Anda di halaman 1dari 16

1

TINJAUAN PUSTAKA
Bayi Kurang Bulan (BKB) dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

A. Definisi
Bayi Kurang Bulan (BKB) adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi
< 37 minggu ( < 259 hari) (Damanik, 2008). Sedangkan, Bayi berat lahir rendah
(BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gr tanpa memandang
masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir (Damanik, 2008; Pusponegoro HD, dkk., 2005).

B. Klasifikasi dan Etiologi BBLR
1. Persalinan kurang bulan/prematur
Bayi lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Pada umumnya
bayi kurang bulan ini disebabkan:
- Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.
Penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes melitus atau tindakan operatif
dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
b. Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun Umur (< 20 tahun atau > 40 tahun) dan pada multigrafida yang
jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia
26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir
2

darinperkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan
dengan bayi yang lahir pada perkawinan yang sah.
- Faktor Janin
Hidramnion, kehamilan ganda umunya akan mengakibatkan lahir bayi
BBLR.

2. Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang mengalami
hambatan pertumbuhan pada saat dalam kandungan (Janin tumbuh lambat atau
retardasi pertumbuhan intra uterin) dengan berat lahir < persentil ke 3 grafik
pertumbuhan janin (Lubchenco). Penyebabnya adalah:
- Terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta
- Kurang baiknya keadaan ibu atau gizi ibu
- Hambatan pertumbuhan yang berasal dari bayi sendiri
(Pudjiadi, 2010; Poned , 2008; Hasan R & Alatas H, 2007).

C. Patofisiologi
Pada kelainan sirukulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta
yang abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil
metabolik menjadi abnormal. Janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada
trimester akhir sehingga timbul pertumbuhan janin terhambat yang asimetrik yaitu
lingkar perut yang jauh lebih kecil daripada lingkar kepala. Pada keadaan yang
parah mungkin akan terjadi kerusakan tingkat seluler berupa kelainan nukleus dan
mitokondria. Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi
sangat banyak dan antioksidan yang realtif kurang (misalnya: preeklampsia) akan
menjadi lebih parah. Soothil dan kawan-kawan (1987) telah melakukan
pemeriksaan gas darah pada pertumbuhan janin terhambat yang parah dan
menemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia, dan eritroblastosis. Kematian
pada jenis asimetrik lebih parah jika dibandingkan dengan simetrik. Penyebab
pertumbuhan janin terhambat simetrik adalah faktor janin atau lingkungan uterus
(diabetes, hipertensi). Faktor janin adalah kelianan genetik (aneuploidi),
3

umumnya trisomi 21, 13 dan 18. Secara keseluruhan pertumbuhan janin terhambat
hanya 20% saja yang asimetrik pada penelitian terhadap 8.722 di amerika
(Saifuddin AB, Rachimhadhi T & Winkjosastro GH., 2009).
Salain itu, ibu dengan berat badan kurang sekali melahirkan bayi yang
berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau
berlebihan. Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan
janin. Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella congenital dan sitomegalovirus
(CMV) umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada
umur kehamilan saat mereka dilahirkan. Diperkirakan 40% dari seluruh variasi
berat lahir berkaitan dengan kontribusi genetik ibu dan janin (Kosim MS, dkk.,
2008).

D. Gejala klinis
1. Bayi prematuritas murni
Berat badan < 2500 gr, panjang badan 45 cm, lingkar dada < 30
cm, lingkar kepala < 33 cm. Masa gestasi < 37 minggu.
Tampak luar sangat tergantung pada maturitas atau lamanya gestasi
itu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Osifikasi tengkorak sedikit,
ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Densesus testikulorum
biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia
majora. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltis usus pun
dapat terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit
terlihat satu-persatu. Tulang rawan dan daun telinga bulum cukup,
sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mama belum
sempurna, demikian pula puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi
kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral,
pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur
daripada bangun. Tangisnya lemah, pernafasan belum teratur dan sering
terdapat serangan apnu. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu
dalam keadaan kedua tangkai dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki
4

