Anda di halaman 1dari 11

Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

BAB II
ISI
2.1 FILOSOFI PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia , serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat .
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh
banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan
harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada
pendidikan formal . Seperti kata Mark Twain , Saya tidak pernah membiarkan sekolah
mengganggu pendidikan saya.

!nggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat
mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran
anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Menurut Horton dan Hunt , lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata
"manifes# berikut$
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
Melestarikan kebudayaan.
Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
%ungsi lain lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan
tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan
nilai pembangkangan di masyarakat. &al ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan
antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap
terbuka.
Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat
mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise , privilese ,
dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas
siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa
seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe , ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut$
Transmisi "pemindahan# kebudayaan.
Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
Menjamin integrasi sosial.
Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
Sumber ino'asi sosial.
2.2 PRINSIP PRINSIP PENDIDIKAN
rin!i k"n!trukti#i!$e. Sementara itu, konstrukti'isme sangat berbeda dan
bertentangan dengan teori belajar beha'iorisme. Bila %e&a#i"ri!$e menekankan
keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran, konstrukti'isme lebih menekankan
perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam. (mplikasi )onstrukti'isme Terhadap
Proses Belajar Menurut kaum konstrukti'is, belajar merupakan proses aktif pelajar
mengkonstruksi dari teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar bukanlah kegiatan
menghubungan )onstrukti'isme dengan Teori Belajar. Teori perubahan konsep membedakan
dua macam perubahan konsep perubahan konsep yang kuat dan yang lemah. Perubahan
konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengadakan akomodasi terhadap konsep yang telah
ia punyai ketika berhadapan dengan fenomena yang baru. Perubahan yang lemah bila orang
tersebut hanya mengadakan asimilasi skema yang lama ketika berhadapan dengan fenomena
yang baru. *engan perubahan itu pengetahuan manusia berkembang dan berubah. +ntuk
memungkinkan terjadinya perubahan diperlukan suatu keadaan yang menantang orang
tesebut berpikir. 'e"ri a!i$i(a!i Au!u%e( menjelaskan bagaimana belajar bermakna terjadi,
yaitu bila siswa mengasimilasikan apa yang ia pelajari dengan pengetahuan yang ia punyai
sebelumnya. *alam proses ini pengetahuan seseorang selalu diperbaharui dan dikembangkan
lewat fenomena dan pengalaman yang baru.Teori skema lebih menunjukkan bahwa
pengetahuan kita tersusun dalam suatu skema yang terletak dalam ingatan kita. *alam
belajar, kita dapat mengubah dan menambahkan skema yang ada sehingga dapat menjadi luas
dan berkembang. )etiga teori tersebut dalam banyak hal mengandung kesamaan dengan
prinsip konstrukti'isme. Sementara itu, konstrukti'isme sangat berbeda dan bertentangan
dengan teori belajar beha'iorisme. Bila beha'iorisme menekankan keterampilan sebagai
suatu tujuan pengajaran, konstrukti'isme lebih menekankan perkembangan konsep dan
pengertian yang mendalam.
2.) APLIKASI PANDAN*AN KI HAD+AR DE,AN'ARA DALAM
PENDIDIKAN.
Pada jaman kemajuan teknologi sekarang ini, sebagian besar manusia dipengaruhi
perilakunya oleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi "teknologi informasi#.
Banyak orang terbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain
dalam kehidupannya, seperti pentingnya membangun relasi dengan orang lain, perlunya
melakukan akti'itas sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih
daripada apa yang berhasil dibuatnya, dan lain-lain. Seringkali teknologi yang dibuat
manusia untuk membantu manusia tidak lagi dikuasai oleh manusia tetapi sebaliknya
manusia yang terkuasai oleh kemajuan teknologi. Manusia tidak lagi bebas
menumbuhkembangkan dirinya menjadi manusia seutuhnya dengan segala aspeknya.
