Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Varisela merupakan salah satu penyakit sangat menular yang dapat menular dengan
sangat cepat. Varisela dapat merupakan penyakit kongenital, menyerang bayi baru
lahir,menyerang anak kurang dari 10 tahun terutama usia 5 sampai 9 tahun, bahkan orang
dewasa. Pada anak sehat penyakit ini biasanya bersifat jinak, jarang menimbulkan komplikasi
dan hanya sedikit yang menderita penylit, tetapi pada status immunitas yang menurun, seperti
bayi baru lahir, immunodefisiensi, tumor ganas, dan orang dewasa yang mendapat pengobatan
immunosupresan sering menimbulkan komplikasi bahkan menyebabkan kematian
1
.
Penyebab penyakit ini adalah sejenis irus yang termasuk golongan !erpes Virus, yaituVaricella
Zooster Virus (VZV". Pada kontak pertama irus ini menyebakan penyakit cacar air atau chicken
Pox, dan pada reaktiasi infeksi, irus ini menyebabkan penyakit yang disebut sebagai herpes
#ooster atau shingles.
Pencegahan terhadap arisela dapat dilakukan dengan pemberian immunisasi aktif
maupun pasif, dengan demikian maka penderita yang beresiko mendapatkan komplikasi saat
menderita penyakit arisela, atau menderita arisela yang cenderung berat dapat diberi
immunisasi untuk meningkatkan immunitasnya
1
.
Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh !erbeden $19%&" dan oleh 'teiner $1(&5"yang dapat
memindahkan arisela kepada sukarelawan. 1((( on )okay pertama kali menemukan adanya
hubungan antara penyebab arisela dengan !erpes *oster. 19++ ,udratit# melakukan percobaan
skarifikasi yaitu dengan mengambil cairan esikel dari erupsi #oster yang khas dan
diinokulasikan, ternyata mengkibatkan suatu erupsi lokal dan generalisata seperti pada arisela.
Paschen $191&" menggambarkan adanya inclusion bodies pada pemeriksaan yang diambil dari
dasar esikel dan menyebutkan bahwa penyebab penyakit arisella adalah sebuah irus,
kemudian -iller $195." menemukan pertumbuhan irus arisela dan *oster pada kultur jaringan
manusia dan didapatkan bahwa keduanya disebabkan oleh irus yang identik
1
.
BAB II
VARISELA-ZOOSTER
2.1 Etiologi
Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam kelompok
!erpes Virus tipe ;. Virus ini berkapsul dengan diameter kira/kira 150/+00 nm. 0nti irus
disebut capsid yang berebntuk ikosahedral, terdiri dari protein dan 123 berantai ganda.
)erbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 1%+ isomer. 4apisan ini
bersifat infeksius.
VZV dapat ditemukan dalam cairan esikel dan dalam darah penderita. Virus ini dapat
diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio manusia kemudian
dilihat dibawah mikroskop elektron. 1i dalam sel yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa
berinti banyak $multinucleated giant cell" dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih
$intranuclear eosinophilic inclusion bodies"
.
VZV menyebabkan penyakit arisela dan !erpes *oster. ,edua penyakit ini memiliki
manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia menyebabkan penyakit
arisela atau cacar air, karena itu arisela dikatakan sebagai infeksi akut primer. Penderita dapat
sembuh, atau penderita sembuh dengan irus yang menjadi laten $tanpa manifestasi klinis" dalam
ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktiasi maka irus akan menyebabkan
penyakit !erpes #oster
.
2.2 Varisela
2.2.1 Defnisi Varisela
Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh Varicella
*ooster Virus $V*V", yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai dengan adanya esikel/
esikel
.
2.2.4 Epidemiologi
1i negara barat kejadian arisela terutama meningkat pada musim dingin dan awal
musim semi, sedangkan di 0ndonesia irus menyerang pada musim peralihan antara musim panas
ke musim hujan atau sebaliknya 2amun arisela dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi
penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu
sekolah.
