Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH ADOPSI IFRS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA




THE EFFECT OF IFRS ADOPTION ON EARNINGS MANAGEMENT IN
BANKING COMPANIES IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE




Prima Santy, Tawakkal, Grace T. Pontoh

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin




















Alamat korespondensi:

Jl. Wijaya Kusuma I/70 Kompleks Kesehatan Banta-Bantaeng
Rappocini - Makassar
HP. 085241777494
Email : primasantyspace@gmail.com

ABSTRAK

Isu adopsi IFRS sebagai suatu standar dapat mendorong penurunan manajemen laba. Penelitian ini bertujuan
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba, dan menguji perbedaan
tingkat manajemen laba antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Lingkup penelitian berfokus pada
pemberlakuan adopsi IFRS khususnya PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006). Objek penelitian adalah
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama 4 tahun (2008-2011). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Variabel utama dalam penelitian ini adalah IFRS dan manajemen laba.
Penelitian ini juga memasukan beberapa variabel kontrol, yaitu: size, financial leverage, market to book value
dan institutional investors. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dan analisis uji beda t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara keempat variabel kontrol tersebut, Size dan financial leverage
menunjukkan pengaruh positif terhadap manajemen laba. Market to book value menunjukkan pengaruh negatif,
sedangkan institutional investors ditemukan tidak berpengaruh. Dalam penelitian ini, adopsi IFRS ternyata
ditemukan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil analisis uji beda yang dilakukan juga
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara
sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa dengan adopsi IFRS belum
menjamin adanya penurunan manajemen laba.

Kata kunci: adopsi IFRS, manajemen laba, perusahaan perbankan


ABSTRACT
The issue of the IFRS adoption as a standard that can lead to a decrease in earnings management. The research
aimed to give empirical evidence concerning the effect of the IFRS adoption on earnings management and the
test of the difference of earnings management level between before and after the IFRS adoption. The research
scope focused on the implementation of IFRS adoption particularly PSAK No. 50 and PSAK No. 55 (revised
2006) concerning the financial instruments. The research objects were the banking companies listed in
Indonesia Stock Exchange for 4 years (2008-2011). Samples were taken by using the purposive sampling
technique. The main variables in this research are IFRS and earnings management. The research also includes
several control variables i.e size, financial leverage, market to book value and institutional investor. The data
were analyzed by using multiple regression analysis and different t-test analysis. The research result indicates
that among the four control variables, size and financial leverage indicate the positive effect on earnings
management. Market to book value indicates a negative effect, whereas institutional investor is found not to have
significant effect. In this research, the adoption of IFRS is found not to have significant effect on earnings
management. The results of different test analysis also indicates that statistically there is no significant
difference of earnings management level between before and after the adoption of IFRS. Based on this research
concluded that the adoption of IFRS has not fully guaranteed a decrease in earnings management yet.