)eberadaan manusia pada ,aman ini seringkali diukur dari -to ha'e. "apa saja materi yang
dimilikinya# dan -to do. "apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya# daripada
keberadaan pribadi yang bersangkutan "-to be. atau -being.nya#. *alam pendidikan perlu
ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh lebih penting dan tentu tidak
persis sama dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab
manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu.
Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti
membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh
berkembang "menurut )i &ajar *ewantara menyangkut daya cipta "kognitif#, daya rasa
"afektif#, dan daya karsa "konatif##. Singkatnya, -educate the head, the heart, and the hand 0.
*i tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikap
indi'idualis. Mereka -gandrung teknologi., asyik dan terpesona dengan penemuan-
penemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek yang serba canggih, sehingga cenderung
melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan
aspek sosialitas dirinya. 1leh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki
sehingga memberi keseimbangan pada aspek indi'idualitas ke aspek sosialitas atau
kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran
hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu
ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik. )i &ajar *ewantara, pendidik asli (ndonesia,
melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki
daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut
pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan
pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia.
Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya
akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. *an ternyata pendidikan sampai
sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan
pengembangan olah rasa dan karsa. 2ika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang
humanis atau manusiawi. *ari titik pandang sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang
membedakannya dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan
makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan
manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Persoalannya
budaya dalam masyarakat itu berbeda-beda. *alam masalah kebudayaan berlaku
pepatah$.3ain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.. Manusia akan benar-benar
menjadi manusia kalau ia hidup dalam budayanya sendiri. Manusia yang seutuhnya antara
lain dimengerti sebagai manusia itu sendiri ditambah dengan budaya masyarakat yang
melingkupinya. )i &ajar *ewantara sendiri dengan mengubah namanya ingin menunjukkan
perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita
satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria,
yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Bagi )i
&ajar *ewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan
kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan
para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. *engan kata lain, yang
diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure
keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. 1leh karena itu, nama &ajar
*ewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran,
keutamaan. Pendidik atau Sang &ajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang
keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Modelnya
adalah )yai Semar "menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan kehendak
Tuhan di dunia ini#. Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati
sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan
membawa keselamatan. Manusia merdeka adalah tujuan pendidikan Taman Siswa. Merdeka
baik secara fisik, mental dan kerohanian. 4amun kemerdekaan pribadi ini dibatasi oleh tertib
damainya kehidupan bersama dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan,
kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab dan disiplin.
Sedangkan maksud pendirian Taman Siswa adalah membangun budayanya sendiri, jalan
hidup sendiri dengan mengembangkan rasa merdeka dalam hati setiap orang melalui media
pendidikan yang berlandaskan pada aspek-aspek nasional. 3andasan filosofisnya adalah
nasionalistik dan uni'ersalistik. 4asionalistik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa
yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun spiritual. +ni'ersal
artinya berdasarkan pada hukum alam "natural law#, segala sesuatu merupakan perwujudan
dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, merdeka dari segala hambatan
cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam diri "hati# manusia. Suasana yang
dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan,
kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya.
Maka hak setiap indi'idu hendaknya dihormati5 pendidikan hendaknya membantu peserta
didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual5 pendidikan
hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang
kebanyakan5 pendidikan hendaknya memperkaya setiap indi'idu tetapi perbedaan antara
masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan5 pendidikan hendaknya memperkuat rasa
percaya diri, mengembangkan hara diri5 setiap orang harus hidup sederhana dan guru
hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para
peserta didiknya. Peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian
merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan
bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang yang
sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan
pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh "care and dedication based on lo'e#.
6ang dimaksud dengan manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara
utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan
menghormati kemanusiaan setiap orang. 1leh karena itu bagi )i &ajar *ewantara pepatah ini
sangat tepat yaitu -educate the head, the heart, and the hand.. 7uru yang efektif memiliki
keunggulan dalam mengajar "fasilitator#5 dalam hubungan "relasi dan komunikasi# dengan
peserta didik dan anggota komunitas sekolah5 dan juga relasi dan komunikasinya dengan
pihak lain "orang tua, komite sekolah, pihak terkait#5 segi administrasi sebagai guru5 dan
sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain$ keinginan untuk
memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan ,aman. Maka penting pula
membangun suatu etos kerja yang positif yaitu$ menjunjung tinggi pekerjaan5 menjaga harga
diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. *alam kaitan
dengan ini penting juga performance/penampilan seorang profesional$ secara fisik,
intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi
moti'ator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan
kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik. !khirnya kita perlu menyadari
bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya
menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di
masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak
luhur dan berkeahlian.
2.- PERANAN KI HAD+AR DE,AN'ARA DALAM PERKEMBAN*AN
PENDIDIKAN DI INDONESIA SAA' INI
*alam berbagai sumber tulisan tentang pendidikan )i &adjar *ewantara, Pendidikan
harus dimulai dari persamaan persepsi pemangku pendidikan tentang mendidik itu sendiri.
Menurut )ihajar dewantara mendidik dalam arti yang sesungguhnya adalah proses
memanusiakan manusia "humanisasi#, yakni pengangkatan manusia ke taraf insani. *i dalam
mendidik ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi manusiawi yang otentik
kepada manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan. 2adi sesungguhnya
pendidikan adalah usaha bangsa ini membawa manusia (ndonesia keluar dari kebodohan,
dengan membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia "humanis#.
Menurut )i &ajar *ewantara tujuan pendidikan adalah -penguasaan diri. sebab di
sinilah pendidikan memanusiawikan manusia "humanisasi#. Penguasaan diri merupakan
langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang mamanusiawikan manusia.
)etika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan
sikapnya. *engan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa.
*alam konsep pendidikan )i &adjar *ewantara ada 8 hal yang harus dibedakan yaitu
sistem -Pengajaran. dan -Pendidikan. yang harus bersinergis satu sama lain. Pengajaran
bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah "kemiskinan dan kebodohan#.
Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin "otonomi
berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik#. )einginan yang kuat
dari )i &ajar *ewantara untuk generasi bangsa ini dan mengingat pentingnya guru yang
memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas dan spiritualitas. Beliau sendiri untuk kepentingan
mendidik, meneladani dan pendidikan generasi bangsa ini telah mengubah namanya dari
ningratnya sebagai 9aden Mas soewardi Suryaningrat menjadi )i hajar dewantara. Menurut
tulisan Theo 9iyanto, perubahan nama tersebut dapat dimakna bahwa beliau ingin
menunjukkan perubahan sikap ningratnya menjadi pendidik, yaitu dari !atria inandita ke
inandita !atria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang
berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan
4egara ini. Bagi )i &ajar *ewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu
dalam kepribadian dan spiritualitas, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi
pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa.
6ang utama sebagai pendidik adalah fungsinya sebagai model keteladanan dan sebagai
fasilitator kelas.
4ama &ajar *ewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan
kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang &ajar adalah seseorang yang memiliki
kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial
kemasyarakatan. Modelnya adalah )yai Semar "menjadi perantara antara Tuhan dan manusia,
mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini#. Sebagai pendidik yang merupakan perantara
Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu
menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.
Menerjemahkan dari konsep pendidikan )i &ajar *ewantara tersebut, maka banyak
pakar menyepakati bahwa pendidikan di (ndonesia haruslah memiliki : 3andasan filosofis,
yaitu nasionalistik, uni'ersalistic dan spiritualistic. 4asionalistik maksudnya adalah budaya
nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun
spiritual. +ni'ersal artinya berdasarkan pada hukum alam "natural law#, segala sesuatu
merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, merdeka
dari segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam diri "hati#
manusia. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip
pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-
masing anggotanya. Maka hak setiap indi'idu hendaknya dihormati5 pendidikan hendaknya
membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan
spiritual5 pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan
memisahkan dari orang kebanyakan5 pendidikan hendaknya memperkaya setiap indi'idu
tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan5 pendidikan
hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri5 setiap orang harus
hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan
pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya.
1utput pendidikan yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian
merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan
bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. *alam pemikiran
kihajar dewantara, metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem
a$"n. yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada a!i&/ a!a& dan a!u&.
Metode ini secara teknik pengajaran meliputi ;kepala, hati dan panca indera< "educate the
head, the heart, and the hand#.
Teladan sesungguhnya memiliki makna sesuatu dari proses mengajar, hubungan dan
interaksi selama proses pendidikan yang kemudian pada hari ini atau masa depan peserta
didik menjadi contoh yang selalu di tiru dan di gugu. 2adi guru teladan tidak ada
hubungannya dengan sosok guru yang senantiasa menjaga wibawa, menjaga ;image< dengan
selalu menampilkan dirinya ;ferfect< dan ;penuh aturan< dan kaku di hadapan peserta
didiknya.
*alam sebuah proses belajar, sadar atau tidak maka ;perilaku< seorang guru akan
menjadi komunikasi "penyampaian pesan# paling efektif dan pengaruhnya sangat besar "=>?#
pada peserta didik. Perilaku inilah yang akan menjadi ;teladan< bagi kehidupan social peserta
didik. Secara psikologis pengaruh ;perilaku< tersebut adalah pengaruh bawah sadar peserta
didik, yang akan muncul kembali saat ia melakukan aktifitas dalam ;bersikap<, ;bertindak<
atau ;menilai sesuatu< pada dirinya maupun orang lain.
2ika merefleksikan pada moti'asi pendidikan )i hajar *ewantara maka seorang guru
yang ingin diteladani haruslah melepaskan ;trompah< dari jiwa, sikap, dan perilaku
mengajarnya. 7uru tidak berangkat dari ;kepahlawanan< untuk kemudian ;mendidik< tetapi
dari mendidiklah kemudian dia layak menjadi ;pahlawan< pada hati setiap manusia lain.
Bagaimana agar ketadanan seorang guru berbuah hal yang baik pada jiwa, sikap dan
perilaku peserta didiknya dimasa akan datang, maka seorang guru haruslah ;profesional<
dalam pengajaran dan hubungan social. Bukan professional ;to ha'e< tetapi professional ;to
be<. Bukan professional disebabkan kebendaan "materi# tetapi professional bersumber dari
;penguasaan diri<, ;pengabdian< dan ;kehormatan< diri dan bangsanya. Sehingga dalam
prosesnya ;mengajar< akan menjadi cara hidup seorang guru untuk mencapai kemanfaatan
sebanyak-banyaknya melalui ;pengabdiannya< dan proses menebarkan ;kehormatan< tersebut
pada hati, kepala dan pancaindera peserta didiknya.
Proses memindahkan segala<keteladanan diri< pengetahuan diri dan perilaku
professional seorang guru kepada peserta didik dibutuhkan teknik yang oleh )i hajar
dewantara disebuat ;among< mendidik dengan sikap asih, asah dan asuh, dibutuhkan guru
yang tidak hanya mampu ;mengajar< tetapi juga mampu ;mendidik<. Pada posisi inilah guru
juga harus mampu menjadi moti'ator dikelasnya. Mengapa moti'ator@ )arena Moti'ator
memiliki kekuatan sinergis antara mengajar dan mendidik seperti moti'asi dari pendidikan
)i&ajar itu sendiri.
0r.en!ita! Pendidikan Karakter dan Re#ita(i!a!i Pe$ikiran Ki Hajar
Dewantara
-)arakter yang ingin kita bangun bukan hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan
kita bangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal
untuk membangun kreati'itas dan daya ino'asi,. katanya. Seolah pernyataan menunjukkan
isyarat bahwa sudah saatnya kita kembali merefleksi konsepsi pendidikan kita saat ini
berjalan. Sebab konsepsi pendidikan karakter sebenarnya merupakan hasil pemikiran luhur
dari Bapak Pendidikan 4asional kita, )i &ajar *ewantara.
)i &adjar mengartikan pendidikan sebagai daya upaya memajukan budi pekerti,
pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Salah satu nilai luhur
bangsa (ndonesia yang merupakan falsafah peninggalan )i &adjar *ewantara yang dapat
diterapkan yakni tringa yang meliputi ngerti, ngrasa, dan nglakoni . )i &adjar
mengingatkan, bahwa terhadap segala ajaran hidup, cita-cita hidup yang kita anut diperlukan
pengertian, kesadaran dan kesungguhan pelaksanaannya. Tahu dan mengerti saja tidak cukup,
kalau tidak merasakan menyadari, dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan dan tidak
memperjuangkannya. Merasa saja dengan tidak pengertian dan tidak melaksanakan,
menjalankan tanpa kesadaran dan tanpa pengertian tidak akan membawa hasil. Sebab itu
prasyarat bagi peserta tiap perjuangan cita-cita, ia harus tahu, mengerti apa maksudnya, apa
tujuannya. (a harus merasa dan sadar akan arti dan cita-cita itu dan merasa pula perlunya bagi
dirinya dan bagi masyarakat, dan harus mengamalkan perjuangan itu. -(lmu tanpa amal
seperti pohon kayu yang tidak berbuah., -4gelmu tanpa laku kothong., laku tanpa ngelmu
cupet.. (lmu tanpa perbuatan adalah kosong, perbuatan tanpa ilmu pincang. 1leh sebab itu,
agar tidak kosong ilmu harus dengan perbuatan, agar tidak pincang perbuatan harus dengan
ilmu.
Berkenaan dengan pendidikan karakter ini lebih lanjut Suyanto "8>A># menjelaskan
bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan "cogniti'e#, perasaan "feeling#, dan tindakan "action#. Menurut Thomas 3ickona
tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. *engan pendidikan
karakter yang diterapakan secara sistematis, dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Sebab kecerdasan emosi ini
menjadi bekal penting dalam mempersiapkan anak masa depan dan mampu menghadapi
segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
!da sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur uni'ersal, yaitu "A#
karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-4ya5 "8# kemandirian dan tanggung jawab5 ":#
kejujuran/amanah, diplomatis5 "B# hormat dan santun5 "C# dermawan, suka tolong menolong
dan gotong royong/kerjasama5 "D# percaya diri dan pekerja keras5 "E# kepemimpinan dan
keadilan5 "F# baik dan rendah hati5 "=# karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
)esembilan karakter itu, perlu ditanamkan dalam pendidikan holistik dengan menggunakan
metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. &al tersebut diperlukan
agar anak mampu memahami, merasakan/mencintai dan sekaligus melaksanakan nilai-nilai
kebajikan. Bisa dimengerti, jika penyebab ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku
baik, walaupun secara kognitif anak mengetahui, karena anak tidak terlatih atau terjadi
pembiasaan untuk melakukan kebajikan
BAB III
PEN0'0P
).1 KESIMP0LAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia ,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat .
konstrukti'isme sangat berbeda dan bertentangan dengan teori belajar beha'iorisme. Bila
%e&a#i"ri!$e menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran, konstrukti'isme
lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam. (mplikasi
)onstrukti'isme Terhadap Proses Belajar Menurut kaum konstrukti'is, belajar merupakan
proses aktif pelajar mengkonstruksi dari teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain.
*alam pemikiran kihajar dewantara, metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini
adalah sistem a$"n. yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada a!i&/
a!a& dan a!u&. Metode ini secara teknik pengajaran meliputi ;kepala, hati dan panca indera<
"educate the head, the heart, and the hand#

Anda mungkin juga menyukai