Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru adalah salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki
peranan yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya yang paling
menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar. Di tangan guru
yang cekatan fasilitas dan sarana yang kurang memadai dapat diatasi,
tetapi sebaliknya ditangan guru yang kurang cakap, sarana, dan fasilitas
yang canggih tidak banyak memberi manfaat.
Peranan guru sangatlah penting dalam pendidikan, terutama dalam
system pengajaran karena guru berposisi sebagai perantara sebuah ilmu
untuk disampaikan kepada peserta didik. Di Negara-negara maju kualitas
guru sangat diperhatikan demi kemajuan bangsanya. Pemimpin Vietnam
mengatakan: No teacher no education, no education no economy, and
social development. Dari pernyataan tersebut bahwa guru sebagai akar
dalam mengembangkan pendidikan, lalu merambah ke bidang ekonomi,
dan menuju dalam bidang sosial. Apabila dari akar sudah terkategori baik,
maka pendidikan terjamin, ekonomi maju, dan tidak ada kesenjangan
sosial.
Proses belajar mengajar sendiri merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Agar terciptanya proses belajar mengajar yang baik maka
diperlukan kompetensi guru dalam hal ini kompetensi yang berperan ialah
salah satunya kompetensi profesionalisme.
Sayangnya, kompetensi profesionalisme ini sering diabaikan oleh
masyarakat bahkan guru yang bersangkutan. Rendahnya kompetensi
profesionalisme yang dimiliki seorang guru mengakibatkan tujuan
2

pendidikan yang dicapai pun tidak dapat terwujud dengan sempurna.
Menganggap bahwa setiap orang bisa mengajar tanpa memiliki
keterampilan dan keahlian khusus mengakibatkan istilah profesionalisme
jarang digunakan untuk profesi sebagai guru. Pada dasarnya mengajar
bukan hanya memiliki pengetahuan saja melainkan ada beberapa syarat
tertentu sehingga pekerjaan sebagai guru pun bisa dikatakan sebagai
profesi sama halnya dengan pekerjaan sebagai dokter, hakim, dll.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi profesional?
2. Apa saja kompetensi profesional dan unsur-unsurnya?
3. Apa karakteristik dan pengertian guru yang profesional?
4. Apa yang dimaksud dengan profesionalisasi?
5. Apa saja sistem pelatihan yang dilakukan untuk guru?

C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional?
2. Agar dapat mengetahui apa saja kompetensi profesional dan unsur-
unsurnya?
3. Agar dapat mengetahui apa karakteristik dan pengertian guru yang
profesional?
4. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan profesionalisasi?
5. Agar dapat mengetahui apa saja sistem pelatihan yang dilakukan untuk
guru?






3

BAB II
PEMBAHASAN


A. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas
mengajarnya dengan berhasil. Maka Kompetensi profesional guru adalah
sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut
berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi
profesional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang
belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang
tepat tentang lingkungan dan mempunyai ketrampilan dalam teknik
mengajar. Adapun 5 kompetensi inti dari kompetensi profesional guru
sebagai berikut:
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu
3. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan tekonologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Kompetensi profesional secara umum dapat didefinisikan dan di
sarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru yang meliputi :
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan
taraf perkembangan peserta didik
4

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang
menjadi tanggungjawabnya
d. Mengerti danmenerapkan metode yang bervariasi
e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat,
media dan sumber belajar yang relevan.
f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pembelajaran
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik
h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik (Mulyasa,
2007)
Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran,guru
harus memiliki kemampuan:
1. Merencanakan proses pembelajaran
- Merumuskan tujuan
- Memilih prioritas materi yang akan diajarkan.
- Memilih dan menggunakan metode.
- Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada.
- Memilih dan menggunakan media pembelajaran.
2. Melaksanakan system pembelajaran
- Memilih bentuk kegiatanpembelajaran yang tepat.
- Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat.
3. Mengevaluasi system pembelajaran
- Memilih menyusun jenis evaluasi
- Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses
- Mengadministrasikanhasil evaluasi
4. Mengembangkan system pembelajaran
- Mengoptimalisasi potensi peserta didik
- Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri
- Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut.
Sedangkan kompentensi guru yang telah di baktikan oleh Dirjen
Dikdasmen Depdiknas (1999) sebagai berikut:
5