Keywords: IFRS adopting, earnings management, banking companies


PENDAHULUAN
Sektor perbankan merupakan sektor yang cukup rentan terhadap terjadinya
manajemen laba.Suprayitno yang dikutip dalam Haryono (2008) menegaskan bahwa adverse
selection dan moral hazard menjadi realitas yang sangat sering ditemukan dalam dunia
perbankan. Macey dkk. (2003) juga mengemukakan perbedaan karakteristik antara industri
perbankan dengan industri lainnya adalah bahwa bank merupakan sektor usaha yang tidak
transparan sehingga memungkinkan terjadinya masalah keagenan. Masalah keagenan yang
diungkapkan dalam teori keagenan (Jensen dkk., 1976) menyatakan apabila terdapat
pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen yang menjalankan
perusahaan maka akan muncul permasalahan keagenan karena masing-masing pihak tersebut
akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi utilitasnya. Dalam pandangan teori
akuntansi positif dan teori konsekuensi ekonomi juga menjelaskan mengenai manajemen laba
dan keterkaitannya dengan kebijakan regulasi atau peraturan akuntansi. Sulistyanto (2008)
mengemukakan bahwa keberadaan aturan dalam standar akuntansi dapat merupakan salah
satu alat yang mengakomodasi dan memfasilitasi perusahaan melakukan kecurangan.
Perusahaan dapat menyembunyikan kecurangan dengan memanfaatkan berbagai metode dan
prosedur yang terdapat dalam standar akuntansi, sehingga standar akuntansi seolah-olah
mengakomodasi dan memberi kesempatan perusahaan untuk mengatur dan mengelola laba
perusahaan. Ayres dalam Rahmawati dkk. (2001) juga menjelaskan faktor yang dapat
mendorong manajemen laba selain faktor manajemen akrual dan penerapan kebijakan standar
akuntansi. Perubahan standar akuntansi juga dapat mendorong tindakan manajemen laba.
Salah satu upaya mengurangi manajemen laba tersebut yaitu melakukan koreksi
terhadap standar akuntansi. Perbaikan standar akuntansi yang saat ini sedang menjadi isu
adalah adopsi International Financial Reporting Standard (IFRS). Cai dkk. (2008)
mengungkapkan salah satu isu dari IASB adalah bahwa standar internasional bertujuan untuk
menyederhanakan berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang diperbolehkan dan diharapkan
untuk membatasi pertimbangan kebijakan manajemen (managements discretion) terhadap
manipulasi laba sehingga dapat meningkatkan kualitas laba.
Di Indonesia, adopsi IFRS juga mulai mendapat perhatian dan menjadi suatu
fenomena yang menarik. Revisi demi revisi dilakukan terhadap PSAK dalam mengadopsi
IFRS. Dua antaranya yaitu PSAK No. 50 (revisi 2006) dan PSAK No. 55 (revisi 2006)
mengenai instrumen keuangan. Kedua PSAK ini berlaku efektif sejak Januari 2010. Implikasi
penerapan kedua PSAK revisi IFRS ini pada sektor perbankan menurut Caratri (2011) yaitu
terhadap penyisihan kerugian kredit atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN). Caratri
(2011) mengemukakan jika mengacu pada PSAK yang lama, penentuan cadangan memakai
konsep ekspektasi kerugian kredit sehingga bank bisa menumpuk cadangan besar-besaran
ketika bank merasa memiliki default kredit yang besar. Bank dapat sengaja menumpuk
pencadangan besar dengan alasan kehati-hatian, meski kualitas kredit tidak mengkhawatirkan,
sehingga laba dapat turun dengan tujuan untuk menghindari pajak atau mengatur ritme
kinerja. Celah ini yang banyak dimanfaatkan bank untuk memoles laporan keuangannya dan
melakukan perekayasaan laporan keuangan untuk tujuan tertentu. Bank dituntut lebih ketat
dalam menentukan CKPN dengan diterapkannya PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi
2006), sehingga penerapan kedua PSAK ini dapat menghindari celah tersebut, bank tidak bisa
lagi memainkan besaran laba.
Transparansi pelaporan keuangan bank juga akan meningkat dan mengurangi
kesempatan bank melakukan manajemen laba. Hal ini didukung pula dengan penelitian yang
telah dilakukan dalam menguji pengaruh IFRS terhadap manajemen laba baik pada negara-
negara maju maupun berkembang, yang diantaranya oleh Oriol dkk. (2005), Ewert dkk.
(2005), Daske dkk. (2006), Hung dkk. (2007), Soderstrom dkk. (2007), Barth dkk. (2007) dan
Cai dkk. (2008). Selain adopsi IFRS, terdapat faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi
manajemen laba, seperti ukuran perusahaan, kondisi keuangan dan kepemilikan institusional
serta regulasi. Beberapa penelitian lebih mendalam juga dilakukan dengan melihat perbedaan
pengaruh antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS terhadap manajemen laba, seperti pada
penelitian Christensen (2008); Jeanjean dkk. (2008); Callao dkk. (2010); dan Lippens (2010).
Penelitian tersebut juga menunjukkan adanya keberagaman dalam hasil penelitian.
Penelitian mengenai pengaruh adopsi IFRS di Indonesia, khususnya penerapan PSAK
No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006) terhadap manajemen laba yang berfokus pada
instrumen keuangan perbankan masih sedikit dilakukan, salah satunya oleh Anggraita (2012).
Penelitian ini merujuk dari penelitian Rudra (2011) pada sektor perbankan dan keuangan di
negara India. Penelitian sebelumnya (Rudra, 2011) menggunakan model pendekatan
aggregate accrual modifikasi Jones, sedangkan pada penelitian ini menggunakan model
pendekatan specific accrual Beaver dkk. (1996). Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam
penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Apakah adopsi IFRS berpengaruh
terhadap manajemen laba? Apakah terdapat perbedaan tingkat manajemen laba antara
sebelum dan sesudah adopsi IFRS?
Dengan demikian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris
tentang pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba. Kemudian, juga untuk memperoleh
bukti empiris perbedaan tingkat manajemen laba antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS.

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan desain penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis penelitian yang
digunakan adalah pengujian hipotesis (hypothesis testing) dengan melakukan pengujian
hubungan terhadap semua variabel yang diteliti (causal research). Penelitian ini merupakan
studi empiris menggunakan data panel (pooling data). Tahapan pengujian hipotesis dalam
penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama, mengestimasi total accrual dan
memisahkan komponen discretionary accrual dari komponen non discretionary accrual.
Kemudian, melakukan regresi komponen discretionary accrual (proksi nilai manajemen laba)
dengan variabel independen (IFRS) dan beberapa variabel kontrol. Kedua, dilakukan dengan
pengujian perbedaan tingkat manajemen laba antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS.
Variabel dan pengukurannya
Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yaitu variabel independen, dependen
dan kontrol. Variabel independen yang digunakan adalah IFRS. Pengukuran variabel ini
menggunakan variabel dummy yang diberi nilai nol jika perusahaan belum menerapkan IFRS
dan nilai satu jika sudah menerapkan IFRS. Penerapan IFRS yang dimaksud dalam penelitian
ini yaitu pengadopsian IFRS khususnya berkenaan dengan PSAK No. 50 (revisi 2006)
mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan dan PSAK No. 55 (revisi 2006)
mengenai pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan.
Variabel dependen penelitian ini adalah manajemen laba yang diproksikan dengan
akrual diskresioner (discretionary accrual) menggunakan model akrual khusus Beaver dkk.
(1996). Komponen pembentuk total akrual ini terdiri dari penyisihan kerugian piutang
(allowances for loans losses) dan provisi kerugian pinjaman sesuai dalam aturan penyisihan
penghapusan aktiva produktif bank (PPAP) menurut peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2006, yang telah diubah dengan PBI No. 8/2/PBI/2007 dan
Surat Bank Indonesia (BI) No. 13/658/DPNP/DPNP tahun 2011. Adapun komponen-
komponen yang dimaksud yaitu pinjaman yang dihapus bukukan (loans charge-offs),
pinjaman yang beredar (loans outstanding), aktiva produktif yang bermasalah (non
performing assets), selisih non performing assets perusahaan, penyisihan penghapusan aktiva
produktif perusahaan, cadangan kerugian pinjaman, dan ekuitas perusahaan.
Adapun variabel kontrol yang digunakan yaitu ukuran (size) perusahaan, financial
leverage (D/E), market to book ratio (M/B), dan institutional investors (II). Ukuran (size)
perusahaan merupakan logaritma dari kapitalisasi pasar yang diukur dari jumlah lembar
saham beredar akhir tahun dikalikan dengan harga saham penutupan akhir tahun (Rudra, 2010
dan Cheng dkk.,2009). Financial leverage (D/E), dihitung dari total kewajiban dibagi dengan
total ekuitas (Rudra, 2010) Market to book ratio (M/B),dihitung dari Market value of equity
dibagi dengan book value of equity (Rudra, 2010). Institutional investors (II), berasal dari
persentase saham yang dimiliki investor institusional dalam perusahaan (Balsam dkk, 2002;
Leuz dkk., 2003; Siregar, 2006).
Populasi dan sampel
Objek dalam penelitian adalah seluruh perusahaan perbankan yang sudah go public,
terdaftar dan telah melakukan pelaporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode tahun 2008-2011 yaitu sebanyak 31 perusahaan. Data diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan
berdasarkan pertimbangan kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria ini, maka jumlah sampel
yang memenuhi kriteria yaitu 23 perusahaan.
Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan berupa data arsip atau data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI dan tersedia di
(http://www.idx.co.id/) tahun 2008-2011.
Analisis data
Penelitian menggunakan dua model, model pertama untuk menguji pengaruh adopsi
IFRS terhadap manajemen laba melalui analisis regresi berganda (multiple linear regression)
dan model kedua menguji perbedaan tingkat manajemen laba sebelum dan sesudah adopsi
IFRS dengan menggunakan uji beda t-test. Menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for
windows. Hasil penelitian berupa analisis statistik deskriptif dan teknik pengujian hipotesis.

HASIL PENELITIAN
Analisis statistik deskriptif
Berdasarkan Tabel 1 hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata (mean)
akrual diskresioner perusahaan perbankan yaitu 26,03 dengan standar deviasi sebesar 2,37.
Nilai akrual diskresioner terbesar (maksimum) yaitu 30,15 dan nilai akrual diskresioner
terkecil (minimum) yaitu 20,45. IFRS merupakan variabel dummy, nilai 1 digunakan jika
perusahaan menerapkan IFRS dan nilai 0 jika perusahaan belum menerapkan IFRS. 50
sampel memperoleh angka satu pada tahun 2010-2011 ketika penerapan IFRS sudah
diberlakukan dan 50 sampel lainnya memperoleh angka nol pada tahun 2008-2009 ketika
penerapan IFRS belum diberlakukan. Adapun nilai rata-rata (mean) dari IFRS yaitu 0,50
dengan nilai standar deviasi sebesar 0,50. Ukuran perusahaan perbankan rata-rata (mean)
sebesar 29,19 dengan standar deviasi sebesar 2,09. Nilai ukuran perusahaan terbesar
(maksimum) yaitu 32,92 dan nilai ukuran perusahaan terkecil (minimum) yaitu 24,48. Nilai
rasio D/E tertinggi yaitu 15,92 dan terendah yaitu -31,53. Adapun nilai rata-rata rasio D/E
diperoleh sebesar 8,54 dengan nilai standar deviasi sebesar 5,22. Nilai M/B terendah yaitu -
1,74 dan tertinggi yaitu 5,89. Adapun nilai rata-rata M/B perusahaan 2,01 dengan nilai standar
deviasi sebesar 1,25. Nilai rata-rata kepemilikan institusional perusahaan perbankan secara
keseluruhan sebesar 97,40% dengan nilai standar deviasi 12,82.
(Tabel 1.)
Uji asumsi klasik
Hasil pengujian asumsi klasik awal menunjukkan terdapat variabel yang belum
memenuhi asumsi klasik baik uji normalitas, outokorelasi, multikolinieritas, maupun
heteroskedastisitas sehingga, dilakukan transformasi data dalam bentuk logaritma natural
untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik dan valid. Hasil uji normalitas (melalui
one sample kolmogorov-smirnov test), outokorelasi dan multikolinieritas terlihat pada Tabel
2. Nilai signifikansi kolmogorov-smirnov 0,610 yang lebih besar dari probabilitas signifikansi
(asymp.sig) = 0,05 maka disimpulkan data telah berdistribusi normal dengan bentuk
logaritma natural. Nilai tolerance variabel berada di bawah 0,10 dan nilai variance inflation
factor (VIF) berada di atas 10 (VIF 10), maka disimpulkan tidak terdapat multikolinearitas
antar variabel dalam model. Demikian pula, untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
dilakukan melalui uji durbin-watson (DW test). Hasil uji durbin-watson menunjukkan nilai
1,219 (di mana angka DW di antara -2 sampai +2), maka dapat disimpulkan tidak terdapat
autokorelasi.
(Tabel 2.)
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 1 grafik scatterplot.
Berdasarkan grafik scatterplot tersebut tampak bahwa titik-titik menyebar secara acak dan
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model.
(Gambar 1.)
Hasil pengujian hipotesis
Berdasarkan hasil uji statistik t pada Tabel 3 untuk pengujian hipotesis pertama dapat
disimpulkan bahwa variabel independen yaitu IFRS mempunyai hubungan yang negatif
namun tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis nilai
t-hitung untuk variabel IFRS sebesar 1,917 sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi
5% sebesar 1,988. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung yang diperoleh dengan nilai t-tabel
maka nilai t-hitung masih lebih kecil dari t-tabel (t-hitung > t-tabel). Kemudian, nilai
signifikansi yang diperoleh yaitu 0,059 lebih besar dari 0,05.
Variabel institutional investors juga menunjukkan tidak signifikan, di mana nilai
tingkat signifikansi sebesar 0,103 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel IFRS dan
institutional investors tersebut tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perubahan
(variansi) dari manajemen laba. Adapun ketiga variabel kontrol lainnya, mempunyai pengaruh
positif signifikan terhadap manajemen laba yaitu variabel size yang menunjukkan nilai tingkat
signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) dan variabel debt to equity menunjukkan nilai tingkat
signifikansi sebesar 0,003 (p < 0,05). Variabel market to book value menunjukkan pengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba dengan nilai tingkat signifikansi sebesar sebesar
0,000 (p < 0,05).
(Tabel 3.)
Berdasarkan hasil uji beda t-test pada Tabel 4, untuk pengujian hipotesis kedua
menunjukkan nilai rata-rata akrual diskresioner pada periode sebelum adopsi IFRS sebesar
25,90 sedangkan nilai rata-rata akrual diskresioner pada periode sesudah adopsi IFRS sebesar
26,16. Kemudian, pada hasil nilai t-statistik menunjukkan sebesar 1,575 dengan signifikansi
sebesar 0,122. Nilai signifikansi probabilitas (sig 2-tailed) sebesar 0,122 ini lebih besar dari
tingkat signifikansi = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa meskipun secara absolut terdapat
perbedaan nilai rata-rata akrual diskresioner, secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
(Tabel 4.)

PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Dalam penelitian ini memasukkan beberapa variabel kontrol, antara lain:
size, financial leverage, market to book value dan institutional investors. Di antara keempat
variabel kontrol tersebut, institutional investors ditemukan tidak berpengaruh signifikan,
sedangkan ketiga variabel lainnya berpengaruh signifikan. Size dan financial leverage
menunjukkan pengaruh positif terhadap manajemen laba. Market to book value menunjukkan
pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil analisis uji beda yang dilakukan juga
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang
signifikan antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS.
Pengujian hipotesis pertama yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari variabel IFRS terhadap nilai discreationary accrual pada bank-
bank yang diamati. Besar koefisien regresi dari variabel IFRS yang negatif menunjukkan
terdapat hubungan yang negatif antara IFRS dengan nilai discreationary accrual. Namun,
karena hasil statistik menunjukkan bahwa variabel ini tidak signifikan maka hipotesis pertama
yang menyatakan bahwa adopsi IFRS berpengaruh negatif terhadap manajemen laba tidak
dapat diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya (Rudra,
2011) yang tidak menemukan adanya penurunan terhadap manajemen laba.
Jika dilihat dari komponen nilai Non Performing Assets (NPA) yang ditemukan dalam
penelitian ini terdapat penurunan nilai setelah adopsi IFRS dibandingkan sebelum adopsi
IFRS. Hal ini sejalan dengan penelitian Anggraita (2012) yang juga menemukan adanya
penurunan manajemen laba, khususnya pada komponen Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN) sebagai komponen dalam perhitungan proksi manajemen laba. Namun, perlu
diketahui bahwa komponen Non Performing Assets (NPA) ataupun komponen Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) hanya merupakan salah satu bagian dari beberapa
komponen total akrual sebagai proksi manajemen laba. Masih terdapat komponen akrual
lainnya pula, seperti pinjaman yang dihapus bukukan (loans charge-offs), pinjaman yang
beredar (loans outstanding), dan lain sebagainya. Myer (1990), Betty dkk. (1995), dan Collins
dkk. (1995) yang dikutip dalam Anggraita (2012) menemukan bukti bahwa manajemen
melakukan manajemen laba untuk memenuhi kecukupan modal menggunakan pinjaman yang
dihapusbukukan (loans charge-offs). Dengan demikian, komponen-komponen tersebut juga
dapat menjadi pilihan alternatif lain bagi manajemen melakukan manajemen laba selain
komponen NPA secara umum.
Adopsi IFRS belum tentu dapat mengakomodasi karakteristik khusus suatu negara.
Hal ini terjadi karena IASB sebagai standard setter dari IFRS memiliki anggota yang
sebagian besar adalah negara maju. Oleh karena itu, IFRS belum tentu sepenuhnya sesuai
apabila diimplementasikan di negara yang memiliki karakteristik berbeda dengan negara
maju, sehingga pengadopsian IFRS harus disesuaikan dengan karakteristik suatu negara agar
proses harmonisasi dapat mengakomodasi perbedaan karakteristik negara tersebut (Whardani,
2009).
Ketidaksesuaian dalam penerapan adopsi IFRS dengan karakteristik suatu negara ini
yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembuatan standar ini, yang salah
satunya sebagai penyederhana berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang diperbolehkan dan
diharapkan untuk membatasi pertimbangan kebijakan manajemen terhadap manipulasi laba
sehingga dapat meningkatkan kualitas laba. Oleh karena itu, agar penerapan adopsi IFRS
dapat efektif dan sesuai dengan tujuan serta berdampak positif bagi pelaporan keuangan maka
perlu mempertimbangkan adanya perbedaan karakteristik, baik dari segi perusahaan maupun
negara secara luas. Sebagaimana dalam pandangan teori akuntansi positif bahwa pilihan
standar oleh manajemen dilakukan dengan menganalisis biaya dan manfaat pengungkapan
keuangan tertentu yang berhubungan dengan berbagai individu dan alokasi sumber daya
dalam perekonomian. Dalam hal ini, analisis tersebut dapat berhubungan dengan lingkungan
dalam suatu negara seperti karakteristik perusahaan, sistem penegakkan hukum, dan kondisi
pasar, di samping standar yang berlaku.
Penelitian yang juga dilakukan menggunakan uji beda t-test menunjukkan bahwa
secara absolut terdapat perbedaan nilai rata-rata, di mana nilai rata-rata akrual diskresioner
pada periode sesudah adopsi IFRS lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata akrual
diskresioner sebelum adopsi IFRS. Namun, secara statistik perbedaan ini tidak signifikan.
Temuan ini tidak sesuai dengan harapan penelitian bahwa terdapat penurunan manajemen
laba sesudah adopsi IFRS.
Penerapan PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006) dapat meningkatkan
kecenderungan manajemen melakukan manajemen laba melalui CKPN (Anggraita : 2012).
Hal ini disebabkan karena adanya larangan reklasifikasi antar instrumen keuangan yang ketat
menyebabkan berkurangnya ruang bagi manajemen untuk melakukan perataan laba melalui
reklasifikasi antar kelompok instrumen. Walaupun perhitungan CKPN menggunakan PSAK
No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006) lebih lebih ketat dan objektif dibandingkan PSAK
sebelumnya, namun demikian mengandung unsur penilaian (judgement) yang lebih tinggi,
sehingga meningkatkan kecenderungan manajemen melakukan manajemen laba. Penelitian
Beatty dkk. (1999) juga menemukan manajer menggunakan diskresinya untuk mengatur
waktu realisasi dari keuntungan dan kerugian dari sekuritas yang dimiliki. Karena keuntungan
atau kerugian dari instrumen keuangan adalah alat alternatif untuk melakukan manajemen
laba selain melalui CKPN.
Perbedaan karakteristik suatu perusahaan atau pun negara secara umum juga dapat
menyebabkan pemberlakuan adopsi IFRS ini tidak berjalan efektif. Keadaan bentuk
perusahaan, bentuk negara, kondisi ekonomi dan perkembangan pasar dapat menjadi
pertimbangan lain, seperti pula diungkapkan dalam penelitian Callao dan Jerne (2010) yang
menunjukkan praktek diskresi akrual malah meningkat sejak periode pengimplementasian
IFRS sehingga, dapat disimpulkan bahwa IFRS belum tentu sepenuhnya sesuai apabila
diimplementasikan di negara yang memiliki karakteristik berbeda. Faktor lain yang juga dapat
menjadi temuan pertimbangan melalui penelitian ini adalah mengenai waktu pemberlakuan
standar. Adopsi IFRS ini masih baru berlaku di Indonesia, kemungkinan belum sepenuhnya
dapat diterapkan secara keseluruhan dan efektif sehingga masih memungkinkan untuk
terjadinya manajemen laba.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini yang khusus meneliti pada sektor
perbankan, diperoleh hasil bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Dengan adanya pemberlakuan IFRS tidak menunjukkan terdapat penurunan
manajemen laba. Hasil analisis uji beda yang dilakukan juga menunjukkan bahwa secara
statistik tidak terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara sebelum dan
sesudah adopsi IFRS. Temuan ini tidak sesuai dengan harapan penelitian bahwa terdapat
penurunan manajemen laba sesudah adopsi IFRS. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian standar dengan mengadopsi IFRS khususnya, pada PSAK No. 50 (revisi 2006)
dan PSAK No. 55 (revisi 2006) belum menjamin adanya penurunan manajemen laba.
Disarankan bagi para praktisi, seperti Bank Indonesia dan Bapepam untuk dapat
mempertimbangkan adanya karakteristik perbankan dalam menetapkan kebijakan terkait
pelaporan keuangan, khususnya menyangkut instrumen keuangan perbankan yang merupakan
bagian krusial dalam sektor perbankan agar dapat berjalan lebih efektif. Demikian pula, bagi
pihak IAI, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan terkait perumusan
standar akuntansi keuangan terhadap adopsi standar IFRS.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraita, Viska. (2012). Dampak Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) Terhadap
Manajemen Laba di Perbankan: Peranan Mekanisme Corporate Governance, Struktur
Kepemilikan, dan Kualitas Audit. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XV
Banjarmasin.
Ball, R., Kothari, S. dan Robin, A. (2000). The Effect of International Institutional Factors on
Properties of Accounting Earnings. Journal of Accounting and Economics 29, 1-52.
----------- Robin, A. dan Joanna S.W. (2003). Incentives Versus Standards: Properties of
Accounting Income in Four East Asian Countries. The Journal of Accounting and
Economics.
Balsam, S., Bartov, E. dan Marquardt, C. (2002). Accruals Management, Investor
Sophistication, and Equity Valuation: Evidence from 10-Q Fillings. Journal of
Accounting Research Vol.40 No.4, hlm. 987-1012.
Barth, M., Landsman, W. dan Lang, M. (2007). International Accounting Standards and
Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46(3), 467-498 .
Beatty, A., dan Haris, DG. (1995). The effects of taxes, Agency costs, and information
asymmetry on earnings management: A comparison of Public and Private Firms.
Review of Accounting Studies, 4, 299-326.
Beaver, W.H., dan Engel, E.E. (1996). Discretionary Behavior with Respect to Allowances
for Loan Losses and the Behavior of Security Prices. Journal of Accounting and
Economics 22 (1996) 177-206.
Burgstahler, D., Luzi, H. dan Christian, L. (2006). The Importance of Reporting Incentives:
earnings Management in European Private and Public Firms. The Accounting
Review, October 2006.
Cai, L., Asheq, R. dan Courtenay, S. (2008). The Effect of IFRS and its Enforcement on
Earnings Management: An International Comparison. Social Science Research
Network Electronic Paper Collection, (Online), (http://ssrn.com/abstract=1473571,
diakses 28 Februari 2012).
Callao, S., dan Jarne, J. (2010). Have IFRS Affected Earnings Management in The European
Union?, Journal of Accounting in Europe Vol. 7, No. 2, 159189, December 2010.
Caratri, Endah. (2011). Implikasi Penerapan PSAK 50 dan 55 Revisi 2006 Pada Dunia
Perbankan. (Online), (http://vibizmanagement.com/column/index/category/financial
/2366 diakses 09 September 2012).
Cheng, Q., Warfield, T. dan Ye, M. (2009). Equity Incentives and Earnings Management:
Evidence from the Banking Industry. CAAA Annual Conference 2009 Paper. Social
Science Research Network Electronic Paper Collection, (Online),
(http://ssrn.com/abstract=1326558, diakses 28 Februari 2012).
Christensen, H.B., Lee, E. dan Walker, M. (2008). Incentives or Standards: What Determines
Accounting Quality Changes Around IFRS Adoption?. Social Science Research
Network Electronic Paper Collection, (Online), (http://ssrn.com/abstract= 1013054,
diakses 28 Februari 2012).
Daske, H. dan Gebhardt, G. (2006). International Financial Reporting Standards and Experts
Perceptions of Disclosure Quality. Abacus 42(3-4), 461498.
Ding, Y., Hope, O., Jeanjean, T. dan Stolowy, H. (2007). Differences between domestic
accounting standards and IAS: measurement, determinants and implications. Journal
of Accounting and Public Policy, 26(1), 1-38.
Ewert, R. dan Wagenhofer, A. (2005). Economic Effects of Tightening Accounting Standards
to Restrict Earnings Management. The Accounting Review. Vol. 80, No.4 2005. Pp.
1101-1124.
Haryono, Slamet. (2008). Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (Studi pada Bank-Bank Umum
di Indonesia). Disertasi Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro.
Hung, M. dan Subramanyam, K. (2007). Financial Statement Effects of Adopting
International Accounting Standards: The Case of Germany. Working Paper,
University of Southern California.
Jeanjean, T. dan Stolowy, H. (2008). Do Accounting Standards Matter? An Exploratory
Analysis of Earnings Management Before and After IFRS Adoption. Journal of
Accounting and Public Policy, 27, 480494.
Jensen, M.C dan Meckling, W.H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior: Agency
Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economic. Vol.3, No.4, Hlm.
305-360.
Leuz, C., Nanda, D. dan Wysocki, P.D. (2003). Earnings Management and Investor
Protection: an International Comparison. Journal of Financial Economics, 69, 505-
527.
Lin, H. dan Paananen, M. (2006). The Effect of Financial Systems on Earnings Management
among Firms Reporting under IFRS. Business School Working Papers UHBS 2006.
Lippens, M. (2010). The Mandatory Introduction of IFRS as a Single Accounting Standard in
the European Union and the Effect on Earnings Management. InBook, 81-103.
Macey dan OHara. (2003). The Corporate Governance of Banks. Federal reserve Banks
Policy Review. Vol. 9. No. 1.
Oriol, A. dan Gowthorpe, C. (2005). Creative Accounting: Nature, Incidence and Ethical
Issues. Universitat Pompeu Fabra, Barcelona Journal of Economic Literature
classification: M41.
Rahmawati, Anastasia, R., dan Sri, S. 2001. Model Strategi Manajemen Laba pada
Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia: Suatu Pemeriksaan Pergeseran
Klasifikasi serta Dampaknya Terhadap Kinerja Saham, Pemilihan Metoda
Akuntansi, dan Pengaturan Waktu Transaksi. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Rudra, Titas. (2011). Does IFRS Influence Earnings Management? Evidence from India.
Journal of Management Research Finance and Control Group, Indian Institute of
Management Calcutta. ISSN 2012, Vol.4, No.1:E17.
Siregar, Silvia. (2006). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek
Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia. Vol.9, No. 3, September 2006. Hal 307-326.
Soderstrom, N.S. dan Sun, K.J. (2007). IFRS Adoption and Accounting Quality: a Review.
European Accounting Review. 16(4), 675-702.
Sulistyanto, Sri. (2008). Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT. Grasindo.
Tsalavoutas, Ioannis. (2010). Transition to IFRS and Value Relevance in A Small But
Developed Market: A Look at Greek Evidence. Departement Accounting and
Finance. Published In La Place De La Dimension Europeenne Dans La Comptabilite
Controle Audit, Strasbourg: France Halshs-00460532, Version 1- 1 Mar 2010.
Wardhani, Ratna. (2009). Pengaruh Proteksi Bagi Investor, Konvergensi Standar Akuntansi,
Implementasi Corporate Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Kualitas Laba:
Analisis Lintas Negara Di Asia. Disertasi Program Doktor Ilmu Akuntansi
Universitas Indonesia.




LAMPIRAN

Tabel 1. Statistik deskriptif
Keterangan N Minimum Maksimum Rata-rata Standar Deviasi
IFRS 92 0,00 1,00 0.50 0,50274
LnSize 92 24,48 32,92 29,1963 2,09213
D/E 92 -31,53 15,92 8,5430 5,22180
M/B 92 -1,74 5,89 2,0112 1,25120
II 92 20,73 100,00 97,4009 12,82570
LnDA 92 20,45 30,15 26,0359 2,37344



Tabel 2. Hasil uji asumsi klasik
Keterangan Nilai Signifikansi Standar Signifikansi
Uji normalitas (Uji kolmogorov-smirnov) 0,616 Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05
Uji autokorelasi (Uji Durbin-Watson) 1,264 angka DW diantara -2 sampai +2
Uji multikolinearitas
Angka tolerance

IFRS 0,938 nilai tolerance 0,10
LnSIZE 0,596 nilai tolerance 0,10
DE 0,798 nilai tolerance 0,10
MB 0,612 nilai tolerance 0,10
II 0,692 nilai tolerance 0,10
Angka Variance Inflation Factor (VIF)

IFRS 1,066 nilai VIF 10
LnSIZE 1,678 nilai VIF 10
DE 1,254 nilai VIF 10
MB 1,633 nilai VIF 10
II 1,445 nilai VIF 10



Tabel 3. Hasil uji statistik t
Variabel Nilai Koefisien Nilai Statistik t Nilai Signifikansi Ket.
(Constant) -8,038 -4,977 0,000
IFRS -0,378 -1,917 0,059 ditolak
LnSIZE 1,244 20,936 0,000 diterima
DE 0,63 3,054 0,003 diterima
MB -0,570 -5,815 0,000 diterima
II -0,015 -1,647 0,103 ditolak




Tabel 4. Hasil uji beda t-test
Paired Samples Statistics
Keterangan Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum
Sesudah
25,9024
26,1694
2,39088
2,37462
0,35252
0,35012

Paired Samples Test
Pair 1
Sebelum-Sesudah
-0,26704 1,14979 0,16953
t-statistik
Sig. (2-tailed)
1,575
0,122



Gambarl 1. Grafik scatterplot

Anda mungkin juga menyukai