PUTU BAGUS ANGGARADITYA (1002005129) Pembimbing: dr. I Ketut Wibawa Nada, Sp.An
DEFINISI ARDS (ARDS) adalah sebuah sindrom klinis dari cedera paru dengan kegagalan napas yang disebabkan oleh hipoksia akibat peradangan paru yang intens oleh karena proses peradangan. Disebabkan oleh dua hal Akibat penyakit primer: proses penyakit dimulai dari dalam paru-paru seperti pneumonia, aspirasi, near drowning, menghirup asap rokok, konsumsi hidrokarbon, dan keracunan oksigen Akibat penyakit sekunder: paru-paru dipengaruhi oleh proses penyakit sistemik: sepsis, shock, trauma, henti jantung, luka bakar. Paru-paru kemudian mengalami cedera secara tidak langsung akibat sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS). Edema paru berkembang dari peningkatan permeabilitas dari membran kapiler alveoli.
DEFINISI ARDS The American-European Consensus Conference mendefinisikan ARDS dan ALI (Acute Lung Injury) sebagai: Onset akut dari gejala-gejala respiratorius Gambaran thorax dengan infiltrasi bilateral Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg (mengindikasikan tidak ada tanda- tanda gagal jantung kiri) ALI: rasio PaO2/FIO2 300 mmHg ARDS: rasio PaO2/FIO2 200 mmHg
PATOGENESIS ARDS Akhir dari suatu proses inflamasi yang agresif. Hasil peradangan yang meningkatkan permeabilitas kapiler paru dan alveoli, edema paru yang kaya protein, deplesi / inaktivasi surfaktan, dan selanjutnya pada 5 - 7 hari berkembang menjadi fibrosis paru. Hilangnya tonus vasomotor paru terjadi karena hipoksemia refraktori mengakibatkan hipertensi pulmonal ringan. ARDS -> proses heterogen Fitur patologis ARDS 3 fase: Inflamasi atau eksudatif fase, Proliferatif fase dan Fase Fibrosis
Epitelium alveolar dan endotelium mikrovaskular mengalami kerusakan pada ARDS. Kerusakan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas barier alveolar dan kapiler sehingga cairan masuk ke dalam ruang alveolar. Kerusakan endotel kapiler atau epitel alveoli atau keduanya pada ARDS menyebabkan peningkatan permeabilitas membran alveoli-kapiler (terutama sel pneumosit tipe I) sehingga cairan kapiler merembes dan berkumpul didalam jaringan interstitial, jika telah melebihi kapasitasnya akan masuk ke dalam rongga alveoli, sehingga alveoli menjadi kolaps (mikroatelektasis) dan compliance paru akan lebih menurun. Penderita yang sembuh dapat menunjukan kelainan faal paru berupa penurunan volume paru, kecepatan aliran udara dan khususnya menurunkan kapasitas difusi. MANIFESTASI KLINIS ARDS ditandai dengan adanya dyspnea akut dan hipoxemia dalam hitungan jam ke hari dari suatu faktor pencetus, seperti; Trauma Sepsis overdosis obat transfusi masif pankreatitis akut Aspirasi Pasien dengan ARDS seringkali disertai dengan multi organ failure.
MANIFESTASI KLINIS Pada pemeriksaan fisik tidak spesifik mencakup takipnea, takikardi -> mengalami demam ataupun hipotermi. Sering terjadi akibat sepsis sehingga berhubungan dengan vasokonstriksi disertai akral yang dingin. Sianosis pada bibir dan punggung kuku dapat terjadi. Pada pemeriksaan suara napas -> suara rales yang bilateral. Rales bisa tidak ditemukan, tergantung dari jumlah penyebaran penyakit. Dikarenakan pasien menggunakan ventilator, penurunan suara napas pada satu lapang paru mengindikasikan adanya pnumothorax atau pipa endotrakeal masuk ke dalam bronkus kanan. Edema paru kardiogenik harus dibedakan dari ARDS, oleh karena itu perhatikan dengan baik tanda tanda gagal jantung kongestif atau kelebihan volume intravaskular yang meliputi distensi vena jugular, murmur dan gallops jantung, hepatomegali dan edema
MANAJEMEN TERAPI OKSIGEN Pada pasien ARDS perlu dirawat di unit perawatan intensif (ICU). Terapi oksigen ini sangat penting didalam pengobatan dengan obat oksigen untuk mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan, dengan cara meningkatkan pemasukan oksigen kedalam sistem respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan oksigen ke jaringan atau ekstraksi oksigen jaringan. Teknik terapi oksigen sangat banyak dan ditentukan oleh kondisi pasien.
