Anda di halaman 1dari 7

Dalam bahasa Indonesia v ucapanya sama-sama dengan f, meskipun demikian,

kedua huruf itu digunakan bersama-sama. Kata kata pinjaman yang dalam bahasa
aslinya di tulis dengan v, dalam basaha Indonesia juga ditulis dengan huruf v,
contohnya: variasi, vas, televisi, universitas, vitamin, visual. Tetapi, dalam kata
bahasa Inggris active, competitive, progresive, demonstrative transitive, dalam bahasa
Indonesia dieja menjadi aktif, compotitif, progresif, demonstratif, transitif.
Konsonan z mula-mula disusaikan denagna sistem bunyi bahasa Indonesia
menjadi j seperti pada kata: jaman, jakat jiara, jamrud; atau diucapaka sebagai s
misalnya: jasat, ijasah, jasirah, lesat. Kemudian dengan semakin banyaknya orang
terpelajar, z yang semula dinaturalisaikan menjadi j dan s itu kemudian dieja dan
dilafalkan sesuaikan dengan dalam bahasa aslinya. Contohnya: zeni, zero, jazirah,
ziarah, zaman, zaman, zebra, mubazir.
Kecuali kata kabar, hampir semua kata pinjaman yang menggunakan konsonan
kh dieja dan dilafalkan sebagai kh, contoh: khas, khusus, khasanah, makhluk, ikhlas,
khilaf.
Jadi kata-kata asing itu ada yang ucapan dan ejaannya disesuaikan dengan
sistem bunyi bahasa indonesia seperti pada kata-kata: pihak, pasal, pabrik, pakansi,
jasat, kabar, ada yang sekaligus dieja dan diucapkan dengan dua macam cara,
contohnya: napas atau nafas, paham atau faham, terapi atau teratif, jenash atau
jenazah, kusus atau khusus, dan ada yang dieja dan diucapakan seperti dalam bahasa
aslinya: filsafat, film, aktif, fitnah, fakta, universitsas, vitamin, zero, zeni, zaman,
syarat, asyik,makhluk, ikhlas.
Menjawab pertanyaan pada awal tulisan ini, yang benar ialah aktif bukan aktip,
november bukan nopember, zat bukan sat, masyarakat bukan masarakat, dan khusus
bukan kusus.

14. KELOMPOK KONSONAN
Dua konsonan atau lebih yang bersama-sama mengawali atau menutup suku
kata disebut kelompok konsonan. Konsonan p dan r pada praktik, t dan r pada
trayek, k dan s pada konteks adalah kelompok konsonan. Kelompok konsonan yang
lebih dari dua contoh: s, k, dan r pada skripsi dan r, p, s pada korps.
Bahasa melayu tidak menganal kelompok konsonan. Kata-kata pinjaman/asingg
yang masuk kedalam bahasa melayu yang di dalamnya mengandung kelompok
konsonan, kelompok konsonan tersebut dihilangkan dengan menyisip-kan e (pepet) di
antara konsonan tersebut. Contohnya: sastra menjadi sastera, sutra menjadi sutera ,
putra menjadi putera, stadium menjadi setadium.
Dalam perkembangan selanjutnya, akibatnya pengaruh bahasa asing atau
daerah, bahasa Indonesia kemudian mengenal juga kelompok konsonan. Dalam
bahasa Indonesia terdapat banyak kata pinjaman yang mengandung kelompok
konsonan yang tidak lagi diubah dengan penyisipan pepet. Misalnya: praktis,
problem, proklamasi, statistik, strategi, frustrasi, program, ambruk, ambles.
Sekarang ini ada kecendrungan untuk menghilangkan pepet dan mengembalikan
kelompok konsonan. Sastera di kembalikan menjadi sastra, sutera menjadi sutra,
putera menjadi putra, mantera menjadi mantra.
Timbul pertanyaan: manakah yang betul sastera atau sastra, putera atau putra,
samudera atau samudra, justeru atau justru? Terhadap pertnayaan itu tidak dapat
dibrikan jawabanyang seragam. Beberapa kata perlu di pertahankan pepetnya,
beberapa kata perlu dikembalikan kepada kelompok konsosnanya. Kata-kata yang
berasal dari bahasa asing atau daerah yang masuk kedalam bahasa indonesia akhir-
akhir ini, apabila kata-kata itu mengandung kelompok konsonan, kelompok konsona
itu dipertahankan. Kata-kata pinjaman lama itu cenderung untuk tetap
mempertahankan bunyi pepetnya, sekurang-kurangnya dalam ragam tulis, misalnya:
mantera, negeri, bahtera terima, seteru, kereta, tenteram, celana, menteri. Kata-kata
yang cenderung menggunakan kelompok konsonan ialah: sastra, sutra, putra, justru.
Pada kata-kata pinjaman yag baru jelas kelomok konsonan itu tetap di pertahankan,
contohnya: mitra, gastra, citra, matra, drama, plasma, plagiat, ambruk sterno, strata,
bruto.
Menjawab pertanyaan di atas, yang betul adalah sastra bukan sastera, sutra
bukan sutera, samudra bukan samudera, justru bukan justeru. Jadi sastra,
kesastraam, susastra, kesusastraan, bukan sastera, kesasteraan, susatera,
kesusastraan.









BAGIAN KEDUA
BENTUK-BENTUK KATA


1. BENTUK- BENTUK YANG TIDAK LENGKAP DAN TIDAK
TEPAT


Dalam pemakaian bahasa Indonesia sering kita jumpai kata-kata yang
bentuknya tidak lengkap. Awalnya atau akhirnya yang seharusnya dipakai, dilepas
atau ditinggalkan. Pada beberapa bentukan, yang ditinggalkan tersebut awalan ber-,
yaitu pada jualan, keberatan, pergi, duaan.
Contoh dalam kalimat:
1. Dilarang jualan di tepi jalan
2. Saya keberatan terhadap usul itu.
3. Pada hari Minggu mereka pergian ke luar kota.
4. Mereka pergi duaan saja.
Bentuk-bentuk tersebut dapat dibetulkan denagan mengembalikan awalan ber-
nya, menjadi:
1. Dilarang berjualan di tepi jalan.
2. Saya berkeberatan terhadap usulan itu.
3. Pada hari Minggu mereka berpergian keluar kota
4. Mereka pergi berduaan saja.
Di samping itu yang kehilangan awalan ber-, ada jga bentuk-bentuk yang
kehilangan awalan men-nya. Dalam bahasa sehari-hari dan pada judul-judul berita
dalam surat kabar. Bentuk-bentuk semacam itu sering kita jumpai. Dalam percakapan
sehari-hari sering kita dengar: lampunya tidak nyala. Dalam pemakaian bahasa
Indonesia dalam situai resmi harus di tambahkan awalan men- menjadi: lampunya
tidak menyala.
Yang sering juga kita jumpai ialah bentuk-bentuk: sayasudah katakan, tuan
talah ambil atau saudara sudah ketahui. Apabila yang dimaksudkan bentuk pasif,
bentuk-bentuk itu dapat dibetulkan menjadi: sudah saya katakan, telah tuan ambil,
dan saudra ketahui. Antara saya dan katakan, tuam, dan ambil, saudara dan ketahui,
tidak dapat disisipakan kata lain, seperti halnya awalan di- atau ku- dengan kata-kata
yang mengikutinya, misalnya pada kata dipukul dan kuambil. Apabila yang
dimaksudkan kata aktif, penyisipan kata lain itu diperbolehkan asalkan kata kerjanya
ditambahkan awalan men- menjadi : saya sudah mengatakan, tuan telah mengambil,
dan saudara sudah mengetahui.
Di sampig bentuk-bentuk yang awalnya ditinggalkan, ada jegu bentuk yang
perlu dilengkapi dengan akhiran. Kalimat anaknya sudah pandai mengemudi mobil
seharusnya anak sudah pandai mengemudikan mobil. Pertemuan itu diundur sampai
minggu depan seharusnya pertemuan itu diundurkan sampai minggu depan. Kalimat
setelah bekerja selam tiga puluh enam tahun dia dipensiun dapat diperbaiki menjadi:
setelah bekerja selama tiga puluh enam tahun dia dipensiunkan. Kaliman ijazahnya
dikubru di tengah hutan dapat diperbaiki menjadi: jenazahnya dikuburkan di tengah
hutan. Kalimat akibat perbuatannya, ia dipenjarakan selam dua tahun dapat di
perbaiki menjadi: akibat perbuatannya, ia dipenjarakan selama dua tahun.
Di samping bentuk-bentuk yang tidak lengkap ada juga bentuk-bentuk yang
tidak tepat.
1. Saya sudah s u r u h a n mengambil barang itu.
2. Perusahaan itu d i lo l a oleh seorang ahli dari Jepang.
3. Cita-citanya tidak k e s a m p a i a n.
4. Saya berangkat d u l u a n.
5. Kita harus m e n g e n y a m p i n g k a n hal-hal yang kurang perlu.
6. P e n g e t r a p a n teori itu tidak tepat.
7. Sepeda yang hilang itu telah d i t e m u k a n kembali.
8. Pernah k e j a d i a n seorang anak tenggelam di sungai itu.
Bentuk-bentuk yang tidak tepat dalam kalimat-kalimat tersebut dibetulkan
menjadi:
1. saya sudah m e n y u r u h mengambilkan barang itu.
2. Perusahaan itu d i k e l o l a oleh seorang ahli dari Jepang.
3. Cita-citanya tidak t e r c a p a i.
4. Saya berangkat l e b i h d u l u.
5. Kita harung m e n g e s a m p i n g k a n hal-hal yang kurang perlu.
6. P e n e r a p a n teori itu tidak tepat.
7. Pernah t e r j a d i seorang anak tenggelam di sungai itu.


2. PEMIMPIN DAN PIMPINAN
Kata bentukan pemimpin dan pimpinan berasal dari kata dasar yang sama
yaitu pimpin. Kata dasar pimpin dapat dibentuk menjadi pemimpin, dipimpin,
pimpinan dan kepemimpinan.
Pemimpin artinya orang yang memimpin, contohnya:

1. Pemimpin yang baik mesti memimkirkan kesejah-teraan anak buahnya.
2. Mahasiswa adala calon pemimpin.
3. Dialah yang menjadi pemimpin rombongan.
Pimpinan artinya hasil dari perbuatan memimpin, contohnya:
1. Organisasi itu berkembang pesat berkat pimpinan pak amir.
2. Di bawah pimpinan pemuda itu, kesenian di desa ini berkembang dengan
pesat.
Tetapi pimpinan kadang juga berarti tempat atau pihak, misalnya;
1. saya belum lapor kepada pimpinan.
2. Perintah dari pimpinan harus selalu kita laksan-kan.
3. Antara pimpinan dan anak buah tidak ada kesatuan pendapat.
Dalam pengertian tersebut, pemimpin atau pimpinan sering dikacaukan.
Dalam beberapa pemakaian, perbedaan antara pemimpin dan pimpinan ialah bahwa
pemimpin itu menyatakan jamak. pemimpin

Anda mungkin juga menyukai