Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir
yang diutus dengan membawa syariah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa
keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah yang berjudul Kewarganegaraan Pancasila Sebagai Ideologi
ini disusun untuk memenuhi tugas individu, pada mata kuliah.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya
miliki. Saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya, kepada pihak- pihak yang turut membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, khusunya kepada Dosen kami yang telah memberikan
tugas makalah ini kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat, dan semoga
amal ibadah serta kerja keras kita, senantiasa mendapat ridho dan ampunan dariNya. Amin.
Medan,

Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................

ii

DAFTAR ISI........................................................................ iii


BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
..................................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila..................................................................................
B. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia...........................................
C. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia...............................
D. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa..................................................
E. Penjabaran Nilai - Nilai Pancasila.............................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
pembimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar
negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang
mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila
itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan
pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan
dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini hanyalah beberapa hal
yang menyangkut tentang
1. Apa arti Pancasila?
2. Bagaimana pengertian Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia?
3. Bagaimana penjabaran Pancasila sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia?
4. Bagaimana penjabaran tiap-tiap sila dari Pancasila?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penulis ingin mengetahui arti Pancasila sebenarnya

2. Pada hakikatnya, Pancasila mempunyai dua fungsi yaitu sebagai


pandangan hidup dan sebagai dasar negara oleh sebab itu penulis ingin
menjabarkan keduanya.
3. Penulis ingin mendalami / menggali arti dari sila sila Pancasila

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Kedudukan dan fungsi Pancasila jika dikaji secara ilmiah memiliki


pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan
hidup bangsa, ideologi negara dan sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam
proses terjadinya, terdapat berbagai macam terminologi yang harus kita
deskripsikan secara obyektif.1 Oleh karena itu untuk memahami Pancasila secara
kronologis baik menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka
pengertian Pancasila meliputi:
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut Muhammad
Yamin dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara
leksikal, yaitu : Panca artinya lima Syila artinya batu sendi, dasar, atau Syiila
artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh.
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang
memiliki arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur.2 Kata Pancasila
mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Dalam ajaran Budha
terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana dengan melalui samadhi dan setiap
golongan mempunyai kewajiban moral yang berbeda.

Ajaran moral tersebut adalah Dasasyiila, Saptasyiila, Pancasyiila.


Pancasyiila menurut Budha merupakan lima aturan (five moral principle) yang
harus ditaati, meliputi larangan membunuh, mencuri, berzina, berdusta dan
larangan minum-minuman keras. Melalui penyebaran agama Hindu dan Budha,
kebudayaan India masuk ke Indonesia sehingga ajaran Pancasyiila masuk
kepustakaan Jawa terutama jaman Majapahit yaitu dalam buku syair pujian

Kansil C.S.T, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta: PT pradnya

paramita, 2005), h.12.


2

Setiady Elly M,

Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila

Pustaka Utama, 2003), h. 23.

(Jakarta: PT Gramedia

Negara Kertagama karangan Empu Prapanca disebutkan raja menjalankan dengan


setia ke lima pantangan (Pancasila).
Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-sisa pengaruh
ajaran moral Budha (Pancasila) masih dikenal masyarakat Jawa yaitu lima
larangan (mo limo/M5) : mateni (membunuh), maling (mencuri), madon (berzina),
mabok (minuman keras/candu), main (berjudi).3
Dalam rangka pembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan
diterima oleh peserta sidang BPUPKI secara bulat. Secara historis proses
perumusan Pancasila adalah:
a. Mr. Muhammad Yamin
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin berpidato
mengusulkan lima asas dasar negara sebagai berikut :4
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai
rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara
sebagai berikut : 5
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
3

Ibid.,

Pangeran Alhaj S.T.S dan Surya Partia Usman, Materi Pokok Pendekatan Pancasila

(Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1995), .h. 80.