Teknik Mampu mengatur konsentrasi atau fraksi oksigen udara inspirasi (FiO 2).
Tidak menyababkan akumulasi CO 2.
Tahanan terhadap pernafasan minimal. Irit dan efisien dalam penggunaan oksigen. Diterima dan enak dipakai oleh pasien.
Terapi Oksigen Diklarifikasikan Sistem Nonrebreathing. Kontak antara udara inspirasi dengan udara ekspirasi sangat minimal. Udara ekspirasi langsung ke luar, ke udara atmosfir melalui katup searah yang dipasang pada hubungan antara pengalir gas dengan mulut atau hidung pasien. Diberikan aliran gas yang cukup agar volume semenit dan laju aliran puncak yang dibutuhkan terpenuhi. Katup searah yang dipasang tersebut, memberikan kesempatan masuknya udara atmosfir ke dalam alat ini sehingga menambah jumlah aliran gas untuk memenuhi kebutuhan gas, terutama pada sistem aliran gas tinggi. Sistem Rebreathing Udara ekspirasi yang ditampung pada kantong penampung yang terletak pada pipa jalur ekspirasi, dihirup kembali setelah CO 2 nya diserap, CO 2 selanjutnya dialirkan kembali ke pipa jalur inspirasi.
Alat-alat Untuk Terapi Oksigen 1. Kanul nasal & Kateter nasal Termasuk pada sistem non rebreathing, no capacity, dan aliran rendah, Mampu memberikan FiO 2 sbb:
pada kecepatan aliran 1 liter/menit , FiO 2 nya = 24% pada kecepatan aliran 2 liter/menit , FiO 2 nya = 28% pada kecepatan aliran 3 liter/menit , FiO 2 nya = 32% pada kecepatan aliran 4 liter/menit , FiO 2 nya = 36% pada kecepatan aliran 5 liter/menit , FiO 2 nya = 40% pada kecepatan aliran 6 liter/menit , FiO 2 nya = 44% 2. Sungkup muka tanpa kantong penampung. Sering kali ditolak pasien oleh karena menimbulkan perasaan tidak enak. Menghasilkan FiO 2 sbb: pada kecepatan aliran 5-6 liter/menit, FiO 2 nya = 40% pada kecepatan aliran 6-7 liter/menit, FiO 2 nya = 50% pada kecepatan aliran 7-8 liter/menit, FiO 2 nya = 60%
3. Sungkup muka dengan kantong penampung. Termasuk kelompok aliran rendah, large capacity dan non rebreathing. Hanya ditambah kantong penampung oksigen pada muaranya untuk meningkatkan konsentrasi oksigen udara inspirasi atau FiO 2 . Alat ini digunakan apabila memerlukan FiO 2 antara 60%-90%. Menghasilkan FiO 2 sbb: pada kecepatan aliran 6 liter/menit, FiO 2 nya = 60% pada kecepatan aliran 7 liter/menit, FiO 2 nya = 70% pada kecepatan aliran 8 liter/menit, FiO 2 nya = 80% pada kecepatan aliran 9 liter/menit, FiO 2 nya = 90% pada kecepatan aliran 10 liter/menit, FiO 2 nya = 99%
4. Sungkup muka venturi. Alat ini relatif mahal dibandingkan dengan beberapa alat yang telah disebutkan di atas. Kelebihan alat ini adalah mampu memberikan FiO 2 sesuai dengan yang dikehendaki, tidak tergantung dari aliran gas oksigen yang diberikan. Tersedia dalam ukuran FiO 2 24%, 35%, dan 40%. 5. OEM Mix-O Mask Alat ini hampir sama dengan sungkup venturi. Perbedaannya pada alat ini ditambah dengan pipa korugated sepanjang 20-30 cm dan bisa ditambah adaptor humidifikasi. 6. Sungkup muka tekanan positif Alat ini terdiri dari sungkup muka, ukuran tekanan yang ditara dari 0-4 cm HO, tali pengikat kepala, katup serarah, kantong dari karet elastik, pipa karet diameter agak besar dan meter aliran oksigen dengan sistem regulator untuk oksigen dalam silinder. Alat ini digunakan untuk
memberikan nafas buatan pada pasien yang menderita depresi nafas.
7. Kollar trakeostomi Digunakan pada pasien yang dilakukan trakeostomi. Alat ini mampu memberikan humidifikasi tinggi dan FiO 2 nya dikendalikan dengan mengatur aliran oksigen permenitnya.
Langkah-langkah sebelum memberikan terapi oksigen
Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan analisis gas darah. Pilih sistem yang akan digunakan, (aliran rendah atau tinggi). Tentukan konsentrasi oksigen yang dikehendaki: tinggi (>60%), sedang (35-60%) atau rendah (<35%). Pantau keberhasilan terapi oksigen dengan pemeriksaan fisik pada sistem respirasi dan kardiovaskular. Periksa analisis gas darah secara periodik dengan selang waktu minimal 30 menit.
Terapi Oksigen Pada Pasien ARDS Pendekatan terapi terkini untuk ARDS adalah meliputi perawatan suportif, bantuan ventilator dan terapi farmakologis. Prinsip umum perawatan : Pengidentifikasian dan terapi penyebab dasar ARDS. Menghindari cedera paru sekunder misalnya aspirasi, barotrauma, infeksi nosokomial atau toksisitas oksigen. Mempertahankan penghantaran oksigen yang adekuat ke end-organ dengan cara meminimalkan angka metabolik. Mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler serta keseimbangan cairan tubuh. Dukungan nutrisi.
Prinsip Pengaturan Ventilator Meliputi volume tidal rendah (4-6 mL/kgBB) dan PEEP yang adekuat, kedua pengaturan ini dimaksudkan untuk memberikan oksigenasi adekuat (PaO2 > 60 mmHg) dengan tingkat FiO2 aman, menghindari barotrauma (tekanan saluran napas <35cmH2O atau di bawah titik refleksi dari kurva (pressure-volume) dan menyesuaikan (I:E) rasio inspirasi : ekspirasi (lebih tinggi atau kebalikan rasio waktu inspirasi terhadap ekspirasi dan hiperkapnea yang diperbolehkan). Selain pengaturan ventilasi dengan cara diatas, masih ada lagi teknik pengaturan ventilasi untuk ARDS strategi ventilasi terkini yang meliputi high frequency ventilation (HVF) inverse ratio ventilation (IRV) airway pressure release ventilation (APRV) prone position pemberian surfaktan eksogen ventilasi mekanik cair dan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) extracorporeal carbon dioxide removal (ECCO2R).
KESIMPULAN ARDS adalah sindrom klinis dari cedera paru dengan kegagalan napas yang disebabkan oleh hipoksia akibat peradangan paru yang intens. Hasil peradangan yang meningkatkan permeabilitas kapiler paru dan alveoli, edema paru yang kaya protein, deplesi / inaktivasi surfaktan, dan selanjutnya pada 5 - 7 hari berkembang menjadi fibrosis paru. ARDS ditandai dengan adanya dyspnea akut dan hipoxemia dalam hitungan jam ke hari dari suatu faktor pencetus, seperti; trauma, sepsis, overdosis obat, transfusi masif, pankreatitis akut, atau aspirasi. Pasien dengan ARDS seringkali disertai dengan multi organ failure dan dapat mengalami demam ataupun hipotermi. ARDS sering terjadi akibat sepsis sehingga berhubungan dengan vasokonstriksi disertai akral yang dingin.
Terapi oksigen ini sangat penting didalam pengobatan dengan obat oksigen dan ditentukan oleh kondisi pasien ARDS, pasien perlu dirawat di unit perawatan intensif (ICU) yang akan diberikan terapi secara bertahap. Dengan sistem pemberian gas Nonrebreathing /Rebreathing. Kemudian pengaturan ventilator volume tidal rendah dan PEEP untuk memberikan oksigenasi adekuat dengan tingkat FiO2 aman, menghindari barotrauma. Pengaturan ventilasi juga perlu untuk pasien ARDS yang meliputi high frequency ventilation (HVF), inverse ratio ventilation (IRV), airway pressure release ventilation (APRV), prone position, dan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) serta extracorporeal carbon dioxide removal (ECCO2R). Dari semua metode ini digunakan sebagai terapi alternatif baru bagi pasien ARDS secara bertahap.