a. Mengembangkan kepribadian.
b. Menguasai landasan kependidikan.
c. Menguasai bahan pembelajaran
d. Menyusun program pengajaran.
e. Melaksanakan program pengajaran
f. Menilai hasil PBM yang telah di laksanakan
g. Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran
h. Menyelenggarakan program bimbingan
i. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
j. Menyelenggarakan administrasi sekolah

B. Karakteristik Kamampuan Guru
o Berbagi pengetahuan dengan orang lain
o Challenge, menginspirasi, memotivasi, dan mendorong siswa
o Merasa bangga pada sendiri dan juga prestasi siswa
o Menguasai materi
o Menganalisis materi

C. Guru yang Profesional
Istilah profesional sering digunakan untuk menyebut strata dan status
seseorang dalam bidang pekerjaannya. Dalam hal ini profesional diartikan
sebagai suatu ketrampilan teknis yang dimiliki seseorang, seperti
pengklasifikasian antara pekerja ahli dengan tukang, antara profesional
dengan amatiran. Misalnya, seorang guru dikatakan profesional bila guru
itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional
mengandung makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam
hal teknis. Menurut Sahertian (1994:29-36), profesional mempunyai
makna ahli (ekspert), tanggungjawab (responsibilty), baik tanggungjawab
intelektual maupun tanggungjawab moral, dan memiliki rasa kesejawatan.
6

Pekerjaan guru memanglah sebagai suatu profesi, tetapi tidaklah
semua guru profesional, untuk menentukan guru yang profesional haruslah
memenuhi empat kreteria berikut:
1. Ahli (ekspert)
Yang pertama adalah ahli dalam bidang pengetahuan yang diajarkan
dan ahli dalam tugas mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi
pengajaran yang diajarkan, tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep
mengenai pengetahuan yang diajarkan. Karena mengajar adalah sarana
untuk mendidik, yaitu menyampaikan pesan-pesan didik, maka guru yang
profesional tidak cukup hanya ahli bidang studi dan ahli mengajarkannya
tetapi harus pula ahli menyampaikan pesan-pesan didik melalui bidang
studi yang diajarkannya.
Nampaknya banyak guru yang hanya ahli dalam mengajar tetapi
kurang memperhatikan segi-segi mendidik. Pemahaman seperti itu tidak
akan bermanfaat bagi guru sebagai pendidik. Guru yang mampu mengajar
saja dan hanya melihat pada tujuan-tujuan dan materi pelajaran belaka,
mereka ini menerapkan apa yang oleh Paulo Freire disebut Banking
Concept, yaitu cara guru yang memandang bahwa mengajar itu seperti
orang yang memasukkan uang ke dalam bank dan akan mendapatkan
bunga. Guru mengajar, murid belajar, guru menerangkan, murid
mendengarkan, guru bertanya, murid menjawab. Konsep seperti itu tidak
manusiawi (dehumanisasi). Dalam proses belajar mengajar atau yang kini
dikenal proses pembelajaran terjadi dialog yang ekstensial antara pendidik
dan subyek didik sehingga subyek didik menemukan dirinya. Karenanya
pengetahuan yang diberikan harus dapat membentuk pribadi yang utuh
(holistik) dan tidak sekadar transfer of knowledge. Kalau guru hanya ahli
dan trampil mentransfer materi pelajaran, maka pada suatu saat nanti
peranan guru akan dapat diganti dengan media teknologi modern. Ingat,
bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik. Melalui
pengajaran guru membentuk konsep berpikir, sikap jiwa dan menyentuh
afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subyek didik.
7

