Anda di halaman 1dari 10

1. 1.

Tujuan dan Manfaat Koordinasi


Tujuan dan manfaat koordinasi antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mewujudkan KISS (koordinasi,integrasi,sinkronisasi, dan simplifikasi) agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
2. Memecahkan konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait.
3. Agar menejer pendidikan mampu mengintegrasikan dan mensinkronkan pelaksanaan
tugas-tugasnya dengan stakeholders pendidikan yang saling bergantungan, semakin besar
ketergantungan dari unit-unit, semakin besar pula kebutuhan akan pengoordinasian.
4. Agar manajer pendidikan mampu mengoordinasikan pembangunan sektor pendidikan
dengan pengembangan sektor-sektor lainnya.
5. Agar menejer pendidikan mampu mengintregrasikan kegiatan fungsional dinas
pendidikan dan tujuan-tujuan dari unit organisasi yang terpisah-pisah untuk mencapai
tujuan bersama dengan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien.
6. Adanya pembagian kerja dimana semakin besar pembagian kerja,semakin diperlukan
pengoordinasian/penyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau tumpang-tindih
pekerjaan yang menyebabkan pemborosan.
7. Untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis di antara
kegiatan-kegiatan, baik fisik maupun nonfisik dengan stakeholders.
8. Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
dengan sumber daya pendidikan yang terbatas.
9. Mencegah terjadinya konflik interal dan eksternal sekolah yang kontra produktif.
10. Mencegah terjadinya kekosongan ruang dan waktu.
11. Mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat.
12. Macam-macam koordinasi
Terdapat tiga macam keadaan yang saling bergantungan (interdependence) diantara unit-unit
organisasi,yaitu:
a Keadaan saling bergantungan yang disatukan (pooled interdependence) .
b Keadaan saling bergantungan saling berurutan (sequential inderpendence).
c Keadaan saling bergantungan timbale baik (reciprocal independence).

Yang dimaksud dengan keadaan saling bergantungan yang disatukan ialah apabila individu-
individu atau unit-unit organisasi tidak tergantung satu sama lainnyauntuk melaksanakan
tugasnya sehari-hari,tetapi bergantung kepada pelaksanaan yang memadai dari masing-masing
individu atau unit-unit organisasi untuk kelangsungan hidupnya.Masing-masing bagian
memberikan sumbangan terpisah kepada keseluruhan dan dibantu oleh keseluruhan.
Contoh, kepala sekolah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan.,dan Dinas Tenaga Kerja
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya siswa disekolah.Kepala Sekolah akan
berfungsi dalam keadaan saling bergantung secara penuh kepada Kepala Dinas Kesehatan dan
Kepala Dinas Tenaga kerja.Meskipun demikian,pelaksanaan yang baik dari masing-masing dinas
diperlukan untuk kelangsungan hidup semua lembaga tersebut.

Yang dimaksud keadaan saling bergantungan berurutan ialah individu atau suatu unit sekolah
harus bertindak sebelum unit sekolah berikutnya atau lainnya dapat
bertindak.Contohnya:Penilaian kerja menanti pelaksanaan kerja selesai,sedangkan pelaksanaan
kerja menanti perencanaan kerja selesai.
Yang dimaksud dengan keadaan saling bergabtungan timbal baik ialah individu-individu atau
unit-unit sekolah saling bergantung dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.Contohnya: Untuk
meningkatkan NEM siswa,SMP melaksanakan PBM dengan sebaik-baiknya,bersamaan dengan
itu kepala sekolah melalui bagian perlengkapan menyediakan sarana-prasarana KBM nya untuk
memenuhi guru-guru dan siswa-siswanya.Dan pengurus BP-3 memotivasi orang tua atau wali
siwa agar mengawasi dan membina anak-anakny agar lebih giat belajar.
Koordinasi dapat dibedakan atas:
a Koordinasi hirarkis(vertical), yang dilakukan oleh pejabat pimpinan atau suatu instansi
terhadap pejabat atau instansinya di bawahnya.
b Koordinasi fungsional, yang dilakukan oleh pejabat atau suatu instansi terhadap pejabat
atau instansi lainny yang tugasnya saling berkaitan berdasarkan asas fungsionalisasi.
Koordinasi fungsional horizontal dilakukan oleh seorang atau suatu instansi terhadap pejabat
atau instansi lain yang setingkat.Koordinasi fungsional diagonal dilakukan oleh seorang pejabat
atau instansi terhadap pejabat atau instansi lain yang lebih rendah tingkatannya,tetapi bukan
bawahannya.Koordinasi fungsional territorial dilakukan oleh seorang pejabat atau instansi
terhadap pejabat atau instansi lainnya yang berada dalam suatu wilayah tertentu di mana semua
urusan yang ada dalam wilayah tersebut menjadi tanggung jawabnya.



1. Pendekatan Koordinasi
Terdapat tiga pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif dan efisien, yaitu sebagai
berikut :
a Menggunakan Teknik Manajemen yang Asasi
Masalah-masalah koordinasi yang sederhana sering dipecahkan melalui penggunaan mekanisme
manajerial yang asasi untuk mencapai pengordinasian.Mekanisme koordinasi secara singkat
diuraikan sebagai berikut.
Hierarki Manajerial
Rangkaian komando organisasi merangkaikan hubungan-hubungan di antara individu-individu
dan unit-unit yang diawasi.Dengan cara demikian akan membantu arus informasi dan pekerjaan
di antara unit-unit.
Peraturan dan Prosedur
Peraturan dan prosedur suatu organisasi dibuat untuk menangani kejadian-kejadian sehari-hari
sebelum hal-hal tersebut terjadi.Jika peraturan dan prosedur tersebut diikiuti secara teratur maka
bawahan akan dapat mengambil tindakan secara tepat dan bebas, memberikan lebih banyak
waktu kepada atasan untuk mencurahkan perhatiannya kepada kejadian-kejadian baru dan unik.
Rencana dan Tujuan
Rencana dan dan tujuan mencapai koordinasi harus menjamin bahwa semua individu atau unit-
unit mengarahkan dan mengerahkan upaya-upayanya ke arah sasaran yang luas dan sama.
b Meningkatkan kesanggupan koordinasi
Jika unit lebih banyak dan lebih saling bergantung, maka diperlukan lebih banyak informasi bagi
organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian, kesang upan berkoordinasi juga harus
ditingkatkan.Apabila teknik-teknik manajemen asasi masih belum cukup untuk meningkatkan
koordinasi maka diperlukan kesanggupan untuk berkoordinasi, baik dengan sistem vertikal
maupun horizontal. Sistem vertical ialah koordinasi yang dilakukan secara hierarkis,sedangkan
sistem horizontal ialah koordinasi yang dilakukan dengan individu atau unit yang selevel.
c Mengurangi Kebutuhan Berkoordinasi
Cara mengurangi kebutuhan akan berkoordinasi,antara lain:
Menciptakan sumber-sumber tambahan.
Menciptakan unit-unit bebas.
Menciptakan sumber-sumber tambahn,yaitu memberikan fasilitas kepada individu-individu atau
unit-unit dalam memenuhi kebutuhannya.Contoh : kepala sekolah ingin berkoordinasi dalam
penggunaan OHP yang terbatas bagi sejumlah guru.Dengan menambah OHP sesuai Kebutuhan
guru yang ada maka koordinasi akan penggunaan OHP dapat dikurangi, bahkan dihilangkan.
Menciptakan unit-unit bebas ialah memberikan kebebasan kepada individu atau unit-unit untuk
berkreasi sehingga tidak perlu lagi berkoordinasi. Contoh : kepala sekolah dibebaskan dalam
mengajukan proposal sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sekolahnya masing-
masing sehingga tidak perlu lagi berkoordinasi dengan stakeholders-nya.
1. JENIS KOORDINASI
a) Koordinasi Vertikal
Koordinasi yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada atasannya dan kepada bawahannya.
Contohnya koordinasi kepala sekolah dengan kepala Dinas Pendidikan dan bawahannya.
b) Koordinasi Fungsional
Koordinasi antar kepala sekolah dengan kepala sekolah lainnya yang tugasnya saling berkaitan
satu sama lain berdasrkan asas fungsional. Koordinasi fungsional di bagi menjadi 3 macam
koordinasi : koordinasi fungsinoal horizontal, diagonal, dan teritorial.



