
l.o
IE
t?
t:
t9
l:
t:
t5
ta
t5
?d
t*i
IE
l5
,;
16 !2
lE 3
lgo
tE
.-
'ts
(
E
3
xl
ql
dt
ol
'al
!!
E
p
to
tac
t8 s
t!
-9
t6 I
lC i
t: \
.:I
(!l
o
E
Eo
av
t6J
t;i
(!
lC d
l>\
N
N
EI
ol
El'
EI
ql
n9
E!
i-a
91 A
!q
6C
o
$l
o lcr
vl
O'r
vl
z
:{
x
E
2
o
X
o
F
a ;
d
'il
E
D
6
8
v,
x
3
r!
2
a
6
8
I
(!
x
n
3
a
5
d
x
6
I
E
B
JF
(,9I
ea
\D
O1
o
q
ct
@ c.l
ol
d o
c\
a
2
F
o
ro
a
6
a
8
U)
I
a
v)
3
ol <n v)
'd
a
E
a
E
a
,E
q)
ut
4>
ti
8
F
.c
e
E

!!
z
F
F
{
E
d
oP
x!
tsep
dE
LE
>d
o
rJ
a
;F
>d
(
YF
VF
;5
>d
!!
sq
E
E
'6.
c$
dd
;3 26
t\
E
I
E
6
Uti
:9
a
!
6A
E?
>
d
?b0
:;<
56
>:
E
E
!
ou
6t4
Aa
bP
>i
H
t
I
>E
!
E
d
E
>E
I
5*
:E
d
x3
6a3
9!
da
>ti
E
;b4
.vF
>th
E
u,
r!
a
Fd
6n
>it
F
ts
!!
I
E
3
i'
'q

U
!
g
E
q
t>
s
E
c\ c) rJ)
o
F
g)
(!'
E
0-
v
N
z,
a
s
{
E
z
o
{
E
F
6
d
a
8
6
B
a
f
6
t
P
E
d
I
d
a.
6
E
E
3
B
B
a
E
I
!!
I
R
E
8
3
a
E
r!
R
ao
a
E
&
I
(!
6
I
q
F
8
r!
I
6
8
<g
6E
AU
{l
a
o -i
o
a
N al
r.1
!2
e
P
o
o
(s
oy
:9,
d
J
I
E
b
"3
'd
s
a
&
'ts
&
s
&
q
e
al q
J
q
'E

