Anda di halaman 1dari 2

MATA PELAJARAN : KERJASAMA LINTAS SEKTORAL BIDANG

KEAMANAN
BIDANG STUDI : III. MANAJEMEN STRATEGIK
DOSEN : DEOPS KAPOLRI
ISI RESUME
I. INTISARI KULIAH
NKRI saat ini memiliki 19 provinsi yang wilayahnya berbatasan langsung,
baik melalui darat maupun laut dengan Negara-negara tetangga seperti Malaysia,
Vietnam, Singapura, Republik Palau dan Papua Nugini. Seringkali, insfrastruktur
dan sumber daya manusia yang tersedia di kepolisian wilayah perbatasan masih
belum memadai. Padahal, dengan posisinya yang strategis, potensi gangguan
kamtibmas tersebut diatas besar kemungkinannya akan terjadi.
Adanya kekurangan tersebut dapat memudahkan mobilitas keluar masuk para
pelaku kejahatan transnasional serta kurang efektifnya sistem pengamanan juga
dapat menjadi celah pihak lain untuk mencuri sumber daya alam di Indonesia. Maka
guna mewujudkan suatu solusi yang berkesinambungan dalam rangka
mengamankan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar yang masuk dalam
Perairan Kepulauan (Archipelagic Waters) NKRI maka dipandang perlu
merumuskan suatu kebijakan yang bersifat strategis khususnya dalam mewujudkan
kerjasama pengamanannya.
Guna mewujudkan pelaksanaan Grand Strategi Polri 2005-2025 dengan
menggelar beberapa kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat berjalan sesuai
harapan dan jadwal waktu yang telah ditetapkan, maka permasalahannya adalah
bagaimana kemampuan; pimpinan organisasi tingkat puncak dalam mewujudkan
kerjasama lintas sektoral khususnya dibidang keamanan baik didalam maupun di
luar negeri (internasional) ?
Hubungan dan kerjasama internasional khususnya dalam menangani
kejahatan transnasional mutlak diperlukan dan kecenderungan kedepan akan
semakin meningkat. Prestasi yang menonjol dalam penanganan beberapa kasus bom
dan terorisme telah mengundang Negara lain untuk melakukan komitmen dan
kerjasama melalui pendidikan dan pelatihan terorisme, disamping program-program
lainnya yang banyak ditawarkan oleh Negara-negara donor yang tentunya harus
melandasi pada hubungan yang saling menghormati, saling membantu dan tudak
merugikan institusi Polri. Begitu juga kerjasama di bidang ekstradisi dan
2

penempatan Senior Liaison Officer Polri di beberapa Negara sahabat serta
keterlibatan Polri dalam tugas misi damai yang perlu dipersiapkan dengan baik
karena menyangkut citra dan kredibilitas Polri dalam pergaulan internasional.
Keikutsertaan masyarakat dalam pengamanan swakarsa sebagaimana yang
diamanatkan UU No. 2 tahun 2002 perlu diwadahi dan diarahkan sesuai
proporsinya sehingga tidak menjadi kontra produktif. Begitu juga denagn peran
serta masyarakat untuk menyelenggarakan upaya pemolisian masyarakat (polmas)
dalam rangka pemecahan masalah di lingkungan komunitas warga masyarakat
secara kekeluargaan dengan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat,
termasuk kesediaan membantu mengungkap perkara merupakan kepedulian dan
partisipasi yang sangat tinggi serta menjadi daya dorong peningkatan sumber daya
dan kinerja Polri.
Hubungan dan kerjasama di dalam negeri dilakukan terutama dengan unsure-
unsur pemerintah daerah, penegak hukum, badan, lembaga, instansi lain, serta
masyarakat dengan mengembangkan asas partisipasi dan subsidiaritas yang
dilakukan melalui kerjasama bilateral atau multilateral dan badan pencegahan-
pencegahan kejahatan baik dalam rangka tugas operasional maupun kerjasama
teknik dan diklat.
Dalam mewujudkan kerjasama tersebut, diperlukan beberapa kemampuan
seperti sebagai berikut :
1. Kemampuan memahami arti penting dari kerjasama lintas sektoral di
bidang keamanan.
2. Kemampuan menganalisis dan mengaplikasikan kerjasama lintas sektoral
di bidang keamanan.
3. Kemampuan mengembangkan kerjasama lintas sektoral dibidang
keamanan.
II. REFERENSI / MATERI TAMBAHAN
Perubahan-perubahan besar yang tengah berlangsung sekarang ini, masa dan
proses transformasi menuju masyarakat baru, semua membutuhkan Polri yang sadar
akan misinya untuk membantiu mengantarkan bangsanya kepada suatu kehidupan
dan tata kehidupan baru (Satjipto Raharjo, 138 : 2002).

Anda mungkin juga menyukai