c) Koordinasi Institusional.
Koordinasi ini sering digunakan kepala sekolah dengan beberapa instansi untuk menangani satu
urusan tertentu yang bersangkutan. Contohnya untuk urusan kepegawaian, kepala sekolah
berkoordinasi dengan Kepala Bidan Kepegawaian Daerah dan Kepala Badan Diklat Daerah.
1. PRINSIP KOORDINASI
v Kesamaan : sama dalm visi, misi, dan langkah langkah untuk mencapai tujuan bersama
(sense of purpose).
v Orientasikan : titik pusatnya adalah sekolah sebagai coordinator yang simpul simpulnya
stakeholders sekolah.
v Organisasikan : harus berada dalam satu paying (terorganisasi) sehingga sikap egosektoral
dapat dihindari.
v Rumusan : nyatakan secara jelas wewenang, tanggung jawab, dan tugas masing masing agar
tidak saling tumpang tindih.
v Diskusikan : cari cara efektif, efisien, dan komunikatif dalam berorganisasi.
v Informasikan : segala apa yang terjadi dalam organisasi dari diskusi dan putusan rapat
mengalir cepat ke semua pihak dalam jaringan system koordinasi.
v Negoisasikan : merundingkan untuk mencari kesepakatan, dalam hal ini jangan ada yang di
rugikan.
v Atur waktu : rencana koordinasi harus di patuhi, agar organisasi berjalan dengan baik.
v Solusikan : masalah yang ada harus segera di selesaikan dan di pecahkan semua stakeholders.
v Insafkan : setiap stakeholders harus memiliki laporan tertulis yang lengkap.
Dalam hal ini prinsip prinsip koordinasi sering disingkat KOORDINASI.


1. KARAKTERISTIK KOORDINASI YANG EFEKTIF.
Tujuan koordinasi berjalan dengan baik dan memuaskan semua pihak yang terkait di
dalamnya.
Koordinator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif.
Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya.
Tidak terjadi tumpang tindih dalam menjalankan tugas.
Berkomitmen.
Tidak merugikan pihak yang berkoordinasi.
Pelaksanaan tepat waktu.
Semua masalah terpecahkan.
Tersedia laporan tertulis.
1. KOORDINASI SUMBER DAYA PENDIDIKAN DALAM MENCAPAI TUJUAN
PENDIDIKAN.
2. Koordinasi Proses Belajar Mengajar.
3. Koordinasi Kesiswaan.
4. Koordinasi Ketenagaan.
5. Koordinasi Keuangan.
6. Koordinasi Sarana dan Prasarana.
7. KOORDINASI SEKTOR PENDIDIKAN DENGAN PENGMBANGAN SEKTOR
SEKTOR LAIN.
8. Kepala Dinas Kesehatan.
9. Dinas Tenaga Kerja.
10. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
11. Kepala Dinas Tenaga Kerja.
12. Kepala Pemberdayaan Masyarakat.
13. Kepala Dinas Pekerjaan Umum.
14. Kepala Dinas Koperasi.
15. Kepala Dinas Lingkungan Hidup.
16. Kepala Kepolisian.
17. Departement Agama.
1. PERSIAPAN INPUT MANAJEMEN UNTUK MENGELOLA SUMBER DAYA
PELAKSANA
1. Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Sekolah
2. Rencana kerja
3. Prosedur kerja
4. Rapat
5. Taklimat ( Briefing )
6. Surat Keputusan Bersama/Surat Edaran Bersama
7. Tim, Paqnitia, Satuan Tugas (Satgas), Kelompok Kerja, danGugus Tugas
8. Komite Sekolah dan Pendidikan.
9. KOORDINASI PERMASLAHAN KETATALAKSANAAN.
Permaslahan ketatalaksanaan yang perlu dikoordinasikan antara lain permasalahan pembagian
pekerjaan.
Ada empat macam diferensiasi yang menjadi masalah dalam pengoordinasikan, yaitu :
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan.
1. Perbedaan dalam orientasi waktu.
2. Perbedaan dalam orientasi interperosional.
3. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Masalah-masalah pengoordinasi dibagi dua,yaitu :
1) Situasi Organisasi
v apabila subsistem-subsistem organisasi menyilang batas-batas bagian.
v Apabila kegiatan-kegiatan yang saling bergantungan mempunyai jadwal waktu yang
berlainan.
v Apabila jarak geografis diantara bagian-bagian sangat jauh.

