Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir
yang diutus dengan membawa syariah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa
keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah yang berjudul Kewarganegaraan Pancasila Sebagai Ideologi
ini disusun untuk memenuhi tugas individu, pada mata kuliah.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya
miliki. Saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya, kepada pihak- pihak yang turut membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, khusunya kepada Dosen kami yang telah memberikan
tugas makalah ini kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat, dan semoga
amal ibadah serta kerja keras kita, senantiasa mendapat ridho dan ampunan dariNya. Amin.
Medan,
Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................
ii
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila..................................................................................
B. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia...........................................
C. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia...............................
D. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa..................................................
E. Penjabaran Nilai - Nilai Pancasila.............................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
pembimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar
negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang
mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila
itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan
pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan
dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini hanyalah beberapa hal
yang menyangkut tentang
1. Apa arti Pancasila?
2. Bagaimana pengertian Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia?
3. Bagaimana penjabaran Pancasila sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia?
4. Bagaimana penjabaran tiap-tiap sila dari Pancasila?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penulis ingin mengetahui arti Pancasila sebenarnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Setiady Elly M,
(Jakarta: PT Gramedia
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
3
Ibid.,
Pangeran Alhaj S.T.S dan Surya Partia Usman, Materi Pokok Pendekatan Pancasila
Usiono, Pancasila Membangun Karakter Bangsa (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007),
h. 59.
b. Mr. Soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima
dasar negara sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan bathin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar
negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai
berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila
yaitu Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio Demokrasi
(Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa. Adapun
Tri Sila masih diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya adalahgotong royong
d. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI
(Panitia Sembilan) yang menghasilkan Piagam Jakarta dan didalamnya termuat
Pancasila dengan rumusan sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pengertian Pancasila Secara Terminologis Dalam Pembukaan UUD 1945
yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI tercantum rumusan Pancasila
sebagai berikut:
7
1.
2.
3.
4.
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar Negara Republik
Indonesia. 6Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa
Indonesia mempertahankan proklamasi dan eksistensinya, terdapat pula rumusanrumusan Pancasila sebagai berikut :
a) Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (29 Desember 17
1.
2.
3.
4.
5.
Agustus 1950)
Ketuhanan Yang Maha Esa
Peri Kemanusiaan
Kebangsaan
Kerakyatan
Keadilan Sosial
b)
1.
2.
3.
4.
5.
c)
1.
2.
3.
4.
5.
rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000.
B. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
6
Ibid.,
dan
berkembang
dalam
kehidupan
masyarakat
Indonesia
( Bung Karno , 1 Juni 1945). Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan
yang ulat dan utuh, sehingga pemahaman dan pengalamannya harus mencakup
semua nilai yang terkandung didalamnya. 8
2. Ideologi Liberal
Ideologi liberal menagandung bahwa sejak manusia dilahirkan bebas dan
dibekali penciptanya sejumlah hak asasi, yaitu hak hidup, hak kebebasan, hak
8
10
kesamaan, hak kebahagiaan, maka nilai kebebasan itulah yang utama. Metode
berfikir ideologi ini ialah liberalistikyang berwatak individualistik.Aliran pikiran
perseorangan atau ondividualistik diajarkan oleh Thomas Hoobes, John Locke,
Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan Harold J. Laski. Aliran Pikiran ini
mengajarakn bahwa negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun
atas kontrak semaua orang (individu) dalam masyarakat itu (kontrak sosial).
Menurutnya kepentingan harkat dan martabat manusia (individu)
dijunjung tinggi, sehingga dmasyarakat merupakan jumlah para nggotanya saja
tanpa ikatan nilai tersndiri. Hak dan kebebasan orang seorang yang dimiliki orang
lain bukan oleh kepentingan masyarakat seluruhnya.Liberalisme bertitik tolak dari
hak asasi yang melekat pada manusia sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu
gugat oleh siapapun termasuk penguasa, terkecuali atas persetujuan yang
bersangkutan. Faham liberalisme mempunyai nialia-nilai dasar (intrinsik), yaitu
kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan mengejar
kebahagiaan hidup ditengah-tengah kekayaan material yang melimpah dan dicapai
dengan bebas.Faham liberalisme selalu mengkaitkan aliran pikirannya dengan hak
asasi manusia menyebabkan paham tersebut memiliki daya tarik yang kuat
dikalangan masyarakat tertentu.
3. Ideologi Komunis
Ideologi komunis mendasarkan diri pada premise bahwa semua materi
berkembang mengikuti hukum kontradiksi, dengan menempuh proses dialetik.
Ciri konsep dialetik tentang manusia adalah tidak terdapat sifat permanen pada
diri manusia, namun ada keteraturan, yaitu kontradiksi terhadap lingkungan selalu
menghasilkan perkembangan dialetik dari manusia, maka sejarah pun berkembang
secara dialetik pula. Sehubungan dengan itu, metode berfikirnya meterialisme
dialetik
materialisme historik.
