Anda di halaman 1dari 4

Senin, 18 Juli 2011 pukul 09.11.

00
MP3EI, Mimpi atau Cita-Cita?

Oleh Anggito Abimanyu

Pemerintah baru saja meluncurkan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang diharapkan bisa mengundang investasi senilai Rp 4.000 triliun
dalam waktu empat tahun ke depan. Apakah ini merupakan sebuat mimpi belaka atau cita-cita
yang realistis?

Program-program dengan kumpulan megaproyek semacam ini sudah sering diluncurkan,
misalnya, Perpres No 67 Tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha dalam
Pembangunan InIrastruktur. Untuk mendukung hal itu dibentuklah Komite Pelaksana Program
Percepatan Pembangunan InIrastruktur dengan pola kemitraan dengan swasta tersebut juga
dituangkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2005.

Masalah pertanahan yang menjadi salah satu penghambat pembangunan inIrastruktur juga dibuat
kebijakan nasional. Kebijakan tanah semula diatur melalui Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005
kemudian direvisi menjadi Perpres No 65 Tahun 2006 tentang Penyediaan Tanah bagi Fasilitas
Umum. Dan, pemerintah merencanakan untuk meningkatkannya menjadikan undang-undang
yang memiliki kekuatan hukum. Dalam skala yang lebih kecil, sudah banyak program serupa,
antara lain, jalan 10 ribu km Trans-Jawa, Trans-Sumatera, Trans-Kalimantan, Trans-Sulawesi,
proyek 10 ribu MW listrik tahap pertama dan tahap kedua, dan proyek monorel Jakarta.
Hasilnya, semuanya terlambat dan terhambat.

Belum tuntas pelaksanaan Perpres Percepatan Pembangunan InIrastruktur tahun 2005, Presiden
meluncurkan lagi supermega proyek serupa yang sangat ambisius. Bedanya, jika Perpres 67
Tahun 2005 pendekatannya adalah dengan perbaikan kebijakan /ebottlenecking (pengilangan
hambatan), MP3EI berisi daItar proyek dan kegiatan dengan sejumlah masalah dan kebijakan di
masing-masing proyek tersebut.

Penyusunan MP3EI yang diluncurkan oleh Presiden (27/5/2011) merupakan roa/2ap kebijakan
ekonomi SBY dalam jangka panjang hingga 2045. Kita menjadi ingat cita-cita luhur ini mirip
seperti upaya mantan presiden Habibie di masa lalu, tetapi kandas ketika ganti pemerintahan.
Bukan itu saja, megaproyeknya diobrak-abrik dan hingga kini IPTN, Pindad, PAL menjadi
beban negara dan ribuan para tenaga ahlinya bersebaran bekerja di luar Indonesia. Sungguh suatu
pemborosan investasi yang sia-sia. Kita tentu tidak ingin proyek MP3EI seperti nasib
megaproyek Habibie.

Indonesia 3.47547,90/
Perubahan pola pikir paling mendasar dalam MP3EI adalah pemahaman bahwa pembangunan
ekonomi membutuhkan kolaborasi bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN,
BUMD, dan swasta (dalam semangat Indonesia incorporate/. Semangat Indonesia
incoporporate/ juga pernah digagas pada zaman Orde Baru.

Perlu dipahami juga kemampuan pemerintah melalui ABPN dan APBD dalam pembiayaan
pembangunan sangat terbatas. Di sisi lain, semakin maju perekonomian suatu negara, semakin
kecil pula proporsi anggaran pemerintah dalam pembangunan ekonomi. Dinamika ekonomi
suatu negara pada akhirnya akan bergantung pada dunia usaha yang mencakup BUMN, BUMD,
serta swasta domestik dan asing.

Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan
Indonesia sebagai negara maju pada 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara
14.250 dolar AS hingga 15.500 dolar AS dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara
4,0 triliun dolar AS hingga 4,5 triliun dolar AS.

Untuk mewujudkan hal itu diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4-7,5 persen pada
periode 2011-2014 dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025. Pertumbuhan ekonomi
tersebut akan dibarengi oleh penurunan inIlasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011-2014
menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inIlasi seperti itu mencerminkan
karakteristik negara maju.

Sayangnya target ini terlalu muluk-muluk. Perhitungan saya, jika kita bekeinginan mencapai
pendapatan per kapita sekitar 15 ribu dolar AS pada 2025, diperlukan rata-rata per tahun
pertumbuhan per kapita 11 persen. Dengan asumsi pertumbuhan penduduk konstan 1,2 persen
per tahun, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi sekitar 12 persen per tahun. Sungguh suatu target
yang tidak realistis. Hitungan saya adalah dengan kebijakan percepatan, pendapatan per kapita
Indonesia pada 2025 adalah 9 ribu dolar AS atau naik tiga kali lipat dari sekarang dengan inIlasi
3 persen.

Yang berbeda dengan sebelumnya adalah langkah-langkah konkret dalam implementasi. Menko
Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan peluncuran MP3EI ditandai dengan dimulainya proyek-
proyek groun/breaking yang pencanangannya akan dipusatkan pada empat lokasi, yaitu Sei
Mangke Sumatra Utara, Cilegon, Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), dan Timika Papua
dengan pembangunan 17 proyek besar.

"Yang penting bukan seberapa bagus dokumen dibuat, melainkan seberapa besar kemampuan
kita untuk mengimplementasikan di 6 koridor di seluruh Tanah Air. Akan dilakukan juga
peresmian pada 4 lokasi: Timika, Cilegon, Simangke, Lombok dan dengan jumlah proyek yang
akan diresmikan 17 proyek, mewakili proyek berikutnya," ujarnya dalam Acara Peluncurun
MP3EI di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (27/5/2011).

Investasi dan implementasi
Dalam program MP3EI ini, pemerintah berharap bisa mengundang investasi senilai Rp 4.000
triliun selama 2011-2014. Dari sisi BUMN, mereka menargetkan sebanyak 6,6 juta lapangan
kerja bisa tersedot dari target investasi BUMN selama 2011-2014. Total nilai investasi (capex)
selama periode itu akan mencapai Rp 835,6 triliun sesuai MP3EI.

Sementara itu, kalangan pengusaha di dalam negeri sudah siap mendukung seluruh proyek
percepatan dan perluasan pembangunan dan berkomitmen untuk menggelontorkan dana investasi
sebesar 100-150 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.350 triliun. Khusus untuk tahun ini, BUMN
siap berinvestasi Rp 133 triliun.

Angka investasi Rp 4.000 triliun adalah investasi selama kurun waktu empat tahun ke depan atau
setiap tahunnya rata-rata Rp 1.000 triliun. Proyeksi investasi tersebut hanya berkisar 15 persen
dari PDB nasional, jauh di bawah rasio investasi tahun-tahun sebelumnya.

Menurut data BPS, volume PDB Indonesia tahun 2010 mencapai Rp 6.422 triliun atas dasar
harga berlaku. Jumlah ini setara dengan 700 miliar dolar AS. Menurut Kepala BPS Rusman
Hariawan, PDB tersebut sebagian besar digunakan oleh konsumsi rumah tangga sebesar Rp
3.642 triliun, konsumsi pemerintah Rp 581 triliun, pembentukan modal tetap bruto atau investasi
Iisik sebesar Rp 2.065 triliun atau sebesar 32 persen, ekspor Rp 1.580 triliun, dan dikurangi
dengan impor sebesar Rp 1.475 triliun.

Dalam laporannya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, peluncuran MP3EI
didasarkan pada arahan Presiden SBY yang menginginkan dan menekankan pentingnya
percepatan dan perluasan ekonomi di Tanah Air. "Presiden menekankan dua hal, yaitu
pentingnya mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi di Tanah Air secara
berkesinambungan dan perlunya menghilangkan hambatan pembangunan (de-bottlenecking)
yang dapat mengganggu kepastian berusaha," ujar Hatta menjelaskan.

Belum jelas juga kedudukan MP3EI dengan dokumen perencanaan yang selama ini ada, yakni
Rencana Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 yang diluncurkan tahun lalu. Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan,
peluncuran MP3EI tidak dimaksudkan untuk mengganti rencana pembangunan yang telah ada,
tetapi akan berintegrasi dengan dokumen yang ada.

Presiden SBY dalam sambutan peluncurannya mengatakan, dengan dimulainya pelaksanaan
pembangunan 17 proyek tertentu di enam koridor merupakan bukti bahwa MP3EI bukanlah
omongan di atas kertas. "Tetapi, adalah bukti dan implementasi percepatan dan perluasan
pembangunan yang tentu saja akan mencapai tujuan dan sasaran pembangunan," ujar SBY.

Selain itu, percepatan dan perluasan ekonomi nasional perlu dilakukan agar ekonomi nasional
tumbuh kuat di seluruh Tanah Air. "Dengan itu, insya Allah kita dapat mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan kesejahteraan," SBY menjelaskan.

Apa pun, sebuah perencanaan harus matang dan cermat. Dokumen MP3EI sangat impresiI,
komprehensiI, dan cukup meyakinkan. Banyak yang meragukan implementasi dari MP3EI hanya
sebuah mimpi indah mengingat pengalaman-pengalaman terdahulu, kurangnya kesiapan,
koordinasi lemah, ketidaktegasan, dan keberlanjutannya diragukan. Akhirnya, semuanya
terpulang pada bukti dan langkah-langkah nyata jajaran pemerintah, pemda, dan eksekusinya
oleh swasta untuk membuat cita-cita tersebut menjadi kenyataan.
hLLp//koranrepubllkacold/koran/26

Anda mungkin juga menyukai