Anda di halaman 1dari 28

SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS

LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014


BAB IV
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS

4.1 SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
4.1.1 Getaran
Getaran adalah gerakan bolak balik yang di sekitar daerah kesetimbangan
dalam suatu interval waktu. Kesetimbangan disini adalah keadaan dimana suatu
benda berada pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja. Getaran
berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengang
eraktersebut. Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar.
Macam macam getaran terdiri dari :
1. Getaran bebas
Getaran bebas terjadi jika sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu
dibiarkan bergetar secara bebas. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas
dapat mengalami getaran bebas. Contoh getaran bebas adalah memukul garpu tala
dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan setimbang lalu
dilepaskan.
2. Getaran paksa
Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar yang
diterapkan pada sistem mekanis.

4.1.2 Hukum Hooke
Hukum hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang
ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas besaranya
gaya hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan
pegas dari posisi normalnya, atau lewat rumus matematis dapat di gambarkan
sebagai berikut :

Dimana,
F adalah gaya ( N )
k adalah konstanta pegas ( N/m)
x adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya ( m )
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
4.1.3 Degree of Freedom


Gambar 4.1 Degree of Freedom
Sumber : Anonymous

Degree of freedom ( Derajat kebebasan ) adalah derajat independensi yang
diperlukan untuk menyatakan posisi suatu system pada setiap saat. DOF memiliki 6
gerakan, yaitu searah sumbu x, searah sumbu y, searah sumbu z, rotasi, revolusi dan
translasi. Menurut jumlahnya derajat kebebasan terdiri dari 3, yaitu :
1. Single degree of freedom system



Gambar4.2 Sistem Single degree of freedom
Sumber : dokumentasi pribadi

Pada masalah dinamika, setiap titik atau massa pada umumnya hanya
diperhitungkan berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal. Karena
simpangan yang terjadi hanya terjadi dalam satu bidang atau dua dimensi, maka
simpangan suatu massa pada setiap saat hanya mempunyai posisi atau ordinat
tertentu baik bertanda negatif ataupun bertanda positif. Pada kondisi dua dimensi
tersebut, simpangan suatu massa pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat
tunggal yaitu Y(t). struktur seperti itu dinamakan derajat kebebasan tunggal / single
degree of freedom system.


m
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
2. Double degree of freedom system








Gambar 4.3 Double degree of freedom
Sumber : Anonymous

Dalam sistem massa pegas seperti terlihat dalam Gambar 4.3 di atas, bila
gerakan massa ml dan m2 secara vertikal dibatasi maka paling sedikit dibutuhkan
satu koordinat x(t) guna menentukan kedudukan massa pada berbagai waktu. Berarti
sistem membutuhkan dua buah koordinat bersama-sama untuk menentukan
kedudukan massa; sistem ini adalah sistem dua-derajat-kebebasan.
3. Multi degree of freedom system





Gambar 4.4 Multi degree of freedom
Sumber : Anonymous

Sistem banyak derajat kebebasan adalah sebuah system yang mempunyai
koordinat bebas untuk mengetahui kedudukan massa lebih dari dua buah. Pada
dasarnya, analisa system banyak derajat kebebasan adalah sama dengan system satu
atau dua derajat kebebasan. Tetapi karena banyaknya langkah yang harus dilewati
untuk mencari frekuensi pribadi melalui perhitungan matematis, maka system
digolongkan menjadi banyak derajat kebebasan.

4.1.4 Sistem Getaran Bebas
Sistem getaran bebas terjadi dalam suatu sistem karena tidak adanya eksitasi
luar sebagai hasil dari energi kinetik atau energi potensial yang ada pada sistem.
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
Sistem getaran bebas berawal dari transfer energi kinetik ke potensial secara kontinu,
begitu pula sebaliknya.


Gambar 4.5 Model sistem getaran bebas
Sumber : Modul Praktikum FDM Jurusan Teknik Mesin FTUB 2013/2014

Perhatikan sebuah massa m yang disangga oleh pegas dengan kekakuan k,
serta inertia diabaikan. Massa m lalu ditarik kebawah dari posisi setimbang,
kemudian dilepas.Pada selang waktu t, massa akan berbeda pada jarak x dari posisi
setimbang dan gaya pegas -kxyang bekerja ada benda akan cenderung menahannya
pada posisi setimbang.
Persamaan dari gerakan:


Atau


Dengan ,


Gerakannya adalah gerakan harmonis sederhana dan periode T diberikan dengan
persamaan :

atau


Dengan s = defleksi statis =


Frekuensi diberikan dengan persamaan:
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014

atau



4.1.5 Sistem Getaran Bebas Teredam


Gambar 4.6 Model sistem getaran bebas teredam
Sumber : Modul Praktikum FDM Jurusan Teknik Mesin FTUB 2013/2014

Perhatikan massa benda m disangga oleh pegas dengan kekakuan k dan
inertia diabaikan dan dihubungkan dengan sebuah dashpot oli yang mempunyai
hambatan yang dapat dianggap sebanding dengan kecepatan relative. Massa m
ditarik kebawah dari posisi seimbang, kemudian dilepaskan.
Pada selang waktu t, massa akan berada pada jarak x dari posisi setimbang.
Gaya pegas kx yang bekerja pada benda akan cenderung menahannya pada keadaan
seimbang dan gaya peredaman yang cenderung untuk melawan gerakan adalah


Dimana c adalah konstanta peredaman.
Persamaan dari gerakan tersebut adalah:


Bentuk standar dari sistem ini adalah:


Maka untuk kasus ini

dan


SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
adalah damping ratio atau factor untuk sistem pegas massa damper, yang
selengkapnya akan dibahas pada subbab selanjutnya.
Jenis jenis peredaman:
1. Underdamped
Benda yang mengalami underdamped biasanya melakukan beberapa getaran
sebelumberhenti. Benda masih melakukan beberapa getaran sebelum berhenti karena
redaman yang dialami tidak terlalu besar. Contoh sebuah benda yang digantung
dalam ujung pegas.
.
Gambar 4.7 Underdamped
Sumber : Anonymous

2. Critical damping
Benda yang mengalami critical damping biasanya langsung berhenti bergetar
(benda langsung kembali ke posisi setimbang). Benda langsung berhenti karena
redaman yang dialami cukup besar. Contoh bola yang digantung pada ujung pegas
kemudian tercelup ke dalam air.


Gambar 4.8 Critical damping
Sumber : Anonymous
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
3. Over damping
Over damping mirip seperti critical damping. Bedanya pada critical damping
benda tiba lebih cepat di posisi setimbangnya, sedangkan pada over damping benda
lama sekali di posisi setimbangnya. Hal ini disebabkan karena redaman yang dialami
oleh benda sangat besar. Contoh sebuah benda yang digantungkan pada ujung pegas
kemudian bola masuk ke dalam wadah yang berisi minyak kental. Adanya minyak
kental menyebabkan bola sulit kembali ke posisi setimbang.


Gambar 4.9 Overdamped
Sumber : Anonymous

4.1.6 Frekuensi, Periode, Amplitudo dan Damping Ratio
1. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan tiap detik.Satuan dari frekuensi
adalah Hertz (Hz).
2. Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran. Satu getaran
merupakan gerak bolak-balik kembali ke posisi semula.


3. Amplitudo
Secara sederhana amplitudo dapat diartikan sebagai simpangan terbesar yang
dihitung dari kedudukan setimbang. Osilasi merupakan variasi periodik terhadap
waktu yang didapat dari hasil pengukuran.


SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014

dimana:


Hubungan antara frekuensi dengan panjang gelombang dapat dilihat pada persamaan
dibawah ini:



Nilai cepat rambat gelombang (v) dan waktu (t) dapat dicari dengan simple vibration
apparatus, sehingga panjang gelombang () dapat diketahui.
4. Damping Ratio
Damping ratio adalah perbandingan antara peredaman sebenarnya terhadap jumlah
peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman kritis.


dimana:
: Damping ratio
c : Konstanta peredaman
k : Konstanta pegas
m : Massa
Jika maka sistem under damped
Jika maka sistem adalah critically damped
Jika maka sistem adalah over damped

4.2. Tujuan Pengujian
1. Untuk memahami hubungan antara massa benda, kekakuan dari pegas dan
periode atau frekuensi dari osilasi untuk system pegas massa sederhana yang
mempunyai satu derajat kebebasan.
2. Untuk memahami hubungan antara gaya, viskositas dari oli dan kecepatan
untuk bermacam macam keadaan dari dashpot yang dapat diatur.
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
3. Untuk mengamati efek dari bermacam kuantitas peredaman untuk suatu
respon dari orde kedua dari sistem mekanika untuk suatu input langkah.

4.3. Spesifikasi Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Sanderson Simple Vibration
Apparatus.

Gambar 4.10 Simple Vibration Apparatus
Sumber : Laboratoruim Fenomena Dasar Mesin FT-UB

Rangka dapat bergerak secara vertical pada roller guides dengan membawa central
stud ke massa yang dapat dipasangkan.
Massa frame adalah 1,7 kg
Massa tiap piringan 1,0 kg
Tiga buah pegas masing-masing :
Pegas No.1 k = 3,30 kN/m
Pegas No.2 k = 1,22 kN/m
Pegas No.3 k = 0,47 kN/m
Sebuah pena terdapat pada Vibrating frame dan kertas yang digerakkan motor
sinkron menghasilkan amplitudo / time recording (kecepatan kertas = 0,02 m/s).

4.4. Cara Pengambilan Data
Step I
1. Aturlah paper strip pada roller sehingga siap digunakan.
2. Pasanglah pena pada penjepit pena.
3. Pasang pegas sesuai dengan konstanta yang akan dicobakan.
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
4. Tekan pegas sampai pada dasar, sebelum dilepas pastikan motor dalam posisi on
sehingga roller berputar, kemudian lepaskan pegas.
5. Catat hasil osilasi sesuai table.
6. Tambahkan beban, kemudian ulangi percobaan seperti nomor 4.
Step II
1. Pasang peralatan damper.
2. Aturlah putaran sesuai dengan bukaan yang dikehendaki.
3. Ulangi percobaan seperti nomor 4 step I.
4. Tambahkan beban dan ulangi percobaan.
5. Lakukan percobaan dengan teliti dan benar.

4.5. Hasil Pengujian
4.5.1. Data Hasil Pengujian
Berikut ini hasil osilasi untuk hubungan antara massa dengan frekuensi pada
Konstanta Pegas pada (k) = 3,3 kN/m pada massa (m) = 2,7kg ; 3,7kg ; 4,7kg :




k = 0,47 kN/m; m= 2,7kg k = 0,47 kN/m; m= 3,7kg k = 0,47 kN/m; m= 4,7kg






SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014



k = 1,22 kN/m; m= 2,7kg k = 1,22 kN/m; m= 3,7kg k = 1,22 kN/m; m= 4,7kg



k = 3,3 kN/m; m= 2,7kg k = 3,3 kN/m; m= 3,7kg k = 3,3 kN/m; m= 4,7kg

Berikut hasil osilasi untuk hubungan putaran katup dengan konstanta
peredam pada Konstanta Pegas (k) = 3,3 kN/m, putaran katup (ganjil) = 5, 7, 9, 11,
13, 15, 17, 19, 21, 23, 25 pada massa (m) = 2,7kg ; 3,7kg ; 4,7kg :

Konstanta pegas 3,3 kN/m ; massa 2,7 kg dan SAE 40



Putaran (n) = 3 Putaran (n) = 5 Putaran (n) = 7
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014


Putaran (n) = 9 Putaran (n) = 11 Putaran (n) = 13



Putaran (n) = 15 Putaran (n) = 17 Putaran (n) = 19



Putaran (n) = 21 Putaran (n) = 23 Putaran (n) = 25
Konstanta pegas 3,3 kN/m ; massa 3,7 kg


Putaran (n) = 3 Putaran (n) = 5 Putaran (n) = 7
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014



Putaran (n) = 9 Putaran (n) = 11 Putaran (n) = 13



Putaran (n) = 15 Putaran (n) = 17 Putaran (n) = 19



Putaran (n) = 21 Putaran (n) = 23 Putaran (n) = 25
Konstanta pegas 3,3 kN/m ; massa 4,7 kg



Putaran (n) = 3 Putaran (n) = 5 Putaran (n) = 7
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014

Putaran (n) = 9 Putaran (n) = 11 Putaran (n) = 13



Putaran (n) = 15 Putaran (n) = 17 Putaran (n) = 19


Putaran (n) = 21 Putaran (n) = 23 Putaran (n) = 25

4.5.2. Contoh Perhitungan
A. Hubungan antara massa dengan frekuensi
Frekuensi Aktual
= 0,5 cm = 0,009 m
v = 0,02 m/s


Frekuensi Teoritis
m = 2,7 kg
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
k = 0,47 kN/m = 470 N/m





B. Hubungan antara putaran katup dengan konstanta peredaman



Damping ratio


Konstanta peredaman





4.5.3. Grafik dan Pembahasan
4.5.3.1. Grafik Hubungan Antara Massa Dan Frekuensi
1. Hubungan antara massa dengan frekuensi pada konstanta pegas = 0.47 kN/m
Keterangan : X = massa pegas; Y = frekuensi aktual; Y = frekuensi teoritis

Tabel 4.1 Data pengujian
No. X Y Y'
1 2.7 2.222222222 2.100909782
2 3.7 1.739130435 1.794685786
3 4.7 1.666666667 1.592356688
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
2. Hubungan antara Massa dengan Frekuensi pada Konstanta Pegas = 1.22 kN/m
Keterangan : X = massa pegas; Y = frekuensi aktual; Y = frekuensi teoritis

Tabel 4.2 Data pengujian
No. X Y Y'
1 2.7 3.333333333 3.384841909
2 3.7 2.857142857 2.891474786
3 4.7 2.5 2.565496005

3. Hubungan antara Massa dengan Frekuensi pada Konstanta Pegas = 3.3 kN/m
Keterangan : X = massa pegas; Y = frekuensi aktual; Y = frekuensi teoritis

Tabel 4.3 Data pengujian
No. X Y Y'
1 2.7 5.714285714 5.566925946
2 3.7 5 4.755503046
3 4.7 4.444444444 4.219377642


Gambar 4.11 Hubungan antara massa dengan frekuensi



SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
Analisa Grafik :
Menurut teori, frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi dalam kurun
waktu satu detik. Frekuensi dari suatu gelombang dipengaruhi oleh konstanta pegas
dan massa dari pembebanan pada pegas tersebut. sesuai dengan rumus:


dimana:
Semakin besar massa yang diberikan pada pegas, maka akan semakin besar
konstanta peredaman yang dihasilkan, karena adanya hukum aksi reaki, jadi
konstanta peredaman bernilai sama dengan gaya berat mengarah ke bawah karena
adanya massa dan kontanta peredaman mengarah ke atas sebesar atau sebanding
dengan gaya berat tersebut.
Pada grafik terlihat sesuai teori dan diketahui bahwa frekuensi tertinggi
adalah pada frekwensi aktual dengan k = 3.3 kN/m kemudian frekuensi teoritis
dengan dengan k = 3.3 kN/m yang ke tiga ialah frekwensi teoritis dengan k = 1,22
kN/m setelah itu frekuensi aktual dengan dengan k = 1,22 kN/m selanjutnya defleksi
frekuensi teoritis dengan k = 0,47 kN/m dan nilai frekuensi terendah pada frekuensi
aktual k = 0,47 kN/m.

4.5.3.2. Grafik Hubungan Antara putaran katup terhadap konstanta
peredaman dengan variasi viskositas oli pada massa 3,7 kg
4. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli
SAE = 40, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman












SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
Tabel 4.4 Data pengujian
No. X Y
1 3 22.3809
2 5 23.401
3 7 24.39235
4 9 26.82026
5 11 27.74638
6 13 27.20911
7 15 27.20911
8 17 27.20911
9 19 27.74638
10 21 33.62514
11 23 45.72271
12 25 63.05331

5. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli
SAE = 60, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.5 Data pengujian
No. X Y
1 3 9.569544
2 5 9.569544
3 7 9.569544
4 9 10.12374
5 11 10.12374
6 13 8.843936
7 15 10.12374
8 17 14.26861
9 19 15.31916
10 21 17.3306
11 23 24.39235
12 25 68.47798

6. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli
SAE = 80, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman


SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
Tabel 4.6 Data pengujian
No x y
1 3 22.36056
2 5 26.27111
3 7 28.07452
4 9 29.78992
5 11 29.78992
6 13 35.10701
7 15 38.62581
8 17 40.89491
9 19 48.74035
10 21 68.41573
11 23 73.11053
12 25 80.1057

7. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli
SAE = 100, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.7 Data pengujian
No. X Y
1 3 15,15956
2 5 16,17127
3 7 16,17127
4 9 17,3306
5 11 18,67319
6 13 22,5873
7 15 28,53722
8 17 18,96768
9 19 31,22484
10 21 24,39235
11 23 41,47772
12 25 68,47798

8. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada viskositas oli
SAE = 120, k = 3.3 kN/m dan Massa = 3.7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman



SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
Tabel 4.8 Data pengujian
No. X Y
1 3 11,20662
2 5 9,350286
3 7 9,350286
4 9 8,157266
5 11 11,8407
6 13 17,08537
7 15 17,46997
8 17 19,23327
9 19 20,68464
10 21 38,66096
11 23 48,7847
12 25 70,3892


Gambar 4.12 Hubungan antara putaran katup terhadap konstanta peredaman dengan
variasi viskositas oli pada 3,7 kg

Analisa Grafik :
Menurut teori, bahwa dengan pembebanan yang sama dengan viskositas yang
semakin besar maka konstanta peredaman semakin besar. Hal ini disebabkan, karena
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
viskositas yang semakin besar menyebabkan gaya pegas untuk menarik ke arah
kesetimbangan semakin besar karena semakin besar viskositas maka kemampuan
untuk menahan tegangan geser semakin besar sehingga gaya gesek semakin besar
sehingga fluida semakin sulit mengalir sehingga gaya peredaman semakin besar.
Dan putaran katup yang semakin banyak mengakibatkan kedua lempengan
semakin dekat sehingga fluida peredam yang mengalir melewati lubang pada katup
menjadi terhambat karena volumenya semakin kecil, akibatnya konstanta peredaman
semakin besar.



Dimana





Pada grafik terlihat adanya penyimpangan yaitu pada viskositas oli 40, 60, 80
dan 120. Seharusnya urutan viskositas oli terhadap konstanta peredaman mulai dari
konstanta peredeman terbesar sampai terkecil yang benar adalah viskositas oli 120,
100, 80, 60 dan 40. Hal ini disebabkan karena adanya gaya dorong tambahan saat
pelepasan pegas sehingga konstanta peredaman dari viskositas oli 40, 80, dan 100
lebih besar daripada viskositas oli 120.

4.5.3.3. Grafik Hubungan antara putaran katup terhadap konstanta
peredaman dengan variasi massa
9. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 3.3 kN/m
dan Massa = 2.7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman




SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
Tabel 4.9 Data pengujian
No. X Y
1 3 20.83697
2 5 26.31782
3 7 25.47096
4 9 28.72401
5 11 26.31782
6 13 30.41014
7 15 30.9518
8 17 30.41014
9 19 30.41014
10 21 30.41014
11 23 53.8628
12 25 100.3902

10. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 3.3
kN/m dan Massa = 3.7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.10 Data pengujian
No. X Y
1 3 22.3809
2 5 23.401
3 7 24.39235
4 9 26.82026
5 11 27.74638
6 13 27.20911
7 15 27.20911
8 17 27.20911
9 19 27.74638
10 21 33.62514
11 23 45.72271
12 25 63.05331

11. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 3.3
kN/m dan Massa = 4.7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman



SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
Tabel 4.11 Data pengujian
No. X Y
1 3 10.78548
2 5 8.380973
3 7 8.380973
4 9 10.78548
5 11 11.41009
6 13 9.565006
7 15 12.11209
8 17 27.49171
9 19 30.22811
10 21 34.99745
11 23 40.12227
12 25 91.32547


Gambar 4.13 Grafik Hubungan antara putaran katup terhadap konstanta peredaman
dengan variasi massa

Analisa Grafik :
Pada Grafik hubungan putaran katup dengan kontanta peredaman yang
massanya divariasikan, terlihat bahwa semakin besar putaran katup maka semakin
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
besar konstanta peredamannya, dan semakin besar massa maka akan semakin besar
konstanta peredamannya, terlihat juga pada rumus


Dimana





Hal ini dikarenakan adanya gaya aksi pada pegas dan reaksi pada damper sehingga
semakin besar massa maka aksi reaksinya semakin kecil sehingga selisih puncak 1
dan puncak 2 besar yang menyebabkan konstanta peredamannya besar.
Tetapi terjadi beberapa penyimpangan yaitu pada massa 4,7 kg yang rata-rata
konstanta peredamannya lebih rendah dari massa 3,7 kg dan 2,7 kg. Hal ini
dikarenakan damper pada massa 2,7 kg dan 3,7 kg telah terendam oli sehingga
konstanta peredamannya lebih besar daripada konstanta peredaman pada massa 4,7
kg.

4.5.3.4. Grafik hubungan antara putaran katup terhadap konstanta
peredaman dengan variasi konstanta pegas pada massa 4,7 kg
12. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 0,47
kN/m dan massa = 4,7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman











SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
Tabel 4.12 Data pengujian
No. X Y
1 3 35.89206
2 5 36.0425
3 7 36.22844
4 9 36.7728
5 11 36.22844
6 13 36.46416
7 15 38.00375
8 17 36.7728
9 19 38.16049
10 21 37.19446
11 23 42.84186
12 25 94.9173

13. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman k = 1,22 kN/m
dan Massa = 4,7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman

Tabel 4.13 Data pengujian
No. X Y
1 3 22.88771
2 5 26.49376
3 7 25.58363
4 9 25.46741
5 11 26.49376
6 13 28.42405
7 15 30.21121
8 17 27.61562
9 19 33.43141
10 21 31.33307
11 23 50.14711
12 25 79.2848

14. Hubungan antara Putaran Katup dengan Konstanta Peredaman pada k = 3,3 kN/m
dan massa = 4.7 Kg
Keterangan : X = Putaran katup, Y = Konstanta peredaman



SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
Tabel 4.14 Data pengujian
No. X Y
1 3 10.78548
2 5 8.380973
3 7 8.380973
4 9 10.78548
5 11 11.41009
6 13 9.565006
7 15 12.11209
8 17 27.49171
9 19 30.22811
10 21 34.99745
11 23 40.12227
12 25 91.32547


Gambar 4.14 Grafik hubungan antara putaran katup terhadap konstanta peredaman
dengan variasi konstanta pegas pada massa 4,7 kg

Analisa Grafik :
Menurut teori, hubungan putaran katup dengan kontanta peredaman yang
konstanta pegasnya divariasikan, terlihat bahwa semakin besar putaran katup maka
semakin besar konstanta peredamannya, dan semakin besar konstanta pegas maka
akan semakin besar konstanta peredamannya, terlihat juga pada rumus
SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014


Dimana





Pada grafik terlihat terjadi beberapa penyimpangan yaitu pada k = 3,3 kN/m
lebih kecil daripada k = 0,47 kN/m. Hal ini dikarenakan pada saat praktikum, oli
yang berada pada damper terpercik keluar sehingga tidak menutup kemungkinan
adanya ruang udara pada damper sehingga konstanta peredaman pada k = 3,3 kN/m
lebih kecil daripada k = 0,47 kN/m.
Kemudian percepatan pada k = 0,47 kN/m lebih besar daripada k = 3,3 kN/m
sehingga gaya yang diperoleh pada k = 0,47 kN/m lebih besar daripada k = 3,3 kN/m
yang menyebabkan konstanta peredamannya juga semakin besar.

4.5.4. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Setelah kami melakukan pengujian simple vibration apparatus, secara garis
besar dapat dipetakan menjadi dua bagian yaitu : tanpa menggunakan peredam dan
menggunakan peredam.
Percobaan pertama kami dapat menyimpulkan bahwa semakin besar massa
maka frekuensi akan semakin yang akan ditimbulkan juga akan semakin kecil, begitu
juga sebaliknya semakin kecil massa yang maka frekuensi yang akan terjadi semakin
besar.
Percobaan kedua kami yaitu hubungan putaran katup dengan konstanta
peredaman. Dari data yang kami olah menunjukkan bahwa putaran katup dan massa
berbanding lurus dengan konstanta peredaman, begitu juga sebaliknya semakin kecil
massa maka konstanta peredaman akan semakin kecil, sesuai rumus :


SI MPLE VI BRATI ON APPARATUS
LABORATORI UM FENOMENA DASAR MESI N 2013/2014
C = konstanta peredaman
= damping rasio
Wn = frekuensi natural
M = massa
B. Saran
1. Sebaiknya laboratorium memperbarui alat yang sudah tua.
2. Sebaiknya deadline diperpanjang lagi dan dendanya jangan terlalu banyak.
3. Sebaiknya praktikan lebih memahami apa yang dipelajari pada praktikum ini.

Anda mungkin juga menyukai