Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong.
1

Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap
bakteri, virus dan jamur. Tetapi kulit itu sendiri dapat menjadi terinfeksi oleh bakteri, virus,
atau jamur. Beberapa organisme ini hidup secara alami pada tubuh dan biasanya tidak
menyebabkan penyakit kecuali mereka menembus penghalang dari permukaan kulit. Infestasi
kulit oleh parasit seperti tungau juga dapat terjadi.
Diagnosis lesi kulit melibatkan prinsip dan pendekatan yang sama seperti pada
gangguan medis lainnya. Dalam menegakkan diagnosis suatu penyakit kulit, diperlukan
riwayat dermatologi yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti, dibantu oleh prosedur
diagnostik penunjang.
Lesi pada penyakit kulit sangat mirip sehingga terkadang dokter salah mendiagnosis.
Oleh karena itu, sangat diperlukan pemeriksaan penunjang dalam memastikan diagnosis
infeksi dan infestasi pada penyakit kulit. Misalnya pada infeksi skabies dapat ditemukan
tungau Sarcoptes scabiei dari hasil kerokan kulit. Pada makalah ini akan dibahas mengenai
berbagai pemeriksaan penunjang dan signifikansinya untuk kasus infeksi dan infestasi kulit di
bagian kulit dan kelamin.



2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi dilakukan pada penyakit infeksi kulit karena bakteri.
Misalnya pada penyakit Pioderma, Kusta, dan TBC kulit. Pioderma adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus atau oleh kedua-duanya. Penyakit
TBC kulit disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan kusta disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat.

i. Pioderma
Pioderma adalah penyakit kulit yang sering dijumpai. Terdapat berbagai macam
bentuk pioderma. Seperti impetigo bulosa, impetigo krustosa, folikulitis, selulitis, erisipelas,
abses, ulkus piogenik, dan ektima. Penyakit tersebut akan dibahas satu persatu pada tabel
berikut.

Nama Penyakit Gejala Klinis Hasil Laboratorium
Impetigo Bulosa - Kelainan kulit berupa eritema, bula dan
bula hipopion.
- Lepuh tiba-tiba muncul pada kulit sehat,
bervariasi mulai miliar hingga lentikular,
dapat bertahan 2-3 hari.
- Kadang-kadang waktu penderita datang
berobat, vesikel/bula telah memecah
sehingga yang tampak hanya koleret dan
dasarnya masih eritematosa
Preparat mikroskopik
langsung dari cairan bula
untuk mencari stafilokok.
3

Impetigo Krustosa - Tempat predileksi di muka yakni
disekitar lubang hidung dan mulut
karena dianggap sumber infeksi dari
daerah tersebut.
- Keluhan utama adalah rasa gatal, lesi
awal berupa makula eritematosa
berukuran 1-2 mm, segera berubah
menjadi vesikel atau bula.
- Karena dinding vesikel tipis mudah
pecah dan mengeluarkan sekret
seropurulen kuning kecoklatan
selanjutnya mengering membentuk
krusta yang berlapis-lapis.
- Krusta mudah dilepaskan, dibawah
krusta terdapat daerah erosif yang
mengeluarkan sekret, sehingga krusta
kembali menebal.
Biakan bakteriologis eksudat
lesi dan biakan sekret dalam
media agar darah dilanjutkan
dengan tes resistensi. Untuk
mencari Staphylococcus
aureus koagulase positif dan
streptococcus beta
hemoliticus
Folikulitis - Rasa gatal dan rasa terbakar pada daerah
rambut.
- Berupa makula eritematosa disertai
papel atau pustula yang ditembus oleh
rambut.
- Pertumbuhan rambut sendiri tidak
terganggu.
- Kadang-kadang ditimbulkan oleh
discharge (sekret) dari luka dan abses.
Pemeriksaan bakteriologis
dari sekret lesi (dengan
pewarnaan gram) untuk
mencari Staphylococcus
aureus.
Selulitis Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang
terasa panas, selanjutnya meluas kearah
samping dan kebawah sehingga terbentuk
benjolan berwarna merah dan hitam yang
mengeluarkan sekret seropurulen.
a. Pemeriksaan darah
akan didapatkan
leukositosis.
b. Biakan sekret fistel
dan uji resistensi
4

Erisipelas 1. Kulit yang terkena terlihat merah cerah,
agak menonjol, batas jelas, nyeri tekan,
teraba panas
2. Kadang-kadang dijumpai vesikel-vesikel
kecil pada tepinya.
3. Dapat juga dijumpai bentuk bulosa.
- Menunjukkan peningkatan
jumlah leukosit (leukositosis)
- Untuk menentukan
penyebabnya, dilakukan
pembiakan terhadap contoh
darah atau jaringan kulit
yang terinfeksi, pus atau
eksudat (kultur).
Abses Dimulai dengan benjolan kecil yang
selanjutnya meluas kesamping dan kebawah
menimbulkan benjolan berisi nanah.
a. Kultur darah untuk
mencari etiologi dan uji
resistensi.
b. Pemeriksaan darah
melihat leukositosis, gula
darah.
Ulkus piogenik Timbul koreng/ulkus dnegan tanda-tanda
radang disekitarnya, secara lambat mengalami
nekrosis dan menyebar secara serpiginosa.
Kultur sekret ulkus dan tes
resistensi.
Ektima Lesi awal berupa vesikel atau vesikopustulosa
diatas kulit yang eritematosa, membesar dan
pecah, terbentuk krusta tebal dan kering yang
sukar dilepas dari dasarnya. Bila krusta dilepas
terdapat ulkus dangkal.
2

Mencari etiologi dari
sekret/kerokan kulit.


5



Gambar 1. Impetigo bulosa



Gambar 2. Impetigo krustosa


6


Gambar 3. Erisipelas



Gambar 4. Streptococcus

7


Gambar 5. Staphylococcus

ii. Tuberculosis kutis
Tuberculosis kutis adalah tuberkulosis pada kulit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. M. tuberculosis mempunyai sifat sebagai berikut: berbentuk
batang, panjang 2-4/ dan lebar 0,3-1,5/m, tahan asam, tidak bergerak, tidak membentuk
spora, aerob dan suhu optimal pertumbuhan 37C.

Pemeriksaan bakteriologik Mycobacterium tuberculosis terdiri atas 4 macam:
1. Sediaan mikroskopik
Bahan berupa pus, jaringan kulit dan jaringan kelenjar getah bening. Pada
pewarnaan dengan cara Ziehl Neelsen atau modifikasinya, jika positif kuman
tampak berwarna merah pada dasar biru
8


Gambar 6. Mycobacterium tuberculosis dengan Ziehl Neelsen Stein

2. Kultur
Kultur dilakukan pada media Lowenstein-Jensen, pengeraman pada suhu 37 C. Jika
positif koloni tumbuh dalam waktu 8 minggu. Kalau hasil kuma positif berarti pasti
kuman tuberkulosis
3. Tes biokimia
Ada beberapa macam misalnya tes niasin dipakai untuk membedakan jenis human
dengan yang lain. Jika tes positif berarti jenis human
4. Percobaan resistensi


iii. Lepra
Lepra atau kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas.
Pemeriksaan bakterioskopik digunakkan untuk membantu menegakkan diagnosis.
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung yang
diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam antara lain dengan Ziehl-Neelsen.

9

Cara pengambilan bahan dengan menggunakan scalpel steril. Irisan yang dibuat harus
sampai dermis melampaui subepidermal clear zone agar mencapai jaringan yang diharapkan
banyak mengandung sel lepra yang di dalamnya mengandung basil M. leprae. Kerokan
jaringan itu dioleskan di gelas alas kemudian difiksasi di atas api dan diwarnai dengan
pewarnaan Ziehl Neelsen.
M. leprae tergolong basil tahan asam maka akan tampak merah pada sediaan.
Dibedakan bentuk batang utuh (solid), batang terputus (fragmented), dan butiran (granular).
Bentuk solid adalah basil hidup, sedang fragmented dan granular merupakan bentuk mati.
Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan
dinyatakan dengan Indeks Bakteri (IB) dengan nilai 0 sampai 6+ menurut ridley. 0 bila tidak
ada BTA dalam 100 lapang pandang (LP), Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
cahaya dengan minyak imersi pada pembesaran lensa obyektif 100x

Indeks Bakteri
1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP
2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP
3+ bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
4+ bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
5+ bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
6+ bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
Tabel 1. Indeks bakteri dalam pemeriksaan BTA



10

Indeks morfologi adalah presentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah solid
dan non soild. Syarat perhitungan indeks morfologi adalah:
1. Jumlah minimal kuman tiap lesi 100 BTA
2. IB 1+ tidak perlu dibuat Imnya karena untuk mendapat 100 BTA harus mencari dalam
1.000 sampai 10.000 lapangan
3. Mulai dari IB 3+ harus dihitung Imnya sebab dengan IB 3+ maksimum harus dicari
dalam 100 lapangan


B. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan
pemeriksaan penunjang yang lain dalam peranannya menegakkan diagnosis. Untuk
pemeriksaan ini dibutuhkan potongan jaringan yang didapat dengan cara punch biopsi.
Sedapatnya diusahakan agar lesi yang akan dibiopsi adalah lesi primer yang belum
mengalami infeksi sekunder.
Potongan jaringan sedapat-dapatnya berbentuk elips dan disertakan jaringan subkutis.
Jaringan yang telah dipotong kemudian dimasukkan ke dalam larutan fiksasi misalnya
formalin 10% supaya menjadi keras dan sel-selnya mati. Pewarnaan rutin yang biasa
digunakan adalah Hematoksilin-Eosin. Agar cairan fiksasi dapat dengan baik masuk ke
jaringan hendaknya tebal jaringan kira-kira cm.
4
Staphylococcal Scalded
Skin Syndrome
Lepra TBC Kulit
- Terdapat gambaran yang
khas yaitu lepuh
intraepidermal.

- Terdapat celah di
Stratum granulosum.

- Didapatkan granuloma
yaitu akumulasi
makrofag.

- Gambaran
histopatologik tipe
tuberkuloid adalah
tuberkel,

- Pada umumnya,
gambaran dari TB kutis
ini adalah pada
epidermisnya tampak
adanya hiperkeratosis
dan akantosis.

11

- Meskipun ruang lepuh
sering mengandung sel-
sel akantolitik,
epidermis sisanya
tampak utuh tanpa
disertai nekrosis sel
tidak ada basil atau
hanya sedikit.

- Pada tipe lepromatosa
terdapat kelim sunyi
epidermal (subepidermal
clear zone) yaitu suatu
daerah langsung di
bawah epidermis yang
jaringannya tidak
patologik

- Didapati sel virchow
(sel lepra) dengan
banyak basil
- Pada reaksi radang yang
akut, sering dengan
gambaran adanya abses
di lapisan ini.


- Pada dermis tampak
adanya nekrosis
kaseosa.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan histopatologi pada penyakit lepra, pioderma dan TBC kulit

C. Kerokan Kulit
Pemeriksaan kerokan kulit dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
dermatofitosis, kandidosis dan skabies
i. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita. Dermatofitosis diklasifikasikan menjadi
1. Tinea kapitis, yaitu dermatofitosis pada kulit rambut dan kepala
2. Tinea barbe, dermatofitosis pada dag dan janggut
3. Tinea kruris, yaitu dermatofitosis pada daerah genitokrural sampai anus dan
bokong kadang-kadang sampai perut bagian bawah

12

4. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan
5. Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari dan tangan
6. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5
tinea di atas


Gambar 7. Tinea kruris


Gambar 8. Tinea capitis
13

Bahan untuk pemeriksaan dermatofitosis dapat diambil dari kulit berambut, kulit tidak
berambut, dan kuku. Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop
mula-mula dengan pembesaran 10x10 kemudian dengan pembesaran 10x45. Sediaan basah
dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH.
Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH ditunggu 15-20 menit hal ini diperlukan untuk
melaarutkan jaringan.
Pada sediaan kuku dan kulit yang terlihat adalah Hifa sebagai dua garis sejajar terbagi
oleh sekat dan bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama atau
kelainan kulit yang sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dapat dilihat adalah mikrospora
atau makrospora.
5



Gambar 9. Hifa dermatofita

ii. Kandidosis
Kandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies Candida albicans. Dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus, bahkan paru-
paru. Dari hasil pemeriksaan kerokan kulit atau usapan mukokutan atau dengan pewarnaan
gram akan terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.

14

iii. Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var. hominis. Ada 4 tanda kardinal yaitu gatal pada malam hari, mengenai
sekelompok orang, ditemukan terowongan (kanikulus) pada tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan dan ditemukannya tungau. Ditemukannya tungau merupakan gold
standard pada pemeriksaan penunjang skabies.
6

Cara melakukan kerokan kulit untuk menemukan tungau skabies adalah:
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek lalu ditutup dengan
kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar
3. Dengan biopsi eksisional kemudian diperiksa dengan pewarnaan hematoksilin eosin


Gambar 10. Sarcoptes scabiei

D. Tzanck test
Pemeriksaan Tzanck test biasanya dilakukan untuk menunjang diagnosis Herpes
Zoster, Herpes Simplex, dan Varicella. Cara melakukan pemeriksaan ini adalah pertama
pecahkan bula kemudian dikerok kulit luarnya. Setelah itu, kerokan di fiksasi pada preparat
dengan cara dilewatkan di atas api 3x. Setelah difiksasi obyek glass direndam di alkohol 96%
selama 5 menit kemudian di bilas.
15

Setelah dibilas obyek glass ditetesi larutan giemsa (1:10) selama 30 menit. Bilas
dengan air mengalir, lalu keringkan. Setelah itu periksa di mikroskop dengan 100x
perbesaran. Hasil dikatakan positif jika ditemukan sel datia berinti banyak.


Gambar 11. Hasil Tzanck test pada HSV

E. Pemeriksaan Kultur
Pemeriksaan kultur sering dilakukan pada penyakit Gonore. Gonore dalam arti luas
mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gambaran klinis
dan komplikasi gonore sangat erat kaitannya dengan susunan anatomi dan faal manusia.
Pada pria, infeksi pertama terjadi pada uretra yang disebut uretritis. Kemudian dapat
terjadi komplikasi lokal dan ascendens infection. Komplikasi lokal misalnya Tysonitis,
Parauretritis, Littritis, dan Cowperitis. Sedangkan infeksi ascendens dapat terjadi prostatitis,
vesikulitis, vas deferentitis, epididimitis, dan trigonitis.
7

Sedangkan pada wanita infeksi pertama dapat terjadi pada uretra (uretritis) dan cervix
(servisitis). Kemudian dapat terjadi komplikasi seperti parauretritis, bartholinitis, salpingitis,
dan Pelvic Inflammatory Disease.
16

Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan. Dua macam media yang dapat
digunakan adalah media transpor dan media pertumbuhan. Contoh media transpor adalah
media Stuart dan Media Transgrow. Media Stuart hanya untuk transpor saja sehingga perlu
ditanam kembali pada media pertumbuhan. Sedangkan media Transgrow bersifat selektif dan
nutritif untuk N. gonorrhoeae dan N. meningitidis. Media Transgrow merupakan gabungan
media transpor dan media pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam pada media
pertumbuhan.
8

Contoh media pertumbuhan:
1. Mc Leods chocolate agar
Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman yang
lain juga dapat tumbuh
2. Media Thayer Martin
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman positif-gram, kolestimetat untuk menekan pertumbuhan negatif-
gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur
3. Modified Thayer Martin Agar
Isinya ditambah trimetoprim untuk mencegah kuman Proteus spp

F. Pemeriksaan duh tubuh
Sekret vagina adalah sesuatu yg umum dan normal pada perempuan usia produktif.
Dalam kondisi normal, sekret vagina berasal dari cairan jernih yg dihasilkan serviks
bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi kelenjar Bartholini dan
juga aktivitas bakteri yg hidup pd vagina yg normal. Kriteria sekret vagina normal adalah
jernih, putih keruh atau kekuningan jika mengering pd pakaian, pH < 5,0, terdiri dari sel-sel
epitel yg matur, sejumlah normal lekosit,tanpa jamur, tanpa trikomonas, tanpa clue-cell, dan laktobasilus.
Sekret vagina dapat meningkat yang disebut dengan fluor albus. Peningkatan sekret
vagina yang normal terjadi pada kehamilan, rangsangan seksual dan siklus menstruasi.
Sedangkan peningkatan sekret vagina yang tidak normal biasanya ditandai dengan gatal dan
nyeri pada vagina. Dan biasanya sekret terlihat lebih kental dengan warna yang berbeda.

17

Vaginosis
bakterial
Trikomoniasis Kandidiasis Infeksi
Clamidia
Gonore
1. Sekret vagina
keruh, encer,
putih abu-abu
hingga
kekuningan



1. Sekret vagina
sangat banyak,
kuning
kehijauan,
berbusa, dan
berbau amis.


1. Sekret
vagina
menggumpal
putih kental




1. Biasanya
asimptomatis






1. Sekret
vagina seperti
pus







2. Bau busuk
atau amis,
semakin
bertambah
setelah
berhubungan
seksual


2. Juga terjadi
rasa gatal dan
iritasi


2. Gatal dari
sedang-berat
dan
rasa terbakar
kemerahan
dan bengkak
di daerah
genital

2. Sekret vagina
yang
berwarna
kuning
seperti pus,
sering buang
air kecil dan
terdapat
perdarahan
vagina yang
abnormal

2. Sering
buang air
kecil,
demam serta
nyeri pada
pelvis


G. Pemeriksaan T. pallidumdan VDRL
Pemeriksaan ini biasa dilakukan pada penyakit sifilis. Sifilis merupakan suatu
penyakit akibat hubungan seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat
menjangkit seluruh organ tubuh serta dapat menembus plasenta dan perjalanan klinisnya
melewati beberapa stadium.
18

Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini
berbentuk spiral. Terdapat empat subspecies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum
pallidum,Treponema pallidum pertenue, Treponema pallidum carateum,dan
Treponema pallidumendemicum.
Masa tunas sifilis primer biasanya 2-4 minggu. T.pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau
kulit yang telah mengalami lesi atau mikrolesi secara langsung, biasanya melalui
senggama. Pada sifilis primer gejala klinisnya adalah papul lentikular yang permukaannya
segera menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut biasanya bulat, soliter, dasarnya
ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih, di atasnya hanya tampak serum.
Dindingnya tak bergaung, kulit di sekitarnya tidak menunjukkan tanda-tanda
radang akut. Yang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus
durum.




Gambar 12. Ulkus durum

Sifilis sekunder biasanya timbul setelah 6-8 minggu sejak S I dan sejumlah sepertiga
kasus masih disertai S I. Lama S II dapat sampai sembilan bulan. Berbeda dengan S I yang
tanpa disertai gejala konstitusi, pada S II dapat disertai gejala tersebut yang terjadi sebelum
atau selama S II. Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit sehingga disebut
the great imitator
Sifilis laten berarti tidak ada gejala klinis dan kelainan, termasuk alat-alat
dalam, tetapi infeksi masih ada dan aktif. Tes serologik darah positif, sedangkan tes LCS
negatif. Tes yang dianjurkan ialah VDRL dan TPHA.
19

Pada sifilis tersier kelainan yang khas ialah guma yakni infiltrat sirkumskrip, kronis,
biasanya melunak, dan destruktif. Besar guma bervariasi dari lentikular sampai sebesar telur
ayam. Kulit di atasnya mula-mula tidak menunjukkan tanda radang akut dan dapat
digerakkan. Setelah beberapa bulan mulai melunak, tanda radang mulai tampak, kulit
eritematosa dan livid serta melekat pada guma tersebut. Dapat terjadi perforasi dan keluar
cairan seropurulen, terbentuk ulkus yang berkonfluensi sehingga membentuk pinggir
yang polikistik. Biasanya guma soliter, namun dapat multipel.
Diagnosis sifilis atau lues dipastikan dengan cara menemukan Treponema pallidum sebagai agen
penyebab penyakit dalam bahan sediaan klinis. Salah satu cara menemukan Treponema pallidum adalah
dengan menggunakan Tes Serologi Sifilis.

Tes Serologi Sifilis dibagi menjadi 2 berdasarkan antigennya:
1. Tes treponemal, karena antigennya ialah treponema atau ekstraknya
2. Tes non treponemal contohnya adalah tes fiksasi komplemen dan tes flokulasi: VDRL
(Veneral Disease Researches Laboratory, Kahn, RPR ( Rapid Plasma Reagin)

T.S.S. atau Serologic Tests for syphilis (S.T.S) merupakan pembantu diagnosis
yang penting bagi sifilis. Sebagai ukuran untuk mengevaluasi tes serologi ialah sensitivitas
dan spesifitas. Sensitivitas ialah kemampuan untuk bereaksi pada penyakit
sifilis. Sedangkan spesifitas berarti kemampuan nonreaktif pada penyakit bukan sifilis.
Makin tinggi sensitivitas suatu tes, makin baik tas tersebut dipakai untuk tes
screening. Tes dengan spesifitas tinggi sangat baik untuk diagnosis. Makin spesifik
suatu tes, makin sedikit memberi hasil semu positif.
9,10


H. Tes Frei
Tes frei adalah tes yang dilakukan pada penderita Limfogranuloma Venerium. LGV
adalah penyakit venerik yang disebabkan ialah Chlamydia trachomatis. Afek primer biasanya
cepat hilang bentuk yang tersering ialah sindrom inguinal. Sindrom tersebut berupa
limfadenitis dan periadenitis beberapa kelenjar getah bening inguinal medial dengan kelima
tanda radang akut.
20


Gambar 13. Limfogranuloma Venereum

Tes Frei dilakukan dengan antigen frei. Frei diperoleh dari pus penderita LGV yang
mengalami abses yang belum memecah kemudian dilarutkan dalam garam faal dan dilakukan
pasteurisasi. Cara melakukannya seperti pada tes tuberkulin yakni 0,1cc disuntikkan
intrakutan pada bagian anterior lengan bawah dan dibaca setelah 48 jam. Jika terdapat
infiltrat berdiameter 0,5 cm atau lebih berarti positif. Tes frei tak khas karena penyakit yang
segolongan juga memberi hasil positif.
11








21

DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatmadja SM. Anatomi Kulit. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor:
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 3-6
2. Djuanda A. Pioderma. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 57-63
3. Djuanda A. Tuberkulosis Kutis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor:
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 64-72
4. Sularsito SA. Histopatologi Kulit. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor:
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 23-33
5. Budimulja U. Mikosis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 89-105
6. Nettleman M. Scabies. Available at:
http://www.emedicinehealth.com/scabies/article_em.htm. Accessed June, 26
th
2014
7. Wong B. Gonorrhea. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/218059-
overview. Last update April, 16
th
2014. Accessed June, 26
th
2014
8. Daili SF. Gonore. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 369-83
9. Euerle B. Syphilis. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/229461-
overview. Last update January, 6
th
2012. Accessed June, 26
th
2014
10. Natahusada EC, Djuanda A. Sifilis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor:
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 393-413
11. Djuanda A. Limfogranuloma Venereum. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5.
Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 414-
417

Anda mungkin juga menyukai