5

Usiono, Pancasila Membangun Karakter Bangsa (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007),

h. 59.

b. Mr. Soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima
dasar negara sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan bathin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar
negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai
berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila
yaitu Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio Demokrasi
(Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa. Adapun
Tri Sila masih diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya adalahgotong royong
d. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI
(Panitia Sembilan) yang menghasilkan Piagam Jakarta dan didalamnya termuat
Pancasila dengan rumusan sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pengertian Pancasila Secara Terminologis Dalam Pembukaan UUD 1945
yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI tercantum rumusan Pancasila
sebagai berikut:
7

1.
2.
3.
4.

Ketuhanan Yang Maha Esa


Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar Negara Republik
Indonesia. 6Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa
Indonesia mempertahankan proklamasi dan eksistensinya, terdapat pula rumusanrumusan Pancasila sebagai berikut :
a) Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (29 Desember 17
1.
2.
3.
4.
5.

Agustus 1950)
Ketuhanan Yang Maha Esa
Peri Kemanusiaan
Kebangsaan
Kerakyatan
Keadilan Sosial

b)
1.
2.
3.
4.
5.

Dalam UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950 5 Juli 1959)


Ketuhanan Yang Maha Esa
Peri Kemanusiaan
Kebangsaan
Kerakyatan
Keadilan Sosial

c)
1.
2.
3.
4.
5.

Dalam kalangan masyarakat luas


Ketuhanan Yang Maha Esa
Peri Kemanusiaan
Kebangsaan
Kedaulatan Rakyat
Keadilan Sosial
Dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar adalah

rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000.
B. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
6

Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar, h. 22.

Dalam pengertian ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung,


wereldbeschouwing, wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan
hidup, pegangan hidup dan petunjuk hidup. Dalam hal ini Pancasila digunakan
sebagai petunjuk arah semua semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan
dalam segala bidang. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakn
pembuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari
semua sila Pancasila. Hal ini karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu
kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, keseluruhan sila dalam
Pancasila merupakan satu kesatuan organis.7
Adapun fungsi dari pancasila, antara lain :
Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia. Pancasila dalam pengertian ini
adalah seperti yang dijelaskan dalam teori Von Savigny artinya bahwa setiap
Bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa
Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir bersamaan dengan
adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman Sriwijaya dan Majapahit. Hal ini
diperkuat oleh Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo dalam tulisann beliau dalam
Pancasila. Beliau mengatakan antara lain bahwa tanggal 1 Juni 1945 adalah Hari
Lahir istilah Pancasila. Sedangkan Pancasila itu sendiri telah ada sejak adanya
Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia. diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku serta amal perbuatan sikap mental. Sikap mental dan
tingkah laku mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan Bangsa lain.
Ciri Khas inilah yang dimaksud dengan kepribadian.
Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Artinya
Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari dan juga merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisah antara satu dengan yang lain.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia atau Dasar Falsafah
Negara atau Philosofis Granslog. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai
dasar mengatur pemerintahan Negara, atau pancasila digunakan sebagai dasar
7

Ibid.,

untuk mengatur penyelenggaraan Negara yang sesuai dengan bunyi pembukaan


Undang-undang Dasar 1945.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber Hukum. atau sumber tertib
hukum bagi Negara Republik Indonesia. Sumber tertib hukum Republik Indonesia
adalah pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum serta cita-cita moral yang
meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia.
a.Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lainnya
1. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila : memandang manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Monodualisme ini assalah kodrat, maka manusia tidak dapat
hidup sendirian, ia selalu membutuhkan yang lain.
Menurut Konsep Pancasila, yakni manusia dalam hidup saling tergantung
antar manusia, saling menerima dan memberi antat menusia dalam bermasyarakat
dan bernegara. Saling tergantung dan saling memberi merupakan pasanagan
pokok dan ciri khas persatuan serta menjadi inti isi dari nilai kekeluargaan.
Ideologi Pancasila, baik setiap sialanya maupun paduan dari kelima sila-silanya,
mengajarkan dan menerapak sekaligus mengkehendaki persatuan.
Pancasila merupakan tatanan niali yang digali ataudiskritalisasikan dari
nilai-nilai dasar budaya bangsa indonesia yang sudah sejak ratusan tahun lalu
tumbuh

dan

berkembang

dalam

kehidupan

masyarakat

Indonesia

( Bung Karno , 1 Juni 1945). Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan
yang ulat dan utuh, sehingga pemahaman dan pengalamannya harus mencakup
semua nilai yang terkandung didalamnya. 8

2. Ideologi Liberal
Ideologi liberal menagandung bahwa sejak manusia dilahirkan bebas dan
dibekali penciptanya sejumlah hak asasi, yaitu hak hidup, hak kebebasan, hak
8

Usiono, Pancasila Membangun Karakter Bangsa, h.36.

10

kesamaan, hak kebahagiaan, maka nilai kebebasan itulah yang utama. Metode
berfikir ideologi ini ialah liberalistikyang berwatak individualistik.Aliran pikiran
perseorangan atau ondividualistik diajarkan oleh Thomas Hoobes, John Locke,
Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan Harold J. Laski. Aliran Pikiran ini
mengajarakn bahwa negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun
atas kontrak semaua orang (individu) dalam masyarakat itu (kontrak sosial).
Menurutnya kepentingan harkat dan martabat manusia (individu)
dijunjung tinggi, sehingga dmasyarakat merupakan jumlah para nggotanya saja
tanpa ikatan nilai tersndiri. Hak dan kebebasan orang seorang yang dimiliki orang
lain bukan oleh kepentingan masyarakat seluruhnya.Liberalisme bertitik tolak dari
hak asasi yang melekat pada manusia sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu
gugat oleh siapapun termasuk penguasa, terkecuali atas persetujuan yang
bersangkutan. Faham liberalisme mempunyai nialia-nilai dasar (intrinsik), yaitu
kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan mengejar
kebahagiaan hidup ditengah-tengah kekayaan material yang melimpah dan dicapai
dengan bebas.Faham liberalisme selalu mengkaitkan aliran pikirannya dengan hak
asasi manusia menyebabkan paham tersebut memiliki daya tarik yang kuat
dikalangan masyarakat tertentu.
3. Ideologi Komunis
Ideologi komunis mendasarkan diri pada premise bahwa semua materi
berkembang mengikuti hukum kontradiksi, dengan menempuh proses dialetik.
Ciri konsep dialetik tentang manusia adalah tidak terdapat sifat permanen pada
diri manusia, namun ada keteraturan, yaitu kontradiksi terhadap lingkungan selalu
menghasilkan perkembangan dialetik dari manusia, maka sejarah pun berkembang
secara dialetik pula. Sehubungan dengan itu, metode berfikirnya meterialisme
dialetik

dan jika diterapkan pada sejarah dan kehidupan sosial disebut

materialisme historik.
Aliran pikiran golongan (dass theory) yang diajarkan oleh Karl Marx,
Engels, dan Lenin bermula dari kritik Karl Marx atas kehidupan sosial ekonomi
masyarakat pada awal revolusi industri. Aliran pikiran golongan (dass theory)

11

beranggapan bahwa Negara ialah susunan golongan untuk menindas golongan


lain. GonganjurkN longan ekonomi kuat menindas golongan ekonomi lemah,
golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh). Oleh karna itu, Karl
Marx menganjurkan agar kaum buruh mengadakan revolusi politik untuk merebut
kekuasaan Negara dari golongan kaya kapitalis dan burjois agar kaum buruh dapat
ganti berkuasadan mengatur Negara. Aliran pikiran ini erat hubungannya dengan
aliran material-dialektis atau materialistik. Aliran pikiran ini sangat menonjolkan
adanya kelas/revolusi dan perebutan kekuasaan Negara.
b. Mekanisme Pengembangan Ideologi Pancasila
Pengembangan atas nilai-nilai dasar Pancasila menjadi nilai-nilai
instrumental atau operasional dalam Garis-garis Besar Haluan Negara bukan
sesuatu yang baru. Formalnya dapat dikatakan sejak bangsa Indonesia berhasil
mencanangkan pembangunan Nasional di segala bidang yang meliputi bidangbidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan
Nasional (IPOLEKSOSBUD-HANKAMNAS) sebagaimana yang tertuang dalam
Ketetapan-Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
(MPR-RI) dapat dianggap sebagai salah satu wujud pengembangan daripada nilainilai dasar Pancasila.
Di lingkungan praktisi, sudah selayaknya bila mengembangkan nilai-nilai
operasional Pancasila, sedangkan di lingkungan ilmuwan dan pengamat, yang
seringkali mendasarkan pada ilmu pengetahuan baik secara perbandingan maupun
secara kedalaman, maka sesuai dengan tuntutan modern tentang ilmu
pengetahuan, dituntut suatu aspek amaliah yang senantiasa berorientasi pada suatu
gagasan dasar atau ideologi.
Adapun di lingkungan organisasi kemasyarakatan pengembangan nilainilai operasional ini telah dimulai pengembangan yang dilakukan secara
perorangan,

kemudian

dikembangkan

melalui

kelompok

organisasi

(kemasyarakatan) dan setelah itu ditampung oleh organisasi sosial politik, serta
pada tahap benkutnya terjadi proses pelembagaan di lembaga formal, yaitu
lembaga perwakilan permusyawaratan. Alur semacam mi perlu dibudayakan

12

sebagai budaya politik karena budaya politik itu pada dasarnya merupakan
pengembangan ideologi Pancasila. Kegiatannya dapat beragam, dan berkumpul
atau mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah, muktamar organisasi dan
sebagainya.
c.

Pemahaman Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Apabila dalam bidang ilmu pengetahuan orang berbicara mengenai

masalah pemahaman, maka yang demikian ini mengandung makna sejumlah


pengertian tertentu,9 yaitu :
1. Pemahaman dengan menggunakan akal budi sebagai sarananya.
2. Pemahaman dengan menggunakan akal pikirana sebagai sarananya.
3. Pemahaman dengan menggunakan alat inderawi sebagai sarananya.
Dapat pula dikatakan bahwa pemahaman yang pertama dinamakan
pemahaman secara ilmiah-kefilsafatan (yang bertintikan pemahaman secara
metafisik), pemahaman yang kedua dinamakan pemahaman secara ilmiah-terapan.
Dengan berlandaskan susunan sistematik yang demikian ini berarti bahwa apabila
dihubungkan dengan masalah pancasila akan kita dapati skema atau bagian
tentang pancasila sebagai berikut :
1. Filsafat Pancasila
2. Ilmu Pancasila
3. Ideology Negara Pancasila
d. Ciri-Ciri Pokok Ideologi Negara Pancasila
Di atas telah dikatakan bahwa pancasila sebagai ideology Negara dapat
ditafsirkan berdasar atas paham instrumentisme dan dapat pula ditafsirkan atas
paham motivasionisme. Di samping itu, apabila dikehendaki dan yang demikian
ini kiranya paling sesuai dengan kepribadian bangsa kita, ditafsirkan berdasar atas
paham sintetisme.10
Dalam hal yang terakhir ini, maka dalam pelaksanaannya ideology Negara
pancasila itu, meskipun bersifat sintetik, namun pada dasarnya lebih cenderung
kepada paham motivaniosme. Namun, bagaimanapun juga, apabila pancasila
sebagai ideology Negara itu merupakan semacam ancaman paham sintetisme,
9

Ibid., h. 97.

10

Ibid.,

13

berarti bahwa setidak-tidaknya dalam pelaksanaannya sama-sama memperhatikan


baik masalah tujuan maupun masalah untuk mencapai tujuan tersebut.
Berbicara mengenai ideology secara umum dapatlah dikatakan bahwa
yang dinamakan ideology itu adalah sekumpulam keyakinan-keyakinan,
kepercayaan-kepercayaan, gagasan-gagasan yang menyangkut serta mengatur
tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.
Secara garis besar kita dapati lima bidang kehidupan yang pokok, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Bidang politik (termasuk di dalamnya bidang pertahanan/keamanan)


Bidang sosial
Bidang ekonomi
Bidang kebudayaan
Bidang keagamaan
Adanya kelima macam bidang tersebut di atas berarti bahwa ideologi

dalam pengertian yang umum tadi dapat merupakan sistem-sistem nilai yang
meliputi kelima bidang kehidupan tersebut. Artinya, dalam kenyataannya kita
dapati ideology politik atau tata nilai politik, ideology social atau tata nilai social,
ideology ekonomi atau tata nilai ekonomi. Ideology kebudayaan atau tata nilai
kebudayaan, dan ideologi keagamaan atau tata nilai keagamaan.
Sehingga pada dasarnya dapat dikatakan bahwa paham sintetisme yang
memadukan paham instrumentisme dan paham motivasionisme tersebut di atas
diterapkan pula dalam berbagai bidang yang disebut di depan.
Dengan demikian berarti bahwa sesungguhnya tata politik (termasuk juga
tata hankam) didasarkan atas paham sintetisme di bidang ideologi tadi, dan begitu
juga tata sosial, tata ekonomi, tata kebudayaan serta tata keagamaan. Secara
berturut-turut akan dijelaskan mengenai bagaimana penerapan paham sintetisme
itu dalam berbagai macam bidang kehidupan di dalam Negara.
e.

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Setiap bangsa mempunyasi cita-cita untuk masa depan dan menghadapi

masalah bersama dalam mencapai cita-cita bersama. Cita-cita kita sebagai bangsa
Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan suatu
tatanan masyarakat yang adil dan makmur materil dan spirituan berdasarkan
Pancasila. Seperti halnya keluarga, suatu bangsa yang bertekad mencapai cita-cita
bersama memerlukan suatu pandangan hidup. Tanpa pandangn hidup, suatu
14

bangsa akan terombang ambing. Dengan pandangan hidup suatu bangsa dapat
secara jelas mengetahui arah yang dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu
bangsa akan : dengan mudah memandang persoalan-pesoalan yang dihadapi;
dengan mudah mencari pemecahan masalah-masalah yang dihadapi; memiliki
pedoman dan pegangan; dan membangun dirinya.11
Dengan uraian di atas jelaslah betapa pentingnya pandangan hidup suatu
bangsa. Pertanyaan berikut yang secara wajar muncul pada diri kita sendiri
apakah pandangan hidup itu sesungguhnya?.
Pandangan hidup suatu bangsa adalah :
a.
b.
c.
d.

Cita-cita bangsa;
Pikiran-pikiran yang mendalam;
Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik.
Jadi pandangan hidup suatu bangsa adalah inti sari (kristalisasi) dari nilainilai yang dimiliki bangsa itu dan diyakini kebenaranya, yang berdasarkan
pengalaman sejarah dan yang telah menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkanya dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pengertian Pancasila sebagai dasar Negara diperoleh dari Alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR
9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang
telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi
dasar Negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh
MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973
dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia.12
11

Srijanto Djarot, Drs. Waspodo Eling BA, Mulyadi Drs, Tata Negara Sekolah Menengah Umum

(Surakarta: PT. Pabelan, 1994), h. 65.


12

Pangeran Alhaj,Materi Pokok Pendekatan Pancasila, h.88.

15

Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar
negara (philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang
terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan
sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat
dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak
untuk bersatu (le desir detre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya
dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus
nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan
dan lapisan masyarakat Indonesia.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan
ditegaskan keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun
1968 itu tersusun secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki
hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain sedemikian rupa
hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari
pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu,
Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang
utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya
sebagai dasar negara.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan
yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat
diantitesiskan satu sama lain. Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959,
Prof. Notonagoro melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila dengan
menempatkan sila Ketuhanan Yang Mahaesa sebagai basis bentuk piramid
Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Mahaesa. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: Tiap-tiap
orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah

16

sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya
hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.13
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara
sesungguhnya berisi:
1. Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab,
yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa,
yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang berKemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/ perwakilan, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang


ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia,
dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
5. .Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang
mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berPersatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

D. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa


Kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai
puncak kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan,
baik dalam hidup manusia secara pribadi, sebagai makhluk sosial dalam hubungan
13

Ibid.,

17

masyarakat, alam dan Tuhannya mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan


rohaniah.
Pancasila harus dipahami,14dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehingga
mempunyai nilai dan arti bagi kehidupan bangsa. Sangatlah wajar jika Pancasila
dikatakan sebagai filsafat hidup bangsa karena menurut Muhammad Noor Syam
(1983: 346), nilai-nilai dasar dalam sosial budaya Indonesia hidup dan
berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi:
1. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana.
2. Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan
kodrat terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
3. Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama.
4. Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.
5. Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan
dan kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan
dalam kebersamaan.
Itulah yang termaktub dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan
begitu, pada dasarnya masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila,
walaupun sifatnya masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila tersebut sudah beradab lamanya mengakar pada kehidupan
bangsa Indonesia, karena itu Pancasila dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa.

E. Penjabaran Nilai - Nilai Pancasila


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan adanya dasar Ketuhanan maka Indonesia mengakui dan percaya
pada adanya Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi sebab adanya manusia
dan alam semesta serta segala hidup dan kehidupan di dalamnya. 15
Dasar ini menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk Indonesia untuk
memeluk agamanya/kepercayaanya, sebagaimana tercantum dalam pasal 29 UUD
14

Usiono, Pancasila Membangun Karakter Bangsa, h. 105.

15

Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,h. 60.

18

1945. Hal ini berarti bahwa, Negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu pulau
dengan lebih kurang 200 lebih juta penduduk yang menganut beberapa agama,
menghendaki semua itu hidup tentram, rukun dan saling menghormati.
Dengan demikian semua agama diakui di Negara Republik Indonesia,
dapat bergerak dan berkembang secara leluasa.16
Sila pertama pancasila berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa terdiri dari
dua pengertian pokok yaitu pengertian tentang Ketuhanan dan tentang Yang Maha
Esa.

Ketuhanan
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yakni Allah, zat Yang Maha Esa,
pencipta segala kejadian termasuk pencipta semua makhluk. Oleh karena itu
Tuhan sering disebut juga sebab yang pertama yang tidak disebabkan lagi. Alam
beserta kekayaanya seperti sumber-sumber minyak bumi, batubara, air dan lainlainya merupakan ciptaanya. Demikian dengan makhluk hidup merupakan
cipataan Tuhan juga.
Yang Maha Esa
Yang maha Esa berarti yang maha satu atau maha tunggal dan tidak ada
yang mempersekutukan-Nya. Dia esa dalam zat-Nya, esa dalam sifat-Nya, esa
dalam perbuatan-Nya. Oleh kaena adanya kekhususanya itu, maka tidak ada yang
menyamainya dan Dia maha sempurna.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa kita
bangsa Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam
semesta beserta isinya, baik benda mati maupun makhluk hidup.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Internasionalisme ataupun peri kemanusiaan adalah penting sekali bagi
kehidupan sesuatu bangsa dalam Negara yang merdeka dalam hubunganya dengan
bangsa-bangsa lain. Manusia adalah makhluk Tuhan, dan Tuhan
mengadakan
16

perbedaan

antara

sesama

manusia.

Usiono, Pancasila Membangun Karakter Bangsa, h. 10.

19

Pandangan

tidak

demikian

menimbulkan pandangan yang luas, tidak terikat oleh batas-batas Negara atau
bangsa sendiri, melainkan Negara harus selalu membuka pintu bagi persahabatan
dunia atas dasar persamaan derajat.
Manusia mempunyai hak-hak yang sama, oleh karena itu tidaklah
dibenarkan manusia yang satu menguasai manusia yang lain, atau bangsa yang
satu menguasai bangsa yang lain. Berhubung dengan hal itu maka

tidak

membenarkan adanya penjajahan di atas bumi, karena hal yang demikian


bertentangan dengan peri kemanusiaan serta hak setiap bangsa menentukan
nasibnya sendiri.17 Sesungguhnhya manusia itu dilahirkan mempunyai hak yang
tidak dapat dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu harus dihormati oleh siapapun.
Golongan manusia

yang

berkuasa tidaklah

diperkenankan

memaksakan

kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.


Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan beradab mengandung beberapa
pengertian pokok diantarnya:
Kemanusiaan
Kemanusiaan berasal dari kata amnesia, uang merupakan makhluk ciptaan
tuhan Yang Maha Esa. Oleh Tuhan manusia di karunia jasmani dan rohani, yang
keduanya merupakan satu kesatuan serasi, yang sering disebut pribadi manusia.
Adil
Adil mengandung arti obyektif atau sesuai dengan adanya, misalnya kita
memberikan sesuatu kepada orang lain, karena memang sesuatu itu
merupakan haknya. Jadi, kita tidak subyektif, tidak berat sebelah, tidak
pilih kasih.
Beradab
Beradab berasal dari kata adab yang secara bebas berearti budaya. Dengan
demikian beradab berarti berbudaya. Manusia yang beradab berarti manusia yang
tingkah lakunya selalu dijiwai oleh nilai-nilai kebudayaan. Niali-niali budaya
tidak lain ialah hal-hal yang luhur, yang dijunjung tinggi oleh manusia, yang
karena luhurnya itu dijadikan pedoman, ukuran, atau tuntunan untuk diikuti.
Kalau sesuai berarti baik, kalau tidak sesuai berarti tidak baik.
17

Ibid., h. 49.

20

3. Sila Persatuan Indonesia


Dengan dasar kebangsaan (nasionalisme) dimaksudkan bahwa bangsa
Indonesia seluruhnya harus memupuk persatuan yang erat antara sesama warga,18
tanpa membeda-bedakan suku atau golongan serta berdasarkan satu tekad yang
bulat dan satu cita-cita bersama. Prinsip kebangsaan itu merupakan ikatan yang
erat antara golongan dan suku bangsa.
Paham kebangsaan kita adalah satu dasar kebangsaan yang menuju kepada
persaudaraan dunia, yang menghendaki bangsa-bangsa itu saling hormatmenghormati dan harga-menghargai. Paham kebangsaan yang dianut oleh bangsa
Indonesia adalah:
a) Ke dalam, menggalang seluruh kepentingan rakyat dengan tidak
membedakan suku atau golongan.19
b) Ke luar; tidak mengagungkan bangsa sendiri, namun dengan berdiri tegak
atas dasar kebangsaan sendiri juga menuju kea rah hidup berdampingan
secara damai, berdasar atas persamaan derajat antar bangsa serta berdaya
upaya untuk melaksanakan terciptanya perdamaian dunia yang kekal; dan
abadi, serta membina kerja sama untuk kesejahteraan umat manusia. Sila
Persatuan Indonesia mengandung beberapa pengertian di antaranya:
Persatuan
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh, tidak pecah belah,
persatuan mengandung pengertian disatukanya berbagai macam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Dengan perkataan lain, hal-hal yang
beraneka ragam itu setelah disatukan menjadi sesuatu hal yang serasi, utuh dan
tidak saling bertentangan antar yang satu dengan yang lain.
Indonesia
Yang dimaksud dengan Indonesia ialah dalam pengertian geografis dan
bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.

18

Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, h. 200.

19

Usiono.2007. Pancasila Membangun Karakter Bangsa, h. 56.

21

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Dasar mufakat, kerakyatan atau demokrasi menunjukan bahwa Negara
Indonesia menganut paham demokrasi.20 Paham demokrasi berarti bahwa
kekuasaan tertinggi (kedaulatan) untuk mengatur Negara dan rakyat terletak di
tangan seluruh rakyat. Dalam UUD 1945 menyatakan bahwa kedaulatan adalah
di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Perwakilan. Demokrasi Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah demokrasi yang tercantum dalam pancasila sebagai sila ke
empat dan dinamakan demokrasi pancasila. Asas demokrasi di Indonesia ialah
demokrasi berdasarkan pancasila yang meliputi bidang-bidang politik, sosial dan
ekonomi, serta yang dalam penyelesaian masalah-masalah nasional berusaha
sejauh mungkin menmpuh jalan permusyawaratan untuk mencapai mufakat.
Hakikat dari musyawarah untuk mufakat dalam kemurnianya adalah suatu
tata cara khas yang bersumber pada inti paham kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksaan dalam permusywaratan/ perwakilan untuk merumuskan dan
atau memutuskan sesuatu hal berdasrkan kehendak rakyat, dengan jalan
mengemukakan hikmat kebijaksanaan yang tiada lain dari pada pikiran (rasio)
yang sehat yang mengungkapkan dan mempertimbangkan persatuan dan kesatuan
bangsa, kepentingan rakyat sebagaimana yang menjadi tujuan pemebentukan
pemerintah Negara termaksud dalam alinea ke empat Pembukaan UUD 1945.
Oleh semua wakil/utusan yang mencerminkan penjelmaan seluruh rakyat, untuk
mencapai keputusan berdasarkan kebulatan pendapat yang diitikadkan untuk
dilaksanakan secara jujur dan bertanggung jawab. Keputusan berdasrakan mufakat
adalah sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri oleh lebih dari separuh
anggota yang hadir.
Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratn/Perwakilan mengandung beberapa pengertian diantaranya:
Ibid.,h. 53.

20

22

Kerakyatan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat yang berarti sekelompok manusia yang
mendiami suatu wilayah tertentu. Kerakyatan berarti suatu prinsip yang mengakui
bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Kerakyatan disebut juga
kedaulatan rakyat, artinya rakyat yang berdaulat, berkuasa. Hal ini disebut juga
demokrasi yang berarti rakyat yang memerintah.
Hikmat Kebijaksanaan
Hikmat Kebijaksanaan berarti suatu sikap yang dilandasi dengan
penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan
kesataun bangsa. Kepentingan rakyat akan dijamin dengan sadar, jujur dan
bertanggung jawab serta didorong oleh iktikad baik sesuai dengan hati nurani
yang murni.
Permusyawaratan
Permusyawaratan berarti suatu tata cara yang khas Indonesia untuk
merumuskan dan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat
sehingga tercapai keputusan berdasarkan mufakat. Pelaksanaan dari kebenaran ini
memerlukan semangat mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan
daerah, golongan dan pribadi. Hal ini memerlukan pula iktikd yang baik dan
ikhlas, dilandasi oleh pikiran yang sehat serta ditopang oleh kesadaran bahwa
kepentingan bangsa dan Negara mengalahkan kepentingan yang lain.
Perwakilan
Perwakilan berarti suatu tata cara untuk mengusahakan ikut sertanya
rakyat mengambil bagian dalam urusan Negara. Bentuk keikutsertaan itu ialah
badan-badan perwakilan, baik di pusat seperti MPR dan DPR maupun di daerah
yang berwujud DPRD. Keanggotaan badan-badan perwakilan itu ditentukan
melalui suatu pemilihan yang bersifat langsung, umum, bebas dan rahasia.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam pidato 1 Juni 1945 ditegaskan bahwa prinsip kesejahteraan adalah
prinsip tidak adanya kemiskinan di alam Indonesia Merdeka. Keadilan sosial
adalah sifat masyarakat adil dan makmur, kebahagiaan buat semua orang, tidak
ada penghisapan, tidak ada penindasan, dan penghinaan, semuanya bahagia,
cukup sandang dan pangan. Sila ini secara bulat berarti bahwa setiap rakyat
23

Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidan hukum, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945 pengertian keadilan mencakup pula pengertian adil dan makmur Sila
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung beberapa pengertian
diantaranya:
Keadilan Sosial
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan baik materil maupun spiritual. Hal ini berarti keadilan itu tidak
hanya berlaku bagi orang yang kaya saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin,
bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakayta biasa pula.
Seluruh Rakyat Indonesia
Seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap orang yang menjadi rakyat
Indonesia baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun
warga Negara Indonesia yang berada di Negara lain.21

BAB III
PENUTUP

21

Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, h.200.

24

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan di atas adalah ;
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila
sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang
menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila
merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga negara
Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila
tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Agar pancasila tidak
terbatas pada coretan tinta belaka tanpa makna.

DAFTAR PUSTAKA

Kansil C.S.T. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: PT


pradnya paramita, 2005.
25

Pangeran Alhaj S.T.S dan Surya Partia Usman. Materi Pokok Pendekatan
Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud, 1995.
Setiady Elly M. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Srijanto Djarot, Drs. Waspodo Eling BA, Mulyadi Drs. Tata Negara
Sekolah Menengah Umum. Surakarta: PT. Pabelan, 1994.
Usiono. Pancasila Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Hijri Pustaka
Utama, 2007.

26

Anda mungkin juga menyukai