Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN PANIK DISERTAI


SINDROM KETERGANTUNGAN BENZODIAZEPINE




Oleh:
Rilvia Mona Cambey
13014101343
Masa KKM 28Juli 24Agustus 2014

Pembimbing :
Dr. Linny Liando, Sp.KJ







BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2014
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus yang berjudul

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN PANIK DISERTAI
SINDROM KETERGANTUNGAN BENZODIAZEPINE

Oleh :
Rilvia Mona Cambey
13014101343
Masa KKM 28 Juli 24Agustus 2014

Telah dibacakan, disetujui dan dikoreksi pada tanggal Agustus 2014
.




Pembimbing



Dr. Linny Liando, Sp.KJ
1


STATUS LAPORAN KASUS PSIKIATRI


I. IDENTITAS PASIEN
Nama : RT
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status perkawinan : Belum Menikah
Pendidikanterakhir : SMA
Pekerjaan : -
Suku/bangsa : Minahasa /Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamatsekarang : Kalasey I Jaga 6
Tanggal MRS : 30 Juli 2014
Cara MRS : Pasien datang diantar keluarga
Tanggalpemeriksaan : 5 Agustus 2014
Tempatpemeriksaan :Kelas 1 Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Pasien dibawa oleh keluarga ke Kelas 1 jiwa RS Prof DR.V.L.Ratumbuysang pada
tanggal 30 Juli 2014.
Riwayat psikiatri diperoleh dari :
- Autoanamnesis dengan pasien
2

- Rekam medik
- Alloanamnesis dengan ayah dan Ibu pasien an.M. Tampanangoi dan Detje Rumintjap
A. Keluhan utama
Kecemasan dan takut yang berlebihan disertai ketergantungan obat Zyprax sejak 2 bulan
terakhir.
B. Riwayat gangguan sekarang
Anamnesis:
Pasien masuk ke RS Prof. Dr. V.L Ratumbuysang 6 hari yang lalu tepatnya pada hari
Rabu, 30 Juli 2014. Pasien datang ke rumah sakit diantar oleh keluarganya karena pasien
merasa cemas dan takut untuk tinggal sendiri dirumah. Keluhan seperti ini pertama dirasakan
pasien pada Juni 2011. Dimana stressor awalnya dia berkelahi dan diancam oleh pacar baru dari
mantan pacarnya. Setelah pulang dari pertemuan itu, pasien naik mikrolet kemudian pasien
merasakan nyeri di dada, berdebar-debar,merasa seperti tercekik, dan berkeringat dingin
ditangan. Semenjak saat itu pasien merasa trauma, ketakutan untuk keluar rumah sendiri. Bahkan
untuk pergi kuliah pun pasien takut kecuali diantar Ibu atau papanya. Pasienpun diantar ke
tempat praktek dr frida SpKJ. Gejala pasien tidak menghilang bahkan pasien menjadi semakin
takut untuk tinggal sendiri dirumah karena katanya pernah melihat dan mendengar ayahnya
berkelahi dengan tetangganya sehingga dia menjadi trauma. 3 bulan kemudian tepatnya 24
September 2011, pasien diputuskan untuk beristirahat di RS Prof Dr. V.L Ratumbuysang dengan
keluhan tidak bisa tidur, lemas, takut ditinggal dirumah sendiri, dan selalu menghindar untuk
bergaul dengan orang-orang sekitar rumahnya. 2 minggu kemudian pasien pulang ke rumah dan
tetap kontrol minum obat yang diberikan dokter.
Dari 2011 sampai 2014 pasien rutin minum obat, tetapi kemudian 2 bulan terakhir pasien merasa
intensitas kecemasan dan ketakutannya lebih sering muncul. Pasien tidak mau sama sekali
ditinggal dirumah sendiri, pagi hari ketika ayahnya ke kantor pasien selalu minta untuk ikut.
Tetangga-tetangga pasien sudah mengetahui keadaan pasien yang pernah di rawat di RS Prof Dr.
V.L Ratumbuysang akhirnya membuat pasien lebih malu untuk bergaul. Pasien menjadi tidak
ada keinginan lagi untuk masuk gereja atau acara-acara di sekitar rumahnya. Pasien bingung
menjelaskan bagaimana rasa takutnya, pasien hanya bisa menceritakan perasaan seperti takut
3