2. Memiliki Otonomi dan Rasa Tanggung jawab
Guru yang profesional disamping ahli dalam bidang mengajar dan
mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggungjawab. Guru yang
profesional telah memiliki otonomi atau kemandirian dalam
mengemukakan apa yang harus dikatakan berdasarkan keahliannya.
Pada awalnya memang ia belum punya kebebasan atau otonomi, karena ia
masih belajar sebagai magang. Melalui proses belajar dan perkembangan
profesi maka pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri. Ciri-ciri
kemandirian antara lain: dapat memegang teguh nilai-nilai hidup; dapat
membuat pilihan nilai; dapat menentukan dan mengambil keputusan
sendiri; dan dapat bertanggung jawab atas keputusan itu.
Guru yang profesional mempersiapkan diri sematang-matangnya sebelum
ia mengajar. Ia menguasai apa yang akan disajikan dan bertangungjawab
atas semua yang diajarkan, dan bahkan bertanggungjawab atas segala
tingkah lakunya.
Dalam ilmu pendidikan, tanggungjawab guru mengandung makna multi
dimensional, yaitu bertanggungjawab terhadap diri sendiri, siswa, orang
tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa dan negara, sesama
manusia, dan akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta. Jadi
tanggung jawab guru mengandung aspek intelektual, individual, sosial,
etis dan relegius. Dimensi-dimensi tanggungjawab ini harus
dikembangkan melalui seluruh pengalaman belajar di sekolah, termasuk
seluruh bidang studi yang diajarkan.
3. Berjiwa Dinamis dan Reformis
Guru yang profesional akan selalu berjiwa dinamis. Ia tidaklah
statis. Artinya guru selalu berusaha untuk mengembangkan diri dan
profesinya, serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan
perkembangan jaman. Karenanya ia harus pula berjiwa reformis, yaitu
mampu mengubah paradigma yang bertentangan dengan profesionalisme,
dan mengganggu keotonomiannya, serta memberantas usaha-usaha
dehumanisasi kependidikan.
8

4. Memiliki Rasa Kesejawatan
Salah satu tugas dari organisasi profesi ialah menciptakan rasa
kesejawatan sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik
profesi ini dikembangkan melalui organisasi profesi. Melalui organisasi
profesi inilah diciptakan rasa kesejawatan. Semangat korps dikembangkan
agar harkat dan martabat guru dijunjung tinggi, baik oleh korps guru
sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Adalah ironi bila guru
diharuskan memikul tanggung jawab mendidik begitu berat, tetapi pada
pihak lain penghargaan dan perlindungan terhadap jabatan tidak sesuai
dengan tanggungjawab yang dilimpahkan kepada mereka.

D. Profesionalisasi
1. Pengertian Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses, pertumbuhan, perawatan dan
pemeliharaan untuk mencapai tingkat profesi yang optimal. Dalam hal
ini bisa dikaitkan dengan usaha-usaha pengembangan status jabatan
guru sebagai pengajar dan pendidik menjadi guru yang profesional.
2. Konsep Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru adalah suatu tingkat penampilan seseorang
dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru yang didukung dengan
keterampilan dan kode etik.Eksistensi seorang guru adalah sebagai
pendidik profesional di sekolah, dalam hal ini guru sebagai uswatun
hasanah, jabatan administratif, dan petugas kemasyarakatan.
3. Peran Guru Profesional
Peran guru profesional yaitu sebagai designer (perancang
pembelajaran), edukator (pengembangan kepribadian), manager
(pengelola pembelajaran), administrator (pelaksanaan teknis
administrasi), supervisor (pemantau), inovator (melakukan kegiatan
kreatif), motivator (memberikan dorongan), konselor (membantu
memecahkan masalah), fasilitator (memberikan bantuan teknis dan
petunjuk), dan evaluator (menilai pekerjaan siswa).
9

4. Karakteristik Guru Profesional
Karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan
perbuatan guru baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Misalnya, sikap guru dalam meningkatkan pelayanan, meningkatkan
pengetahuan, memberi arahan, bimbingan dan motivasi kepada
peserta didik, cara berpakaian, berbicara, dan berhubungan baik
dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota masyarakat
lainnya.
Dengan meningkatnya karakter guru profesional yang dimiliki oleh
setiap guru, maka kualitas mutu pendidikan akan semakin baik. Di
antaranya karakteristik guru profesional yaitu:
1. Taat pada peraturan perundang-undangan
2. Memelihara dan meningkatkan organisasi profesi
3. Membimbing peserta didik (ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan dan tugas mendidik)
4. Cinta terhadap pekerjaan
5. Memiliki otonomi/ mandiri dan rasa tanggung jawab
6. Menciptakan suasana yang baik di tempat kerja (sekolah)
7. Memelihara hubungan dengan teman sejawat (memiliki rasa
kesejawatan/ kesetiakawanan)
8. Taat dan loyal kepada pemimpin.

E. Sistem Pelatihan Guru Profesional
1. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Organisasi Profesi
Menurut Gitosudarmo, Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri
dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan
berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan
(Ardana, 2008:1). Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa
organisasi memiliki unsur-unsurnya, yakni sebagai berikut : sistem,
pola aktivitas, sekelompok orang ,tujuan.
10

Sementara itu, Robbins (1994) mengatakan struktur organisasi
adalah kerangka kerja formal suatu organisasi dengan kerangka mana
tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasikan.
Organisasi profesi guru di antaranya yaitu Persatuan Republik
Indonesia (PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Organisasi MGMP bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
profesionalisasi dari guru dalam kelompoknya masing-masing
(Soetjipto,2007:36). Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada
dalam organisasi selain PGRI ada organisasi profesi dibidang
pendidikan yaitu Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Dengan
telah terbentuknya organisasi profesi, guru dapat meningkatkan
kemampuan dirinnya dan berlomba dalam kebaikan dengan sesama
teman profesi.
2. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan yaitu proses pemberian layanan bantuan
profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara
efektif dan efisien. Pada hakikatnya supervisi adalah perbaikan proses
pembelajaran.
Berikut merupakan prinsip-prinsip supervisi, di antaranya:
o Supervisi harus mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis.
o Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan.
o Supervisi pendidikan harus demokratis.
o Program supervisi pendidikan harus komprehensif.
o Supervisi pendidikan harus konstruktif.
o Supervisi pendidikan harus objektif.
Teknik-teknik supervisi pendidikan, di antaranya yaitu:
o Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang
dilaksanakan untuk seorang guru secara individual. Teknik
11

yang bersifat individual yaitu perkunjungan kelas,observasi
kelas, percakapan pribadi, intervisitasi penyeleksi berbagai
sumber materi untuk mengajar, dan menilai diri sendiri.
o Teknik yang bersifat kelompok yaitu teknik yang
dilaksanakan untuk melayani lebih dari seorang
guru.Teknik yang bersifat kelompok yaitu; pertemuan
orientasi bagi guru baru, panitia penyelenggara, rapat guru,
studi kelompok antar guru, diskusi sebagai proses
kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi
panel, seminar, simposium, diskusi mengajar, perpustakaan
jabata, buletin supervisi, membaca langsung, mengikuti
kursus, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum, dan
perjalanan sekolah untuk staf.
Menurut Soetjipto dan Raflis (2007) ada empat pendekatan
supervisi yaitu:
a. Pendekatan Humanistik. Menempatkan guru sebagai makhluk
yang punya pikiran, rasa dan kehendak yang terus bisa tumbuh
kembang, dan bahkan sebagai alat semata untuk meningkatkan
kualitas belajar-mengajar.
b. Pendekatan Kompetensi. Pendikatan ini memiliki makna
bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk
menjalankan tugasnya.
c. Pendekatan Klinis. proses tatap muka antara supervisor dengan
guru membicarakan masalah mengajar dan yang berhubungan
dengannya, oleh karenanya dalam supervisi klinis, supervisor
dan guru sebagai teman sejawat dalam memecahkan maslah-
maslah pembelajaran. Adapun sasaran supervisi klinis yaitu
perbaikan pengajaran, bukan kepribadian guru.
d. Pendekatan Profesional. Berasumsi bahwa tugas utama profesi
guru itu mengajar, sehingga sasaran supevisi harus
mengarahkan pada hal yang menyangkut tugas ,mengajar,
12