Varisela terutama menyerang anak/anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5/9 tahun.
Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, &5 5 anak terjangkit setelah terjadi
penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan, percikan ludah, terjadi kontak
dengan lesi cairan esikel, pustula, dan secara transplasental. 0ndiidu dengan #oster juga dapat
menyebarkan arisela. 6asa inkubasi 11/+1 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar +7 8 7(
jam sebelum lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari
.
2.2.3 Patogenesis
'etelah V*V masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita berkontak
dengan lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi iremia primer. 0nfeksi mula/mula terjadi
pada selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian menyebar dan terjadi iremia primer. Pada
Viremia primer ini irus menyebar melalui peredaran darah dan system limfa ke hepar, dan
berkumpul dalam monosit9makrofag, disana irus bereplikasi, pada kebanyakan kasus irus
dapat mengatasi pertahanan non/spesifik sehingga terjadi iremia sekunder. Pada iremia
sekunder irus berkumpul di dalam 4imfosit :, kemudian irus menyebar ke kulit dan mukosa
dan bereplikasi di epidermis memberi gambaran sesuai dengan lesi arisela. Permulaan bentuk
lesi mungkin infeksi dari kaliper endotel pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel
dermis, folikel kulit dan glandula sebasea, saat ini timbul demam dan malaise
.
2.2.4 Manifestasi Klinis
6anifestasi ,linis arisela terdiri atas + stadium yaitu stadium prodormal, stadium
erupsi.
1. 'tadium Prodormal
:imbul 10/+1 hari, setelah masa inkubasi selesai. 0ndiidu akan merasakan
demam yang tidak terlalu tinggi selama 1/. hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan
malaise
.
+. 'tadium erupsi
1/+ hari kemudian timbuh ruam/ruam kulit ; dew drops on rose petals< tersebar
pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan ekstremitas.
=uam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak tangan dan telapak
kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal $dari pusat".:otal lesi yang ditemukan dapat
mencapai 50/500 buah. 6akula kemudian berubah menjadi papulla, esikel, pustula, dan
krusta. >rupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam (/1+ jam,
sehingga arisella secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula,
esikel, dan krusta dalam waktu yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan
berada pada lapisan sel dibawah kulit dan membentuk atap pada stratum korneum dan
lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam ?ambaran esikel khas,
bulat, berdinding tipis, tidak umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar
eritematous, terlihat seperti tetesan air mata9embun ;tear drops<.
@airan dalam esikel kecil mula/mula jernih, kemudian esikel berubah menjadi
besar dan keruh akibat sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula.
,emudian terjadi absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian
tengah dan akhirnya terbentuk krusta. ,rusta akan lepas dalam 1/. minggu tergantung
pada dalamnya kelainan kulit. )ekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna
merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur/angsur hilang. 4esi/lesi pada
membran mukosa $hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, agina dan
konjungtia" tidak langsung membentuk krusta, esikel/esikel akan pecah dan
membentuk luka yang terbuka, kemudian sembuh dengan cepat. ,arena lesi kulit terbatas
terjadi pada jaringan epidermis dan tidak menembus membran basalis, maka
penyembuhan kira/kira &/10 hari terjadi tanpa meninggalkan jaringan parut, walaupun
lesi hyper/hipo pigmentasi mungkin menetap sampai beberapa bulan. Penyulit berupa
infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan demam yang berlanjut dengan suhu badan
yang tinggi $.9/70,5
o
@" mungkin akan terbentuk jaringan parut.
Varisela yang menyerang wanita hamil sangat jarang $0,& tiap 1000 kelamilan".
'ekitar 1& 5 anak yang dilahirkan dari wanita yang mendapat arisela pada +0 minggu
pertama kehamilannya akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka dikulit
$cutaneous scarr", mikrosefali, berat badan lahir rendah, hipoplasia tungkai, kelumpuhan,
atrofi tungkai, kejang, retardasi mental, korioretinitis, mikropthalmia, atrofi kortikal,
katarak dan defisit neurologis lainnya. 1efisit neurologis yang mengenai system
persarafan autonom dapat menimbulkan kelainan kontrol sphingter, obstruksi intestinal,
!orner sindrom. Aika wanita hamil mendapatkan arisela dalam waktu +1 hari sebelum ia
melahirkan, maka +5 5 dari neonatus yang dilahirkan akan memperliharkan gejala
arisela kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari, biasanya arisela
ringan sebab antibodi ibu yang sempat dihantarkan transplasental dalam bentuk 0?g
spesifik masih ada dalam tubuh neonatus sehingga jarang mengakibatkan kematian. )ila
seorang wanita hamil mendapatkan arisela pada 7/5 hari sebelum ia melahirkan, maka
neonatusnya akan memperliharkan gejala erisela kongenital pada umur 5/19 hari 1isini
perjalanan arisela sering berat dan menyebabkan kematian pada +5/.0 5 karena mereka
mendapatkan irus dalam jumlah yang banyak tanpa sempat mendapatkan antibodi yang
dikirimkan transplasental. -anita hamil dengan arisela pneumonia dapat menderita
hipoksia dan gagal nafas yang dapat berakibat fatal bagi ibu maupun fetus
.
'eorang anak yang ibunya mendapat arisella selama masa kehamilan, atau bayi
yang terkena arisela selama bulan awal kelahirannya mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk menderita herpes #oster dibawah + tahun
.
2.2.5 Komplikasi Varisela
)eberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi arisela, infeksi yang dapat terjadi
diantaranya adalahB
1. 0nfeksi sekunder dengan bakteri
0nfeksi bakteri sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus. 'tafilokokus dapat
muncul sebagai impetigo, selulitis, fasiitis, erisipelas furunkel, abses,scarlet fever, atau
sepsis
.
+. Varisela Pneumonia
Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis, dan
kehamilan. 1itandai dengan panas tinggi, )atuk, sesak napas, takipneu, =onki basah,
sianosis, dan hemoptoe terjadi beberapa hari setelah timbulnya ruam. Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan gambaran noduler yang radio/opak pada kedua paru
.
.. =eye sindrom
4etargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan sensoris
menandakan terjadinya =eye sindrom atau ensefalitis. =eye sindrom terutama terjadi
pada pasien yang menggunakan salisilat, sehingga pada arisela penggunaan arisela
harus dihindari. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan '?C:, '?P:
serta ammonia
.
7. >nsefalitis
,omplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. 1ijumpai 1 pada 1000
kasus arisela dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya timbul pada hari ./
( setelah timbulnya ruam. 6aguire $19(5" melaporkan 1 kasus pada anak berusia . tahun
dengan komplikasi ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu makan menurun,
hiperaktif, iritabel dan sakit kepala. 19 hari setelah ruam timbul, gerakan korea atetoid
lengan dan tungkai. Penderita meninggal setelah .5 hari perawatan
,
5. !emorrargis arisela
:erutama disebabkan oleh autoimun trombositopenia, tetapi hemorrargis arisela
dapat menyebabkan idiopatik koagulasi intraaskuler diseminata $purpura fulminan"
.
%. !epatitis
&. ,omplikasi lain
,omplikasi yang dapat ditemukan namun jarang terjadi diantaranya adalah
neuritis optic, myelitis tranersa, orkitis dan arthritis.
2.3 Herpes Zoster
!erpes *oster adalah penyakit rekuren yang terjadi karena terjadinya reaktiasi V*V
yang tadinya laten di ganglion sensoris dorsalis kemudian bereplikasi dan menyebar melalui
persyarafan ke kulit
.
2.3.1 Epidemiologi Herpes Zoster
Peningkatan insidensi terjadinya #oster berhubungan dengan umur. =eaktiasi ini
dipercaya akibat imunitas tubuh indiidu yang menurun terhadap V*V yang laten. Perbedaan ras
juga mempengaruhi, insidensi *oster pada ras 3frika/3merika hanya setengah dari yang
dilaporkan terjadi pada ras kulit putih. 3nak/anak dengan degenerasi maligna $limfoma, akut
limfositik leukemia" dan 301' memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan #oster
.
2.3.2 Patogenesis Herpes Zoster
Aika irus tidak sepenuhnya dapat dihilangkan saat iremia selesai, selanjutnya irus
menjadi laten dan diam untuk beberapa waktu di ganglion sensoris dorsalis. 3ntigen spesifik
4imfosit : dipercaya sebagai penyebab utama irus sehingga menjadi laten. 0mmunosupresi atau
penurunan kekebalan alami sel : limfosit menyebabkan terjadinya mekanisme yang
memungkinkan reaktiasi irus dan rekurensi sehingga irus bermanifestasi sebagai penyakit
yang disebut #oster
.
2.3.2 Manifestasi Klinis Herpes Zoster
*oster tampak sebagai proses unilateral melibatkan satu sampai tiga dermatom yang
berdekatan. )eberapa lesi yang mungkin terdapat agak jauh dari dermaton yang terkena dapat
juga terlihat. 1ermatom torakal adalah yang paling sering terkena, disusul oleh nerus cranial
dan daerah lombosakral. 4esi pertama kali muncul sebagai eritema, yang kemudian berubah
menjadi sekumpulan esikel. 2yeri dan parestesi pada dermatom yang terkena mendahului
timbulnya esikel. >rupsi terjadi sekitar ./5 hari kemudian mengering dan menjadi krusta dalam
+ minggu. 2yeri preerupsi torakal dapat disalah artikan sebagai angina pectoris.
2.3.3 Komplikasi Herpes Zoster
,omplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah infeksi sekunder oleh bakteri biasanya
disebabkan oleh kokus gram positif, paralysis nerus motorik atau kranialis, ensefalitis biasanya
menyebabkan kejang dan gejala kelainan serebelar, keratitis, disseminata pada pasien
immunokompromis, dan post herpetik neuralgia. Post herpetik neuralgia ini menyebabkan nyeri
berat persisten pada dermatom yang terkena setelah lesi kulit menghilang
.
2.3.4 erapi
Pada anak sehat, arisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio calamine dapat
diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal diberikan antihistamin.
Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan. Penggunaan salisilat sebaiknya dihindari karena
berhubungan dengan komplikasi 'indroma =eye. ,arena V*V dapat menyebabkan kerusakan
langsung pada pembuluh darah, maka pada arisela fulminan saat esikel baru timbul, sebaiknya
dapat diberikan obat anti irus. ,uku sebaiknya dipotong dan dibersihkan agar tidak terjadi
infeksi sekunder saat anak menggaruk lesi karena merasa gatal. Aika terjadi infeksi sekunder,
antibiotik dapat diberikan. Pada pasien dengan penyulit neurologis seperti ataksia serebelar,
ensefalitis, meningoensefalitis, dan mielitis dapat diberikan obat anti irus. Aika terjadi
perdarahan, dapat diatasi sesuai dengan hasil pemeriksaan sistem pembekuan dan pemeriksaan
sumsum tulang
.
Pasien dengan immunodefisiensi seperti pada leukemia, keganasan, bayi baru lahir,
penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh obat/obat
sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi mendapatkan obat antiirus secepat mungkin
.
Cbat anti V*V yang la#im diberikan adalah asikloir, baik untuk mengobati arisela maupun
herpes #oster. 3sikloir yang diberikan 1/+ hari setelah timbulnya ruam terbukti dapat berguna
untuk menurunkan panas dan menghambat timbulnya lesi arisela. Pada pasien dengan
immunosupresi, asikloir telah menunjukaan efisiensi dalam menurunkan kejadian diseminata.
:erapi dengan asikloir harus dimulai pada . hari setelah onset #oster. V* terlihat kurang
suseptibel dengan pengobatan asikloir. Pada pasien dengan !erpes *oster dengan komplikasi
post herpetic neuralgia, asikloir hanya sedikit memiliki efek. Pemberian asikloir tdak
dianjurkan untuk anak/anak berusia dibawah 1+ tahun, 1osis asikloir yang umum diberikan
adalah 500 mg9m+, i., setiap ( jam selama 5 hari. 1osis parenteral ini terutama diberikan pada
anak immunokompromis yang terkena herpes #oster. 3sikloir oral dengan dosis (0
mg.,b))9hari dibagi dalam 7 dosis, terbaik digunakan 1/+ hari sebelum timbulnya ruam kulit.
3sikloir oral umumnya digunakan untuk anak/anak dengan status imun yang baik. 'elain itu
Valacyloir 500 mg setiap ( jam dan Damcicloir 1 gr9hr dalam . dosis termasuk golongan
antiiral yang lebih baik absorpsinya
.
2.4 Pen!ega"an
1. Vaksinasi
Vaksin arisela dapat juga berguna untuk pencegahan jika diberikan ./5 hari
setelah kontak. aksin arisela semula berasal dari irus hidup yang telah dilemahkan
$live attenuated". mengingat harga aksin arisela yang cukup mahal, sehingga cakupan
imunisasinya belum cukup luas, dan daya perlindungan aksin hanya selama 10/1+
tahun, maka bila aksin diberikan pada anak dengan usia kurang dari 1+ tahun dapat
mengubah epidemiologi penyakit, sehingga saat dewasa anak yang telah diaksinasi ini
akan menderita arisela, ini menyebabkan bertambahnya jumlah orang dewasa yang
menderita arisela. ,arena arisela pada ibu hamil cenderung menjadi berat dan beresiko
terhadap anaknya maka imunisasi arisela dianjurkan untuk diberikan saat anak berusia
1+ tahun.
1i negara barat aksinasi arisela diberikan pada usia 1/1,5 tahun, atau pada umur
berapapun jika mereka belum pernah menderita arisela. Crang/orang yang tidak
mendapatkan aksin sampai usia 1. tahun akan mendapatkan aksinasi sebayak + dosis,
dengan selang waktu 7/( minggu
.
Crang/orang yang tidak direkomendasikan untuk mendapatkan aksinasi arisela
adalahB
Aika mereka memiliki riwayat alergi terhadap gelatin, neomisin, riwayat terjadinya
reaksi terhadap aksinasi arisela.
Crang/orang yang sedang sakit sedang sampai berat harus menunda aksinasi arisela
sampai mereka sembuh
-anita hamil harus menunggu untuk aksinasi arisela sampai mereka melahirkan.
-anita yang baru saja melaksanakan aksinasi sebaiknya menunggu sampai 1 bulan
sebelum terjadinya kehamilan.
)eberapa orang harus memeriksakan diri ke dokter mengenai rencana aksinasi arisela
yang ingin dilakukan, orang/orang ini diantaranya adalahE
Crang yang terkena irus !0V901', atau penyakit lain yang mempengaruhi status
imunitasnya.
Crang/orang yang sedang mendapatkan terapi obat/obatan yang mempengatuhi
status imunitasnya, seperti steroid selama + minggu
orang yang menderita kanker
orang/orang yang sedang diterapi dengan sinar/F atau obat sitostatik
Crang/orang yang baru saja menerima transfusi darah, atau produk/produk darah
lain
.
Vaksinasi arisela memiliki efek samping diantaranya adalah B
1. =ingan
2yeri, bengkak saat aksinasi dilakukan $1B5"
1emam $1B10"
=uam ringan yang menetap sampai 1 bulan setelah aksinasi $1B+0". Pasien ini
dapat menularkan arisela pada orang/orang yang dekat dengannya, namun
hal ini jarang terjadi.
+. 'edang
2yeri, dan bengkak pada tempat dimana aksin disuntikkan $karena anak
bergerak atau terkejut" yang disebabkan oleh panas $1B1000"
.. )erat
Pneumonia $sangat jarang".
=eaksi serebral
Gmumnya reaksi allergi terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam
setelah penyuntikan. =ekasi allergi ini seperti tanda/tanda sulit sesak napas, serak,
mengi, takikardi, pusing kepala, pucat atau radang tenggorokan, panas tinggi, dan
perubahan perilaku .
+. 3sikloir sebagai postexposure prophylaxis sangat efektif jika diberikan (/9 hari
setelah kontak selama & hari. aksinasi arisela sebaiknya diberikan sebagai
imunisasi wajib pada anak/anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi untuk terkena
arisela.
.. V*0? $Varicella-Zoster mmune !lobulin", sebaiknya dipertimbangkan untuk
diberikan pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena, dan pada pasien yang jika
terkena akan menderita penyakit yang lebih berat. :ermasuk didalamnya anak/anak
dengan immunokompromis, wanita hamil yang belum pernah terkena arisela, bayi/
bayi baru lahir dari ibu yang terkena arisela kurang dari 5 hari sebelum kelahirannya
sampai + hari setelah kelahirannya, bayi prematur berusia lebih dari +( minggu dari
ibu tanpa riwayat arisela, atau bayi kurang dari +( minggu dengan riwayat ibu
selama kehamilan memiliki kontak erat dengan penderita arisela atau #oster. Hang
termasuk kontak erat dengan penderita arisela misalnya jika ibu tersebut tinggal
serumah, sekamar di rumah sakit. 0mmunoglobulin dosis tinggi dianjurkan pada ./7
hari setelah kontak. 'aat infeksi telah terjadi, penggunaan immunoglobulin ini tidak
terbukti dapat mencegah memburuknya penyakit atau disseminata. 0mmunoglobulin
tidak bermanfaat digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi. 1osis
V*0? 0/10 kgI1+5 0G, 10/+0 kgI+50 0G, +0/.0 kgI.&5 0G, .0/70 kgI500 0G, J 70
k5I%+5 0G. 'ecara indiidual, V*0? ini tidak terbukti dapat benar/benar mencegah
terjadinya penyakit, namun V*0? ini dapat memperpanjang masa inkubasi +( hari
menjadi .5 hari.
2.5 Prognosis
Pada anak/anak sehat, prognosis arisela lebih baik dibandingkan orang dewasa. Pada
neonatus dan anak yang menderita leukemia, imunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi
sehingga angka kematian meningkat.
Pada neonatus kematian umumnya disebabkan karena gagal napas akut, sedangkan pada
anak dengan degenerasi maligna dan immunodefisiensi tanpa aksinasi atau pengobatan
antiirus, kematian biasanya disebabkan oleh komplikasinya. ,omplikasi tersering yang
menyebabkan kematian adalah pneumonia dan ensefalitis
.
.
BAB III Laporan Kasus
3.1 #dentitas
2ama B an. H
Gmur B & thn
Aenis kelamin B laki/laki
3lamat B Aagakarsa
2.2 $namnesis
,eluhan Gtama :imbul bintil/bintil berisi cairan sejak + hari
yang lalu. )intil pertama muncul hanya di
daerah wajah, dan telah menyebar ke seluruh
tubuh.
,eluhan :ambahan ?atal dan nyeri
=iwayat Penyakit 'ekarang :imbul bintil/bintil berisi cairan sejak + hari
yang lalu. )intil pertama muncul hanya di
daerah wajah, dan telah menyebar ke seluruh
tubuh. 'ebelumnya pasien merasakan demam,
ketika demam turun, muncul bintil/bintil yang
berisi cairan. :idak terlalu gatal, tetapi sangay
nyeri.
=iwayat Penyakit 1ahulu 1ahulu tidak pernah menderita gejala seperti
yang dirasakan sekarang
=iwayat Penyakit ,eluarga ,akak pasien juga mengalami gejala
yang sama ( hari yang lalu
=iwayat 16, hipertensi disangka
=iwayat 3lergi 1ebu, obat/obatan dan makanan disangkal
=iwayat Pengobatan )elum pernah minum obat untuk mengurangi
gejala yang di derita
Psikososial 0bu pasien mengatakan, pasien susah makan
semenjak timbul gejala.
2.3 Pemeriksaan %isik
,eadaan umum B Pasien tampak sakit sedang.
,esadaran B @6 dan kooperatif
::V B
:1 B tidak diukur
2adi B (%F9menit $kuat, cukup, regular"
== B 1(F9menit
'uhu B .% K@
))9:)B .091+0 2ormal
,epala B normochepal, =ambut hitam, tidak rontok. ,rusta dan erosi pada dagu
,ulit B ikterik $/", pucat $/", eritema $/", sikatrik $/"
6ata B
,onjungtia B anemis $L"
'klera B ikterik $/"
=efleF cahaya B $L"
Pupil B 0shokor
!idung B 'ekret $/", epitaksis $/". 'eptum debiasi $/". mukosa hiperemis $/"
4idahM mulut B lidah tidak kotor
4eher B pembesaran ,?) $/"
:horaks
Paru B esikular, bunyi napas tambahan $/"
Aantung B )A 0 dan 00 2, ?allop $/"
3bdomen
)ising Gsus 5F9m
>kstremitas
3kral B hangat
=@: B N + detik
>dema B $/"
,rusta dan erosi pada 6@P 00,000,0V 1eFtra dan pada 6:P 0 deFtra
:erdapat esikel di seluruh tubuh. 'ebagian esikel sudah pecah dan membentuk erosi.
2.4 Diagnosis
Varicella *ooster
2.5 Penatalaksanaan
3cycloir (0mg9kgbb9hari di bagi dalam 7 dosis
Paracetamol +50mg, . F 1 hari
3nti histamin
4otio calamaine sebagai topikal
BAB IV
PEMBAHASAN
Varisela dan !erpes *oster adalah dua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang
berbeda, namun keduanya disebabkan oleh irus yang sama yaitu VZV $Varicella Zoster Virus".
Varisela merupakan penyakit yang sering menyerang anak usia 5/9 tahun. ,asus arisela
meningkat pada musim peralihan dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. 2amun
kasus ini dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang
tinggal di populasi padat. Varisela pada anak akan menimbulkan manifestasi klinis yang lebih
ringan dibandingkan pada orang dewasa. Pada anak sehat arisela biasanya ringan, namun pada
anak dengan sistem imun yang menurun karena degenerasi maligna, immunodefisiensi, ataupun
pada anak dengan pengobatan immunosupresan, kasus arisela dapat menjadi berat akibat
timbulnya komplikasi sampai menyababkan kematian
!erpes *oster adalah penyakit yang terjadi akibat reaktiasi irus yang tidak sepenuhnya
dapat dihilangkan saat iremia selesat. Virus yang diam di dalam ganglia dorsalis ini akan aktif
saat terjadi penurunan kekebalan alami ataupun saat pasien mendapat terapi dengan obat
immunosupresif.
Pada anak sehat, arisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri, pengobatan
simptomatik dapat diberikan untuk menghilangkan gatal. 3ntibiotik dapat diberikan jika terjadi
infeksi sekunder. 3ntiirus sebaiknya diberikan secepat mungkin pada orang dengan
immunodefisiensi seperti leukemia, keganasan, bayi baru lahir, penyakit kolagen, sindrom
nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh obat/obat sitostatik atau koetikosteroid,
radioterapi. 3ntiirus yang biasa dipergunakan adalah asikloir, Valacyloir, Damcicloir .
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan Vaksinasi irus yang telah dilemahkan,
menggunakan V*0? $Varisela Zoster mmunoglobulin", ataupun menggunakan obat anti irus.

Anda mungkin juga menyukai