untuk mati ketika sendiri. Karena penyakitnya pasien sering diantar ke rumah tantenya di
perkamil. Ketika di perkamil, pasien melakukan aktivitas seperti orang normal lain, pasien sering
main bola dan bermain warnet. Ketika kembali pulang ke rumahnya di kalasey rasa takutnya
muncul, pasien merasa sakit dada dan gugup sekurang-kurangnya 30menit. Pasien langsung
meminum obat zyprax. Obat yang harusnya 3 kali sehari diminum pasien 8 kali sehari.
Akibatnya pasien mengalami ketergantungan obat. Menurutnya obat tersebut memberikan
kepercayaan diri untuknya, Pasien kemudian di antar ke rumah sakit Prof Dr. V.L Ratumbuysang.
Ibu pasien pernah mengalami keluhan serupa pada umur 40tahun selama 6 bulan tapi kemudian
sembuh dan tidak pernah merasa keluhan seperti itu lagi sampai sekarang.
C. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien pernah mengalami gejala seperti ini pada tahun 2011.
2. Riwayat kondis imedis
Pasien didiagnosis memiliki penyakit fatty liver dan hipertensi sejak 2 tahun yang
lalu dan mengkonsumsi Dexacap sampai sekarang.
3. Riwayat penggunaan zatpsikoaktif :
Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan psikoaktif. Pasien tidak pernah
minum minuman beralkohol dan merokok
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Pasien lahir secara sunsang di
rumah sakit malalayang tanpa memiliki kecacatan. Semasa hamil, ibu pasien rajin
memeriksakan kehamilan pada dokter.
B. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan anak lainnya. Pada usia ini pasien mulai
belajar berbicara, berjalan dan makan sendiri. Pasien minum ASI sampai dengan 2
tahun dan tidak terdapat masalah dalam makanan pengganti. Pasien diasuh oleh
kedua orang tua tetapi lebih dekat dengan Ibunya. Pasiem tidak memiliki penyakit
psikiatrik atau medis.
4

C. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang dengan normal sesuai dengan usianya.Pasien
bersekolah TK di Malalayang dan SD di Malalayang sampai tamat dan tidak pernah
tinggal kelas.Pasien merupakan anak yang pemalu dan takut ketika ditinggal di
sekolah sehingga Ibu pasien harus mengantar dan menunggu pasien di sekolah
sampai kelas 2 SD. Semenjak pasien kecil, pasien merupakan anak yang tertutup dan
tidak suka menuntut keinginannya pada orang tua. Pasien hanya menerima apa yang
dibelikan orang tua.
D. Riwayat masa kanak-kanak akhir dan remaja
Semasa SMP pasien bersekolah di SMP Rafael, pasien aktif di OSIS dan juga sering
mengikuti lomba Koor.Kemudian pasien melanjutkan SMA di SMA Negeri 1
Manado. Pasien bersekolah dengan baik dan tepat waktu (tidak pernah tinggal kelas).
Ibu pasien selalu mempersiapkan apa yang akan digunakan pasien (seragam sekolah,
bekal makananan). Ibu pasien selalu menelepon menyuruh pasien pulang ketika
pasien terlambat pulang ke rumah. Ketika menentukan mau masuk jurusan apa ketika
kuliah, pasien selalu menanyakan pendapat dan keputusan dari mamanya.
E. Riwayat masa dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien menamatkan sekolah sampai SMA.Selama pendidikan pasien sering
mendapat ranking. Pasien juga aktif di organisasi siswa.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien dulunya berkuliah di FISIP Unsrat namun akhirnya berhenti akibat keluhan
yang dia rasakan.
3. Psikoseksual
Pasien sadar bahwa ia seorang Laki-laki, pasien menyukai lawan jenis. Pasien
tidak mempunyai penyimpangan seksual.Pasien baru pertama kali pacaran ketika
kuliah, tetapi semasa sekolah ada teman wanita yang dia taksir.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.
5. Riwayat keagamaan
5

