Anda di halaman 1dari 4

Tobat Terus Menerus

dikutip dari buku Agar Hidup Allah yang Urus Jurus 5-us
Ketika seseorang mengendarai mobil. Kemudian hujan sangat deras dan
pembersih atau kipas kaca tidak berfungsi maka ia pun dilanda gelisah dan
khawatir. Kegelisahan dan rasa khawatir itu tentu bukan karena tidak ada jalan,
melainkan karena ia tidak bisa melihat jalan. Lalu , apa yang harus ia lakukan,
apakah memikirkan jalan ataukah membersihkan kaca duhulu? Tentu
jawabannya adalah yang kedua. Nah, seperti itulah taubat.
Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan menjadikan untuk
setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan,
dan Allah mengarunianya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.
(HR.Ahmad).
Ketika kita merasa bahwa rezeki kita susah, maka yang harus segera kita
lakukan adalah memeriksa ke dalam diri kita. Karena sesungguhnya yang
menjadi penghalang bertemunya kita dengan rezeki adalah dosa-dosa kita.
Demikian pula dengan jalan keluar bagi masalah-masalah kita. Sebenarnya jalan
keluar itu sudah ada, sebagaimana rezeki kita itu juga sudah ada. Namun, kita
akan sulit menemukannya karena suatu penghalang yang bernama dosa.
Lalu, apa yang harus kita lakukan jika ingin bertaubat atas dosa-dosa kita? Ada
beberapa syarat agar taubat kita diterima Allah Swt.
Syarat pertama, penyesalan. Taubat adalah penyesalan. Semakin besar rasa
penyesalan seorang pelaku dosa, itu bagaikan sedang diperas segala kotoran
dosa dari dirinya hingga benar-benar habis dan kering.
Syarat kedua, memohon ampunan atas kesalahan dan dosa yang telah
dilakukan. Sebagai contoh adalah nabi Adam AS. Langkah pertama yang beliau
lakukan setelah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Allah Swt adalah
bertaubat. Beliau berdoa,
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al Araf [7]: 23).
Karakter orang yang bertaubat adalah dirinya tidak melihat kesalahan yang
dilakukan orang lain terhadapnya. Dia hanya fokus pada kesalahan yang telah ia
lakukan. Seperti pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah nabi Adam AS ini.
Beliau telah ditipu oleh iblis, tapi beliau tidak menyalahkan iblis atas kesalahan
yang beliau lakukan. Beliau juga tidak menyalahkan Hawa yang telah
menemaninya makan buah yang dilarang oleh Allah Swt.
Demikian juga kisah nabi Yunus AS. Beliau merasa tidak sabar menghadapi
pembangkangan yang dilakukan kaumnya terhadap kebenaran yang beliau
bawa. Beliau pun pergi meninggalkan mereka. Beliau melakukan perjalanan
dengan menumpang sebuah kapal, mengarungi lautan. Di tengah lautan luas,
kapal yang mereka tumpangi diterjang topan badai hingga kapal itu terancam
karam.
Para penumpang kapal sepakat bahwa kapal harus dikurangi bebannya, dan
mereka bersepakat akan mengundi siapa di antara mereka yang akan
dilemparkan ke lautan. Setelah melakukan beberapa kali pengundian, nama
Nabi Yunus AS.-lah yang keluar. Beliaupun akhirnya dilempar ke lautan yang
gelap gulita.
Tak cukup sampai di sana, beliau kemudian ditelan oleh seekor ikan paus.
Ketika berada di dalam perut paus inilah kemudian keyakinan Nabi Yunus AS.
kembali menguat. Di dalam suasana yang gelap dan pengap, beliau bertaubat
seraya berdoa kepada Allah Swt sebagaimana diabadikan di dalam Al Quran,
.. Sesungguhnya tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) selain Engkau.
Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang
dzalim. Maka, Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya
daripada kedukaan. Dan, demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang
beriman. (QS. Al Anbiyaa[21]: 87- 88).
Nabi Yunus AS. tidak menyalahkan umatnya. Tidak juga beliau menyalahkan
orang-orang yang melemparkannya ke dalam lautan. Beliau pun tidak
menyalahkan ikan paus yang telah menelannya. Beliau fokus kepada dirinya
sendiri yang telah keliru melakukan kesalahan, kemudian memohon ampunan
kepada Allah Swt.
Nabi Adam AS. dan Nabi Yunus AS kemudian diberikan ketenangan di dalam
dirinya oleh Allah Swt dan diberikan jalan keluar atas permasalahan yang
dihadapinya.
Syarat ketiga, tekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya. Ada keseriusan
di dalam diri untuk tidak mengulangi perbuatan dosa setelah bertaubat.
Syarat keempat, hijrah. Orang yang bertaubat hendaknya berpindah dari
perbuatan salahnya kepada kebenaran. Bila ada orang yang terbiasa
membicarakan keburukan orang atau menghina orang, hendaklah ia berhenti
dari perbuatannya itu dan membiasakan diri hanya mengucapkan kebaikan dan
kebenaran. Orang yang terbiasa minum minuman keras, hendaklah ia berhenti
kemudian membiasakan diri untuk berderma kepada orang lain dengan harta,
makanan atau minuman yang halal.
Demikianlah orang yang benar-benar bertaubat. Ia akan meninggalkan
kebiasaan perbuatan buruk, lalu berpindah kepada kebiasaan perbuatan baik.
Pindah dari lingkungan yang buruk, kepada lingkungan yang kondusif untuk
memperbaiki diri. Makin kuat hijrahnya, maka makin bagus taubatnya, makin
tenang hatinya, makin terbuka jalan keluar dari semua permalahan hidup yang
ia hadapi.
Betapa manusia selalu melakukan kesalahan. Itu memang tabiat dari manusia.
Namun, karena Maha Pengasih dan Maha Pengampunnya Allah Swt, Dia terus
membuka pintu taubat-Nya hingga kiamat tiba. Oleh karena itu, semoga kita
tergolong sebagai manusia yang bertaubat dengan sungguh-sungguh atas segala
kesalahan-kesalahan kita dan senantiasa sadar untuk tidak mengulanginya.
Sehingga Allah Swt senantiasa mengurus kita, semakin melimpahkan kebaikan
bagi kita

Anda mungkin juga menyukai