Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil
manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis.
Penemuan - penemuan fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia
merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok dihuni manusia kala itu. Penemuan
- penemuan fosil sangat berguna bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal
menjelaskan kehidupan manusia kala itu. Hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi
manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang fosil manusia - manusia
purba. Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai
banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan
terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang ditemukan. Hal ini diketahui dari kedatangan
para ahli dari Eropa pada abad ke-19, dimana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang fosil manusia di Indonesia. Itu sebabnya makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas
dan terperinci mengenai pengertian manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan homo
sapiens serta kehidupannya pada masa itu.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana kehidupan manusia purba pada zaman dahulu?
1.2.2 Bagaimana kehidupan manusia homo sapiens pada zaman dahulu?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui kehidupan manusia purba pada zaman dahulu
1.3.2 Untuk mengetahui kehidupan manusia homo sapiens pada zaman dahulu

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang
kehidupan manusia purba pada zaman dahulu
1.4.2. Dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis guna menciptakan tulisan yang lebih
bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa mengetahui kehidupan manusia homo sapiens pada
zaman dahulu




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manusia Purba

Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Tanah
air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak
ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Manusia
purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum
mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Fosil adalah
sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah membatu yang tertimbun di
dalam tanah dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan artefak adalah peninggalan masa
lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logam. Cara
hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung pada alam. Jenis-jenis
manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu :
1. Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan penggunaan
perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif. Ciri-ciri kehidupan manusia
pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di
atas pohon; dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food
gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat yang lain (nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-
alatnya terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat
tersebut adalah :
Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "Chopper" (alat
penetak/pemotong)
Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi
Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong.
Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan
buah-buahan. Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum
tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
2. Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan. Zaman ini
disebut pula zaman "mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut", yang
dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lampau. Para ahli
memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide yang
merupakan nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama
dengan zaman palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum mendapatkan makanan
dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit
karang (abris souche roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche roche
menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.
Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat kesenian yang
ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di gua Leang-leang,
Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada 1950. Van Stein Callenfels
menemukan alat-alat tajam berupa mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa dekat
Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil peninggalannya ditemukan di tempat sampah
berupa dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur Sumatera yang
disebut kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam
Sumatera, pabble culture, dan alat berburu dari tulang hewan.
3. Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai
sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan
pesat, dari cara food gathering menjadi food producing, yaitu dengan cara bercocok
tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah
panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.
Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna
menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa
dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang dianggap
pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena
menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan
swasembada pangan sejak zaman nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah
mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi
menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina
Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong
tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke
Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak
persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang digunakan sebagai
benda pelengkap upacara atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di
Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh
leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat berasal dari Sumba,
Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur.
4. Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah mengenal
kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh
nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai,
gunung, senjata tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala
sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap
keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya,
diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan
rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan
secara baik sebagai bentuk penghormatan.
Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus dapat dilihat
dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang bersifat rohaniah
pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi
Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden
berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah
meja batu untuk menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan berbentuk lesung yang menyerupai
peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat; punden
berundak adalah bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah
perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan.
5. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari
batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang
diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang
disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini
juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil
melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa melalui zaman tembaga.
Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia
(Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu
Muda). Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian
dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar tahun
3000-2000 SM. Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan manusia
purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia
berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang hanya mungkin
dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat, yakni golongan undagi. Di luar Indonesia,
berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia menggunakan logam besi mereka telah
mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah bijih menjadi logam lebih
mudah untuk tembaga dari pada besi.
Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang
diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu
sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu 3500 C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak bertungkai kayu, mata pisau, mata sabit,
mata pedang, cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa
Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
2.2 Jenis-Jenis Manusia Purba
Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia adalah sebagai
berikut :
2.2.1 Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan artinya besar, Anthropus
artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus artinya dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa
Meganthropus paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia
purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang
peneliti Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil tersebut tidak ditemukan dalam keadaan
lengkap, melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang
telah lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun.
Ciri-Ciri Meganthropus paleojavanicus :
Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala.
Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
Makanannya berupa daging dan tumbuh-tumbuhan.
2.2.2 Pithecanthropus

Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil manusia purba yang paling
banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang berjalan
tegak. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah dan tengah. Mereka hidup
dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan Mereka sudah memakan segala, tetapi
makanannya belum dimasak. Terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang ditemukan di
Indonesia, yaitu Pithecanthrophus erectus, Pithecanthropus mojokertensis, dan Pithecanthropus
soloensis. Berdasarkan pengukuran umur lapisan tanah, fosil Pithecanthropus yang ditemukan di
Indonesia mempunyai umur yang bervariasi, yaitu antara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.
1. Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di sekitar
lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Mereka hidup sekitar
satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus berjalan
tegak dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat. Volume otak
Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari 1000 cc,
sedangkan volume otak kera hanya 600 cc.

(Pithecanthropus erectus)
2. Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus robustus. Fosil
manusia purba ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto,
Jawa Timur. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini
diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu. Pithecanthropus
Mojokertensis berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal
dan tulang pipi yang kuat.
3. Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh Von Koeningswald
dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931-1933. Fosil yang
ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.
Ciri-ciri Pithecanthropus :
Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm.
Badan tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
Volume otak berkisar antara 750 1350 cc.
Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
Hidung lebar dan tidak berdagu.
Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar.
Makanan berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.
2.3 Corak Kehidupan Prasejarah Indonesia dan Hasil Budayanya
1. Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk mempertahankan dan memperbaiki pola hidupnya
menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :
Bentuk budaya yang bersifat Spiritual
Bentuk budaya yang bersifat Material
2. Masyarakat Prasejarah mempunyai kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :
Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib.
Misalnya : batu, keris
Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka yang bersemayam dalam batu-
batu besar, gunung, pohon besar. Roh tersebut dinamakan Hyang.
3. Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :
Bersifat Nomaden (hidup berpindah-pindah), yaitu pola kehidupannya belum menetap dan
berkelompok di suatu tempat serta, mata pencahariannya berburu dan masih mengumpulkan
makanan
Bersifat Permanen (menetap), yaitu pola kehidupannya sudah terorganisir dan berkelompok serta
menetap di suatu tempat, mata pencahariannya bercocok tanam. Muali mengenal norma adat,
yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan
4. Sistem bercocok tanam/pertanian
Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak sebagai alat bercocok tanam
Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk membajak sawah
Sistem huma untuk menanam padi
Belum dikenal sistem pemupukan
5. Pelayaran
Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan mengetahui posisi
bintang sebagai penentu arah (kompas)
6. Bahasa
Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan termasuk rumpun bahasa
Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.Terjadinya
perbedaan bahasa antar daerah karena pengaruh faktor geografis dan perkembangan bahasa.
FOOD GATHERING
Ciri zaman ini adalah :
Mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan
Nomaden, yaitu Hidup berpindah-pindah dan belum menetap
Tempat tinggalnya : gua-gua
Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu kali yang masih kasar, tulang dan tanduk rusa
Zaman ini hampir bersamaan dengan zaman batu tua (Palaeolithikum) dan Zaman batu tengah
(Mesolithikum)
FOOD PRODUCING
Ciri zaman ini adalah :
Telah mulai menetap
Pandai membuat rumah sebagi tempat tinggal
Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma
Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat
Alat-alat terbuat dari kayu, tanduk, tulang, bambu ,tanah liat dan batu
Alat-alatnya sudah diupam/diasah
Zaman bercocok tanam ini bersamaan dengan zaman Neolithikum (zaman batu muda) dan
Zaman Megalithikum (zaman batu besar)


2.4 Homo Sapiens

Homo Sapiens merupakan sebuah spesies dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Dalam sebuah mitos, manusia seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, manusia dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
organisasi mereka dimasyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, serta berdasarkan
kemampuan mereka membentuk sebuah kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain
serta pertolongan. Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan
dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan
nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang dimilikinya.
Hal ini berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama makhluk alamiah,
berbeda dengan manusia hewan tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya dan
terikat erat oleh alam sekitarnya.
Jenis manusia ini termasuk manusia yang memiliki pikiran yang cerdas dan bijaksana.
Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan pada masa
sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan pertimbangan masa lalu yang merupakan
pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah satu wujud budaya manusia yang
kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan atau perilaku, ataupun kemampuan
mengerjakan suatu tindakan. Manusia purba jenis ini memiliki bentuk tubuh yang sama dengan
manusia sekarang. Dibandingkan manusia purba sebelumnya, homo sapiens lebih banyak
meninggalkan benda benda berbudaya. Diduga, inilah yang menjadi nenek moyang bangsa
bangsa di dunia.
Ciri-ciri Homo Sapiens :
Tinggi tubuh 130-210 cm
berat badan 30 159 kg, dan volume otak 1350 1450 cc.
Otak lebih berkembang dari pada Meganthropus dan pithecanthropus.
Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
Mempunyai ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid.
2.5 Jenis-Jenis Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama
dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan
mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang
ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
1. Homo Soloensis ( Manusia dari Solo)
Fosil ini ditemukan pada tahun 1931 1934 oleh Von Koenigswald dan Wedenreich di desa
Ngadong lebah Bengawan Solo. Fosilnya berupa tengkorak menurut penelitian terrnyata Homo
Soloensis tingkatanya lebih tinggi di banding Pithecanthropus Erektus.
Ciri-ciri homo soloensis :
Otak kecilnya lebih besar dari pada otak kecil Pithecanthropus Erectus.
Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus.
Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung).
Tinggi badan antara 130 210 cm
Volume otaknya antara 1000 1200 cc
Otot tengkuk mengalami penyusutan
Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
2. Homo Wajakensis
Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di desa
Wajak( Tulung Agung) Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tulang tengkorak, rahang atas
dan rahang bawah tulang pah dan tulang kering. Homo Wajakensis golongan homo Sapiens
kelompok manusia purba maju dan terakhir. Dan ini membuktikan bahwa Indonesia sejak 40.000
tahun yang lalu sudah didiami manusia sejenis Homo Sapiens.
Ciri-ciri homo wajakensis :
Berbadan tegap
Mukanya tidak terlalu menonjol ke depan.
Hidung lebar dan bagian mulutnya menonjol
Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus.
Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata
Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah atap tengkoraknya dari
muka ke belakang
Tingginya sekitar 180 cm
Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 1000-2000 cc dengan rata-rata 1350-1450 cc.
Tinggi badang antara 130-210 cm, berat badan antara 30-150 kg.
Hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu
Mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang yang masih sederhana.
2.6 Kebudayaan Homo Sapiens
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan zaman
manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman batu terbagi dua tahap,
yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu Baru (Neolithikum).
Zaman batu tua berlangsung antara 300 ribu tahun sebelum masehi sampai 35 ribu tahun
sebelum masehi, yaitu dalam masa 2.650 abad lamanya. Meskipun manusia yang hidup dan
berkebudayaan Batu Tua dan berkembang dalam masa 2.650 abad itu, kebudayaannya masih
rendah, akan tetapi mereka termasuk dalam jenis Homo Sapiens (manusia berbudaya) untuk
membedakan dari makhluk-makhluk masa sebelumnya.
Zaman batu baru. Secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama kebudayaan homo
sapiens berangsur-angsur meningkat. Homo sapiens dapat membelah dan mengasah batu,
kemudian membentuk batu itu menjadi perkakas disesuaikan dengan keperluannya, seperti
kapak, ujung tombak, mata panah dan lain sebagainya. Secara perlahan-lahan pula kebudayaan
Batu Baru menyebar ke daerah-daerah yang beriklim hangat di dunia.



BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Manusia
purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum
mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Jenis-jenis
manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman
neolitikum, zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu
dan zaman besi. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia
Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan
Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.
Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan manusia
prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang bersifat spiritual dan
bersifat material; segi kepercayaan ada dinamisme dan animisme; pola kehidupan manusia
prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup berpindah-pindah dan bersifat permanen (menetap);
sistem bercocok tanam/pertanian; pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi food
producing.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama
dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan
mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang
ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
1. Homo Soloensis
2. Homo Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan zaman
manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman batu terbagi dua tahap,
yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu Baru (Neolithikum).

3.2 Saran
3.2.1 Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah
pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.
3.2.2 Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan sebagai bahan dalam
pembuatan makalah guna menciptakan karya tulis yang lebih bermanfaat mengenai kehidupan
manusia homo sapiens pada zaman dahulu.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-Masa-
Praaksara.html
http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html
http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html
http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-erectus.html
http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/

Anda mungkin juga menyukai