Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR KONSITUSI
1. Istilah dan Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constituer (Prancis), constitution (Inggris), constitutle (Belanda)
yang berarti membentuk, menyusun dan menyatakan. Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusi di
masukan sebagai pembentukan suatu negara, atau menyusun dan menyatakan sebuah negara.
Konstitusi juga bisa berarti peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara. Dalam
Bahasa Indonesia, konstitusi dikenal dengan sebutan Undang-undang Dasar (UUD).
Keduanya memang tidak berarti sama. UUD hanyalah sebatas hukum dasar yang tertulis,
sedangkan konstitusi disamping memuat hukum dasar yang tertulis, juga mencakup hukum dasar
yang tidak tertulis. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis, melainkan juga bersifat sosiologis dan
politis. Sedangkan undang-undang dasar hanya merupakan sebagian dari pengertian konstitusi,
yaitu konstitusi yang tertulis.
Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan istilah Grondwet, yang berarti
undang-undang dasar (grond=dasar dan wet=undang-undang). Di Jerman istilah konstitusi juga
dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang juga berarti Undang-Undang Dasar (grund=dasar dan
gesetz=Undang-Undang).
Istilah konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamentallaws tentang pemerintahan
suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya. Sementara menurut Sri Soemantri, konstitusi berarti
suatu naskah yang membuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara.
Dari dua pengertian bisa dikatakan bahwa konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental)
mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk berdirinya sebuah negara.
2. Klasifikasi Konstitusi
Menurut CF. Strong konstitusi terdiri atas dua bagian diantaranya adalah:
1) Konstitusi tertulis adalah aturan-aturan pokok dasar negara, bangunan negara dan tata
negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di
dalam persekutuan hukum negara.
2) Konstitusi tidak tertulis/konvensi adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering
timbul.
3. Nilai Konstitusi
Nilai dalam konstitusi dibagi menjadi beberapa macam diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku
dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
2) Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetrapi tidak sempurna.
Ketidak sempurnaan itu disebabkan pasal-pasal tertentu tidak berlaku/tidsak seluruh pasal
pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3) Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa
saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan kekuasaan politik.

4. Sifat Konstitusi
Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:
1) Flexible/luwes apabila konstitusi/undang undang dasar memungkinkan untuk berubah
sesuai dengan perkembangan.
2) Rigid/kaku apabila konstitusi/undang undang dasar jika sulit untuk diubah.
5. Tujuan Konstitusi

Konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-
hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Tujuan-tujuan adanya
konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi 3 tujuan, yaitu:

1) Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik.
2) Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri.
3) Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.

Secara garis besar, tujuan Konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan
yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham
tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
6. Pentingnya Konstitusi dalam Suatu Negara
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu hal
yang sangat krusial (miring), karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara.
Dr. A. Hamid S. Attamimi menegaskan-seperti yang dikutip Thaib bahwa konstitusi atau
undang-undang dasar merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara
harus dijalankan, sejalan dengan pendapat tersebut, Bagir Manan mengatakan bahwa hakekat
konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme yaitu
pemabatasan terhadap kekuasaan pemerintah disuatu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Menurut William G. Andrews, dapat dirumuskan beberapa fungsi konstitusi yang sangat
penting baik secara akademis maupun dalam praktek, yaitu:

1) Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai satu fungsi konstitualisme
2) Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan
3) Menjadi instrumen untuk mengalihkan kewenangan dari pemegang kekuasaan asal (baik
rakyat dalam sistem demokrasi maupun raja dalam sistem monarki) kepada organ-organ
kekuasaan negara.