Faktor Manusia
v Persaingan Sumber Daya
v Perbedaan dalam Status dan Arus Pekerjaan
v Tujuan-Tujuan Bertentangan
v Pandangan, Sikap, dan Nilai yang Berbeda
1. PRAKTIK KOORDINASI
Koordinasi adalah sebuah kata yang mudah diucapkan, tetapi suliy dilaksanakan. Koordinasi di
bidang pendidikan terutama penggunaan fasilitas bersama yang masih belum berjalan baik.
Misalnya, setiap jurusan punya laboratorium komputer. Penggunaannya jarang
memperhitungkan use factor. Ada kecenderungan lebih banyak menganggurnya daripada dipakai
sehingga terjadilah pemborosan. Contohnya, penggunaan fasilitas bengkel milik pemerintah.
Demikian pula dalam perencanaan ketenagakerjaan, tampaknya belum ada koordinasi antara
kebutuhan tenaga kerja terdidik dari Departemen Tenaga Kerja, Dinas Tenaga Kerja di daerah,
dengan Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan di daerah. Contohnya, tidak ada
data yang pasti tentang jumlah sarjana yang dibutuhkan ( demand ) di Indonesia untuk 5 sampai
10 atau 20 tahun ke depan dari Departemen Tenaga Kerja dan Dinas Tenaga Kerja di daerah.
Koordinasi data pendidikan juga belum baik, buktinya, data pendidikan penduduk yang ada di
BKKBN berbeda dengan yang ada di Badan Pusat Statistik, dan keduanya berbeda pula dengan
data yang ada di Depdiknas.
Husaini Usman (1997 : 15) menyatakan bahwa masalah nrendahnya koordinasi tampak dari
adanya gejala bahwa masing-masing yang terlibat dengan dunia pendidikan masih berjalan
sendiri-sendiri. Koordinasi di bidang pembangunan juga belum baik. Buktinya, jalan yang baru
selesaikan Dinas Pekerjaan umum, dibongkar kembali oleh Telkom untuk memasang kabel.
Maka pada jalan yang sama sampai terjad bongkar pasang. Setiap bongkar dan pasang
membutuhkan waktu, tenaga, dana dari rakyat yang tidak sedikit ( Husaini usman, 1997: 15).
1. Hasil RISET
Suyanto, dkk. (1995:198) menemukan bahwa para pengusahadi dunia usaha dan industri tidak
senang berkoordinasi dengan pihak Kepala SMK dalam rangka PSG. Untuk mengatasi kurang
baiknya koordinasi antara kepala SMK dengan para pengusaha di dunia usaha dan industri,
penelitian Mutaqin,dkk. (1995: 244) menemukan bahwa para pengusaha di dunia usaha dan
industri dan para kepala SMK mengharapkan adanya peraturan perundang-undangan yang
mengatur koordinasi antara SMK dengan dunia usaha dan dunia industri. Penelitian
Herminarto,dkk. (1995:201) bahwa secara formal belum ada koordinasi antara para kepala SMK
dengan para pengusaha dunia usaha dan dunia industri.
Sunaryo,dkk. (1996:25) menemukan bahwa para pengusaha di dunia
usaha dan dunia industri kurang senangkoordinasi (PSG) karena merasa hanya direpotkan dan
tidak memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan atau industrinya. Menurut I.W.
Djatmiko (1996:15) menunjukkan bahwa kondisi pengajaran di Sekolah Menengah Kejuruan
dalam melaksanakan P8endidikan Sistem Ganda masih kurang memuaskan segala pihak yang
terkait karena masih kurangnya koordinasi antara pihak SMK dengan dunia usaha dan dunia
industri.


BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Melalui penjabaran diatas kita dapat mengetahui, apakah koordinasi itu dan peranannya dalam
organisasi. Koordinasi mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan suatu
organisasi. Jika koordinasi antar kelompok atau individu baik maka yang akan didapat akan baik
pula. Jika kurang koordinasinya maka hasilnya kurang memuaskan.
Kesimpulan dari para pakar mengenai koordinasi adalah proses mengintegrasikan (memadukan),
mentinkronisasikan, dan menyederhanakan pelaksanakan tugas yang terpisah pisah secara terus
menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Tujuan dan manfaat koordinasi antara lain sebagai berikut:
a) Untuk mewujudkan KISS (koordinasi,integrasi,sinkronisasi, dan simplifikasi)
b) Memecahkan konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait
c) Agar menejer pendidikan mampu mengintegrasikan dan mensinkronkan pelaksanaan tugas-
tugasnya
d) Agar manajer pendidikan mampu mengoordinasikan pembangunan sektor pendidikan
e) Agar menejer pendidikan mampu mengintregrasikan kegiatan fungsional dinas pendidikan
dan tujuan-tujuan dari unit organisasi
f) Adanya pembagian kerja dimana semakin besar pembagian kerja,semakin diperlukan
pengoordinasian/penyerasian
g) Untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis
h) Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
i) Mencegah terjadinya konflik interal dan eksternal sekolah yang kontra produktif.
j) Mencegah terjadinya kekosongan ruang dan waktu.
k) Mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat.
Macam-macam koordinasi
1. Keadaan saling bergantungan yang disatukan (pooled interdependence)
2. Keadaan saling bergantungan saling berurutan (sequential inderpendence).
3. Keadaan saling bergantungan timbale baik (reciprocal independence).
Koordinasi dapat dibedakan atas:
a) Koordinasi hirarkis(vertical),
b) Koordinasi fungsional
JENIS KOORDINASI
1. Koordinasi Vertikal
2. Koordinasi Fungsional
3. Koordinasi Institusional.
PRINSIP KOORDINASI
a) Kesamaan
b) Orientasikan
c) Organisasikan
d) Rumusan
e) Diskusikan
f) Informasikan
g) Negoisasikan
h) Atur waktu
i) Insafkan
j) Solusikan
KARAKTERISTIK KOORDINASI YANG EFEKTIF.
Tujuan koordinasi berjalan dengan baik dan memuaskan semua pihak yang terkait di
dalamnya.
Koordinator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif.
Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya.
Tidak terjadi tumpang tindih dalam menjalankan tugas.
Berkomitmen.
Tidak merugikan pihak yang berkoordinasi.
Pelaksanaan tepat waktu.
Semua masalah terpecahkan.
Tersedia laporan tertulis.
KOORDINASI SUMBER DAYA PENDIDIKAN DALAM MENCAPAI TUJUAN
PENDIDIKAN.
1. Koordinasi Proses Belajar Mengajar.
2. Koordinasi Kesiswaan.
3. Koordinasi Ketenagaan.
4. Koordinasi Keuangan.
5. Koordinasi Sarana dan Prasarana

Anda mungkin juga menyukai