keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS, tidak berlendir, tidak berdarah, sebelumnya ada demam 1 minggu yang lalu. Demamnya naik turun, terutama pada malam hari. Pada seluruh tubuh terdapat bengkak yang hilang timbul sejak 2 tahun yang lalu. Menurut pengakuan ibu pasien, pasien tidur dengan 2-3 bantal. Pemfis : TTV (TD : 100/70 mmhg, nadi: 80 x/min, RR: 24x/min) TB : 109 cm, LLA: 11 cm, Lk: 48 cm. BB : 14 kg 13 kg (4 hari) Asites : (+)
Anak 9 th KEP BERAT Demam 1 minggu Bengkak seluruh tubuh Asites Sindrom Nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis ditandai dengan edema anasarka ,proteinuria massif 3,5 g/hari, hipoalbuminemia 3,5 g/dl, hiperkolesterollemia, dan lipiduria.
Pada proses awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala harus ditemukan. Proteinuria massif merupakan tanda khas SN, tetapi pada SN yang berat yang disertai kadar albumin serum setelah ekskresi protein dalam urin yang berkurang. Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada SN. Hipoalbuminemia, hiperlipedidemia dan lipiduria, gangguan keseimbangan nitrogen, hiperkoagulabilitas, gangguan metabolism kalsium dan tulang, serta hormone tiroid sering dijumpai pada SN. Sindrom Nefrotik dapat disebabkan oleh GN primer dan sekunder akibat infeksi , keganasan , penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin, dan akibat penyakit sistemik Edema pada SN dapat diterangkan dengan teori underfill dan overfill. Teori underfill menjelaskan bahwa hipoalbuminemia merupakan factor kunci terjadinya edema pada SN. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma sehingga cairan bergeser dari intravaskuler ke jaringan interstisium dan terjadi edema. Akibat penurunan tekanan onkotik plasma dan bergesernya cairan plasma terjadi hipovolemia, dan ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan retensi natrium dan air. Mekanisme kompensasi ini akan memperbaiki volume intravascular tetapi juga akan mengeksaserbasi terjadinya hipoalbuminemia sehingga edema semakin berlanjut.
Teori overfill menjelaskan bahwa retensi natrium adalah defek renal utama. Retensi natrium oleh ginjal menyebabkan cairan ekstraseluler meningkat sehingga terjadi edema. Penurunan laju filtrasi glomerulus akibat kerusakan ginjal akan menambah retensi natrium dan edema. Kedua mekanisme tersebut ditemukan secara bersama pada pasien SN. Faktor seperti asupan natrium, efek diuretic atau terapi steroid, derajat gangguan fungsi ginjal, jenis lesi glomerulus, dan keterkaitan dengan penyakit jantung atau hati akan menentukan mekanisme mana yang lebih berperan. KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). negara berkembang prevalensi tinggi angka morbiditas dan mortalitas anak, terhambatnya pertumbuhan fisik, dan ketidakcukupan perkembangan sosial dan ekonomi. Dari 53 negara berkembang 56% kematian pada anak-anak 6-59 bulan dengan malnutrisi dan penyakit infeksius. Pada malnutrisi ringan-sedang sebanyak 83% dari kematian itu. KEP ringan Bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS KEP sedang Bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS KEP berat Bila BB/U < 60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB < 70% baku median WHO-NCHS KEP berat terdiri dari Marasmus, Kwashiorkor, Marasmic-kwashiorkor Etiologi
Primer 1. Faktor sosial dan ekonomi 2. Faktor Biologis 3. Faktor Lingkungan 4. Umur Host
Sekunder akibat penyakit 1. Respon Metabolik Terhadap Pemasukan Energi Inadekuat 2. Adaptasi Terhadap Penurunan Pemasukan Protein 3. Perubahan Elektrolit 4. Interaksi dengan Infeksi 5. Sitokin 6. Protein Fase Akut 7. Kwashiorkor 8. Perubahan Organ dan Sistem
Kwashiorkor Gejala singkat dari kwashiorkor : - Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) - Wajah membulat dan sembab - Pandangan mata sayu - Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok - Perubahan status mental, apatis, dan rewel - Pembesaran hati - Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk - Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) - Sering disertai : - penyakit infeksi, umumnya akut - anemia - diare. Pada kasus acites, terjadi peningkatan cairan tubuh diakibatkan penurunan kadar albuminn walaupun sintesis albumin normal atau meningkat. Biasanya terjadi pada pasien sirosis hepatis. Kadar albumin rendah karena inflamasi akut dan akan menjadi normal dalam beberapa minggu setelah inflamasi hilang. Pada inflamasi terjadi pelepasa cytokine (TBF, IL-6) sebagai akibat respon inflamasi pada stress fisiologis (infeksi, bedah,trauma) mengakibatkan penurunan kadar albumin melalui mekanisme : 1. Peningkatan permeabilitas kapiler 2. Peningkatan degenerasi albumin 3. Penurunan sintesis albumin