B. PERUBAHAN KONSTITUSI

Yang dimaksud dengan perubahan konstitusi adalah segala usaha untuk menambah dan atau
mengurangi baik sebagian atau seluruh makna yang terkandung dalam konstitusi tersebut melalui
suatu mekanisme perubahan yang ditentukan berdasarkan peraturan ketatanegaraan yang berlaku.
Perubahan konstitusi merupakan keharusan dalam sistem ketatanegaraan suatu negara, karena
bagaimanpun konstitusi haruslah sesuai dengan realitas kondisi bangsa dan warga negaranya.
Dengan kata lain, bahwa sifat dinamis suatu bangsa terhadap setiap peradaban harus mampu
diakomodasi dalam konstitusi negara tersebut. Karena jika tidak, maka bukan tidak mungkin bangsa
dan negara tersebut akan tergilas oleh arus perubahan peradaban itu sendiri. Perubahan
konstitusi/UUD, yaitu: Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang
kadang-kadang membuat sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyat. Secara
evolusi, UUD/konstitusi berubah secara berangsurangsur yang dapat menimbulkan suatu UUD,
secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengubah Undang-Undang Dasar atau konstitusi
melalui jalan penafsiran, menurut K.C. Wheare ada 4 (empat) macam cara, yaitu melalui:

1) Beberapa kekuatan yang bersifat primer
2) Perubahan yang diatur dalam konstitusi
3) Penafsiran secara hukum
4) Kebiasaan yang terdapat bidang ketatanegaraan.

Perubahan Konstitusi di Indonesia

Dalam Undang-undang Dasar 1945, terdapat satu pasal yang berkenaan dengan cara
perubahan UUD, yaitu Pasal 37 yang menyebutkan:

1) Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlahanggota MPR harus hadir.
2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang hadir.
Pasal tersebut mengandung tiga norma, yaitu:

Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi
negara.
Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhi sekurang-kurangnya adalah
2/3 dari seluruh jumlah anggota MPR.
Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.

C. Sejarah Berdirinya Rule Of Law

Latar belakang kelahiran rule of law :

a. Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan Negara.
b. Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional.
c. Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara hukum.

Rule of law adalah doktrin

hukum yang muncul pada abad ke 19, seiring degan negara
konstitusi

dan demokrasi. Rule of law adalah konsep tentang common law

.





Unsur-unsur rule of law menurut A.V. Dicey terdiri dari :

- Supremasi

aturan-aturan hukum.
- Kedudukan yang sama didalam menghadapi hukum.
- Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan
pengadilan.

Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi seluruh masyarakatnya,
khususnya keadilan social.
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi menurut rule of law
adalah:

1. Adanya perlindungan konstitusional.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan kewarganegaraan.

1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Rule Of Law
Penegakan hukum adalah sebuah pepatah hukum umum sesuai dengan keputusan yang harus
dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip atau hukum yang dikenal, tanpa intervensi
kebijaksanaan dalam aplikasi mereka. Peribahasa ini dimaksudkan sebagai pelindung
terhadap pemerintahan yang sewenang-wenang. Kata sewenang wenang (dari bahasa latin
penengah) menandakan suatu keputusan yang dibuat di atas kebijaksanaan wasit, bukan menurut
aturan hukum.
Secara umum, hukum adalah kumpulan aturan-aturan yang ditetapkan oleh negara dikenakan
sanksi atau konsekuensi. Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep rechtsstaat atau Rule Of
Lawyang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di eropa abad ke 19 dan ke 20.
Oleh karena itu, Negara demokrasi pada dasarnya adalah Negara hukum. Ciri Negara hukum
antara lain : adanya supremasi hukum, jaminan hak asasi manusia dan legalitas hukum. Di Negara
hukum, peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada undang undang dasar (konstitusi)
merupakan satu kesatuan sistem hukum sebagai landasan bagi setiap penyelenggaraan kekuasaan.
Rule Of Law merupakan suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke XIX,
bersamaan dengan kelahiran Negara berdasarkan hukum (konstitusi) dan demokrasi. Kehadiran
Rule Of Law boleh disebut sebagai reaksi dan koreksi terhadap Negara absolute (kekuasaan di
tangan penguasa) yang relah berkembang sebelumnya. Rule Of Law pada hakikatnya merupakan
jaminan secara formal terhadap rasa keadilan bagi rakyat Indonesia dan juga keadilan sosial .
inti dari Rule Of Law adalah adanya keadilan bagi masyarakat , teruatama keadilan sosial.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan
kekuasaan pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus
dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dalam Negara hukum,
kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan (supremasi hukum) dan bertujuan
untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.


2. Fungsi Rule Of Law

Fungsi Rule Of Law pada hakikatnya adalah jaminan adanya keadilan social bagi masyarakat,
terutama keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip

Rule Of Law secara formal termuat dalam pasal-pasal UUD 1945 yaitu:

Pasal 1 ayat 3
Pasal 24 ayat 1
Pasa 27 ayat 1
Pasal 28D ayat 1 dan 2

3. Prinsip-Prinsip Rule Of Law di Indonesia

Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia terbagi menjadi atas 2 bagian diantaranya yaitu:

1. Prinsip-prinsip Rule of Law secara Formal di Indonesia

Prinsip-prinsip rule of law secara formal di Indonesia tertera dalam pembukaan UUD 1945
yang menyatakan:

1) Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa,karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan
2) Kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
3) Untuk memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskankeadilan sosial
4) Disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia
5) Kemanusiaan yang adil dan beradab
6) Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki ( materil ) di Indonesia

Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (material) di Indonesia sangat erat kaitannya dengan
penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan,
terutama dalam penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law.
Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan keberhasilan
bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa. Hal ini didukung kenyataan bahwa rule of law
merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai akar
budayanya yang khas pula. Karena bersifat legalisme maka mengandung gagasan bahwa keadilan
dapat dilayani dengan pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif,
tidak memihak, tidak personal dan otonom.
Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait rule of law telah banyak
dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang optimal sehingga rasa
keadilan sebagai perwujudan pelaksanaanrule of law belum dirasakan dimasyarakat.


3. Pelaksanaan Rule of Law

Agar pelaksanaan rule of law bisa berjalan dengan yang diharapkan, maka:

a. Keberhasilan the enforcement of the rules of law harus didasarkan pada corak masyarakat
hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap bangsa.
b. Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya yang tumbuh dan
berkembang pada bangsa.
c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan secara adil juga memihak
pada keadilan.

Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif yang memihak hanya pada keadilan itu sendiri
bukan sebagai alat politik atau keperluan lain. Asumsi dasar hokum progresif bahwa hukum adalah
untuk manusia, bukan sebaliknya. Hukum progresif memuat kandungan moral yang kuat. Arah
dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang sinergis dengan kekayaan yang
dimiliki bangsa yang bersangkutan atau back to law and order, kembali pada hukum dan ketaatan
hukum negara yang bersangkutan itu.

Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
2. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau
kekuatan apapun.
3. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.

Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan rule of law antara lain:

o Kasus korupsi KPU dan KPUD.
o Kasus illegal logging.
o Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA).
o Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotripika.
o Kasus perdagangan wanita dan anak.

4. Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law di Indonesia

Dalam Proses Penegakan hukum di Indonesia di lakukan oleh lembaga penegak hukum yang
terdiri dari asas kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb.

Kepolisian
fungsinya memelihara keamanan dalam negeri yang memiliki tugas pokok yaitu:
- Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
- Menegakan hukum.
- Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

wewenang kepolisian adalah sebagai berikut:

- Mengawasi aliran yang menimbulkan perpecahan dan mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa.
- Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
- Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka
pencegahan.
- Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan,
kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.
- Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya.
- Memberikan izin melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam.







Kejaksaan
wewenang dan tugas kejaksaan

- Melakukan penuntutan
- Melaksanakan penetapan hakim dan putusa pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
- Melakukan pengawasan tehadap pelaksanaan putusan pidana masyarakat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusa lepas bersyarat.
- Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang.
- Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan dan dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
penyidik.

KPK( komisi Pemberantasn Korupsi)
KPK di tetapkan dengan UU no 20 tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan daya guna dan
hasil guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.

Tugas KPK

- berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi
- Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
- Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
- Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
- Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.

Wewenang KPK

- Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan, terhadap instansi yang menjalankan tugas
dan wewenang dengan pemberantasan tindak korupsi.
- Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak korupsi yang sedang
dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan.
- Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi.
- Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
- Hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember 2002.
- Peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan hukum UU KPK.

Badan peradilan
1) Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia. MA
mempunyai kewenangan:

- Mengadili pada tingkat kasai terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
peradilan.
- Menguji peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang terhadap Undang-
undang
- Kewenangan lain yang ditentukan undang-undang.





2) Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan pada tignkat pertama dan
terakhir:

- Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
- Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945
- Memutuskan pembubaran parpol
- Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum

3) Peradilan Tinggi dan Negeri merupakan peradilan umum di tingkat provinsi dan kabupaten.
Fungsi kedua peradilan tersebut adalah menyelenggarakan peradilan baik pidana dan perdata
di tingkat kabupaten, dan tingkat banding di peradilan tinggi. Pasal 57 UU No. 8 tahun 2004
menetapkan agar peradilan memberikan prioritas peradilan terhadap tindak korupsi, terorisme,
narkotika atau psikotropika pencucian uang, dan selanjutnya, tindak pidana.





































BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstitusi berasal dari kata constituer (Prancis), constitution (Inggris), constitutle (Belanda)
yang berarti membentuk, menyusun dan menyatakan. Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusi di
masukan sebagai pembentukan suatu negara, atau menyusun dan menyatakan sebuah negara.
Konstitusi juga bisa berarti peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara. Dalam
Bahasa Indonesia, konstitusi dikenal dengan sebutan Undang-undang Dasar (UUD).
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu hal
yang sangat krusial (miring), karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara.
Dr. A. Hamid S. Attamimi menegaskan-seperti yang dikutip Thaib bahwa konstitusi atau
undang-undang dasar merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara
harus dijalankan, sejalan dengan pendapat tersebut, Bagir Manan mengatakan bahwa hakekat
konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme yaitu
pemabatasan terhadap kekuasaan pemerintah disuatu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Penegakan hukum adalah sebuah pepatah hukum umum sesuai dengan keputusan yang harus
dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip atau hukum yang dikenal, tanpa intervensi
kebijaksanaan dalam aplikasi mereka. Peribahasa ini dimaksudkan sebagai pelindung
terhadap pemerintahan yang sewenang-wenang. Kata sewenang wenang (dari bahasa latin
penengah) menandakan suatu keputusan yang dibuat di atas kebijaksanaan wasit, bukan menurut
aturan hukum.
Secara umum, hukum adalah kumpulan aturan-aturan yang ditetapkan oleh negara dikenakan
sanksi atau konsekuensi. Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep rechtsstaat atau Rule Of
Lawyang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di eropa abad ke 19 dan ke 20.
Oleh karena itu, Negara demokrasi pada dasarnya adalah Negara hukum. Ciri Negara hukum antara
lain : adanya supremasi hukum, jaminan hak asasi manusia dan legalitas hukum. Di Negara hukum,
peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada undang undang dasar (konstitusi)
merupakan satu kesatuan sistem hukum sebagai landasan bagi setiap penyelenggaraan kekuasaan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan konstitusi di Indonesia?
2. Bagaimana pelaksanaan rule of law di Indonesia?
3. Apa fungsi konstitusi dan rule of law?

C. Tujuan

Makalah ini ditujukan untuk mengetahui fungsi dan tugas konstitusi dan rule if law di Indonesia
serta pelaksanaannya di Negara Indonesia.








KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpaha karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah pancasila yang berjudul Konstitusi dan Rule
Of Law.
Ucapan Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah pancasila ini.


1. Bapak selaku Dosen yang telah membimbing kami.
2. Orang tua yang telah mendukung kami dalam penulisan makalah ini.
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah bekerjasama dalam penulian makalah ini.


Kami berharap makalah pancasila ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis dan rekan-rekan
semua yang membacanya.










Bandung, Desember 2013
Penulis
















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai