Anda di halaman 1dari 2

Artikel Bapak yang ditulis secara sederhana, bersahaja, dan aplikatif ini tentunya sangat

menginspirasi dan meningkatkan ilmu psikolog saya sebagai seorang guru maupun menjadi
orangtua nantinya. Banyak orangtua membangkitkan kemarahan anak-anak mereka dengan
terus-menerus mendesak dan memaksa mereka untuk berprestasi. Tanpa disadari sikap
memaksa ini akan menghambat prestasi anak yang sesungguhnya. Faktor utama dalam
belajar adalah minat dan ketekunan yang berasal dari diri sendiri. Jika orang tua bersikap
memaksa, tanpa sadar orang tua sedang mematikan minat anak
Saya mecoba mengulang kembali materi yang bapak sampaikan dipertemuan pertama
perkuliahan tentang 5 kesalahan dalam mengasuh anak yaitu memaksa, mengancam,
merendahkan atau membandingkan, melindungi anak secara berlebihan dan mengatakan hal
yang negatif kepada anak. 5 kesalahan tersebut tak jarang kita temukan di lingkungan sekitar,
baik dalam keluarga, maupun masyarakat. Kondisi atau dampak yang muncul ketika anak
merasa terpaksa adalah stress pada anak sehingga merasa tertekan, tidak ceria, gugup, dan
sebagainya. Dan sikap memaksa juga dapat menimbulkan hubungan yang tidak harmonis
antara orang tua dan anak,karena orang tua akan merasa kecewa pada anak dan anak pun bisa
jadi kecewa pada orang tuanya. Bahkan yang lebih bahaya demi memenuhi keinginan orang
tua atau menghindari marah orang tuanya, anak bisa menghalalkan segala cara dalam meraih
prestasi tertinggi
Kembali kepada pertanyaan Bapak tentang mungkinkah menyuruh tanpa memaksa itu bisa
dilakukan? Saya sangat setuju dengan 5 langkah sederhana yang Bapak sampaikan, namun
karena saya belum merasakan menjadi orang tua, saya akan mencoba memodifikasi 5
langkah sederhana dari Bapak dari sudut pandang seorang guru, karena guru juga merupakan
orang tua di sekolah.
Guru memegang peran yang sangat strategis terutama dalam membentuk karakter serta
mengembangkan potensi siswa. Keberadaan guru di tengah masyarakat bisa dijadikan teladan
dan rujukan masyarakat sekitar. Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing memiliki
keterkaitan yang sangat erat dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan sekaligus
berinterpenetrasi serta merupakan keterpaduaan antar keduanya. Ada 5 elemen yang harus
dimiliki oleh seorang guru untuk menyadarkan anak tentang pentingnya pendidikan
1. Keteladanan
Ada perumpamaan guru yang membimbing siswa bagaikan ukiran dengan tanah liat
atau bayangan dengan tongkat. Bagaimana tanah liat itu dapat terukir sendiri tanpa
ada alat untuk mengukirnya, bagaimana bayangan akan lurus kalau tongkatnya
bengkok
2. Inspirator
Seorang guru akan menjadi sosok inspirator jika ia mampu membangkitkan semangat
untuk berprestasi di sekolah
3. Motivator
Selain menjadi inspirator, peran guru selanjutnya adalah motivator, misalkan
menciptakan suasana yang menyenangkan karena guru sebagai seorang yang
memahami tingkat perkembangan siswa
4. Dinamisator
Seorang guru tidak hanya membangkitkan semangat tetapi juga menjadi lokomotif
yang benar-benar mendorong gerbong ke arah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan
dan kearifan
5. Evaluator
Sebagai Evaluator, guru harus selalu mengevaluasi setiap metode pembelajaran yang
selama ini dipakai dalam pendidikan.
Lima peran guru di atas menjadi starting point dalam merangsang dan merubah
perilaku siswa yang dulunya harus dipaksa menjadi kesadaran akan pentingnya
untuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
yang ia cita-citakan. Melalui sentuhan guru, diharapkan mampu menghasilkan anak
yang bukan hanya cerdas secara intelektual, melainkan juga cerdas secara emosional
dan spiritual serta memiliki kecakapan hidup.

(Rama Regawa, Akta IV, Uvaya, 2014)

Anda mungkin juga menyukai