I
.l
q
S
5
.q
6
P
a
F.
x
lr
t
a
E
,6
't
F
E
,43
tt
:-V
d
I
3
'E
e
'a
a
ii
'd
3
6
.E
a
its
.E
3
'c
E
cq
>d
6
E
(
!q
'd
6F
>r:
!{
E
9q
g3
9ir
:d
'6
ii
>o
it
E
'6
a6
'F
,h
d:
>a
'c
>E
'd
!q
'E
!!
E9?
>d
(n
3
F
d
>J
8
B
B
E
E
8
Iq
z
E
'd
.E
3
E
&
t?
F
H
g
d
i
E
it
F
I
7
!q
-E
\o
9.?
,c
!t
s
I
6.9
#a
6.E
;-
EI
d l,;
c-
a
F
o
AB
F3
-8=
c6
d>
o
H
v,
2
N
A
z
a
I
{
E
z
.a
ts
ts
F
R
n
t
a
E
t
6
g
6
P
6
v t
E
ti
I
a
E
3 d
8
E
E
E
!
E E
il
!
16
v
I
I
:
I E
E
<E
('o
zg
ct a- o
ct
c
o
F. N
o
o
c!
c,t F
(\
o
c.l
FI
z
k
Q
ID
3
.t
'a
I
!i
!q
E E
!!
E
!{
q
!(
a
s
E
s
g
E
\
H
(!
e
3
s
s
2
t
x
F
E
{i
g
6
6.^
3K
>;l
\ol
6l
o. l
ril
6
t-.
t9,
t6
19 o
te-g
l9o
|>.!L
:l
;l
9I
EI
v)l
d
!q
>a
\Ol
FI
q
'a
tx
t-
ts
lo;
t> a
c?
\o
!{
t
.c
3
'6
P
!a
!q
!,J
ibr
.E!
t> d
I
I
gl
B
!!
PE
zt
q
s
E
lv 11
td 6
t> d:
tg
Ie
I:
lSp
ts
ta
F,
a
F
a
t
!{
*
E
!(
n
6
E
9lo
'i8
ta n
l,i I
lx
6
It,i
lo F
I:E
3
u
d
8
!?
t^
t2
t!!
la.
I;
Iu
ld
l:
F
g
E
t:
tq
l9r
tq
l;
lg
t6
t:
I
-I
9t
9
ld X
ta.!
t>;
E
u)
b!l
'zl
.2 1
-l
ttAa
t8d
l3*
iJ 6
I'F >
lo.(!
tE i
t> E
ql
$l
al
ql
&1
12 a'
t-!
t#
>
to c
l:(!
t> E
{
ii
i,t tr
ii!
;>
q-
t:5
txd
t>';
E
i
lii
IA
t!! tr
tq 6
t2d
tl
6l
-l
l
al
sl
gl
t9
ljl !a
lr! tr
ldF
tfi 3
tc o
t6 P
t> 6
1..
t. lri t,; l"b
rrj l.;
a
FF
!E
E.E
'66
-b:
H*
3S
d>
q)
lN
vl
z,
2
F
2
&
F
d
6 3 3
3
rc
(!
E
6
lJ
it
E
E
E
i
q.
E
3i
(!
E
3
3
3
(
0.
B
$i
E
3
6
a
I
E
E
o.
8
gE
(,tn
ac
<v
N N
.<
N
;
ot F c\ F.
o
ol
6
-i
F'
\o @
'.1
c1
a
F
th
to
J
d
q
E
s
d
q
.s
d
q
E
J J J
g
.t
9i
!q !!
E
!\ !q
(
E
3
3
x
g
x
tr
E
+
it
'tr
a
2'6
t6
!
q
2'6
x
'd
9p.
>'d
x
.E
(
i
q9
2d
x
'd
q*
E.t
se
B
B
a
(
F'
>!
a
E
F
:
F
6
g
9?
a
E
,a
d
a
'tr
\o
'6
ij
ix
6.Y
od
st
F
R
:
id
;!
ie.
>;B
@
(
I
3
a,
>.!l
.E
>L
@
a
a
H
>;i
\o
q
it
9?
'6
E
'd6
s;
>ti:
!?
d
'd
d'
;l
-<
>d
E
a
9*
sb
>d
<\
a
E
I
p
a
('
/
a
2
N
a
2
I
E
x
{
z
ttl
rl
F
:
g,
E
il
E
6
d
i
6
8
I
1!
E
:
d
8
F
6
3
6
t
ts
8
o
I
d
E
g
d
8
gE
(,!I
a&
<!
cl1
;
a
o
o
ro \o
q
a
01 c'\ ol
ah
E
F
@
|l'
s J
d
s
I
t
6
3
0r
F
.o
J
d d
'a
2
F
X
tr
F
t
E
'i
(1\
9t
:
d
a
EB
tA 9)
tn6
db!
AF
>E
E
B
!?
B
d
s
B
'a
F
E
9
E
d
6
!.t
x
d
!.1
83.
3
ba
a

t
x
a
E
E
6
>d
'6
i{
Y,
'd
92
>d
a
26
E
F
'd
!
(!E
H}
q9
>d
E
E
E
!!
E
8a
>d
E!'
26
c,2
_q<
>6
d
PE
=d
2
Tq
e8
.vtr.
2d
d
.E
d
9*
-e
='d
'6
Ll
!!
U
F
B
t
:
$
ts
E
E
H
6
*
FA
5V
(
B
ts
!l
E
6
d
!!
2
6
F
d
z
att
FE
ets
d>
o
c
q
z
cl
o
z
2
F
2
a
{
F
d
t
6
8
a
0-
3
R
E
I
E
o.
I
d
i6
E E
6
R
E E
6
6
i
E
I
q.
n
B
f
R
5
E
3 E
R
n
8
6
(
I
I
R
8
<E
(,e
en
-i
o
-i
F
o o
o
o
o
N
q
-i
<\
ol
J
o
s
e
o
to
J
E
I
t
8
I
E
.l
t
a
E
q
9
g
s J
g
6
g
'Eb
a
a
I
x
FI
rt
a
t*
tii
lr
I.lJ
t-
IE
t>
!1
\o
a
F
g
6
\o
b!l
ql
o. l
6l
2l
3l
ol
fl
t3 F
l9o
lE uo
In0!
tE!
t>.9
FI
al
iil
9t
(!l
l4 l
ix
d
E
9.a
Lb!or
t> il
(ol
il
,-l
ol
(!I
(0t
EI
ii
la,
l^,
td o.
l>.g
FI
oal
I
d
6
l{
e
t> E
.gl
\O'
I
'6
1
gl
EI
El
3l
o
:
I.E
t:
t> a
\o
v
9.t
;x
!!
g
!t
'a
E
E'
:
I
6
\o
ts
!
H
g
6
91
'&
d
@
!q
t
E
3
tx
t!
lE
l9
t:
E
6
l50
Lja
lq
t;
t:

!q
E
Fl
{,t I
:t
!l
EI
'!
ts u
tufi
ld I
lc o!
to o
td
ta
16.d
l:.E
3
E
st
f,
t:
t6
lo
tq
ta
t!!
t;
t9
t>
ta
t:
I;
tq
lq
IF
| 9.)
t>
EI
'al
BI
!.) |
ql
'al
t(!
| 9.)
t(!
Ll{
Ili
t>
.E
I
!
t:.*
I:: E
t: B.
'6
B
.E
!,)
.E
:
t6
t;
I!
t!
IE
t>
a
I
E
i;
"j
F
l-.j
t.
t- a t, l,;
o
tq
t^
c,l
FI
ltl I
Elo
Ell
vrl
E
FI
B
l"
vl
^l z1
2
t
n
a
4'
!
{
F
:
3 g
B
f
ib
a
o.
E 8
3
g.
6
E
d
3
R
6
8
c
a
8
6
E
3
c
d
R
3i
(!
R
6
8F
za
\o
cl c.l
o
@
ol
o
o
co c\ o
FI
4)
{
a
F
E
att
a E
b
s
a
J s
?
E
ii
i,
i:
J
I
!!
E
!!
E
E
2
d
z
z
tr
{
x
I
v
'E
E
rc9
.Fo
>
i]
'd.
5;
d
9
t,
3
a5
.*>
=
x
3
a
a
fi>
5
x
1'
?z
:*
E
I
t
F
'E'
:3
t?
6
:tx
d6
d6
d>
EUn
li6
fin
t:
:*
*a
59
t*
FE
6;
t>
nh
5
a6
B9
EQ
2A
(
ts
:L
d
!q
F
u
F;
Fe
s_9
'6
E
:
rJ
g
(!
U
E
B
?
i;
0
;
z
t{
E
6
>.s
E
g
c
b
5
9{
9l
(
!
c\ @ F
H
tr
o
A
E
o
&
irh
'rg
z
-t)
iJ F.
:3.
(t)
F
N
S
-tr-a v
!oR:
5
g
B E E,
i-l*i !a
s 9i;8 E 3
A
z
2
F
x
E
a
il
F
d
d
d
8
s
f
p
a
6
8
6 8
3
d
R
5
3
a
a
5
6
8
3
I
!!
d
6
8
u
6
3
z
6
io
x
il
3
rJ
=
I
6
E
8
g
!d
d
E
g
3
<E
xa
qa
ec
<E
o o
A
(\
@ e,l
ci
F
6
\o
<\
o
ro
at
z
FI
art
tt
I
I
?
a a
J
!q
t
!!
E
!
v E
g
t
ql
!(
!
E
!l
I
-E
!l
z
F
x
a
!.1
E
!.1
!
ia
(1)
a
d
q)
2
a
HD
o-
a
.5
e
:
A.
v,
8
(tt
:
g
3
a
F
v
E
9?
E
: :
'r'1
u
'd
I
:
!.?
t?

g
6
.J
.:l
J
e
:
!?
s
6
!l
!9-
ad
E9
d'o
bg
>g
g
I
7
=
c...
C'{
ol
2
g|
o
J
&
& &
(/)
E
ca o
(n
2
ct
3;
z
E
I
q
.Y
z
dt
M
to
L
F
!
6
E
!
E
z
I
!
6
!
I
a
E
u
E
3
3
3
E
8
!
3 i6
R
E
R
5
3
=
I
a
!
3
it
!
I
E
3
8
5
I
th
ig
\o
(\
F.
F'
o c;
o\
o
F
a.,
\o
I
o l.-
(t
9
o
I
ta
{
A
{
F
o
!!
q
i:
s
J
! tr
E
j
!c
E
J
!{
g
fl
g
s
R
3
!!
c!
'a
g
s
.t)
2
*
tr
E
!{
6
!,
z
F
<t
!
'3
r(
E
d

:
tr
a
*E
6X
E.!
ba
'f
:_9
7
i:

6
'3
F
la
(r')
!
!q
2
U
!!.
!.i
>6.
t2
(
.F
.'a
s;,
I
d
({
u
l3
d
s
=
-e
!
!
!
I
E
I
d
{)
q
g
>_v
F o\ N F. o
a
z
to
ts
!c
>
*H E
:t F
t.9E
o
2
(\|
2
z
FI
{
n
ts
a
a
F
bll
,
(t
b0
d
a)
t4
o a
b0 0p
U)
b!
U)
t4
(!
U)
(!
6
!0
P
bn
'a
at)
b!
(!
6 a
-qt-9
<E
9!r
=& {!
V)
c{
!o t-- ol
or
F.
(t
!t
o
{
z
F
a
lo
u
-g
o
(
a r0 ra
2
F
e
X
t
2.4
i9
Ei
J.;
>-v
q
9?
R';
!!
{
6
.YA
.g .*
!!
a)E
Jdb
>.9
q
>a
X6;
r6H
>.v
E
I
E
'o6
3
d
!
d
(
E
E
o(!
dbt
t8.
o
d
E
a
o
o5
d-
'6t
9U
Fq
.9
AH
'6E
?H
6>
&3
>
Ffr
dol
inF
!dq
5;I
:?
llF:
:fi;
9q
i .r{
>c.
I
I
d

!2
!
a
n
E
!?
:it
n6
F
a
E
a
c! \o 6l
2
at,
('
s5
6
*a
nca
Jq'E
E=d
ii
,i
!1
dE-v
-!)
g
dF
6
a
4'
z
N
E6
.i
z
N
2
:(
E
z
aa
F
!)
.P
'a
q)
a
'a
A
a
.?
'a
ar') a
F
q)
'a
!n
E
a
a
a
(D (D
b!
E
a a
F
'F
a
<E
XF
E&
<l
ol
ol
4,1
2
F
v,
ut
86
J
o;
fi
f
i
E
E
E E
a
s
a a
E
3
(
a
6
3 U)
i
F
d
F
-a
F
p!
F6
ff
s
ts
E
2
F
E
g
F
d
d
i
9E
>_v
\?
,
.i'
SF
>E
(!
d.
!q
E
')
^{)
F
,F
E
x
&
ii
F
z
E
E
B
f
g
d
n
3
E
E
!l
E
B
u
z
E
E
E
i;
E
a)
s
FN
g
v
a
E
o
g
s
'c
p!
E
z J
(
s
c
ii
e
N
a
!1
6
a
o
'Ea
d
a
6t
o
2
o
.9a
*E
.jt6
IP
!E'
hi
sb
&;E
<n'9
'a>6
5g_v
r<
;n.9
10 cl
dE
r
6.b
F M.A
Rtrd
is {
!=E
:r .!l x
n6
(
a,j
6<
.JE
!l
6r
'6;
d3 >.q
.!'?
EJ
o
th
2
N
2
o
< tr]
&z
<o
az
z/
dL
FCo
<5
<rq
?s
EX
g&
3E d
?a
g
ES $
rE;a
ffts /
FE
4z B
EE S
(!
d
E
2
z
(!
5
7
z
F
(rl
I
A
a
a
F
'e
<g
TO
zd,
<l
i
u1.
{
2
F
q)
s
2
I
3
a
E
d
F
rio
E
E
E_
:9
i-9
o
2
o,
a
\^ E
i
q:
d{,/E
Ede
z
o|
z
r4
7U,
efr
u{
<i
D<
UR
ZY
zz
Yi:
9a
\Fi
24
<q
tr<
tr
E
4
E
F
P
4..
o
ro
\o
v,
E
c.l
x
F
o
c.l
E
c.,l
t\
E
f.i
a
frl
a
F
71
a
Irl
N
&
a
2

F
E !!
*=E
FA'
2)
c
:"o
AP"*
c.r F O.
U
3
rb
i;
z:^
'E
za
ddt
rt)
z
j
E
I
ct
.h
<e
uz
fR
Irl Z
'!-.
EE
FO
{D
<E
e3
EX
:in
ttr &
ar
dg I
=E*d EXiH
|'Y. ?
=z
B
:x u
Itl
2
g<
i t,
aa
q4
fXe
<zo
?xii
{ia
E83E
YXFIF
;ES5
;<;6?
E'i,6 *
rdtro:
:xE*fi8r
fiH:EEER
,EgEigll
zs6.:
av'n,
S5*249,-4, i
EtasHe6H
s
tsdzt=222
sHEraEeE
I3
2<
,.1 <
oD
<e,
EE3
=3i En=
=<z
<;E
tr<z
EXf
?xfi
RzE
H*E
e.;
E
gEB
o<<
z:.,
<(5?
EIB
lrJ=
EE6
;a<
5rr
,=
KF
.-
F
d
7e,
z9
E{
<tt
!<
trz
E9
{ crl
2Z
Y2
2<
<tr
F<
z
2
.'
E
(..
l/)
).
E
o
F
l,>
E
o
8
('l
E
H
Ijl
U1
I
7
Ul
N
!l
6
N o
4)
2
< 5i
=
i:
.:
u)
7<
F
6
e
6"0
E
gE
zh^
<i"
z>.
z d6
a ;9
tr
i;u
a
z
E
2
s
u)
<91
xz
<o
laz
2r
v}d
Fr0
<F
<14
q!a
e3
EX
YE
sao d
2r
;
t
=2
A
EXE:
rE-?
trr( e
42 B
if; r
I
v
E<
ai
ka
4=
fEq
<zo
1tfr)
<il,
Z6Ad
tb<tr
ifrrI
4=7ry
23Ei
ss
i85#ER!
cut'>=2)
EE:IEEE
i;F.Er,1 < !,.
;iEEggt-
EEllglsgTB
u{
i3E
E>?
E<Y
>kn
.- roi
F*E
lzE
532
E=<
5<O
vrfi
Elo
Paa
BE8
;?IJ
ICFiJ
9S{
<u,
Eli
!x;
5F(J
\-z
XP
Dlr
EZ
r)
F
(r)
td
2E
zy)
E<
<,t
p{
g,a
29
<@
(){J
zv
3E
9z
E<
<E
F<
<"l
z
4
E
F.
o
r/)
u)
x
{
(\
f.
c,t
ll)
ID
C.l
E
(\
cl
F
z
ttl
a
s
o
ol
vl
o
a
ia
E.VE
HA-
a
z<
p
,ta
c
rrb
H"o 2
.J;
F
NFO.
3
?
Zo,
{tr
E>,
a
z
p
rl
E
2
d
a
< rrl
EZ
<o
ta2
z-
gE
FO
{t
<a
e3
<g
EX
6E
<;
l: a
dg !
FErd
EX!:
aE a
Fc t
=1
B
EA I
3
E
u
E<
ktr
c=
ftq
<zo
!TH
Zl!ti.t
Pc<q
ifi:i
a==1
EfEEEEli,ir
=iQ
. aAF
F<=
!:E
H<Z
EHg
I5e
=Efu
Hzx
EAN
;ifl
o<{
Z}(r
<o<
trZZ
?fe
Erii
?:2
Xlrr
?z
ts
r<
dl
CJ
'o
z
o-
(!
d
c
'o
lf
<a
xz
<o
Qz
zr
dE
F!o
<5
<a
z9
<-
SU
a7
oq
SA d
2=
d1 I
fiErd
to:l*
rE a
4z E
iE u
d
E
2
:<
a-
ql
e,7
<o
<zo
e/R
aaa*
R?<5
v:rF
tEsS
AroYi
AS!l"4
N
E!Xss5"r
E9EEEC'6
F!zE!zN
EAi:EFi
-_=f>*Fr..c(
a=4; <<-- 9
<-O.-!.xtr.ll
EEsEE:gE il
<e<!:D<o< ,
rrAeFo)eZ?.
a
2
a
2
Ia
gz
F<
<F
l<
>s
l=
*'{
o<
<;
ria
,Jt
Zg.
<2
z
.t)
td
),
z
F
z
E
,1.
E
a
7
l!
9A
Pz
atz
3*
E-

Anda mungkin juga menyukai