Pasien beragama kristen dan rajin dalam kegiatan gereja sebelum sakit. Setelah
sakit pasien mengurung diri dirumah dan merasa tidak percaya diri untuk
bergabung dengan kegiatan gereja lagi.
6. Riwayat kehidupan sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik dan tidak pernah ada
masalah dengan tetangga.Tetapi setelah sakit, pasien malu untuk bergaul di
sekitaran kompleks rumahnya. Pasien adalah tipe pemalu dan sedikit memiliki
teman.
7. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum.
8. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu, dan seorang kakak laki-lakinya. Pasien
tergolong kaum menengah karena ibu dan ayahnya bekerja sebagai PNS. Rumah
pasien berada di Perumahan Kalasey. Rumah permanen beratap seng berdinding
beton. Memiliki 2 kamar. Air PAM dan listrik PLN.
Denah rumah:











9. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak bungsu dari dua bersaudara, pasien memiliki kakak laki-
laki. Hubungan antar anggota keluarga baik . Pasien merupakan anak kesayangan
Ibunya. Ibu merupakan sosok yang dominan untuk pasien.

Teras
Kamar tidur
Kamar tidur R.Tamu Dapur
WC
6




Silsilah Keluarga











= Laki-laki
= Perempuan = Mengalami keluhan yang sama
= Pasien

Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
o Pasien menyadari dirinya seorang yang pemalu dan tertutup
o Pasien ingin segera sembuh dan mendapatkan kepercayaan dirinya lagi
o Pasien ingin segera beraktivitas kembali

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
5 Agustus 2014 Jam 16.00
A. Deskripsi umum
1. Penampilan
7

Pasien seorang laki-laki muda, tampak berpenampilan sesuai dengan usia, kulit
putih, rambut pendek berwarna hitam, berwajah bulat, berbadan besar, dan
berpakaian rapi. Pasien memakai kaos berwarna putihs erta memakai celana
pendek berwarna krem.Pasien tampak sakit ringan.
2. Kesadaran
Compos mentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk tenang, rileks, dan menggoyangkan kakinya.
Pasien dapat merespon saat diucapkan salam, pasien dapat menjawab pertanyaan
mengenai identitas dirinya dan pasien juga dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan lainnya.Pasien tidak menghindari kontak mata dan perhatian pasien
tidak terpengaruh oleh sekitar. Gerakan involunter(-).
4. Sikap terhadap pemeriksa
Secara umum pasien kooperatif, menjawab semua pertanyaan yang diberikan,
tetapi terkadang malu-malu dalam menjawab dan seperti masih ada cerita yang
dia simpan dalam hatinya, tetapi belum berani dia ceritakan.


B. Mood dan Afek
1. Mood : eutimik
2. Afek : cemas
3. Keserasian : cukup serasi
C. Bicara
Kualitas : Spontan, volume pelan, suara jelas, intonasi berubah-ubah sesuai dengan
isi pembicaraan, artikulasi baik.
Kuantitas: menjawab sesuai pertanyaan.
8

Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya bahasa

D. Fungsi intelektual (kognitif)
1. Taraf pendidikan
Pasien merupakan mahasiswa FISIP Unsrat semester 3 yang berhenti karena
penyakitnya.
2. Orientasi
Tidak ada gangguan orientasi waktu, tempat dan orang.Pasien mengetahui dengan
jelas hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat saat pemeriksaan.Pasien mengenal
keluarga yang mengantar.
3. Daya ingat
Daya ingat segera : baik ( pasien dapat mengulang 3 benda
yang di sebutkan )
Daya ingat jangka pendek : baik ( pasien dapat mengingat nama
pemeriksa )
Daya ingat jangka panjang : baik ( pasien dapat menyebutkan nama
gurunya ketika SD, dosen ketika dia kuliah)

E. Gangguan persepsi
Tidak ditemukan.
F. Proses pikir
1. Arus pikiran
Pasien menjawab bila ditanya, jawaban pasien relevan.Pembicaraan koheren dan
logis.
2. Isi pikiran : waham kejar dan waham somatik. Pasien berusaha menjelaskan
bahwa dia bisa berpikir seperti orang normal dan dia hanya merasa terganggu bila
tinggal sendiri dan tidak ditemani orang.
G. Pengendalian impuls
Pasien tampak tenang dan dapat mengendalikan dirinya, serta tidak membahayakan
orang lain yang berada di sekitarnya.
H. Tilikan
9

Tilikan derajat 4.
I. Taraf dapat dipercaya : Secara keseluruhan dapat dipercaya
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status internus
Keadaan umum : Cukup baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T: 140/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 18 x/m, S:36,3C
Kepala : conj.anemis -/-, sclera ikt -/-
Thoraks : Rhonki -/-, Wh -/-
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, NT (+) H/L ttb
Ekstremitas : akralhangat, edema (-)
B. Status neurologi
GCS : E
4
M
6
V
5

TRM : tidak dilakukan evaluasi
Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokhor, diameter
3mm/3mm, refleks cahaya (+/+).
Pemeriksaan nervus kranialis
1. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
2. N. optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi
3. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan bola mata
yang wajar.
4. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
5. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara tidak ditemukan kelainan.
6. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
10

Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.Hal ini
memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Untuk fungsi
keseimbangan pasien, pasien dapat berjalan normal dengan menutup mata.
7. N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
8. N. accessories (N.XI)
Pasien dapat menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan, hal ini
menandakan bahwa fungsi N. Aksesoris pasien dalam batas normal.
9. N. hypoglossus (N.XII)
Ketika dijulurkan tidak ada kelainan pada lidah.
Fungsisensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik : Kekuatan otot


Tonus otot

Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin tidak dievaluasi.
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis, alloanamnesis dan beberapa data
diperoleh dari rekam medik) didapatkan pasien laki-laki 23 tahun, kuliah di FISIP UNSRAT
yang kemudian berhenti, belum menikah, agama Kristen Protestan, alamat Kalasey.
Serangan pertama dialami pasien pada tahun 2011, ketika pasien mengalami stresor
berkelahi dengan orang. Pasien menjadi takut keluar sendiri, cemas berlebihan, dan ada rasa
seperti takut mati. . Semenjak saat itu pasien selalu meminum obat anti panik yang didapat
5 5
5 5
N N
N N
11

ketika kontrol pada dr.Frida,SpKJ. 2 bulan yang lalu keluhan menjadi memberat, pasien sering
mengalami rasa takut tiba-tiba ketika ditinggal dirumah sendiri. Pasien kemudian datang diantar
oleh keluarga di RS dengan keluhan cemas, takut ditinggal sendiri, merasa tidak tenang, tak bisa
tidur, dan ketergantungan obat Zyprax
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, lahir sunsang. Riwayat perkembangan
sesuai dengan anak seusianya. Tidak terdapat riwayat gangguan belajar. Pasien menempuh
pendidikan sebagai mahasiswa FISIP, tapi tidak melanjutkan karena keluhan yang dialaminya.
Pada pemeriksaan status mental pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, berpakaian
sesuai. Selama wawancara pasien duduk tenang, kooperatif,, artikulasi jelas, volume pelan
karena malu-malu,serta dapat melakukan kontak mata dengan pemeriksa.
Pada wawancara didapatkan suasana mood eutimik dengan afek cemas.Arus pikiran
ditemukan koheren. Isi pikir ditemukan adanya waham kejar dan waham somatik. Halusinasi (-)
depersonalisasi (-) derealisasi (-) ilusi (-) . Anxietas antisipatorik (+). Penilaian realitas tidak
terganggu. Orientasi orang, tempat, dan waktu baik. Tingkat tilikan pasien derajat IV.
Pada pemeriksaan internus didapatkan tekanan darah 140/80, dimana pasien memiliki
riwayat hipertensi. Pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan bermakna.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Adanya diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan sindrom atau pola perilaku atau
psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu
gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) didalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disfungsi itu disimpulkan dilihat dari berbagai
aspek perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak dalam
hubungan antara orang itu dengan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami gangguan jiwa.
12

Pada Aksis I berdasarkan pemeriksaan fisik dan neurologi tidak ditemukan adanya
gangguan sistemik yang berakibat disfungsi otak yang berkaitan dengan gangguan yang dialami
pasien. Sehingga diagnosis gangguan mental organik (F0) dapat disingkirkan.
Bedasarkan anamnesis didapatkan pasien mengalami sindrom ketergantungan obat
benzodiazepine akibat penggunaan obat yang lama dan adanya rasa cemas yang berlebihan
sehingga pasien meminum obat dengan menggunakan dosis sendiri dengan tujuan
menghilangkan rasa takut dan mendapatkan kepercayaan dirinya. Pasien meminum 8 tablet
sehari. Dimana menurut PPDGJ III ditemukan 4 gejala yang dialami pasien dari 6 gejala sindrom
ketergantungan. Yaitu :
- Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa pasien (kompulsi) untuk
menggunakan obat benzodiazepin
- Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat.
- Terbukti adanya toleransi berupa peningkatan dosis obat yang diperlukan guna
memperoleh efek yang sama yang biasanya didapatkan pasien dengan dosis yang rendah.
- Tetap menggunakan obat secara berlebihan meskipun menyadari adanya akibat yang
merugikan kesehatannya.
Sehingga pasien didiagnosis Sindrom Ketergantungan Penggunaan Sedativa atau Hipnotika.
(F13.2)
Pada pasien ini ditemukan waham kejar dan waham somatik tapi tidak memenuhi kriteria
diagnosis Skizofrenia , gangguan Skizotipal dan gangguan Waham karena dalam menegakkan
diagnosis ini harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia yaitu 1 dari 4 kriteria dasar dan 2 dari 4
kriteria tambahan. Sehingga diagnosis F2 dapat disingkirkan.
Pada anamnesis dan pemeriksaan status mentalis pada pasien tidak ditemukan perubahan
suasana atau afek. Sehingga diagnosis F3 dapat disingkirkan.
Pada pasien ini tidak terdapat gejala anxietas fobik. Pada pasien ditemukan gejala
gangguan anxietas lainnya yaitu merasa cemas dan takut yang berlebihan ketika ditinggal sendiri
di rumah atau keluar sendiri padahal itu bukan merupakan aktivitas yang membahayakan. Pasien
tetap takut walaupun itu keadaan yang sudah bisa diprediksi ataupun tidak dapat diprediksi.
13

Pasien selalu menghindari untuk tinggal sendiri atau keluar sendiri (anxietas antisipatory) dan
ketika serangan terjadi itu berlangsung selama 30 menit. Keluhan sudah berlangsung selama 3
tahun. Sehingga berdasarkan PPDGJ III didapatkan diagnosis pasien F.41 Gangguan Panik.
Pada Aksis II berdasarkan DSM IV dan PPDGJ III , dari riwayat kehidupan pasien
menunjukkan adanya gangguan kepribadian dependen. Aksis II didapatkan pada keadaan pasien
sebelum sakit. Pasien memenuhi kriteria diagnosis gangguan kepribadian dependen karena
memenuhi 3 kriteria dari 6 pedoman diagnostik.
- Pasien membiarkan orang lain (Ibunya) untuk mengambil sebagian besar keputusan
penting untuk dirinya.
- Keengganan untuk mengajukan permintaan pada tempatnya bergantung.
- Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian
- Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari.

Pada aksis III, pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan fatty liver. Sehingga
pasien harus selalu meminum obat dexacap.

Pada aksis IV pasien tidak memilikki masalah ekonomi , dan hubungannya dengan
keluarga baik. Pasien pertama mengalami serangan karena berkelahi dengan orang. Tetapi
stresor itu terjadi 3 tahun yang lalu jadi tidak memenuhi kriteria untuk dimasukkan ke dalam
Aksis IV.
Pada aksis V berdasarkan Global Assesment of Functioning (GAF) Scale. Pada pasien ini
GAF Scale Current = 70-61 yaitu tertinggal dalam pelajaran sekolah, depresi mood ringan,
insomnia ringan. Gejala sedang, disabilitas ringan. GAF High Level Past Year = 70-61 karena
keluhan telah dirasakan selama 3 tahun.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Panik dan Sindrom Ketergantungan Sedative dan Hipnotika
(F41 dan F13.2)
Aksis II : Gangguan Kepribadian Dependen
14

Aksis III : Fatty liver dan Hipertensi
Aksis IV : -
Aksis V : GAF Scale current 70-61
GAF high level 70-61

DAFTAR MASALAH
A,Organobiologi : tidak ada
B. Psikologi : ada waham kejar dan waham somatik
C. Lingkungan dan sosial ekonomi : pasien tidak mau bergaul dengan tetangga dan
menarik diri dari kehidupan sosial, hanya tinggal di
dalam rumah serta harus ditemani setiap saat.
VIII. PERENCANAAN TERAPI
A. Psikofarmaka
Fluoxetin 1 x 20mg/hari tiap pagi hari
Xanax 3 x 2,9 mg (dosis akan diturunkan perlahan)

B. Psikoterapi dan intervensi psikososial
Terhadap pasien :
- Terapi relaksasi
Relaksasi adalah terapi untuk mengatasi masalah sehari-hari,
restrukturisasi kognisi membantu mengurangi ansietas.
Prinsipnya adalah melatih pernafasan untuk meredakan secara
relatif cepat serangan panik dan menenangkan individu.
- Terapi kognitif perilaku
15

Individu diajak bersama-sama membentuk kembali pola perilaku
dan mengganti pikiran irasional menjadi rasional.
- Psikoterapi dinamik
Individu lebih diajak untuk lebih memahami kepribadiannya,
bukan sekedar menghilangkan gejala semata.
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
X. DISKUSI
Efek Ketergantungan Obat Hipnotik-Sedatif Pada Pasien Gangguan PaniK
Serangan panik teramasuk dalam gangguan panik. Gangguan panik ditandai oleh
serangan anxietas atau teror yang berkala (serangan panik, Inggris panic attack). Setiap
episode berlangsung sekitar 15-30 menit, meskipun efek sisa dapat berlangsung lebih
lama. Selama serangan panik, penderita merasakan ketakutan atau tidak nyaman yang
disertai oleh takikardia (denyut jantung yang lebih cepat daripada denyut jantung normal),
jantung berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual, pusing,
perasaan tidak riil (derealisasi), depersonalisasi dan takut mati atau takut menjadi gila.
Serangan panik dapat terjadi secara spontan atau sebagai respon terhadap situasi tertentu.

Frekuensi serangan sangat bervariasi, ada yang sering (setiap hari atau minggu), tetapi
berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami serangkaian serangan tetapi
diikuti periode tenang selama berminggu-minggu
Pasien serangan panik selalu memiliki kecemasan serta ketakutan untuk hal yang
sudah dia ketahui maupun tidak dia ketahui. Karena selalu diliputi perasaan seperti itu,
pasien gangguan panik senantiasa mendoping perasaan mereka dengan obat anti cemas.
16

Obat ini memberikan efek yang besar bagi mereka, seperti tidak takut lagi dan percaya
diri dalam melakukan aktifitas. Penggunaan obat ini secara lama dan terus-menerus
sering menimbulkan gejala ketergantungan seperti toleransi. Dimana dosis rendah yang
dia gunakan dia rasa tidak cukup untuk menanggulangi gejala yang dia rasakan oleh
karena itu pasien sering menambahkan dosis mereka sendiri.
Sedatif- Hipnotik adalah golongan obat depresi SSP yang sering digunakan pada pasien
gangguan panik Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan (menenangkan,
menyebabkan kantuk, menidurkan) hingga yang berat (menghilangkan kesadaran,
keadaan anestesi, koma dan mati
Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas
mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.
Hipnotik adalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan
untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.
Benzodiazepin
Obat golongan benzodiazepine langsung bekerja pada system syaraf pusat. Efek
yang paling menonjol adalah aktivitas sedasi, hipnosis, berkurangnya ansietas, relaksasi
otot, anterograde amnesia, dan antikonvulsan.
Penggolongan obat benzodiazepine berdasarkan waktu paruh eliminasinya:
a. benzodiazepin kerja sangat singkat
b. obat kerja-singkat, dengan t1/2 kurang dari 6 jam, antara lain: triazolam,
zolpidem, nonbenzodiazepin (t1/2, sekitar 2 jam), dan zopiklon (t1/2 5 sampai 6
jam);
c. obat kerja-sedang, dengan t1/2 6 sampai 24 jam, antara lain estazolam dan
temazepam; dan
d. obat kerja lama, dengan t1/2 lebih dari 24 jam, antara lain flurazepam, diazepam,
dan kuazepam. Benzodiazepin dan metabolit aktifnya berikatan dengan protein
plasma.
Ketergantungan akan diterapi dengan tujuan :
1.Abstinensia atau mengurangi penggunaan obat bertahap sampai
abstinensia total
2.Mengurangi frekuensi dan keparahan relaps
17

3.Perbaikan fungsi psikologi dan penyesuaian fungsi sosial dalam
masyarakat.
4.
XI. WAWANCARA PSIKIATRI
autoanamnesis
D : selamat sore. Perkenalkan saya dokter muda Mona, mau minta waktu sebentar
buat tanya-tanya ridel. Boleh?
P : boleh dok.
D : ini dengan pasien ridel tampongangoy?
P : Iya dok.
D : bagus mo pangge apa ini dang? Ridel?nyong? ato?
P : ridel jo dok.
D : apa kabar dang ridel hari ini?
P : oh biasa-biasa dok.
D : Ridel umur berapa kang?
P : 23 tahun dok
D : oh, aktivitas apa dang sekarang? Kuliah? Kerja? Ato?
P : oh dulu kuliah di FISIP dok sampe semester 3. Mar karena kita rasa saki jadi
belum lanjut sampe sekarang,
D : Kalo tinggal dang, ridel tinggal dimana?
P : oh di Kalasey 1 Jaga 6 dok.
D : orang minahasa? Ato?
P : iya dokter.
D : agama apa dang ridel?
P : Kristen protestan
D : Ohh, dokter somo Tanya ridel pe keluhan ne. Kira-kira ada nda yang dokter
boleh bantu pa ridel?
P : for mo se ilang ni perasaan takut dok
D : ridel ada ka rumah sakit bagemana?
P : papa deng mama ada antar dok karena kita ada suruh.
D : ridel ada suruh karena apa?
18

P : oh karena kita nda ja tenang kwa dok di rumah.
D : nda tenang karena? Apa dang yang ridel rasa?
P : hmm. Ja rasa tako-tako begitu dang dok, cemas. Kong kita nda bisa bendung tu
rasa tako.
D : sejak kapan dang ridel rasa begitu?
P : so dari 2011 dok.
D : tu cemas terus-terus ridel rasa ato hilang timbul?
P : hmm. Cuma kalo dapa setinggal sendiri dirumah dok.
D : ada apa so dirumah kong ridel nemau tinggal dirumah.
P : suka sih dok dirumah, mar kita nemau kalo Cuma sendiri.
D : karena kiapa dang ridel nemau sendiri? Ja ba dengar-dengar sesuatu so dirumah?
P : nyanda sih dok
D : kalo b alia sesuatu yang Ibu ato papa nemboleh lia dang?
P :nyanda le dok. Cuma rasa tako-tako no
D : ih kan tako musti ada sebab to ridel. Karena apa dang kang?
P : begini kwa dok, kita tako kwa tape tetangga mo beking sesuatu pa kita kalo
Cuma dirumah
D : sesuatu bagemana? Ridel ada beking apa so kong dorang mo ganggu?
P : hmm. Tuhari kwa papa ada baku salah deng dorang jadi kita tako no.
D : jadi ridel so nda ja kaluar rumah dang?
P : kalo di kalasey sih io dok. Mar kita ja sering pigi di rumah di perkamil pa tp
tante dok. Kalo disana kita nda tako.
D : kalo makan deng tidor dang? Ridel ja tidor ena kalo malam?
P : makan biasa dok, mar kalo tidor, tidor jam 10 bangun jam 12 dok, kong so nda
tatidor karena cemas.
D : ridel ja rasa tako pas papa ada baku salah deng tetangga? Ato so dari kapan ridel
rasa tako?
P : oh nda dulu kwa dok, waktu kuliah semester 3 kita ada cewe.
D : trus?
P : pas batunangan 3 bulan, kita dapa tau dia ada cowo laeng. Kong kita bakudapa
no deng depe cowo baru.
19

D : oh bahugel dang ridel pe cewe.
P : mar depe cowo kwa so angkatan 2 tahun lebe tua, kong tabaku salah. Dia ada
ancam no pa kita. Pas kita mo pulang rumah, di mikro, kita pe dada rasa saki skali. Kong
nda dapa banapas. Mulai dari situ kita so nemau kaluar sendiri.
D : ada baku salah bagemana? Ridel dapa pukul ? ato Cuma baku ambe mulut?
P : oh Cuma baku marah begitu dok. Ya somo dapa inga.
D : mulai dari situ dang, kong ridel so rasa tako-tako kong so nemau dapa setinggal
sendiri?
P : iyo dok.
D : mulai dari itu ridel Cuma tinggal-tinggal dirumah dang?
P : iyo dok.
D : ada ridel pe keluarga yang rasa sama dengan ini?
P : Ibu dok , waktu umur 40 tahun pernah ja cemas-cemas bagini. Turunan kang ini
dok?
D : kalo teori sih iya, tapi kan tergantung depe orang for mo lawan depe perasaan
sendiri. Sekarang kan ridel pe mama so nda ja cemas to.
P : (badiam)
D : nanti dokter mo kase obat pa ridel supaya so tu rasa tako berkurang, mar ridel
musti berusaha le lawan tu rasa tako, jangan Cuma berharap dengan obat. Ada le terapi-
terapi yang boleh kase ringan ridel pe gejala.
P : apa dang dok?
D : Sama deng terapi relaksasi bagitu dang del.
P : Boleh mo bae sama deng pertama itu dok?
D : Kalo ridel so boleh lawan ridel pe rasa tako boleh no. Sampe sini dulu ne dokter
pe tanya-tanya. Makasih ne ridel so kase waktu. Cepat sembuh ne del.






20

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai