Anda di halaman 1dari 22

KEBUTUHAN PERSEPSI DAN SENSORI

MAKALAH NYERI
Dosen Pengampu : Ns. Fitria Handayani, M.Kep., Sp.KMB

Disusun Oleh :
1. Nurbaeni Maesaroh
2. Itha Kartika A
3. Intan Hapsari
4. Reni Widya K.H
5. Rida Pratika
6. Prima Khairunisa
7. Erlangga Galih ZN
8. Devi Merry E.
9. Fitri Handayani

A11.1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013

BAB I
PENDAHULUAN



















BAB II
PEMBAHASAN
1. J elaskan macam-macam sensasi ?
Sensasi adalah deteksi dan pengalaman langsung terhadap energy fisik sebagai hasil dari
kejadian di lingkungan maupun kejadian dalam diri kita. Dapat diartikan juga sebagai respons
pancaindra secara tiba-tiba dan langsung terhadap stimuli sederhana tertentu, seperti merk,
kemasan, maupun iklan. Kepekaan bereaksi akan sangat erat hubungannya dengan panca
indra. Oleh sebab itu, cepat lambatnya bereaksi setiap orang akan berbeda-beda karena
berbeda pula kualits pancaindranya.
Sensasi tergantung dengan perubahan energy (energy change) atau diferensiasi input
(differentiation of input). Semakin rendah input sensori, kemampuan untuk mendetensi
perubahan input atau intensitas akan meningkat. Contohnya, ketika sepinya tengah malam,
suara jarum jam pun akan terdengar dengan jelas.
Selain itu, input sensory yang muncul sendiri atau berbeda dengan yang lain pun akan
memiliki perhatian yang lebih tinggi. Misalnya saja, ketika melihat iklan di majalah berwarna,
tetapi ada salah satu iklan yang hanya berwarna hitam putih, itu akan menarik perhatian lebih
tinggi daripada yang lain.
Seorang perawat harus mengetahui jenis-jenis sensori, terutama dalam praktik klinis. Ada
lima macam sensasi, yaitu :
a. Sensasi khusus atau sensasi pancaindra
Seperti sensasi penciuman atau sensasi olfaktorik, sensasi visual, perasaan auditorik,
pengecapan gustatorik, dan lain-lain.
b. Sensasi eksteroseptif atau sensasi protopatik
Sensasi ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu :
1) Sensasi raba
Hilangnya sensasi raba disebut dengan anesthesia. Sedangkan menurunnya sensasi
raba dikenal dengan dengan hipestesia. Sensasi raba secara berlebihan disebut
hiperestesia.
2) Sensasi nyeri
Hilangnya sensasi nyeri dikenal dengan analgesia. Berkurangnya sensasi nyeri disebut
dengn hipalgesia. Sedangkan hiperalgesia adalah sebutan sensasi nyeri secara
berlebihan.
3) Sensasi suhu
Hilangnya sensasi suhu adalah termoanetesia. Berkurangnya sensasi suhu dikenal
dengan termohipestesia.Sensasi suhu yang berlebihan disebut termohiperestesia.
4) Sensasi abnormal di permukaan tubuh
Sensasi ini dapat dicontohkan seperti kesemutan (parestesia) serta nyeri-panas-dingin
yang terasa terus menerus disebut dengan disestesia-hiperpasia.
c. Sensasi profiosefsi
Sensasi ini merupakan sensasi gerak, getar, sikap, dan tekan. Perasaan eksteroseptif dan
proprioseptif sering diklasifikasikan sebagai somastesia yang berarti sensasi yang bangkit
akibat rangsangan sensasi di jaringan yang berasal dari somatopleura. Sensasi gerak juga
dikenal sebagai kinesthesia, sedangkan sensasi sikap dikenal sebagai statestesia, dan
sensasi getar disebut palestesia, sensasi tekan adalah barestesia.
d. Sensasi interoseptif atau viseroestesia
Sensasi ini adalah sensasi yang bangkit akibat rangsangan sensasi di jaringan yang beasal
dari viseropleura (usu, paru, limfa, dan sebagainya).
e. Sensasi diskriminatif
Sensasi ini juga disebut sebagai sensasi multimodalitas, yaitu sensasi yang sekaligus
memberikan pengenalan secara banding.