dalam keadaan fleksi dan kepala menghadap satu jurusan. Tonic neck
reflex biasanya lemah, reflek moro dapat positif. Reflek menghisap dan
menelan belum sempurna, demikian pula reflek batuk (Hasan R & Alatas
H, 2007).
2. Dismaturitas
Dismaturitas dapat terjadi pre-trem, term, post-term. Pada pre-term
akan terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala
dismaturitas. Dalam hal ini berat badan <2500 gr, karakteristik fisis sama
dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi
pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas,
gejala yang menonjol ialah wasting, demikian pula pada post-term
dengan dismaturitas.
Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta dapat
dibagi dalam 3 stadium menurut berat ringanya wasting tersebut, yaitu:
(1) Stadium pertama. Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit
longgar, kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium.
(2) Stadium kedua. Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan
warna kehijauan pada kulit, plasenata dan umbilikus. Hal ini disebabkan
oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian
mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat
anoksia intrauterin. (3) Ditemukan tanda stadium kedua ditambah dengan
kulit yang berwarna kuning, demikian pula kuku dan tali pusat.
Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang lama (Hasan R & Alatas
H, 2007).

E. Langkah diagnostik
1. Anamnesis
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakhir
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5

Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik
Berat badan <2500 gr
Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan)
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk
masa kehamilan)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan skor Ballard
Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisis gas darah
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam
atau jika didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gangguan
napas
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 35
minggu , dimulai pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil
yang didapat
(Pusponegoro HD, dkk., 2005).

F. Manajemen
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2. Mempertahankan suhu tubuh normal
6

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti, kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di
tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel dibawah ini
Keadaan
bayi
Bayi
sakit
Bayi
kecil
Bayi
sangat
kecil
Bayi
keadaan
membaik
Frekuensi
pemgukuran
Tiap jam Tiap 12
jam
Tiap 6 jam Sekali sehari

3. Pemberian minum
ASI merupakan pilihan utama
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 gr/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu
(Pusponegoro HD, dkk., 2005).
4. Volume makanan dan cairan untuk bayi kecil menurut Subekti NB,
Karyuni PE & Meiliya E. (2008)
Bayi kecil membutuhkan volume makanan dan cairan yang berbeda
sesuai dengan kondisi dan berat badan mereka.
Bayi tanpa penyakit mayor/ bayi sehat
1,75 2,5 kg
Izinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak dapat
menyusu, berikan perasan ASI dengan menggunakan metode
pemberian susu alternatif (cangkir, cangkir dan sendok,
memeras ASI dengan tangan ke dalam mulut bayi, slang
7

lambung). Volume makanan dan cairan harian total sebagai
berikut:
Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7+
ml/kg BB makanan
dan/atau cairan
60 80 100 120 140 150 160+

1,5 1,749 kg
Berikan perasan ASI dengan menggunakan metode
pemberian makanan alternatif setiap tiga jam sesuai dengan
tabel dibawah ini sampai bayi dapat menyusu
Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7
Volume makan setiap
tiga jam (ml/ makanan)
12 18 22 26 30 33 35

1,25 1,49 kg
Berikan perasan ASI melalui dengan slang lambung setiap
tiga jam sesuai dengan tabel dibawah ini. Lanjutkan pemberian
susu dengan cangkir/sendok sesegera mungkin setelah bayi
tersebut dapat menelan tanpa batuk atau meludahkannya.
Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7
Volume makan setiap
tiga jam (ml/ makanan)
10 15 18 22 26 28 30

< 1,25 kg
Pasang slang IV dan berikan hanya cairan IV selama 48
jam pertama. Berikan perasan ASI melalui slang lambung
setiap dua jam yang dimulai pada hari ke-3, atau hari
berikutnya jika kondisi bayi masih belum stabil, dan secara
perlahan kurangi volume cairan IV sambil meningkatkan
volume makanan oral sesuai tabel dibawah ini. Lanjutkan
8

pemberian makan dengan cangkir/sendok sesegeran mungkin
setelah bayi dapat menelan tanpa batuk atau meludahkannya.
Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV
(ml/jam atau tetes
mikro/menit)
4 4 3 3 2 2 0
Volume makan setiap
dua jam (ml/ makanan)
0 0 3 5 8 11 15

Bayi sakit
1,75 2,5 kg
Jika bayi awalnya tidak membutuhkan cairan IV, izinkan
bayi mulai menyusu. Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan
perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian
makanan alternatif. Tentukan kebutuhan volume susu untuk
pemberian makan sesuai dengan usia bayi.
Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7+
ml/kg BB makanan
dan/atau cairan
60 80 100 120 140 150 160+
Jika bayi membutuhkan cairan IV, pasang selang IV dan
berikan hanya cairan IV selama 24 jam pertama. Berikan
perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan
alternatif setiap tiga jam yang dimulai pada hari ke-2, atau hari
berikutnya jika kondisi bayi masih belum stabil, dan secara
perlahan kurangi volume cairan IV sambil meningkatkan
volume makanan per oral sesuai dengan tabel dibawah ini:
Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV
(ml/jam atau tetes
mikro/menit)
5 4 3 2 0 0 0
9

Volume makanan
setiap tiga jam (ml/
makanan)
0 6 14 22 30 35 38

1,5 1,749 kg
Pasang selang IV, dan berikan hanya cairan IV selama 24
jam pertama. Berikan perasan ASI melalui slang lambung
setiap tiga jam yang dimulai pada hari ke-2, atau hari
berikutnya jika kondisi bayi masih belum stabil, dan secara
perlahan kurangi volume cairan IV sambil meningkatkan
volume makanan per oral sesuai dengan tabel dibawah ini:
Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV
(ml/jam atau tetes
mikro/menit)
4 4 3 2 2 0 0
Volume makanan
setiap tiga jam (ml/
makanan)
0 6 13 20 24 33 35

1,25 1,49 kg
Pasang slang IV dan berikan hanya cairan IV selama 24
jam pertama. Berikan perasan ASI melalui slang lambung
setiap tiga jam yang dimulai pada hari ke-2, atau hari
berikutnya jika kondisi bayi masih belum stabil, dan secara
perlahan kurangi volume cairan IV sambil meningkatkan
volume makanan per oral sesuai tabel di bawah ini. Lanjutkan
pemberian makan dengan cangkir/sendok segera setelah bayi
dapat menelan tanpa batuk atau meludahkannya.
Hari kehidupan 1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV 3 3 3 2 2 0 0
10

(ml/jam atau tetes
mikro/menit)
Volume makanan
setiap tiga jam (ml/
makanan)
0 6 9 16 20 28 30

< 1,25 kg
Berikan makanan dan cairan seperti yang diuraikan untuk
bayi sehat dengan berat badan kurang dari 1,25 kg.

G. Komplikasi
Bayi kecil cenderung mengalami komplikasi. Beberapa masalah yang
khususnya rentan bagu bayi kecil mencakup:
1. Kesulitan pemberian makan (kesulitan pemberian makan adalah suatu
masalah umum; sejalan dengan pertumbuhan bayi, kemampuan makan
akan membaik)
2. Suhu tubuh tidak normal. Kangaroo mother care adalah metode yang
direkomendasikan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi kecil. Metode
perawatan ini direkomendasikan untuk bayi yang tidak mengalami
penyakit serius, dan khususnya untuk bayi yang berat badannya kurang
dari 1,8 kg)
3. Kesulitan bernapas, misalnya sindrom distres pernapasan dan apnea
4. Enterokolitis nekrotik
5. Ikterus akibat prematuritas
6. Perdarahan intraventrikuler
7. Anemia (untuk mencegah anemia defisiensi besi, berikan sediaan besi
oral kepada bayi kecil guna memberikan unsur besi 2 mg/kg BB sekali
sehari dari usia dua bulan sampai usia 23 bualan)
8. Glukosa darah rendah
(Subekti NB, Karyuni PE & Meiliya E., 2008)

11

H. Pemantauan (Monitoring)
1. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplementasi mulai diberikan pada usia 2
minggu
2. Tumbuh kembang
Pantau berat bayi secara periodik
Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir 1500 gr dan 15% untuk bayi dengan
berat lahir <1500 gr). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14
hari kecuali apabila terjadi komplikasi
Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
o Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 ml/kg/hari
o Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
o Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hari
o Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu
3. Pemantauan setelah pulang
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul
Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Retinopati karena prematuritas
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronik
Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Kenaikan frekuensi kelainan bawaaan
12

Untuk itu perlu pemantauan sebagai berikut
Sesudah pulang dari ke 2, 10, 20, 30; dilanjutkan setiap bulan
Hitung umur koreksi
Pertumbuhan: BB, PB dan lingkar kepala
Tes perkembangan, DDST
Awasi adanya kelainan bawaan
(Pusponegoro HD, dkk., 2005).
























13


PENYAKIT MEMBRAN HIALIN

A. Definisi
Penyakit Membran Hialin (PMH) adalah nama lain untuk Sindrom Gangguan
Pernafasan (SGP) atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) dalam bahasa
Inggeris. Ini adalah diagnosis klinis pada bayi baru lahir prematur dengan
kesulitan pernapasan, termasuk takipnea (> 60 napas/menit), retraksi dada, dan
sianosis di ruangan biasa yang menetap atau berlangsung selama 48-96 jam
pertama kehidupan, dan gambaran foto rontgen dada yang karakteristik (pola
retikulogranular seragam dan bronkogram udara perifer) (Mohamed FB, 2004).


B. Etiologi
Etilogi penyakit ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Kelainan
yang terjadi dianggap karena faktor pertumbuhan atau karena pematangan paru
belum sempurna. Penyakit ini biasanya mengenai bayi prematur, terutama bila ibu
menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu yang
menderita diabetes melitus, toksemia gravidarum, hipotensi, seksio sesaria dan
perdarahan antepartum. Kelainan ini merupakan penyebab utama kematian bayi
prematur (50-70%) (Hasan R & Alatas H, 2007).
C. Patofisiologi
Berbagai teori telah dikemukakan sebagai penyebab kelaianan ini.
Pembentukan subtansi surfaktan paru yang tidak sempurna dalam paru,
merupakan salah satu teori yang dianut. Surfaktan ialah zat yang memegang
peranan dalam pengembangan paru dan merupakan kompleks yang terdiri dari
protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut ialah lesitin. Zat ini
mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai maksimum pada
minggu ke 35. Peranan surfaktan ialah untuk merendahkan tegangan permukaan
alveolus sehingga tidak terjasi kolaps paru dan mampu untuk meanahan sisa udara
fungsional pada akhir ekspirasi. Defisiensi subtansi surfaktan yang ditemukan
pada penyakit membran hialin menyebabkan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya terganggu. Alveolus akan kembali kolaps setiap
14

akhir ekspirasi, sehingga pada pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif
intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Kolaps
paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia,
retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia akan menimbulkan:
- Oksigenasi jaringan menurun, sehingga akan terjadi metabolisme
anaerobik dengan penimbunan asam laktat dan asam organik lainnya
yang menyebabkan terjadinya asidosis metabolisme pada bayi.
- Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris yang akan
menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam alveoli dan terbentuknya
fibrin dan selanjutnya fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang
nekrotik akan membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin.
Asidosis dan atelektasis juga menyebabkan terganggunya sirkulasi darah
dari dan ke jantung. Demikian pula aliran darah paru akan menurun dan hal ini
mengakibatkan berkurangnya pembentukan substansi surfaktan (Hasan R &
Alatas H, 2007).
D. Diagnosis
a. Anamnesis
- Riwayat kelahiran kurang bulan, ibu DM
- Riwayat persalinan yang mengalami asfiksia perinatal (gawat janin)
- Riwayat persalinan saudara kandung dengan penyakit membran hialin.
b. Pemeriksaan fisik
- Gejala biasanya dalam 24 jam pertama kehidupan.
- Dijumpai sindrom klinis yang terdiri dari kumpulan gejala:
o Takipnea
o Nafas merintih
o Retraksi dinding dada
o Kadang dijumpai sianosis (pada udara ruangan)
- Perhatikan tanda prematuritas
- Kadang ditemukan hipotermia, edema perifer, edema paru.
- Perjalanan klinis bervariasi sesuai dengan beratnya penyakit, besarnya
bayi, adanya infeksi dan derajat dari pirau PDA.
- Penyakit dapat menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam
pertama.
c. Pemeriksaan penunjang
- Foto toraks posisi AP dan lateral bila diperlukan serial
15

Gambaran radiologis yang khas berupa retikulogranular yang disebut
dengan ground glass appearance disertai dengan gambaran bronkus
dibagian perifer paru (air bronchogram). Terdapat 4 stadium:
o Stadium 1: pola retikulogranular
o Stadium 2: stadium 1 + air bronchogram
o Stadium 3: stadium 2 + batas jantung paru kabur
o Stadium 4: stadium 3 + white lung
- Laboratorim
o Darah tepi lengkap dan kultur darah
o BGA
o Rasio lesitin sfingomielin pada cairan paru (L/S rasio) < 2:1
o Shake test

E. Tata laksana
a. Medika mentosa
- Manajemen umum
o Jaga jalan nafas tetap bersih dan terbuka
o Terapi oksigen sesuai kondisi
o Antibiotik : diberikan anibiotik dengan spektrum luas biasanya
dimulai dengan ampisilin 50 mg/kgbb intravena tiap 12 jam dan
gentamisin untuk berat lahir < 2 kgdosis 3 mg/kgbb perhari. Jika
tidak terbukti infeksi antibiotik dihentikan
o Analisis Gas Darah dilakukan berulang untuk manajemen
respirasi
- Manajemen khusus
Pemberian surfaktan dilakukan bila memenuhi persyaratan, obat tersedia
dan lebih disukai bila tersedia fasilitas NICU.
b. Bedah
Tindakan bedah dilakukan jika timbul komplikasi yang bersifat fatal
seperti pneumotoraks, pneumomediatinum, empisema subkutan.

F. Pencegahan
- Mencegah persalinan prematur
- Pemberian terapi kortikosteroid antenatal pada ibu dengan ancaman
persalinan prematur.
- Mengelola ibu DM dengan baik (Pudjiadi, 2010).



16

Daftar Pustaka

Cunningham FG, dkk. 2006. Obstetri williams vol 1 edisi 22. Jakarta: EGC.
Hasan R & Alatas H. 2007. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Infomedika Jakarta
Kosim MS, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Badan Penerbit
IDAI
Mohamed FB. 2004. Hyaline Membrane Disease (Respiratory Distress
Syndrome). Dalam:Gomella TL,Eyal FG, Zenk K E, editors. Neonatology:
Management, Procedures, On-Call Problems, Diseases, and Drugs. Edisi ke-
5. New York: The McGraw-HillCompanies
Pudjiadi dkk. 2010.Pedoman Pelayanan Medis. Jilid I. IDAI: Jakrta
Pusponegoro HD, dkk. 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I
2004. Badan Penerbit IDAI
Saifuddin AB, Rachimhadhi T & Winkjosastro GH. 2009. Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Subekti NB, Karyuni PE & Meiliya E. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah
Bayi Baru Lahir Panduan untuk Dokter, Perawat & Bidan. Jakarta: EGC
Suraatmaja, S. 2007. Kapita Selekta Gastroentrologi Anak. Jakarta: Sagungseto.

Anda mungkin juga menyukai