bukan yang administratif. Peran supervisi pendidikan dalam
peningkatan kemampuan diri guru yakni supervisi bukanlah
ajang untuk mengadili, melainkan aktifitas membantu guru
untuk keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan
sekaigus mendorong untuk menumbuh kembangkan
kemampuan dan pekerjaannya. Kegiatan supervisi tujuannya
adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
belajar mengajar.
3. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Sertifikasi
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan
sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru adalah Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang disahkan tanggal
30 Desember 2005. Pasal yang terkait langsung yakni pasal 8, pasal 11
ayat 1, pasal 11 ayat 2, pasal 11 ayat 3, dan pasal 11 ayat 4.
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi
guru dalam jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 mei 2007.
Ada beberapa tujuan sertifikasi di antaranya:
o Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional
13

o Meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
o Meningkatkan martabat guru
o Meningkatkan profesionalisme guru
Selain tujuan yang telah dikemukakan di atas, sertifikasi guru juga
memiliki manfaat tertentu sebagai berikut: melindungi profesi guru
dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra
guru, melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang
tidak berkualitas dan tidak profesional, dan meningkatkan
kesejahteraan guru.
Prosedur atau kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru,
baik untuk lulusan S1 kependidikan maupun lulusan S1 non
kependidikan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Lulusan program sarjana kependidkan sudah mengalami
Pembentukan Kompetensi Mengajar (PKM). Oleh karena itu,
mereka hanya memerlukan uji kompetensi yang dilaksanakan
oleh perpendidikan yang memiliki PPTK terakreditasi dan
ditunjuk oleh Ditjen Dikti, Depdiknas.
b. Lulusan program sarjana non-kependidikan harus terlebih
dahulu mengikuti proses Pembentukan Kompetensi Mengajar
(PKM) pada perguruan tinggi yang memiliki Program
Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara terstruktur.
Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi
mengajar, baru lulusan S1 non kependidikan.
c. Penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status
lembaga LPTK yang terakreditasi. Untuk pelaksanaan uji
kompetensi sebagai sebagai bentuk evaluasi kompetensi
mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi
yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas.
14

d. Peserta uji kompetensi yang lulus, baik yang berasal dari
lulusan program sarjana pendidikan maupun non-pendidikan
diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang
bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik
dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan
tertentu.
Sertifikasi guru dibagi menjadi dua yakni sertifikasi guru dalam
jabatan dan sertifikasi guru pra jabatan. Sertifikasi guru dalam
jabatan ada 2 tahapan, yakni:
1. Sertifikasi melalui penilaian portofolio
Para guru dalam jabatan yang akan mengikuti sertifikasi
diharuskan mengumpulkan dokumen-dokumen portofolio yang
mencakup pencapaian, prestasi, pengalaman kerja atau
pendidikan, dan pelatihan yang diikuti sebelumnya. Portofolio
adalah dokumen atau bukti-bukti fisik yang memperlihatkan
prestasi dan kemampuan serta pengalaman yang dimiliki oleh
guru dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Secara
spesifik, terdapat 10 komponen yang dinilai dalam rangka uji
kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik melalui jalur
portofolio yakni:
a. Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal
yang telah dicapai oleh peserta sertifikasi yang
dibuktikan melalui ijazah atau diploma yang dimiliki.
b. Pendidikan dan Pelatihan, yaitu pengalaman dalam
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam
rangka pengembangan dan/atau peningkatan
kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik.
c. Pengalaman mengajar, yaitu masa kerja guru dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan
15

pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari
lembaga yang berwenang.
d. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, perenca-
naan pembelajaran yakni persiapan pembelajaran yang
dibuat guru sebelum melaksanakan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi atau topik tertentu. Sedangkan
pelaksanaan pembelajaran yakni, kegiatan guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas dan pembelajaran
individual.
e. Penilaian dari atasan dan pengawas, yaitu penilaian
atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial,
yang meliputi aspek-aspek ketaatan menjalankan ajaran
agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,
keteladanan, etos kerja, inovasi, dll.
f. Prestasi akademik, yaitu prestasi yang dicapai guru,
utamanya yang terkait dengan bidang keahliannya yang
mendapat pengakuan dari lembaga/panitia
penyelenggara.
g. Karya pengembangan profesi, yaitu suatu karya yang
menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan
profesi yang dilakukan oleh guru.
h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah, yaitu berpartisipasi
dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang
tugasnya. Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah
dan setifikat/piagam bagi narasumber, dan
sertifikat/piagam bagi peserta.
i. Pengalaman organisasi, yaitu pengalaman guru menjadi
pengurus organisasi kependidikan, organisasi sosial,
dan/atau mendapat tugas tambahan.
j. Penghargaan yang relevan dalam bidang
pendidikan, yaitu penghargaan yang diperoleh karena
16

guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam
melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif,
kualitatif, dan relevansi.
2. Sertifikasi melalui PLPG
Bagi guru yang belum lulus penilaian portofolio, dalam arti
belum mencapai skor minimal yang dipersyaratkan untuk
kelulusan portofolio, terdapat 2 kemungkinan :
a. Melengkapi dokumen portofolio yang diperkirakan
dapat mempengaruhi peningkatan skor kelulusan
portofolio atau
b. Diharuskan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru (PLPG)Pelaksanaan PLPG dimulai dengan pre
test secara tertulis (1 JP) untuk mengukur kompetensi
pedagogis dan profesional awal peseta. Dilanjutkan
dengan pembelajaran yang mencakup penyampaian
materi secara teoritis (30 JP) dan implementasi teori ke
dalam praktik (60 JP). Pada akhir PLPG dilakukan uji
kompetensi yang mencakup ujian tulis dan ujian
praktik. Adapun butir-butir penilaian yang terkait
dengan kompetensi tersebut adalah : kedisiplinan,
penampilan, kesantunan dalam berprilaku, kemampuan
dalam bekerjasama, kemampuan berkomunikasi,
komitmen, keteladanan, semangat, empati, dan
tanggung jawab.
Model sertifikat guru lainnya adalah sertifikasi guru
pra-jabatan. Mungkin sedikit rancu istilah sertifikasi
guru pra jabatan, karena calon-calon guru pra jabatan
yang ingin menjadi guru sudah diseleksi melalui proses
pendidikan di lembaga pendidikan guru (LPTK) dan
sudah mengantongi ijazah keguruan tertentu. Akan
tetapi perjuangan untuk menjadi guru tidak sampai di
17

sini saja, perlu diberikan suatu proses pemantapan
khusus bagi calon yang ingin memasuki sebuah profesi
setelah menyelesaikan program kualifikasi akademik.
sertifikasi untuk model ini diterapkan dalam sebuah
program pendidikan khusus yang disebut pendidikan
profesi.
Istilah pendidikan profesi ini tersurat dalam
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
yang menyatakan bahwa pendidikan profesi adalah
pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan keahlian khusus. Karena itu Pendidikan Profesi
Guru (PPG) adalah program pendidikan yang
diselenggarakan untuk lulusan S1 kependidikan dan S1
non kependidikan yang memiliki bakat dan minat
menjadi guru agar mereka dapat menjadi guru yang
profesional.
Mengingat Input untuk PPG meliputi lulusan S1
kependidikan dan S1 non-kependidikan maka
kurikulum yang diterapkan dibuat secara berdiferensiasi
dimana lulusan S1 kependidikan lebih berorientasi pada
pemantapan dan pengemasan materi bidang studi untuk
pembelajaran bidang studi yang mendidik dan program
PPL kependidikan. Sedangkan lulusan S1 non-
kependidikan memiliki struktur kurikulum yang
mencakup: kajian tentang teori pendidikan dan
pembelajaran, kajian tentang peserta didik, pengemasan
materi bidang studi yang mendidik, pembentukan
kompetensi kepribadian pendidik, dan PPL
kependidikan.
18

4. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Kualifikasi dan Pembinaan
Guru.
Program kualifikasi guru adalah prakarsa inovatif dan efisien untuk
memberikan layanan pendidikan yang memungkinkan tidak
mengganggu pelaksanaan tugas-tugas keseharian masing-masing guru.
Departemen Agama menyelenggarakan program kualifikasi sarjana
(S1) bagi guru MI dan PAI pada sekolah dengan menggunakan dual
mode system bertujuan untuk :
a. Menghasilkan lulusan yang berkualifikasi akademik sarjana
pendidikan untuk guru MI dan guru PAI pada sekolah.
b. Memberikan layanan peningkatan kualifikasi sarjana (S1) bagi
guru MI dan guru PAI pada sekolah lulusan PGA (SLTA) dan
D-II sebagaimana diamanatkan perundang-undangan.
Berikut merupakan kurikulum program kualifikasi, yaitu:
a. Kompetensi lulusan
Program peningkatan kualifikasi akademik sarjana (S1) bagi
guru pada sekolah dengan menggunakan pendekatan duel mode
system mengarahkan lulusannya untuk memiliki kompetensi
pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial.
b. Struktur kurikulum dan sebaran mata kuliah
Struktur kurikulum program ini terdiri dari kelompok mata
kuliah dasar, mata kuliah utama dan mata kuliah lainnya, dengan
keseluruhan sks yang harus ditempuh sejumlah 144 sks dengan
rincian 80% (116 sks) kurikulum inti dan 20% (28 sks) kurikulum
lokal. Kurikulum inti diterapkan oleh direktorat jendral pendidikan
islam, sedangkan kurikulum lokal ditetpkan oleh PTAI yang
tunjuk sebagai penyelenggara oleh Direktorat Jendral Pendidikan
Islam.

19

c. Beban studi dan lama program
Beban studi (satuan kredit semester) dan lama program yang
harus ditempuh mahasiswa disesuaikan dengan latar belakang
pendidikan calon mahasiswa dengan mengacu pada Surat
Keputusan Mendiknas Republik Indonesia.























20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab
terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal,
baik disekolah maupun di luar sekolah, ini berarti seorang guru minimal
memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan
dalam nejalankan tugas. Untuk itu seorang guru perlu memiliki
kepribadian, menguasai bahan pelajaran dan menguasai cara-cara
mengajar sebagai dasar kompetensi. Bila guru tidak memiliki kepribadian,
tidak menguasai bahan pelajaran dan cara-cara mengajar, maka guru akan
gagal menunaikan tugasnya, sebelum berbuat lebih banyak dalam
pendidikan dan pengajaran. Oleh Karena itu, kompetensi mutlak dimiliki
guru sebagai kemampuan, kecakapan atau keterampilan dalam mengelola
kegiatan pendidikan. Dengan demikian kompetensi guru berarti pemilikan
pengetahuan keguruan, dan pemilikan keterampilan serta kemampuan
sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya.

B. Saran
Demikianlah pembahasan dari kelompok III, dengan maksud untuk
membahas lebih dalam mengenai Lima Kompetensi Profesional Beserta
Unsur-unsurnya dan Sistem Pelatihan Guru. Jika ada kesalahan dan
kekurangan dalam pembahasan makalah kami mohon kritikan dan saran
dari rekan-rekan sekalian demi tercapainya pembahasan yang kita
inginkan.





21



DAFTAR KEPUSTAKAAN


Menrisal. 2014. Profesi Kependidikan. Padang: FKIP Universitas Putra Indonesia
YPTK.
Yusuf Chiniru: Karakteristik dan Kompetensi Guru Profesional .
http://ciniruyusuf.blogspot.com/2012/10/karakteristik-dan-kompetensi-
guru.html (diakses senin, 15 September 2014 16:22 WIB).
Informasi Seputar Pendidikan: 4 Kompetensi Guru Profesional
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-
profesional.html (diakses senin, 15 September 2014 16:27 WIB).

Admin: Kompetensi Profesional Guru dan Komponen-komponennya.
http://www.gurukelas.com/2012/12/kompetensi-profesional-guru-dan-
komponen-komponennya.html (diakses senin, 15 September 2014 16:31
WIB).

Anda mungkin juga menyukai