2. J elaskan bagaimana proses sensasi (sentuhan,suhu, getaran) dapat dipersepsikan oleh otak
?
Terdapat dua jaras saraf utama yang berguna untuk menyampaikan informasi sensorik dari
reseptor perifer ke korteks serebri. Masing-masing jaras terdiri dari tiga neuron.
a. Sensasi raba dan tekan naik di medulla spinalis melalui lebih dari satu jaras, baik di
anterior dan posterior.
b. Sensasi suhu dan nyeri dihantarkan oleh jaras traktus spinotalamikus di medulla spinalis.
Di sana, neuron sensorik primer memasuki medulla spinalis melalui radiks dorsalis.
Tetapi, setelah bersinaps di medulla spinalis, informasi akan diteruskan ke thalamus
melalui traktus spinotalamikus kontralateral, neuron sensorik kedua yang melintas di atau
antara beberapa segmen medulla spinalis di atas segmen tempat masuk neuron pertama.
Neuron ketiga adalah talamokortokal.
c. Sensasi posisi dan vibrasi (getaran) akan dihantarkan oleh jaras yang melibatkan kolumna
posterior medulla spinalis. Di tempat ini, impuls dari reseptor berjalan melalui neuron
sensorik primer ke medulla spinalis, memasuki radiks dorsalis. Proses sentral dari neuron
yang sama naik di kolumna posteriorke batang otak. Hanya pada titik ini informasi
menyilang ke sisi lain sistem saraf, melalui neuron kedua setelah bersinaps di medulla.
Neuron ketiga berproyeksi dari thalamus ke korteks serebri (lobus parietal).
Jadi kolumna posterior terutama mengantar informasi sensorik tanpa menyilang (ipsilateral),
sementara pada traktus spinotalamikus, informasi menyilang. Perbedaan ini menjelaskan
distribusi deficit sensorik pada penyakit medulla spinalis.
3. Bagaimana otak dapat mempersepsikan adanya nyeri pada tubuh (proses resepsi-persepsi-
reaksi) ?
Nyeri merupakan reaksi fisik, emosi, dan prilaku.
Nyeri memiliki 3 komponen penting yaitu : resepsi, persepsi, dan reaksi.
a. Resepsi
proses perjalanan nyeri. Semua kerusakan seluler yang disebabkan oleh stimulus tormal
mekanik, kimia atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan terhadap stimulus yang
menyebabkan subtansi C seperti histamine,bradikin dan kalium ( akan bergabung
dengan lokasi reseptor yang berespon terhadap stimulus yang mebahayakan ) untuk
memulai transmisi neural yang akan menghasilkan nyeri.
b. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran terhadap nyeri, pada saat klien menjadi sadar akan
nyeri , maka akan terjadi reaksi yang kompleks. Stimulus nyeri ditransmisiki naik
kemedula spinalis kemudian ketalamus dan keotak tengah. Dari thalamus, serabut
mentranmisikan pesan nyeri keberbagai areal otak, termasuk korteks sensori dan korteks
asosiasi ( di kedua lobus parietalis ) , lobus frontalis dan system limbic. Ada sel sel di
dalam system limbic yang diyakini mengontrol emosi khususnya ansietas, dengan
demikian system limbic berperan aktif dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri.
Setelah transmisi saraf bereaksi di dalam pusat otak yang lebih tinggi. Maka klien
mempresepsikan sensasi nyeri.
c. Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon pisikologi dan prilaku yang terjadi setelah
mempersepsikan nyeri.
Respon fisikologi
Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju kebatang otak dan thalamus,
system saraf otonom menjadi tesmulasi sebagai bagian dari respon stress. Nyeri
dengan intensitas sebagai ringan hingga sedang dan nyeri yang superficial
menimbulkan reaksi flight atau fight, yang merupakan sindrom adaaftasi umum.
Stimulus pada cabang simpatis pada system syaraf otonom menghasilkan respon
fisikologis.
Respon perilaku
Pada saat nyri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu siklus, dan bila tidak di obati
atau tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya, dapat mengubah kualitas
kehidupan klien secara bermakna. ( Malon 1994 )

4. J elaskan Tipe-tipe stimulus yang bisa menimbulkan nyeri ?
Ada beberapa jenis stimulus nyeri menurut Alimul (2006), diantaranya adalah :
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah (operasi) akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor
b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekananpada reseptor nyeri
c. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri
d. Iskemia pada jaringan, misalnya terjado blockade pada arteria koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat
e. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.

Pada bukunya yang lain, Alimul, 2008 menjelaskan bahwa stimulasi nyeri juga
berasal dari histamin, brakidin, prostaglandin, dan macam-macam asam seperti adanya
asam lambung yang meningkat pada grastitis atau stimulasi yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan.

5. J elaskan reaksi tubuh (fisiologis dan psikologis) terhadap nyeri ?
a. Reaksi fisiologis
Terdapat variasi yang luas pada reaksi fisiologis atau nonverbal terhadap nyeri.
Klien yang sangat muda, afasia, konfusi, atau disorientasi, ekspresi non verbal
mungkin satu-satunya cara mengkomunikasikan nyeri. Ekspresi wajah sering kali
merupakan indikasi pertama dari nyeri, dan mungkin satu-satunya indikasi. Klien
terkadang melakukan beberapa reaksi fisiologis untuk menjauhi faktor penyebab nyeri.
Menurut kozier, 2009 ada beberapa reaksi tubuh secara fisiologis terhadap nyeri, yaitu
:
1) Gigi mengatup
2) Menutup mata dengan rapat
3) Menggigit bibir bawah
4) Wajah meringis
5) Imobilisasi tubuh
6) Menjaga bagian tubuh
7) Melempar benda, berbalik
8) Pergerakan tubuh berirama
9) Menggosok bagian tubuh
10) Menyangga bagian tubuh yang sakit
Reaksi perilaku dapat di kontrol sehingga mungkin tidak terlalu menunjukkan
adanya nyeri. Pada nyeri kronis, jarang ada respons perilaku yang jelas karena
individu mengembangkan gaya koping personal untuk mengatasi nyeri,
ketidaknyamanan, atau penderitaan. Respon fisiologis bervariasi sesuai dengan asal
dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut, sistem saraf simpatis terstimulasi
mengakibatkan peningkatan fungsi stimulasi mengakibatkan peningkatan tekanan
darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, pucat, diaforesis, dilatasi pupil. Tubuh tidak
dapat menahan peningkatan fungsi simpatis dalam jangka waktu yang lama dan,
untuk itu sistem saraf simpatis beradaptasi sehingga respons fisiologis paling kurang
atau bahkan mungkin tidak tampak.
Respons fisiologis paling mungkin tidak tampak pada orang dengan nyeri kronis
sebab sistem saraf pada saraf pusat beradaptasi. Jadi, penting agar perawat mengkaji
lebih dari hanya respons fisiologis, sebab respons fisiologis mungkin merupakan
indikator yang buruk terhadap nyeri.

b. Reaksi psikologis
Reaksi psikologis terhadap nyeri yang biasa dilakukan oleh klien sebagai berikut :
1) Sedih
2) Cemas, gelisah
3) Menangis
4) Depresi
5) Mual
6) Kejang-kejang
7) Merintih
8) Mengerang
9) Merengek
10) Menjerit

Banyak orang yang mengalami nyeri kronis menjadi depresi dan berkemungkinan
untuk bunuh diri, mengkaji resiko bunuh diri klien juga diperlukan. Dengan
mengetahui bagaimana aktivitas sehari-hari dipengaruhi oleh nyeri kronis dapat
membantu perawat memahami perspektif klien terhadap keparahan nyerinya. Perawat
meminta klien untuk menjelaskan bagaimana pengalaman nyeri yang telah
memengaruhi aspek kehidupan berikut ini: tidur, selera, konsentrasi, kerja/sekolah,
hubungan interpersonal, hubungan perkawinan/seks, aktivitas rumah,
menyetir/berjalan, aktivitas di waktu luang, dan status emosional. Hal tersebut dapat
membantu perawat dalam mengkaji reaksi nyeri yang akan dilakukan oleh klien.

6. J elaskan macam-macam nyeri ?
Berikut beberapa macam nyeri menurut beberapa sumber kepustakaan :
a. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan rasa tidak yang timbul dari terangsangnya jalur nyeri oleh
stimulus yang menyebabkan atau memungkinkan kerusakan jaringan. Nyeri akut
mempunyai efek perlindungan (protektif) terhadap keselamatan tubuh. Nyeri ini
timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi enam bulan, serta
ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri akut dapat bermanfaat
untuk mewaspadakan individu terhadap bahaya.
b. Nyeri kronik
Nyeri yang timbul tanpa adanya stimulus dan kerusakan jaringan yang jelas, suatu
rasa yang tidak begitu mengganggu, dan dapat dianggap sebagai penyakit sistem
peringatan nyeri. Nyeri kronis timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang termasuk nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Nyeri
kronis tidak bermanfaat.
c. Nyeri orofasial tidak khas (atypical pain)
Katagori nyeri yang tidak begitu jelas yang meliputi berbagai sindrom seperti
phantom tooth pain, odontalgia tidak khas, neuralgia wajah tidak khas, dan mulut
terbakar.
d. Nyeri dalam
Nyeri yang sifatnya tumpul, sukar ditentukan tempatnya, dan timbul dari serabut
saraf yang mempersyarafi pembuluh darah, usus, dan struktur dalam yang lain.
Nyeri ini sering menginduksi mual.
e. Nyeri Patologis
Nyeri yang ditimbulkan oleh proses penyakit bukan oleh stimulus buatan.
f. Nyeri Psikologis
Sindrom nyeri dengan dominasi faktor psikologis, mungkin ada sedikit atau tidak
ada stimulus noksius dari saraf tepi.
g. Nyeri Alih
Nyeri yang dirasakan pada daerah lain di luar daerah yang terkena stimulus atau
kerusakan jaringan. Serabut aferen dari beberapa tempat (mungkin agak
berjauhan) konvergen pada neuron tingkat kedua, proses kognitif sentral
merancukan tempat nyeri sebenarnya.
h. Nyeri sebar
Pada nyeri ini mediator inflamasi menyebar dari daerah kerusakan jaringan
sekitarnya, memicu terjadinya hiperalgesia dan kram otot yang nyeri.
i. Nyeri permukaan
Nyeri yang tajam, sejenak, dan terbatas yang timbul bila reseptor pada permukaan
tubuh berkontak dengan stimulus noksius.
j. Nyeri vaskuler
Nyeri dalam yang dianggap timbul akibat adanya stimulus noksius pada serabut
sensoris yang memasok pembuluh darah.
k. Nyeri kulit
Nyeri yang dirasakan di kulit atau jaringan subkutan (misalnya nyeri yang
dirasakan ketika tertususk jarum atau lutut lecet). Nyeri kulit terlokalisasi dengan
baik di dermatom (daerah kulit yang dipersyarafi oleh segmen medula spinalis
tertentu) dan di salurkan secara cepet.
l. Nyeri somatik
Nyeri yang berasal dari tulang dan sendi, tendon, otot rangka, pembuluh darah,
dan tekanan saraf dalam. Sakit kepala dianggap sebagai nyeri somatik dalam.
Nyeri somatik dalam adalah nyeri lambat, yang dapat menyebar sepanjang rute
saraf.
m. Nyeri viseral
Nyeri di rongga abdomen atau toraks. Nyeri viseral biasanya adalah nyeri hebat
dan dapat terlokalisasi dengan baik di satu titik, tetapi juga dapat dialihkan ke
bagian tubuh yang berbeda (referred pain). Nyeri viseral terlokalisasi di dermatom
embrionik dan disebabkan oleh stimulasi beberapa reseptor nyeri.


Berikut perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis dilihat dari beberapa karakteristik
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Pengalaman Suatu Kejadian Suatu situasi, status

Sumber


Serangan


Waktu


Pernyataan Nyeri




Gejala klinis


Pola


Perjalanan

Sebab eksternal atau penyakit
Dalam.

Mendadak


Sampai enam bulan.


Daerah nyeri tidak diketahui
dengan pasti.



Pola respons yang khas
dengan gejala yang lebih
jelas.
Terbatas


Biasanya berkurang setelah
beberapa saat.
Eksistensi.
Tidak diketahui atau-
pengobatan yang terlalu lama

Bisa medadak, berkembang,
dan terselubung.

Lebih dari enam bulan,
sampai bertahun-tahun.

Daerah nyeri sulit dibedakan
intensitasnya, sehingga sulit
dievaluasi (perubahan-
perasaan).

Pola respons yang bervariasi,
sedikit gejala-gejala
(adaptasi).
Berlangsung terus sehingga
dapat bervariasi.

Penderita meningkat setelah
beberapa saat.

7,8. J elaskan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri dan bagaimana faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi nyeri?
Persepsi pasien terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti makna nyeri itu
sendiri bagi mereka. (waugh, 1990), yang selanjutnya juga dipengaruhi oleh faktor sosial
dan budaya, faktor kepribadian, dan status psikologis saat itu. Faktor yang mempengaruhi
persepsi nyeri merupakan suatu hal yang kompleks dan tidak dapat dipisahkan dari
kurangnya pengukuran nyeri yang absolut dan objektif sehingga mengakibatkan pengkajian
nyeri menjadi sulit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri ada beberapa macam. Berikut adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri yang diantaranya yaitu :
1. Usia.
Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri terutama
pada anak dan orang dewasa (Potter & Perry, 1993). Perbedaan perkembangan yang
ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan
orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan
beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang
belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara
verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa
mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada
orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi (Tamsuri, 2007).
2. Jenis Kelamin.
Faktor jenis kelamin ini dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi nyeri
adalah bahwasannya laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan
mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan
faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan
tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama.
Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari
kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria
(Potter & Perry, 1993).
3. Budaya.
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini
meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki
seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan
lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan
dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai
pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji
nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri
pasien (Smeltzer& Bare, 2002).
4. Keluarga dan Support Sosial.
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang
terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga
untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman
terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan
hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).
5. Ansietas ( Cemas ).
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin
tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan
yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan
pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang
relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.
Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual
dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan
nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare,
2002).
6. Pola koping.
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal
yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak
mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk
mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping
individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga,
latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien dan
menurunkan nyeri klien.

9. J elaskan aspek-aspek pengkajian nyeri dengan teknik PQRST ?
Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan
memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh. Mekanisme nyeri adalah
sebagai berikut rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, di ubah dalam bentuk impuls yang di
hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di
kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti
tekanan, tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain.
b. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu, Rata-rata manusia
akan merasakan nyeri jika menerima panas diatas 45
0
C, dimana mulai pada suhu tersebut
jaringan akan mengalami kerusakan
c. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat yang di
sebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain: bradikinin,
serotonin, histamin, asetilkolin dan prostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang paling
berperan dalam menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang
berperan dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, Zat P dan ion K+
(ion K positif ).
A. Proses Terjadinya Nyeri
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan
hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP)
melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Ad bermielin halus bergaris
tengah 2-5 m, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut
C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 m, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.
Serabut Ad berperan dalam menghantarkan 'Nyeri cepat' dan menghasilkan persepsi
nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan 'nyeri
Lambat' dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.
Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron
traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus
posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus
post sentral dari korteks otak.
B. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain :
a. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis
1.) Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat contoh
nyeri trauma
2.) Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker
b. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeri
1.) Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya kerusakan
atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah ditangani, contoh Nyeri
karena tertusuk
2.) Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri karena
trauma di hati atau paru-paru.
3.) Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh nyeri angina.
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
1.) Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas
2.) Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya : Nyeri
yang diakitbatkan oleh kelainan pada susunan saraf.

C. Pengkajian Nyeri dengan Teknik PQRST
1.) P Provokatif / Paliatif(provoking incident) :
nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang setelah beristirahat dan setelah
diberikan nitrogliserin
Pertanyaan yg ditanyakan : Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri ?
Apakah karena terkena ruda paksa / benturan ? Akibat penyayatan? dll.
2.) Q Qualitas / Quantitas(quality of pain):
seperti apa nyeri yg dirasakan atau digambarkan klien.
Pertanyaan yg ditanyakan : Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana
rasanya..?. Seberapa sering terjadinya..? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa
benda berat, diris-iris, dll.
3.) R Region, Radiation, relief :
lokasi nyeri di daerah subternal atau nyeri di atas perikardium. Penyebaran nyeri
dapat meluas di area dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.
Pertanyaan yg ditanyakan : Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan /
ditemukan..? Apakah juga menyebar ke daerah lain / area penyebarannya..?
4.) S Skala Seviritas(severity scale of pain)
Klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10.jelaskan skala nyeri
dan frekuensn. Apakah disertai dengan gejala seperti ( mual, muntah, pusing,
diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal dll)?
5.) T Timing
Sifat mula timbulnya (0nset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama
timbulnya (durasi) nyeri umumnya dikeluhkan ;ebih dari 15 menit. Nyeri oleh
infark miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan
lebih berat dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yg menyertai infark
miokardium meliputi dispenea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.
Pertanyaan yg ditanyakan :
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa sering
keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi secara mendadak atau
bertahap..? Acut atau Kronis..?

10. jelaskan factor-faktor yang menghambat penkajian nyeri pada anak ?
a. pada anak-anak saat ditanya sudah berapa lama nyeri dirasakan, biasanya anak tidak
mengingatnya.
b. Biasanya anak-anak tidak dapat menyebutkan dengan jelas durasi nyeri setiap hari.
c. Biasanya anak tidak bisa mendeskripsikan seberapa sering yeri kembali kambuh.
d. Pada anak yang berusia 2 sampai 3 tahun apabila mengalmi nyeri biasanya hanya
menangis dan kita sebgai perawat tidak bisa mengetahui tempat terjadinya nyeri tersebut
kecuali kita mengkaji semua anggota tubuh pada anak.
e. Biasanya anak yang rewel saat mengalami nyeri akan terus menangis, hal ini
menghambat perawat untuk mengetahui sekala nyeri yang dirasakan pada anak,
meskipun nyeri itu ringan biasanya pada anak yang rewel atau mengalami demam akan
menangis. Sehingga biasanya terjadi kesalahan pengukuran nyeri pada anak.
11. J elaskan cara mengkaji nyeri pada anak ?
Pengkajian nyeri pada anak sebaiknya tidak hanya berdasarkan pada perilaku.
Pengkajian nyeri terdiri atas tiga bagian yaitu sifat nyeri yang dihasilkan, respon otonom nyeri
akut, dan perilaku anak ( Jackson&Saunders, 1993). Untuk mengetahui nyeri pada anak, maka
perlu mengetahui nyeri pada tahapan perkembangan yang berbeda. Beberapa bukti mengatakan
bahwa bayi merasakan nyeri pada saat lahir dan bahwa mereka memiliki tangisan yang berbeda
untuk stimulus yang berbeda. Karenanya tangisan nyeri berbeda dengan tangisan kalau bayi
lapar atau cemas. Bila bayi ditusuk di tumit pada saat pengambilan darah, reaksinya mereka
menarik kaki dari stimulusnya dan menangis spontan. Reaksi terhadap kelahiran dan penarikan
kaki pada saat penusukan merupakan petunjuk karena bayi tidak dapat berbicara dan menyatakan
dimana sakitnya.
Menurut Mc Guires dan Dizard (1982) rasa nyeri pada anak di bawah 2 tahun dapat
digambarkan melalui beberapa sikap seperti mudah tersinggung, nafsu makan hilang, kehilangan
minat untuk bermain, postur tubuh tegang, tidak dapat dihibur, fleksi ekstremitas, memutar
kepala, lemah, serta menangis. Untuk anak di atas 2 tahun rasa nyeri dapat diketahui
menggunakan kata kata nyeri yang khusus (Jerret&Evans, 1986) dan dapat menunjukkan rasa
nyeri seperti dimana letak rasa sakitnya. Ia dapat menggambar nyeri pada tubuh manusia. Selain
itu dapat digambarkan pula melalui perubahan aktivitas menjadi tidak berdaya atau merubah
aktivitas untuk mengatasi nyeri serta kehilangan nafsu makan.
Untuk mengkaji nyeri pada anak terlebih dahulu dilakukan :
a. Memberikan penjelasan seperti penjelasan mengenai nyeri, faktor yang dapat membantu
menghilangkan nyeri agar tercipta rasa aman, meningkatkan komunikasi yang terbuka dan
jujur. Jangan mengancam anak seperti jika tidak patuh kamu tidak akan pulang,
menjelaskan pada anak bahwa prosedur tersebut perlu dilakukan sehingga ia dapat cepat
sembuh, serta menjelaskan pentingnya kepatuhan sehingga prosedur dapat dilak kan
dengan cepat.
b. Melibatkan orangtua dalam menilai nyeri yang dirasakan anaknya dalam pengkajian.
Orangtua dan perawat dapat menilai nyeri pada anak secara berbeda. Observasi yang
dilakukan oleh orangtua seringkali lebih akurat dibandingakan dengan pengkajian yang
dilakukan perawat. Selain itu anak berespon secara lebih terbuka terhadap nyeri yang
dirasakan ketika orangtua hadir, kehadiran orangtua seharusnya didorong untuk
memfasilitasi pengkajian nyeri, memberikan dukungan, dan meningkatkan kepercayaan.
c. Mengkaji anak dan keluarga untuk mengetahui kesalahpahaman mengenai nyeri dan
pengobatannya. Orangtua dan anak yang lebih tua mungkin memiliki kesalahpahaman
mengenai nyeri dan analgesia dan mungkin menyimpan ketakutan terhadap penggunaan
atau penyalahgunaan narkotik. Tekankan bahwa penggunaan narkotik untuk nyeri sedang
dan parah tidak akan menyebabkan adiksi (Schechter, 1989). Diskusikan bersama orangtua
dan anak yang lebih tua bahwa slogan say no to dru tidak berlaku pada pemberian
analgesik yang diresepkan oleh dokter untuk menghilangkan nyeri dan yang dipantau oleh
dokter dan perawat.
d. Menjelaskan tentang sumber nyeri pada anak secara verbal atau sensorik (visual, taktil)
misalnya perbolehkan anak untuk memegang peralatan, atau melakukan pengobatan pada
boneka.
e. Menjelaskan secara eksplisit dan beri penguatan bahwa anak tidak akan dihukum.
f. Menjelaskan kepada orangtua tentang perlunya penjelasan yang baik untuk meningkatkan
kepercayaan anak.
g. Menjelaskan kepada orangtua bahwa anak mungkin akan terang terangan menangis pada
saat orangtua mereka ada, tetapi kehadiran mereka sangat penting untuk meningkatkan
kepercayaan anak.
h. Menjelaskan pada anak bahwa orangtua tidak dapat membawa pergi nyeri yang dirasakan,
tetapi mereka akan tetap bersama anak ( kecuali pada keadaan ketika orangtua tidak
diizinkan untuk tinggal)
i. Berikan kesmpatan kepada orangtua untuk mengungkapkan perasaan mereka saat
menyaksikan nyeri yang dirasakan anak dan ketidakberdayaan mereka.
j. Meminta anak untuk menunjukkan daerah yang dirasa sakit.
k. Meminta anak untuk membandingkan intensitas nyeri yang dirasakan pada saat nyeri
sangat buruk dan pada saat tidak merasakan nyeri
l. Menanyakan pada anak apa yang membuat nyeri membaik dan apa yang membuat nyeri
menjadi bertambah buruk.
m. Menggunakan skala pengkajian nyeri dan cara yang tepat serta sama pada setiap
pengkajian sesuai dengan perkembangan usia. Menanandai dalam rencana perawatan jenis
skala yang digunakan dan bagaimana cara menggunakannya, melakukan pengenalan skala
yang digunakan, serta
menggunakan bahasa yang spesifik untuk anak.

12. J elaskan Pain Faces Scale pada anak ?


Memberikan penjelasan kepada anak bahwa setiap wajah adalah seseorang yang merasa
bahagia karena ia tidak merasakan nyeri (sakit), sedih karena ia merasakan sedikit sakit,
maupun sakit yang paling sakit. menunjukkan gambar kepada anak bahwa :
Wajah 0 sangatlah bahagia karena ia tidak merasakan sakit sama sekali.
Wajah 1 adalah wajah seseorang yang sedikit merasakan sakit
Wajah 2 adalah wajah seseorang yang sedikit lebih sakit
Wajah 3 adalah wajah seseorang yang lebih sakit
Wajah 4 adalah wajah seseorang yang sakit sekali
Wajah 5 adalah wajah seseorang yang merasakan sakit yang paling sakit yang pernah
dirasakan, meskipun tidak menangis untuk merasakan sakitnya.
Setelah dilakukan penjelasan, maka anak diminta untuk memilih wajah yang paling dapat
menggambarkan apa yang ia rasakan.


















BAB III
PENUTUP



















DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta :
EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisologi. Jakarta: EGC
Handoko, Pudjo. 2008. Pengobatan Alternatif. Jakarta: Gramedia
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ketrampilaan Dasar Praktik Klinis untuk Kebidanan, Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Lewer, Helen.1996. Belajar Merawat di Bangsal Anak. Jakarta:EGC
Mutaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Salemba Medika : Jakarta
Patricia A. Potter & Anne G. Perry. 1993. Fundamental of Nursing : Concepts, Process &
Practice. St. Louis : Mosby Year Book
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Tamsuri Anas. 2007. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Walton, Richard S dan Mahmoud Torabinejad. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia.
Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai