Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Di era globalisasi seperti sekarang ini, manusia Indonesia perlu
meningkatkan keterampilan berpikir, agar mampu memecahkan maaslah
masalah yang ada disekitarnya. Pengembangan ketermpilan berpikir sudah
menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi, karena tuntutan dunia
menghendaki demikian.
Berpikr merupakan salah satu factor yang menentukan dalam prestasi
belajar, penalaran formal, keberhasilan belajar, dan kreativitas karena berfikir
merupakan inti pengatur tindakan siswa. Tuntutan era globalisasi ini
mensyaratkan agar siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang diberikan
guru, tetapi kita harus aktif berbuat atas dasar kemampuan dan pemikiranya
sendiri. Cara ini didaftarkan dapat siswa menjadi manusia yang mandiri dan dapat
berfikir kreatif. Unutk itu peran guru sebagai pemberi ilm sudah harus bergeser
kepada peran baru yang lebih kondusif bagi siswa menyiapkan diri dalam
persaingan global sesuai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang sejalan dengan
perkembangan teknologi, pemerintah menaruh perhatian terhadap mutu proses
pembelajaran. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Peraturan RI Nomor 19
tentang Standar Nasional Pendidikan pada bab 4 mengenai standar proses,
menyatakan bahwa : proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat dan
perkembangan fisik serta psikologis eserta didik.
Mengingat percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terjadi, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu satunya
orang yang menyalurkan semua dan teori teori dengan menggunakan metode
ceramah (pendekatan ekspositori) yang dilakukan disekolah. Untuk mengatasi hal
ini perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses sema fakta,
konsep, dan prinsip pada dari siswa.
2

Pengembangan keterampilan dapat diterapkan dengan pendekatan
keterampilan proses sains. Hal ini dikarenakan beberapa alasan. Alasan pertama,
perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga para guru
tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep kepada anak didiknya.
Alasan kedua, sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yang mengatakan
bahwa siswa mudah memahami konsep konsep yang rumit dam abstrak jika
disertai dengan contoh contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi dengan cara mempraktekkan sendiri. Alasan ketiga, penemuan ilmu
pengetahuan tidak bersifat mutlak namun penemuannya bersifat relatif. Suatu
teori mempunyai kekurangan sehinga muncul teori baru yang membenarkan dan
membuktikkan kelemahan teori sebelumnya. Dan muncullah teori baru yang
berprimsip kebenaran relatif. Sedangkan alasan keempat, dalam proses
pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan nilai dari diri anak didik.
Dalam buku panduan penyusunan kurikulum 2013, pembelajaran IPA
yang didasarkan pada standar isi akan membentuk siswa yang memiliki bekal
ilmu pengetahuan (have a body of knowledge), standar proses akan membentuk
siswa yang memiliki keterampilan ilmiah (scientific skills), keterampilan berpikir
(thinking skills) dan strategi berpikir (strategy of thinking); standar inkuiri ilmiah
akan membentuk siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif (critical and
creative thinking); standar asesmen mengevaluasi siswa secara manusiawi artinya
sesuai apa yang dialami siswa dalam pembelajaran (authentic assessment).
Penerapan standar-standar dalam pembelajaran IPA khususnya empat standar
tersebut akan memberikan soft skill berupa karakter siswa, untuk itu sangat
diperlukan pembelajaran IPA yang menerapkan standar-standar guna membangun
karakter siswa. Siswa yang berkarakter dapat dicirikan apabila siswa memiliki
kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap
dalam usaha untuk memahami lingkungan. Kimia salah satu bidang IPA
menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses
ilmiah. Oleh karena itu pembelajaran IPA khususnya kimia menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
3

Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang
memebri kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau
penyususnan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses sains. Kaitannya
dengan keterampilan proses dalam pembelajaran, guru menciptakan untuk
kegiatan pengajran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai
pengalaman. Karena kelebihan keterampilan proses membuat siswa menjadi
bersifat aktif, kreatif, terampil dalam berpikir dan terampil dalam memperoleh
pengetahuan. Dengan keterampilan maka siswa dapat mengasah pola berpikirnya
sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar.
Keterampilan proses melibatkan keterampilan ketrampilan kognitif atau
intelektual, manual, dan social. Keterampilan intelektual memicu siswa
mengunakan pikirannya. Keterampilan manual melibatkan siswa dalam
menggunakan alat dan bahan, megukur, menyususn atau merakit alat. Sedangkan
ketrampilan social merangsang siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Namun, pada kenyataannya proses pembelajaran IPA berbeda dari yang
diharapkan pemerintah. Berdasarkan hasil kajian penelitian Sardjono dalam
Muslim, menunjukkan bahwa pembelajaran IPA disekolah masih saja
melaksanakan proses pembelajaran secara konvemsional domana pembelajaran
berpusat [ada guru dan siswa pasif mengikui pembelajaran. Hal inilah yang
menyebabakan prestasi belajar IPA masih sangast rendah bila dibandingkan
dengan mata pelajaran lainnya.
Konsep system koloid merupakan bagian dari konsep IPA atau sains
dalam pembelajaran kimia. Konsep ini dapat menghubungkan siswa dengan
lingkungan sekitarnya dikehidupan sehari hari. Konsep system koloid
menjelaskan larutan, koloid, suspensi, dan sifat sifatnya. Oleh karena itu,
perlunya pengamatan langsung sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
melalui pembelajaran keterampilan proses sains. Dengan demikian, pendekatan
tersebut dapat meningkatkan kreaifitas, keaktifan, kemampuan berpikir, sehingga
hasil belajar dapat meningkat.
4

Berdasarkan alasan alasan sebelumnya maka penulis meneliti proposal
yang berjudul Pengaruh Pendekatan Keterampilan proses sains terhadap
hasil belajar Kimia Siswa.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, beberapa
masalah dapat diintifikasi sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran di sekolah belum sesuai dengan hakikat IPA,
yaitu mencakup sikap, proses, produk, dan aplikasi.
2. Guru hanya memeberikan serangkaian latihan dan soal selama proses
pembelajaran
3. Proses pembelajaran yang kurang melibatkan keterampilan proses
sains.
4. Rendahnya hasil belajar siswa

1.3 Pembatasan Masalah
Penulis dalam hal ini perlu membatasi maslah masalah yang dikaji untuk
memudahkan dlam penelitian supaya efektif dan eisien serta mengingat
keterbatasan kemampuan penulis dalam penelitian, yaitu :
1. Peneliti hanya meneliti siswa kelas X SMA 2 Singaraja semester
Genap tahun ajaran 2013/2014
2. Bahan penelitian dibatasi pada konsep system koloid, khususnya sub
konsep jenis jenis koloid dan sifat sifat koloid.
3. Hasil belajar kimia siswa yang dimaksud dalm penelitian ini hanya
dibatasi pada aspek kognintif siswa.
4. Keterampilan proses yang dikembangkan adalah : mengamati,
klasifikasi, menafsirkan pengamatan, dan berkomunikasi.

1.4 Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, identifikasi dan pembatas masalah, maka
dapat dirumuskan permasalahnnya sebagai berikut : Bagaimanakah
5

pengaruh pendekatan ketrampilan proses sains terhadaphasil belajar kimia
siswa?.

1.5 Tujan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar kimia siswa. Serta
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Dunia pendidikan : khususnya bagi guru, diharapkan bermanfaat dalam
pengembangan pembelajaran formal dengan suatu model pembelajaran
yang tepat, guna memperoleh hasil belajar yang optimal.
2. Peneliti : Diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan mengenai
pembelajaran keterampilan proses sains dlam meningkatkan hasil
belajar siswa dan dapat menerapkannya dengan baik dalam proses
belajar mengajar.











6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keterampilan Proses Sains
a. Pengertian pendekatan keterampilan proses sains
Depdikbud seperti yang dikutip Dimyati mendefinisikan pendekatan
keterampilan proses sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keteramppilan keterampilan intelektual, social, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam
diri siswa. Keterampilan tersebut sesungguhnya telah ada dalam diri siswa
maka tugas gurulah untuk mengembangkan keterampilan baik intelektual,
social maupun fisik melalui kegiatan pembelajaran.
Keterampilan berarti kemampuan mengggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapi suatu hasil tertentu,
termasuk kreativitas. Sedangkan proses dapat didefinisikan sebagai perangkat
keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian
ilmiah. Proses juga merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi
komponen komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan
penelitian.
Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuwan berhasil
menemukan sesuatu yang baru.
Belajar sains atau kimia secara bermakna baru akan dialami siswa apabila
siswa terlibat aktif secara intelektual, manual, dan social. Pengembangaan
keterampilan proses sains sangat ideal dikembangkan melalui pengalaman
langsung, sebagai pengalaman belajar dan disadari ketika kegiatannya sedang
berlangsung. Namun apabila dia sekedar melaksanakan tanpa menyadari apa
yang sedang dikerjakannya, maka perolehannya kurang bermakna dan
memerlukan waktu lama untuk menguasainya. Kesadaran tentang apa yang
sedang dilakukannya, serta keinginan untuk melakukannya dengan tujuan
untuk menguasainya adalah hal yang sangat penting.
7

Keterampilan proses melibatkan keterampilan keterampilan kognitif atau
intelektual, manual dan social. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat
karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan
pikirannya. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan
melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan
manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka
melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau
perakitan alat. Dengan keterampilan social dimaksudkan bahwa mereka
berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil
pengamatan.
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara mengajar yang
menitikberatkan pada pengembangan keterampilan ketramppilan perolehan
yang gilirannya akan menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diaplikasikan dalam suatu
kegiatan ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses memberi kesempatan kepada siswa agar terlibat secara
aktif dalam pembelajaran sehingga dengan adanya interaksi antara
pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu
pengetahuan, akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa.
b. Perlunya Pembelajaran Keterampilan Proses Sains
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat
sehingga para guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta
dan konsep kepada anak didiknya.
2. Siswa mudah memahami konsep konsep yang rumit dan abstrak
jika disertai dengan contoh contoh yang wajar sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi dengan cara mempraktekkan
sendiri.
8

3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak namun
penemuannya bersifat relative. Suatu teori mungkin terbantah dan
ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu
membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi teori baru,
yang prinsipnya mengandung kebenaran relative.
4. Proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri anak didik.
Memaknai keempat alasan yang dikemukakan diatas
mendorong seorang pendidik dalam proses pembelajarannya untuk
menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang bersifat Children
Oriented, yang memungkinkan siswa untuk bersifat aktif dlam
belajar dan menrapkan cara cara yang dilakukan seorang
ilmuwan dalm memahami ilmu pengetahuan.
Penerapan keterampilan proses sains dalam kegiatan belajar
mengajar menurut Anwar Holil ada dua alasan yang melandasinya
yaitu :
1. Bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
maka laju pertumbuhan produk produk ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi pesat, sehingga tidak mungkin lagi guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Maka dari
itu siswa perlu dibekali dengan keterampilan untk mencari dan
mengolah informasi dari berbagai sumber, dan tidak semata
mata dari guru.
2. Sains itu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan
dimensi proses. Dengan alasan ini betapa pentingnya
keterampilan proses bagi siswa untuk mendapatkan ilmu yang
akan berguna bagi siswa dimasa yang akan datang, sehingga
bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa yang lainnya.
c. Jenis Jenis Keterampilan Proses Sains
Jenis jenis keterampilan proses sains dan karakteristiknya terdiri atas
sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan,
9

namun ada penekanan khusus dalam masing masing keterampilan proses
tersebut.
Menuut Mary L. Ango keterampilan proses sains terdiri dari sebelas
keterampilan yaitu, observasi, klasifikasi, menafsirkan, prediksi, komunikasi,
interpretasi data, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan, hipotesis,
bereksperimen, dan membuat eksperimen.
Sedangkan menurut Yew Mei bahwa keterampilan dasar dalam
keterampilan proses merupakan dasar dari keterampilan terintegrasi yang pada
umumnya lebih kompleks dalam memecahkan suatu permasalahan dalam
sustu eksperimen.

Berdasarkan yang telah diuraikan oleh para ahli diatas, maka penulis
tertarik untuk memilih pendapat Nuryani Y. Rustaman yang terdiri dari sembilan
keterampilan proses yaitu :
1. Melakukan pengamatan (observasi)
Mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan
memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk
mengembangkan keterampilan keterampilan proses lain. Mengamati
10

merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan peristiwa alam
dengan menggunakan pancaindra. Menggunakan indera penglihat,
pembau, pendengar, pengecap, dan peraba pada waktu mengamati jenis
jenis koloid, sifat sifat koloid merupakan kegiatan yang sangat dituntut
dalam belajar IPA. Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari
hasil pengamatan juga termasuk keterampilan proses mengamati.
2. Menafsirkan (interpretasi)
Mencatat setiap hasil pengamatan tentang suspensi, koloid, dan larutan dan
menafsirkan perbedaan suspensi, koloid, dan larutan. Menghubungkan
hasil pengamatan tentang koloid, suspensi, dan larutan dan
menyimpulkannya
3. Mengelompokkan
Penggolongan mahluk hidup dilakukan setelah sisa mengenali ciri
cirinya. Dengan demikian dalam proses pengelompokkan tercakup
beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri ciri,
mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.
Jadi mengklasifikasikan merpakan proses untuk memilih berbaga objek
peristiwa berdasarkan sifat sifat khususnya, sehingga didapata goongan/
kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.
4. Meramalkan (prediksi)
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan
mengajukkan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan
suatu kecendrungan atau pola yang sudah ada. Memprediksi dapat
diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal
yang akan terjadi pada waktu mendatang. Berdasarkan perkiraan pada pola
atau kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep dan
prinsip dalam ilmu pengetahuan.
5. Berkomunikasi
Membaca tabel dari hasil percobaan jenis jenis sistem koloid dalam IPA
pembelajaran kimia. Selain itu termasuk ke dalam berkomunikasi juga
adalah menjelaskan hasil percobaan. Mengkomunikasikan dapat diartikan
11

sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu
pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual.
6. Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan
perkiraan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis
diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan
masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya cara untuk mengujinya.
Keterampilan menyususn hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk menyatakan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu
faktor yang terdapat dalam suatu situasi, maka akan ada akibat tertentu
yang dapat diduga akan timbul.
7. Merencanakan percobaan atau penyelidikan
Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan
proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembar kegiatan siswa
tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah
yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara
menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Selanjutnya
menentukan variabel kontrol dan variable bebas, menentukan apa yang
diamati, diukur, atau ditulis, serta menetukan cara dan langkah kerja juga
termasuk merencanakan penyelidikan. Sebagaimana dalam penyususnan
rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data untuk
dapat disimpulkan, maka dalam merencanakan penyelidikan pun terlibat
kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahann untuk menarik
kesimpulan.
8. Menerapkan konsep atau prinsip
Setelah memahami konsep jenis koloid, barulah seorang siswa dapat
membedakan koloid, suspensi dan larutan. Apabila seorang siswa mampu
menjelaskan atau memebri contoh baru, berarti ias menerapkan prinsip
yang telah dipelajarinya. Begitu pula apabila iswa menerapkan konsep
yang telah dipelajari dalam situasi baru.


12

9. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa,
mengapa, bagaimana, atau menyakan latar belkang hipotesis. Pertanyaan
yang meminta penjelasan tentang pembahasan sistem koloid menunjukan
bahwa siswa ingin mengetahui dengan jelas tentang hal itu.
d. Indikator Keterampilan Proses Sains.
Menurut Nuryani Y Rustam indikator keterampilan proses disajikan
dalam bentuk tabel berikut ini :

Tabel 2.2
Keterampilan Proses Sains dan lndikatornya
Ketarmpilan proses sains Indikator
Mengamati/observasi 1. Menggunakan sebanyak mngkin
indera
2. Mengumpulkan atau
menggunakan fakta yang relevan
Mengelompokkan /
klasifikasi
1. Mencatat setiap pengamatan
seacra terpisah
2. Mencari perbedaan dan
persamaan
3. Mengontraskan ciri ciri
4. Membandingkan
5. Mencari dasar pengelompokkan
atau penggolongan
6. Menghubungkan hasil hasil
pengamatan
Menafsirkan / interpretasi 1. Menghubungkan hasil hasil
pengamatan
2. Menemukan pola dalam suatu
seri pengamatan
3. menyimpulkan
Meramalkan / prediksi 1. menggunakan pola poa hasil
13

pengamatan
2. menemukan apa yang mungkin
terjadi pada keadaaan yang
belum diamati
Mengajukan pertanyaan 1. bertanya apa, bagaimana, dan
mengapa
2. bertanya untuk meminta
penjelasan
3. mengajukan pertanyaan yang
berlatar belakang hipotesis
Berhipotesis 1. mengetahui bahwa ada lebih dari
satu kemungkinan penjelasan
dari satu kejadian
2. menyadari bahwa suatu
penjelasan perlu diuji
kebenarannya dengan
memperoleh bukti lebih banyak
atau melakukan cara pemecahan
masalah.
Merencanakan percobaan 1. menentukan alat/bahan/sumber
yang digunakan
2. menetukan variabel/faktor
penentu
3. menentukan apa yang akan
diukur, diamati dan dicatat
4. menentukan apa yang akan
dilaksanakan berupa langkah
kerja.

Menggunakan alat/bahan 1. memakai alat dan bahan
2. mengetahui alasan mengapa
menggunakan alat/ bahan
14

3. mengetahui begaimana
menggunakan alat dan bahan
Menerapkan konsep 1. menerapkan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru
2. menggunakan konsep pada
pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang sedang
terjadi

Berkomunikasi 1. mengubah bentuk penyajian
2. memberikan/menggambarkan
data empiris hasil percobaan atau
pengamatan dengan grafik atau
tabel atau diagram
3. menyusun dan menyampaikan
laporan seacara sistematis
4. menjelaskan hasil percobaan atau
penelitian
5. membaca grafik, tabel, atau
diagram
6. mendiskusikan hasil kegiatan,
suatu masalah tau suatu
peristiwa.

e. Peranan Guru Dalam Mengembangkan Keterampilan Proses Sains
Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka
membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains. Menurut Harlen
sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
berperan mengembangkan keterampilan proses.
1. Memberikan kesepamatan untuk menggunakan keterampilan
proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena.
Pengalaman langsung tersebut memngkinkan siswa untuk
15

menggunkan alat alat inderanya dan mengumpulkan informasi
atau bukti bukti untuk kemudian ditindak lanjuti dengan
pengajuan pertnyaan, merumuskan hipotesis berdasarkan gagasan
yang ada.
2. Memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok
kelompok kecil dan juga diskusi kelas. Tugas tugas dirancang
agar siswa berbagi gagasan, menyimak teman lain, menjelaskan
dan mempertahanakan gagasan mereka sehingga mereka dituntut
untuk berfikir reflektif tentang hal yang sudah dilakukannya,
menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan orang
lain untuk mememperkaya pendekatan yang mereka rencanakan.
Berbicara dan menyimak menyiapakan dasar berpikir untuk
bertindak.
3. Mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka
untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk
gagasan mereka. Dengan kata lain aspek ketiga menekankan
memebantu pengembangan keterampilan bergantung pada
pengetahuan bagaimana siswa menggunakannya.
4. Mendorong siswa mengulas seacra kritis tentang bagaimana
kegiatan mereka telah dilakukan. Mereka juga hendaknya didorong
untuk mempertimbangkan cara cara alternatif untuk meningkatan
kegiatan mereka. Membantu siswa untuk menyadari keterampilan
keterampilan yang mereka perlukan adalah penting sebagai
bagian dari proses beljar mereka sendiri.
5. Membrikan teknik atau strateggi untuk meningkatkan keterampilan
khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya,
atau teknik teknik yang perlu rinci dikembangkan
dalamkomnikasi. Begitu pula dengan penggunaan alat, karena
mengetahu bagaimana cara menggunakan alat tidak sama dengan
menggunakannya. Menggunakan teknik secara tepat berarti
memerlukan pengetahuan bagaimna cara mengggunakannya.

16

f. Keunggulan dan kelemahan pendekatan keterampilan proses sains
Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa keterampilan proses
memiliki keunggulan diantaranya :
1. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan
2. Keterampilan proses merupakan hal yang sangat penting untuk
pengembnagan pengetahuan masa depan
3. Keterampilan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat
meninngkatkan ketrampilan berpikir dan cara memeproleh
pengetahuan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan keteramppilan proses
diantaranya :
1. Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat
menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum
2. Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak
semua dapat menyediakan
3. Merumuskan masalah, menyususn hipotesis, merancang suatu
percobaan untuk memeproleh data yang relevan adalah pekerjaan
sulit, tidak setiap siswa mampu menyelesaikannya.
2.2 Hasil belajar
a. Pengertian hasil belajar
Suatu proses belajar menagajar tentunya memiliki sebuah tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan tersebut secara konkret dapat tercapai atau tidak
dilihat dari hasil belajar yang diperoleh setelah melaui proses belajar
menagajar. Hasil belajar merupakan suatu tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran. Selain itu, hasil belajar adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menunjukkan sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha.
Bila dikaitkan dengan belajar belajar berarti hasil menunjukkan sesuatu yang
dicapai oleh seseorang yang belajar selang waktu tertentu. Hasil belajar
termasuk dalam kelompok atribut kognitif yang respon hasil pengukurannya
tergolong pendapat atau judgment, yaitu respon yang dapat dinyatakan benar
atau salah (Malihah,2011). Jika diselaraskan dalam taksonomi dari Bloom
yang meliputi tiga bidang yaitu : (1) ranah kognitif yang berhubungan dengan
17

penguasaan konsep dan intelektual, (2) ranah afektif yang berhubungan sikap
dan nilai, (3) ranah psikomotor yang berhubungan dengan kemampuan atau
keberhasilan bertindak. Ketiga ranah tersebut tidak beridiri sendiri tetapi
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya, hal ini tercermin dalam proses belajar siswa. (Suweca, 2012).
Sebagai suatu proses tentu saja ada yang diproses (masukan atau input)
da nada hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Yang menjadi masukan
(input) adalah siswa dengan karakteristiknya, lingkungan yang berupa keadaan
alam dan social budaya (environmental input), instrument input seperti
kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran, kualitas guru dan sebagainya.
Output dalam proses ini dalam proses belajar ini adalah hasil belajar siswa
(Suweca, 2012).
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan-
kecakapan potensi atau kepastian yang dimiliki oleh seseorang dapat dilihat
dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar
dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan hasil
belajar. Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata
pelajaran yang ditempuhnya. Hasil belajar siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal
(dari dalam diri siswa itu sendiri) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa).
b. Faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Ngalim Purwanto, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor
yaitu faktor dari luar dan dari dalam.
1) Faktor dari dalam terdiri dari :
a. Faktor Biologis (Jasmaniah)
Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan
keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan
jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan dengan faktor
biologis diantaranya adalah kondisi fisik yang normal dan kondisi
kesehatan fisik. Kedua kondisi tersebut sangat memperngaruhi
keberhasilan belajar seseorang.
18

b. Faktor psikologis (rohaniah)
faktor psikologis yang memerngaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental sesorang.
Sikap mental yang positif dalam proses belajar diantaranya
meliputi, tidak mudah putus asa atau frustasi dalam mengahdapai
kesulitan dan kegaagalan, tidak terpengaruh untuk lebih
mementingkan kesenangan dari pada belajar, berani bertanya, dan
selalu percaya pada diri sendiri.
Faktor psikologis lain, selain sikap mental yang positif adalah faktor
sebagai berikut:
a. Intelejensi.
Intelejensi atau tingkat kecerdasan sesornag memang berpengaruh
besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Sesorang yang
mempunyai intelejensia jauh di bawah normal akan sulit
diharapakn mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajaar.
Tetapi perlu diingat bahwa intelejnsiabukan hanya satu-satunya
faktor penentu keberhasilan belajar, melainkan hanya salah satu
faktor dari sekian banyak faktor .
b. Minat (kemauan).
Minat dapat dikatakan sebagai faktor utama penetu keberhasilan
belajar sesorna. Lebih dari itu, dapat dikatakan minat sebagai
motor penggerak utama yang menentukkan keberhasilan sesorang
dalam setiap segi kehidupannya.
c. Bakat.
Bakat merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
kebrhasilan belajar sesorang dalam suatu bidang, melainkan lebih
banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang
terhadap suatu bidang tertentu.
d. Daya ingat.
Bagaiaman daya ingat sangat memperngaruhi keberhasilan belajar
sesorang. Dalam proses mengingat mepunyai tahapan-tahapan
yaitu: pertama, memasukan kesan, kedua, menyimpan kesan, dan
19

ketiga, memproduksi kesan atau mengeluarkan kembali kesan.
Karena daya ingat dapat diartikansebagai daya jiwa untuk
memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan
dan kesan itu sendiri adalah gambaran yang tertinggal di dalam
jiwa atau pikiran setelah melakukan pengamatan.
e. Daya konsentrasi
Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk
memfokuskan pikiran, persaan, kemauan, dan seganjilpanca indera
ke satu objek-objek lain yang diserati usahautnuk tidak
memperdulikan obejk-objek lain yang tidak ada hubungnnya denga
aktivitas itu. Sangat perlu diketahui bahwa kemampuan untuk
melakukan konsentrasi itu memerlukan kemampuan dalam
menguasai diri, disinialh seseorang dapat menguasai pikiran,
persaan, kemauan, dan seganjilpanca inderanya untuk
dikosentrasikan.
Faktor dari luar terdiri dari :
Faktor Eksternal berasal dri luar individu itu sendiri. Faktor
eksteernal meliputi faktor lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, dan waktu.
a. Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan keluarga ini merupaka lingkungan pertama
dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan sesorang,
dan tentu saja faktor pertama dan utama dalam mencapai
keberhasilan seseorang diantaranya adalah adanya hubungan
harmonis diantara sesame anggota keluarga, tersedianya tempat
dan peralatan belajar yang cukup memadai, kedan ekonomi
keluarga yang cukup, suasana lingkungan rumah yang cukup
tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap proses
belajaar dan pendidikan anak-anaknya.
b. Faktor lingkungan sekolah
Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk
menunjang keberhasilan belajar adalah dengan adanya tata tertib
20

dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten serta
menyeluruh, dari pimopinan sekolah, para guru, para siswa, sampai
karyawan sekolah lainnya. Dengan cara inilah proses pembelajaran
akan berjalan dengan baik.
Kondisi lingkungan sekolah yang juga dapat mempengaruhi
kondisi belajar antara lain adalah adanya guru yang profesioanl
dalam jumlah yang cukup emmadai, peralatan belajar yang cukup
lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan untuk
berlangsunya proses pembelajaran, adanya teman yang baik,
adanya keharmonisan hubungan antara personil-personil sekolah.
c. Faktor Lingkungan Masyrakat
Lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan
belajar sesorang tergantung bagaimana sesorang dapat mengatur
waktu sebaik mungkin.

2.3 Kerangka Berpikir
Beranjak dari masalah masalh pada pembelajaran kimi siswa, salah satu
metodenya pembelajaran yang masih bersifat konvensional, sehingga
memebuat siswa akan merasa kesulitan dalam memahami usatu konsep dan
hal ini tentu berpengaruh terhadap hasilbelajar kimia siswa. Untuk itu
peranguru sebagai pemberi ilmu sudah harus bergeser kepada peraan baru
yang lebihkondusif bagi siswa menyiapkan diri dalam persaingan global
sesuai tuntutan peerkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi.
Mengingat percepatan perkembangan ilmu pengethauan dan teknologi
yang terjadi, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu satuny
aorang yang menyalurkan semua fakta dan teori teori dengan menggunakan
metode ceramah (pendekatan ekspositori) yang dilakukan diekolah. Untuk
mengatasi hal ini perlu pengembanagn keterampilan memperoleh dan
memeprose semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.
Keterampilan proses sains mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
karena ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak namun penemuannya bersifat
relatif. Siswa mudah memahami konsep konsep ryang rumit dan abstrak jika
21

disertai dengan contoh contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dihadpi dengan cara mempraktekkan sendiri. Karena kelebihan
keterampilan proses membuta siswa menjadi kreatif, aktif, terampil dalam
berpikir dan terampil dalam memperoleh pengetahuan. Dengan keterampilan
siswa dapat mengasah pola berpikirnya dehingga meningkatkankualitas hasil
belajar.
Ketrampilan proses meliputiobservasi, menafsirkan klasifikasi,
meramalkan, komunikasi, berhipotesis, merenacnakan percobaan, menerapkan
konsep,, dan mengajukanpertanyaan. Konsep sistem koloid perlu
mennggunakan keterampilan proses sains karena perlunya pengamatan
langusng sebgai upaya untuk mneingkatkan hasil belajar melalui pembelajaran
keterampilan proses sains. Dengan pendekatan tersebut siswa dapat
meningkatkankreatifitas, keaktifan, kemampuan berpikir, sehingga hasil beljar
dapat meningkat. Jadi diharapkan pada pembelajaran yang menggunakan
pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkatkan hasil bejalar kimia
siswa pada konses sistem koloid.
Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir














Konsep system koloid
1. Guru menggunakan pendekatan konsep
2. Keterampilan proses ilmiah siswa tidak
berkembang
3. Hasil belajar kimia yang rendah
Proses pembelajaran
Pendekatan keterampilan
proses sains
Hasil belajar
meningkat
22

2.4 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis dan penyusunan kerangka piker,
maka hipotesis penelitian ini adalah pendekatan keterampilan proses sains
berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.



















23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam ini adalah quasi eksperimental,
yaitu suatu penelitian yang masih memungkinkan variabel variabel selain
variable bebas ikut berpengaruh terhadap variable terikat. Pada penelitian ini
tidak semua variable dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol
secacara ketat, dengan kata lain tidak mungkin memanipulasi semua variabel
yang relevan (Nasir, 2003:73).
Penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi dengan rancangan posttest
only comparative design yang secara prosedural mengikuti pola seperti
berikut.

Kelas Perlakuan Keadaan
akhir
Eksperimen X
1
O
1
Kontrol X
2
O
2

Keterangan :
X
1
: perlakuan dengan pendekatan keterampilan proses sains
X
2
: perlakuan dengan pendekatan konsep
O
1
: pemberian pretes
O
2
: pemberian postes

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Yang menjadi populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA N 2
Singaraja
2. Sampel Penelitian
Sekolah SMA N 2 singaraja memiliki 2 kelas IPA yang tidak
diranking, sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak
dengan diundi. Satu kelas sebagai kelompok control dan satu kelas
24

sebagai kelompok eksperimen. Pada kelompok ekperimen diterapkan
pendekatan keterampilan proses sains, sedangkan pada kelompok
kontrol diterapkan pendekatan konsep.

3.3 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variable, yaitu :
Variable bebas (X) : Pendekatan keterampilan sains
Variabel terikat (Y) : Hasil belajar kimia siswa

3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui teknik tes berupa pilihan
ganda dan nontes berupa lembar observasi. Adapun urutan pengumpulan data
dilakukan sebagai berikut :
1. Memberikan tes kemampuan awal (pretest) tentang konsep
system koloid di kedua kelas tersebut.
2. Memberikan tes kemampuan akhir (postest) tentang konsep
system koloid dikedua kelas eksperimen dengan soal yang
sama
3. Memberikan lembar observasi dan angket sebagai data
sekunder untuk mengetahui tercapai tidaknya kegiatan
pembelajaran.

3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrumen yang bertujuan untuk
mengukur pemahaman konsep siswa. Instrumen tersebut sebelumnya
diujicobakan terlebih dahulu, untuk menguji validitas dan reabilitas. Valid
dalam arti mampu mengukur apa yang hendak dikur secara tepat dan reliabel
berati instrumen memiliki keajegan hasil bila diterapkan pada waktu yang
berbeda.
Instrumen pemahaman konsep (hasil belajar kognitif) pada pembelajaran
kimia. Tes pemahaman konsep merupakan tes hasil belajar koqnitif berfungsi
untuk mengukur kemampuan siswa yang menyangkut aspek dimensi proses
25

koqnitif. Tes tersebut disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan
materi pelajaran kimia system koloid untuk SMA kelas XI semester genap
dengan memperhatikan indikator pembelajaran yang disesuaikan dengan
tingkatan dimensi kognitif, yaitu mengingat, memahami, menerapkan,
menganalis, dan memahami.
a. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajran yang dikembangkan dalam penelitian berupa
rencana pelaksanaan pembelajran RPP dan lembar kerja siswa (LKS).
- Rencana pelaksanaan pembelajran RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan pada
penelitian ini merupakan perwujudan dari model pembelajara yang
digunakan dalam penelitian, yaitu pendekatan keterampilan sains dan
pendekatan konsep.
- Lembar kerja siswa (LKS)
Lembar kerja siswa yang dikembangkan pada penelitian ini digunakan
untuk mengaplikasikan pendekatan pembelajaran yang terapkan.
Adapun LKS yang dikembangkan yaitu LKS pendekatan
pembelajaran pemecahan masalah dan pengajuan maaslah yang
disesuaikan dengan materi pokok yaitu system koloid yang mengacu
pada kurikulum 2013.
3.5.1 Uji coba instrumen penelitian
Sebelum instrumen tes digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen yang meliputi validasi tes, konsistensi internal, yaitu konsistensi
internal butir (korelasi antara skor butir dengan skor total) dan konsistensi
internal tes (reliabilis tes), indek daya beda butir dan indek kesukaran
butir.
a. Uji Validasi
Validasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran kelayakan
penggunaan perangkat pembelajaran dan instrumen dalam penelitian.
Validasi instrumen yang akan diuji disini yaitu menyangkut validasi
isi. Menurut Arikunto (2002), instrumen penelitian dikatakan memiliki
validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai
26

dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validasi isi disini
maksudnya adalah derajat pengukuran yang mencerminkan dominan
isi yang diharapkan. Prosedur yang hendak ditempuh peneliti agar tes
yang akan digunakan dalam penelitian mencerminkan dominan isi
secara komprehensif adalah dengan menyusun kisi-kisi. Selanjutny
validasi isi dari tes ini akan diestimasi berdasarkan pertibangan ahli isi.
Validasiisi ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pertanyaan
atau butir pertanyaan, berdasarkan pendapat profesional (professional
judgment) para penelaah (suryabrata, 2006).
b. Uji konsistensi internal
Konsistensi butir berkenaan dengan tingkatan atau derajat yang
menunjukkan seberapa jauh butir dapat mengukur secara konsisten apa
yang seharusnya diukur. Uji konsistensi internal dalam penelitian ini
meliputi dua uji yaitu : korelasi antara skor butir dengan skor total dan
reabilitis tes.
1. Korelasi antara skor butir dengan skor total
Pengkajian tiap butir soal dalam suatu tes dapat dilakukan dengan
uji validitas butir (item). Validitas butir soal ditetapkan dengan
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang dicapai
masing-masing individu. Sebuah butir soal memiliki validitas
tinggi jika skor pada butir mempunyai kesejajaran dengan skor
total. Kesejajaran antara validitas butir dengan skor total dapat
diartikan sebagai korelasi (Arikunto, 2002).
Rumus korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir
adalah rumus korelasi product moment sebagai berikut.




Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
N = jumlah sampel
( )( )
( ) | | ( ) | |




=
2
2
2
2
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy
27

X = skor butir
Y = skor total
Harga koefisien korelasi yang diperoleh dapat dikategorikan
menurut kriteria standar berikut. Mehrens (dalam Santyasa, 2004)
mengkategorikan angka korelasi yang diperoleh menurut kriteria
standar berikut.
rxy > 0,30 : berarti valid (dapat langsung
digunakan)
0,20 rxy 0,30 : berarti valid, tetapi harus
direvisi
rxy 0,20 : berarti tidak valid (gugur)
2. Reabilitas Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi
syarat reliabel. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang
apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sama, akan menghasilkan data yang sama (sugiyono,2008:173).
Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg
memberikan data yang sesuai dengan kenyataannya. Reliabilitas
untuk tes objektif ditentukan dengan menggunakan rumus K-R 20.
Adapun rumus K-R 20 adalah sebagai berikut.



Keterangan:
KR20 = reliabilitas yang dicari
n = banyaknya butir soal
s = standar deviasi dari soal
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab sala
28

Menurut Arikunto (2002), harga koefisien korelasi yang
diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut.
R20= 0,00-0,20 berarti derajat reliabilitas sangat rendah
R20= 0,21-0,40 berarti derajat reliabilitas rendah
R20= 0,41-0,60 berarti derajat reliabilitas sedang
R20= 0,61-0,80 berarti derajat reliabilitas tinggi
R20= 0,81-1,00 berarti derajat reliabilitas sangat tinggi
3. Daya Pembeda
Sebelum menentukan daya beda tes, terlebih dahulu ditentukan
kelompok atas dan kelompok bawah. Penentukan masing-masing
kelompok dilakukan dengan mengurut skor siswa dari skor yang
tertinggi sampai skor terendah. Selanjutnya diambil skor 27% skor
tertinggi, dan 27% skor terendah disebut kelompok bawah. Untuk
menentukan daya beda pada penelitian ini, yang menggunakan tes
bentuk pilihan diperluas dengan rentangan skor 0-4 maka
digunakan rumus sebagai berikut.
( )
min
Score Score N
L H
DB
mx

=



Keterangan:
EH = jumlah skor kelompok atas
EL = jumlah skor kelompok bawah
N = jumlah responden kelompok atas atau
kelompok bawah
Scoremx = skor tertinggi butir
Scoremin = skor terendah butir
Klasifikasi daya beda sesuai dengan kriteria yang dinyatakan oleh
Sudijono (1995), yaitu: daya beda kurang dari 0,20 tergolong jelek
(poor); daya beda 0,20-0,40 tergolong sedang (satisfactory); daya
beda 0,40-0,70 tergolong baik (good); dan daya beda 0,70-1,00
tergolong baik sekali (excellent).
29

Selain memenuhi validitas dan reliabilitas, asumsi yang digunakan
untuk memperoleh kualitas soal yang baik juga dengan adanya
keseimbangan tingkat kesukaran soal tersebut. Butir-butir tes hasil
belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik apabila
butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah,
dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau
cukup (Sudijono, 1995). Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut.
N
B
TK =


Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
B = jumlah soal yang benar untuk setiap siswa
N = jumlah siswa
Adapun kriterianya sebagai berikut.
0 0,3 = sukar
0,3 0,7 = sedang
0,7 1,0 = mudah

3.6 Prosedur prnelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga
tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Adapun
tahapan adalah sebagai berikut :
a. Persiapan ekperimen
Persiapan eksperimen dilakukan mulai tanggal 1 februari sampai dengan
tanggal 2 maret . Pada tahapan persiapan ekperimen langkah-langkah yang
dilakukan adalah:
- Menyiapkan perangkat pembelajaran (silabus dan RPP) yang
nantinya digunakan selama pembelajaran.
- Menyususn instrumen penelitian berupa tes hasil belajar.
- Mengkonsultasikan insrumen penelitian dengan dosen pembimbing
dan dosen lain dilingkungan jurusan pendidikan kimia.
30

b. Pelaksanaan eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dilakukan mulai pada bulan maret. Langkah-
langkah yang dilakukan pada tahap ini :
- Memberikan perlakuan kepada kelas ekperimen berupa pendekatan
keterampilan sains dan pendekatan konsep.
- Sintak pendekatan keterampilan sains dan pendekatan konsep
digunakan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dan lembar Kerja Siswa (LKS) yang diterapkan pada kedua kelompok
eksperimen.
c. Pengakhiran ekperimen
pada tahap pengakhiran eksperimen yang dilakukan adalah memberikan
posttes pada akhir penelitian. Istrumen yang digunakan posttes ini adalah
tes pilihan ganda dan uraian.
3.7 Metode analisis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dan analis inferensial.
3.6.1 Analisis deskriptif
Analis depkritif digunakan untuk mendeskripsikan skor rata-rata
data hasil belajar kognif siswa. Analisis statistik deskriptif dilakukan
dengan menghitung rata-rata nilai posttes. Kualifikasi rata-rata nilai
posstes dikonversi menjadi lima kategori, yaitu sangat baik, baik,
cukup, kurang, dan sangat kurang. Kategori konversi tersebut
didasarkan pada nilai mean ideal (Mi) rata-rata nilai pretest dan posttes
pada masing-masing kelompok.
3.6.2 Analisis varian (ANOVA) satu jalur
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalis data dalam
penelitian ini adalah analisis varian (ANOVA) satu jalur yang
melibatkan satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Uji varian akan
menampilkan pengaruh masing-masing variabel bebas (model
pembelajaran inkuiri bebas dan terbimbing) terhadap variabel terikat
(pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah).
31

Uji varian atau pengujian antar subjek dilakukan terhadap angka
singnifikasi lebih kecil dari 0,05 berarti H0 ditolak. Artinya terdapat
perbedaan variabel dependent antar kelompok menurut sumber. Sebagai
tindak lanjut ANAVA, adalah uji singnifikant deference (LSD). Oleh
karena jumlah pengamatan masing-masing sel adalah sama, maka
digunakan formula montgomery sebagai berikut.
LSD = t o
/2.N-a


/n
Dengan o = taraf singnifikan
N = jumlah sampel total
a = jumlah kelompok
n = jumlah sampel dalam kelompok
kriteria yang digunakan adalah H0 jika harga mutlak | _i - _j| >
LSD yang artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata variabel dependen
antar kelompok. Untuk ini akan digunakan program SPSS-PC 17.0 for
Windows. Semua pengujian hipotesis nol dilakukan pada taraf singnifikan
5%.
Sebelum dilaksanakan uji hipotesis penelitian dengan teknik
ANOVA data yang diperoleh harus memenuhi asumsi prasyarat analis.
Asumsi-asumsi prasyarat analisis yang harus dipenuhi dalam ANOVA
adalah sebagi berikut(Hadi,2002).
1.Subjek-subjek atau individu-individu yang ditugaskan dalam
sampel-sampel penelitian harus diambilsecara random.
2.Distribusi gejala yang diamati pada masing-masing populasi adalah
normal.
3. Varians-varians dari masing-masing populasi tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan satu sama lain.
Apabila ketiga asumsi prasyarat analisis tersebut telah dipenuhi,
barulah dapat dilanjutkan dengan analisis varians untuk menguji hipotesis.
Untuk memenuhi prasyarat pertama, sampel penelitian diambil secara
acak (random sampling).
32

Selanjutnya, untuk memenuhi prasyarat kedua dan ketiga sebelum
dilaksanakan uji hipotesis, perlu dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas sebaran data. Setelah semua asumsi prasyarat analisis
terpenuhi, maka kegiatan analis dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis
dengan menggunakan teknik ANOVA.
3.6.3 Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa data
yang diperoleh berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis dapat
dilakukan. Uji normalitas sebaran data menggunakan statistik
Kolmogrov-Smirnov Test dan Shapiro-Wilk Test. Data berdistribusi
normal apabila angka signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians antar kelompok digunakan untuk mengukur
apakah sebuah kelompok mempunyai varians yang sama diantara anggota
kelompok tersebut. Uji homogenitas juga digunakan untuk meyakinkan
bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi antar
kelompok. Uji homogenitas varians antar kelompok menggunakan statistik
Based on Mean. Data memiliki varians yang sama (homogen) apabila
angka signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05.
Setelah dilakukan perhitungan normalitas dan homogenitas, maka
dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan
pada kajian pustaka. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis dua
arah dengan taraf signifikansi 5%. Adapun rumusan hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut.
c. Uji hipotesis
Hipotesis 1 menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara
kelompok siswa
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri bebas dengan kelompok siswa
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Secara statistik
Dirumuskan :
HO :
A1Y1
=
A2Y2

33

Ha :
A1Y1

A2Y2

A1Y1
: Skor tes hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri bebas
_
A2Y2
: Skor tes hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri terbimbing.



























34

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mujiono.2006. Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta :Rineka Cipta
Suweca, I M. 2012. Studi Komparasi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Bebas dan Terbimbing dalam Meningkatkan Penguasaan Materi dan
Kinerja Ilmiah Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Denpasar. Proposal Tesis
tidak dipublikasikan. Singaraja. Program Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Ganesha.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Suweca, I M. 2012. Studi Komparasi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Bebas dan Terbimbing dalam Meningkatkan Penguasaan Materi dan
Kinerja Ilmiah Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Denpasar. Proposal Tesis
tidak dipublikasikan. Singaraja. Program Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Ganesha.
Sudjana, N. 1999. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Sinar Baru
Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Prospect.
Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini Mendekatkan Siswa dengan
Lingkungan Alamiah dan Sosial Budayanya. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha
35

Suryani, Nunuk.,S, Agung Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta.
Penerbit Ombak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2006. Jakarta: PT. Arnas Duta Jaya.

Anda mungkin juga menyukai