Aliran pikiran golongan (dass theory) yang diajarkan oleh Karl Marx,
Engels, dan Lenin bermula dari kritik Karl Marx atas kehidupan sosial ekonomi
masyarakat pada awal revolusi industri. Aliran pikiran golongan (dass theory)
11
kemudian
dikembangkan
melalui
kelompok
organisasi
(kemasyarakatan) dan setelah itu ditampung oleh organisasi sosial politik, serta
pada tahap benkutnya terjadi proses pelembagaan di lembaga formal, yaitu
lembaga perwakilan permusyawaratan. Alur semacam mi perlu dibudayakan
12
sebagai budaya politik karena budaya politik itu pada dasarnya merupakan
pengembangan ideologi Pancasila. Kegiatannya dapat beragam, dan berkumpul
atau mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah, muktamar organisasi dan
sebagainya.
c.
Ibid., h. 97.
10
Ibid.,
13
dalam pengertian yang umum tadi dapat merupakan sistem-sistem nilai yang
meliputi kelima bidang kehidupan tersebut. Artinya, dalam kenyataannya kita
dapati ideology politik atau tata nilai politik, ideology social atau tata nilai social,
ideology ekonomi atau tata nilai ekonomi. Ideology kebudayaan atau tata nilai
kebudayaan, dan ideologi keagamaan atau tata nilai keagamaan.
Sehingga pada dasarnya dapat dikatakan bahwa paham sintetisme yang
memadukan paham instrumentisme dan paham motivasionisme tersebut di atas
diterapkan pula dalam berbagai bidang yang disebut di depan.
Dengan demikian berarti bahwa sesungguhnya tata politik (termasuk juga
tata hankam) didasarkan atas paham sintetisme di bidang ideologi tadi, dan begitu
juga tata sosial, tata ekonomi, tata kebudayaan serta tata keagamaan. Secara
berturut-turut akan dijelaskan mengenai bagaimana penerapan paham sintetisme
itu dalam berbagai macam bidang kehidupan di dalam Negara.
e.
masalah bersama dalam mencapai cita-cita bersama. Cita-cita kita sebagai bangsa
Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan suatu
tatanan masyarakat yang adil dan makmur materil dan spirituan berdasarkan
Pancasila. Seperti halnya keluarga, suatu bangsa yang bertekad mencapai cita-cita
bersama memerlukan suatu pandangan hidup. Tanpa pandangn hidup, suatu
14
bangsa akan terombang ambing. Dengan pandangan hidup suatu bangsa dapat
secara jelas mengetahui arah yang dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu
bangsa akan : dengan mudah memandang persoalan-pesoalan yang dihadapi;
dengan mudah mencari pemecahan masalah-masalah yang dihadapi; memiliki
pedoman dan pegangan; dan membangun dirinya.11
Dengan uraian di atas jelaslah betapa pentingnya pandangan hidup suatu
bangsa. Pertanyaan berikut yang secara wajar muncul pada diri kita sendiri
apakah pandangan hidup itu sesungguhnya?.
Pandangan hidup suatu bangsa adalah :
a.
b.
c.
d.
Cita-cita bangsa;
Pikiran-pikiran yang mendalam;
Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik.
Jadi pandangan hidup suatu bangsa adalah inti sari (kristalisasi) dari nilainilai yang dimiliki bangsa itu dan diyakini kebenaranya, yang berdasarkan
pengalaman sejarah dan yang telah menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkanya dalam kehidupan sehari-hari.
Srijanto Djarot, Drs. Waspodo Eling BA, Mulyadi Drs, Tata Negara Sekolah Menengah Umum
15
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar
negara (philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang
terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan
sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat
dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak
untuk bersatu (le desir detre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya
dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus
nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan
dan lapisan masyarakat Indonesia.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan
ditegaskan keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun
1968 itu tersusun secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki
hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain sedemikian rupa
hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari
pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu,
Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang
utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya
sebagai dasar negara.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan
yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat
diantitesiskan satu sama lain. Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959,
Prof. Notonagoro melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila dengan
menempatkan sila Ketuhanan Yang Mahaesa sebagai basis bentuk piramid
Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Mahaesa. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: Tiap-tiap
orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah
16
sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya
hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.13
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara
sesungguhnya berisi:
1. Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab,
yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa,
yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang berKemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan
dalam
Ibid.,
17
15
18
1945. Hal ini berarti bahwa, Negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu pulau
dengan lebih kurang 200 lebih juta penduduk yang menganut beberapa agama,
menghendaki semua itu hidup tentram, rukun dan saling menghormati.
Dengan demikian semua agama diakui di Negara Republik Indonesia,
dapat bergerak dan berkembang secara leluasa.16
Sila pertama pancasila berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa terdiri dari
dua pengertian pokok yaitu pengertian tentang Ketuhanan dan tentang Yang Maha
Esa.
Ketuhanan
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yakni Allah, zat Yang Maha Esa,
pencipta segala kejadian termasuk pencipta semua makhluk. Oleh karena itu
Tuhan sering disebut juga sebab yang pertama yang tidak disebabkan lagi. Alam
beserta kekayaanya seperti sumber-sumber minyak bumi, batubara, air dan lainlainya merupakan ciptaanya. Demikian dengan makhluk hidup merupakan
cipataan Tuhan juga.
Yang Maha Esa
Yang maha Esa berarti yang maha satu atau maha tunggal dan tidak ada
yang mempersekutukan-Nya. Dia esa dalam zat-Nya, esa dalam sifat-Nya, esa
dalam perbuatan-Nya. Oleh kaena adanya kekhususanya itu, maka tidak ada yang
menyamainya dan Dia maha sempurna.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa kita
bangsa Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam
semesta beserta isinya, baik benda mati maupun makhluk hidup.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Internasionalisme ataupun peri kemanusiaan adalah penting sekali bagi
kehidupan sesuatu bangsa dalam Negara yang merdeka dalam hubunganya dengan
bangsa-bangsa lain. Manusia adalah makhluk Tuhan, dan Tuhan
mengadakan
16
perbedaan
antara
sesama
manusia.
19
Pandangan
tidak
demikian
menimbulkan pandangan yang luas, tidak terikat oleh batas-batas Negara atau
bangsa sendiri, melainkan Negara harus selalu membuka pintu bagi persahabatan
dunia atas dasar persamaan derajat.
Manusia mempunyai hak-hak yang sama, oleh karena itu tidaklah
dibenarkan manusia yang satu menguasai manusia yang lain, atau bangsa yang
satu menguasai bangsa yang lain. Berhubung dengan hal itu maka
tidak
yang
berkuasa tidaklah
diperkenankan
memaksakan
Ibid., h. 49.
20
18
19
21
20
22
Kerakyatan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat yang berarti sekelompok manusia yang
mendiami suatu wilayah tertentu. Kerakyatan berarti suatu prinsip yang mengakui
bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Kerakyatan disebut juga
kedaulatan rakyat, artinya rakyat yang berdaulat, berkuasa. Hal ini disebut juga
demokrasi yang berarti rakyat yang memerintah.
Hikmat Kebijaksanaan
Hikmat Kebijaksanaan berarti suatu sikap yang dilandasi dengan
penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan
kesataun bangsa. Kepentingan rakyat akan dijamin dengan sadar, jujur dan
bertanggung jawab serta didorong oleh iktikad baik sesuai dengan hati nurani
yang murni.
Permusyawaratan
Permusyawaratan berarti suatu tata cara yang khas Indonesia untuk
merumuskan dan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat
sehingga tercapai keputusan berdasarkan mufakat. Pelaksanaan dari kebenaran ini
memerlukan semangat mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan
daerah, golongan dan pribadi. Hal ini memerlukan pula iktikd yang baik dan
ikhlas, dilandasi oleh pikiran yang sehat serta ditopang oleh kesadaran bahwa
kepentingan bangsa dan Negara mengalahkan kepentingan yang lain.
Perwakilan
Perwakilan berarti suatu tata cara untuk mengusahakan ikut sertanya
rakyat mengambil bagian dalam urusan Negara. Bentuk keikutsertaan itu ialah
badan-badan perwakilan, baik di pusat seperti MPR dan DPR maupun di daerah
yang berwujud DPRD. Keanggotaan badan-badan perwakilan itu ditentukan
melalui suatu pemilihan yang bersifat langsung, umum, bebas dan rahasia.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam pidato 1 Juni 1945 ditegaskan bahwa prinsip kesejahteraan adalah
prinsip tidak adanya kemiskinan di alam Indonesia Merdeka. Keadilan sosial
adalah sifat masyarakat adil dan makmur, kebahagiaan buat semua orang, tidak
ada penghisapan, tidak ada penindasan, dan penghinaan, semuanya bahagia,
cukup sandang dan pangan. Sila ini secara bulat berarti bahwa setiap rakyat
23
Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidan hukum, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945 pengertian keadilan mencakup pula pengertian adil dan makmur Sila
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung beberapa pengertian
diantaranya:
Keadilan Sosial
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan baik materil maupun spiritual. Hal ini berarti keadilan itu tidak
hanya berlaku bagi orang yang kaya saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin,
bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakayta biasa pula.
Seluruh Rakyat Indonesia
Seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap orang yang menjadi rakyat
Indonesia baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun
warga Negara Indonesia yang berada di Negara lain.21
BAB III
PENUTUP
21
24
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan di atas adalah ;
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila
sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang
menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila
merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga negara
Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila
tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Agar pancasila tidak
terbatas pada coretan tinta belaka tanpa makna.
DAFTAR PUSTAKA
Pangeran Alhaj S.T.S dan Surya Partia Usman. Materi Pokok Pendekatan
Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud, 1995.
Setiady Elly M. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Srijanto Djarot, Drs. Waspodo Eling BA, Mulyadi Drs. Tata Negara
Sekolah Menengah Umum. Surakarta: PT. Pabelan, 1994.
Usiono. Pancasila Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Hijri Pustaka
Utama, 2007.
26