Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Mathyas Thanama | 102011222 | C9 mathyas_091109@yahoo.com Pendahuluan Setiap manusia akan mengalami proses degenerasi dan mengalami beberapa perubahan. Begitu pun dengan wanita, pada usia lanjut akan mengalami suatu proses degenerasi pada sistem reproduksinya yang disebut dengan menopause. Menopause merupakan suatu perubahan yang alamiah dimana siklus menstruasinya berhenti yang akan dialami setiap wanita yang berusia lanjut. Menopause adalah periode penting dalam kehidupan seorang perempuan. Dikatakan penting karena pada periode ini terjadi berbagai perubahan dalam tubuhnya. Perempuan menghabiskan sepertiga hidupnya pada periode ini. Umur rata-rata perempuan mengalami menopause adalah 51 tahun. Perubahan fisiologis banyak terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause. Perubahan hormonal yang terjadi pada periode ini melibatkan berbagai sistem dan organ. Anamnesis Menarkhe, Menstruasi, Menopause Untuk riwayat menstruasi, tanyakan kepada pasien berapa usianya ketika dia mendapat haid yang pertama (usia pada saat menarkhe). Kapan hari pertama haid terakhirnya, dan jika mungkin, kapan haid yang sebelumnya itu terjadi? berapa sering haid terjadi (diukur berdasarkan interval antara hari pertama haid yang satu dan berikutnya)? apakah haidnya teratur atau tidak? Berapa lama haid berlangsung? Berapa banyak darah haid yang keluar? Bagaimana warnanya? Banyaknya aliran darah haid dapat dinilai secara kasar berdasarkan jumlah tampon atau pembalut wanita yang digunakan setiap hari. Akan tetapi, karena setiap wanita berbeda-beda dalam menggunakan pembalut, tanyakan kepada pasien apakah pembalutnya penuh oleh rembasan darah haid, hanya sedikit menunjukan bercak- bercak darah haid, dan seterusnya. Lebih lanjut, apakah ia menggunakan lebih dari satu pembalut pada saat yang bersamaan? apakah ia mengalami perdarahan selama masa interval antara haid yang satu dan lainnya? Apakah pernah mengalami perdarahan sesudah sanggama atau sesudah menyemprot vaginanya (douching)?. 1 Apakah pasien pernah mengalami rasa tidak nyaman atau nyeri sebelum atau selama haid? Jika ya, bagaimana rasanya, berapa lama perasaan itu berlangsung dan apakah mengganggu aktivitas yang biasa dilakukannya? Apakah ada gejala lain yang menyertainya? Tanyakan kepada wanita yang berusia pertengahan atau lanjut, apakah haidnya sudah berhenti. Kapan? Apakah ada gejala apapun yang menyertai perubahan tersebut? Apakah ada gejala apapun yang menyertai perubahan tersebut? Apakah sejak berhentinya haid, ia pernah mengalami perdarahan. 1
Pertanyaan tentang menarke, menstruasi, dan menopause sering kali memberikan kesempatan kepada anda untuk menggali kebutuhan pasien akan informasi dan sikapnya terhadap tubuhnya sendiri. Ketika berbicara dengan remaja puteri, misalnya pertanyaan terbuka yang dapat anda ajukan cukup mencakup: Bagaimana pertama kalinya kamu mendapatkan pengetahuan tentang haid? Bagaimana perasaanmu ketika haid pertama mulai terjadi? Bnayak remaja puteri merasa khawatir ketika haidnya tidak teratur dan datang terlambat. Apakah hal-hal seperti itu mengganggumu? 1
Kehamilan Pertanyaan yang berhubungan dengan kehamilan meliputi: apakah ibu/anda pernah hamil (atau brapa sering anda pernah hamil)? Apakah ibu/anda pernah mengalami keguguran atau abortus? berapa sering? Berapa anak ibu sekarang? Tanyakan tentang kesulitan pada kehamilan dan saat serta keadaan ketika terjadi abortus (spontan atau diinduksi). Jenis keluarga berencana apakah yang digunakan oleh pasien dan pasangannya jika mereka memakainya, dan apakah pasien merasa puas dengan metode KB yang dilakukannya? Jika keadaan amenore menunjukan kehamilan yang baru saja terjadi, tanyakan tentang riwayat hubungan seks dan gejala awal yang lazim dijumpai: nyeri tekan, kesemutan, atau peningkatan ukuran payudara; frekuensi berkemih; nausea dan vomitus; keadaan mudah lelah; serta perasaan bayinya bergerak (biasanya gerakan bayi terasa pada kehamilan yang berusia sekitar 20 minggu). Perhatikan perasaan pasien ketika membahas semua topik ini dan selidiki jika tampaknya diperlukan penjajakan lebih lanjut. 1
Keluhan dan gejala vulvovaginal Gejala vulvovaginal yang paling sering ditemukan adalah pengeluaran sekret per vaginam dan perasaan gatal setempat. Jika pasien mengeluh tentang pengeluaran sekret (keputihan), tanyakan jumlah, warna, konsistensi, dan baunya. Tanyakan tentang setiap luka- luka atau benjolan lokal di daerah vulvanya. Apakah luka atau benjolan itu terasa nyeri? Karena pemahaman pasien tentang istilah anatomi amat beragam, siapkan pula ungkapan alternatif seperti rasa gatal (atau gejala lain) di dekat vagina anda? di antara kedua paha anda? di mana anda buang air kecil? 1
Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaa Luar Melakukan inspeksi genitalia eksterna pasien. Pasien duduk dengan enak dan lakukan inspeksi untuk memeriksa mons pubis, labia serta perineum. Pisahkan kedua labia dan lakukan inspeksi terhadap: Labia mayora Klitoris Meatus uretra Introitus vagina Perhatikan setiap inflamasi, ulserasi, pengeluaran sekret, pembengkakan, ataupun nodulus. Jika terdapat lesi, lakukan palpasi untuk merabanya. 1 Jika terdapat riwayat atau terlihat pembengkakan pada labia, periksa keadaan glandula Bartholininya. Masukkan jari telunjuk anda ke dalam vagina dekat ujung posterior labium mayus. Secara bergantian, lakukan palpasi pada setiap sisi di anatara jari tangan dan ibu jari untuk meraba pembengkakan atau nyeri tekan. Perhatikan setiap sekret yang merembas keluar dari muara (orifisium) duktus kelenjar tersebut. Jika terdapat sekret, lakukan pemeriksaan kulturnya. 1
2. Pemeriksaan dalam - Menilai penyangga dinding vagina Saat kedua labia dipisahkan oleh jari tengah dan telunjuk anda, minta pasien untuk mengejan. Perhatikan setiap tonjolan yang terlihat pada dinding vagina. 1
- Memasang speculum Pilih spekulum dengan ukuran dan bentuk yang tepat, basahi dahulu dengan air hangat. Pemakaian bahan pelumas lain dapat menganggu pemeriksaan sitologi dan kultur bakteri atau virus. Anda dapat memperlebar introitus vagina dengan membasahi salah satu jari tangan anda dengan air dan kemudian menekan tepi bawah introitus tersebut ke bawah. Anda mungkin pula ingin mengecek lokasi serviks untuk menentukan sudut insersi spekulum secara lebih akurat. Tindakan melebarkan introitus akan sangat memudahkan pemasangan spekulum dan meningkatkan kenyamanan pasien. Dengan tangan lainnya (biasanya yang kiri), masukkan spekulum yang masih dalam posisi menutup itu melewati jari-jari tangan anda dengan sudut yang sedikit ke arah bawah. Lakukan tindakan ini dnegan hati-hati agar tidak sampai menarik rambut pubis atau menjepit labia dengan spekulum. Memisahkan labia mayora dengan tangan lainnya dapat membantu kita menghindari kelalaian ini. 1 Dua metode yang membantu anda dalam menghindari penekanan pada uretra sensitif. (1) Ketika menyisipkan spekulum, pegang alat ini dnegan sudut tertentu (2) dorong spekulum ke dalam agar meluncur di sepanjanag dindin posterior vagina. Sesudah spekulum masuk ke dalam vagina, keluarkan jari tangan anda dari dalam introitus. Mungkin anda ingin memindahkan spekulum ke tangan anda untuk lebih memudahkan manuver alat tesebut dan pengumpulan spesimen yang dikerjakan selanjutnya. Putar spekulum ke posisi horizontal dengan mempertahankan tekanan pada bagian posteriornya dan kemudian masukkan hingga kesulurhan panjangnya berada di dalam vagina. Lakukan tindakan ini dnegan hati-hati agar jangan sampai daun spekulum tersebut terbuka sebelum waktunya. 1
- Melakukan inspeksi serviks Buka daun spekulum dengan hati-hati. Putar dan atur posisinya sampai ujung spekulum mencakup bagian serviks serta membuat terlihat seperti penuh. Atur posisi cahaya sampai anda dapat melihat serviks dengan jelas. Jika uterus berada dalam posisi retroversi, serviks akan lebih mengarah ke anterior. Jika anda menghadapi kesulitan dalam menemukan serviks, tariks edikit spekulum itu dan atur kembali posisinya pada sudut yang berbeda. Jika terdapat sekret yang menyamarkan penglihatan anda, apus sekret tersebut dengan hati-hati memakai kapas. 1 Lakukan inspeksi pada servix dan os servisis. Perhatikan warna serviks, posisi, karakteristik permukaan dan setiap ulserasi, nodulus, massa, perdarahan, dan pengeluaran secret. Pertahankan spekulum dalam posisi terbuka dengan cara mengencangkan skrup pada ibu jari anda. 1
- Melakukan inspeksi vagina Tarik spekulum keluar dengan perlahan sementara anda tetap mengamati vagina. ketika spekulum sudah tidak mencakup serviks lagi, kendurkan sekrup pada ibu jari dan pertahankan spekulum dalam posisi terbuka dengan ibu jari tangan anda. Tutup daun spekulum pada saat anda menariknya keluar dari dalam introitus untuk menghindari peregangan mukosa yang berlebihan maupun penjepitan mukosa. Pada saat menarik keluar spekulum, lakukan inspeksi terhadap mukosa vagina dengan memperhatikan warnanya dan setiap inflamasi, sekret, ulkus, atau massa. 1
- Melakukan pemeriksaan bimanual Lumasi jari telunjuk dan jari tengah salah satu tangan anda yang sudah mengenakan sarung tangan karet, dan dari posisi berdiri, masukkan kedua jari tangan tersebut ke dalam vagina dengan sekali lagi memberikan tekanan yang mula-mula ke arah posterior. Ibu jari anda harus berada dalam posisi abduksi, sedangkan jari manis dan kelingking difleksikan ke arah permukaan palmaris tangan anda. Penekanan perineum ke dalam dengan jari-jari tangan yang difleksikan itu hanya akan menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman dan memungkinkan anda mengatur jari tangan yang melakukan palpasi tersebut dalam posisi yang benar. Perhatikan setiap nodularitas atau nyeri tekan pada dinding vagina termasuk daerah uretra dan kandung kemih di sebelah anterior. 1 Melakukan palpasi seviks dan memperhatikan posisi, bentuk, konsistensi, regularitas mobilitas dan nyeri. Normalnya serviks dapat sedikit digerakkan tanpa menimbulkan rasa nyeri. 1 - Melakukan palpasi uterus Tempatkan salah satu tangan pada abdomen di sekitar pertengahan garis yang menghubungkan umbilikus dengan simfisis pubis. Saat anda mengangkat srviks dan uterus dengan tangan yang ada di dalam pelvis, tekankan tangan anda yang berada di abdomen ke dalam dan ke bawah dengan mencoba memegang uterus di antara kedua tangan anda itu. Perhatikan ukuran uterus, bentuk, konsistensi, sera mobilitasnya, dan temukan setiap nyeri tekan atau massa yang ada. 1 Sekarang, dorong jari tangan anda yang ada di dalam pelvis itu ke dalam forniks anterior dan lakukan palpasi korpus uteri di antara kedua tangan anda. Pada posisi ini, jari-jari tangan yang ada dalam pelvis dapat meraba permukaan anterior uterus sementara jari-jari tangan yang diletakkan pada badomen dapat meraba sebagian permukaan posterior uterus. 1 Jika anda tidak dapat meraba uterus dengan salah satu dari kedua manuver ini, mungkin uterus tersebut terjungkit ke arah posterior (posisi bergeser ke belakang). Dorong jari tangan yang ada dalam pelvis itu ke dalam forniks posterior dan raba tonjolan uterus dengan ujung jari-jari tangan anda. Dinding abdomen yang tebal atau tidak berada dalam keadaan relaksasi yang baik dapat pula membuat anda tidak bisa meraba uterus kendati lokasinya di sebelah anterior. Melakukan palpasi pada setiap ovarium. Tempatkan tangan anda yang berada di abdomen pada kuadran kanan bawah sementara tangan anda yang berada dalam pelvis ditempatkan di forniks lateral kanan. Tekanlah tangan yang di abdomen ke dalam dan ke bawah, mencoba mendorong struktur adneksa ke arah tangangan sedikit menggerakkan kedua tangan anda, biarkan struktur adneksa ke arah tangan anda yang berada dalam pelvis. Coba untuk mengenali ovarium yang kanan atau setiap masa adneksa yang ada di dekatnya. Dengan sedikit menggerakkan kedua tangan anda, biarkan struktur adneksa menggelincir di antara jari-jari tangan anda jika mungkin dan perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas, serta gejala nyeri tekan. Ulangi prosedur ini pada sisi yang kiri. 1 Ovarium yang normal memberi sedikit rasa nyeri ketika ditekan. Biasanya kedua ovarium dapat diraba pada wnaita ramping dan rileks, tetapi sulit atau tidak mungkin diraba pada wanita gemuk dan relaksasinya buruk. 1 - Menilai kekuatan otot-otot pelvis Tarik sedikit kedua jari tangan anda sampai terlepas dari serviks dan kemudian regangkan keduanya untuk menyentuh kedua sisi dinding vagina. Minta pasien untuk mengontraksikan otot-ototnya sekuat dan selama mungkin agar menjepit jari-jari tangan anda. Jepitan yang menekan jari tangan anda dengan kuat, menggerakannya ke atas serta ke dalam, dan berlangsung selama 3 menit atau lebih, menadakan kekuatan otot yang penuh. 1
- Melakukan pemeriksaan rektovaginal Tarik jari tangan anda keluar. Lumasi sarung tangan anda sekali lagi jika diperlukan. Kemudian dengan hati-hati, masukkan kembali jari telunjuk anda ke dalam vagina sementara jari tengah anda di masukkan ke dalam rektum. Minta pasien untuk mengejan ketika anda melakukan tindakan ini agar sfingter aninya melemas. Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksaan ini dapat membuatnya merasa ingin buang air besar tetapi sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi. Ulangi manuver pemeriksaan bimanual tersebut dengan memberikan perhatian pada bagian di belakang serviks yang hanya bisa di akses oleh jari tangan yang ada di dalam rektum. Palpasi rektovaginal sangat berguna dalam memeriksa uterus yang mengalami pergeseran ke belakang (retroversi). 1
Gambar 1. Perubahan Sistem Reproduksi Usia Lanjut Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan Pap Smear Pada pasien pascamenopause tidak harus diperiksa pap smear tetapi dalam 2-4 tahun jika hasil pap smear normal. 2 - Pemeriksaan Mammogram American Cancer Society mereekomendasikan pada pasien menopause untuk melakukan pemeriksaan mammogram setiap 2 tahun dimulai dari usia 40 tahun dan setiap tahun mulai usia 50 tahun. 2 - Pemeriksaan Laboratorium o Pengukuran FSH Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi wanita perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan telah terjadi menopause yang terjadi pada ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap stimulasi FSH dari kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari meningkatkan produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium menghasilkan estrogen lebih banyak. Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti meragukan nilai klinik dari pengukuran FSH pada wanita perimenopause dimana kadar FSH berfluktuasi considerably setiap bulan yang tergantung pada adanya ovulasi. 2 o Pengukuran LH Pada pasca menopause kadar LH 30-120 IU/ml. Rasio FSH ; LH lebih dari 1. 2
o Estradiol Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early perimenopause (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause terjaga sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan sebelumnya) dan wanita postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari kadar estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti halnya FSH, kadar estradiol mempunyai variasi yang tinggi selama perimenopause. 2
o Inhibin Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert umpan balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH. Kurangnya inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium senescence. Kadar inhibin B menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan berhenti. Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan sejumlah folikel berkurang karena umur. 2 o Pemeriksaan kadar HDL, LDL, TG untuk mengetahui resiko terhadap jantung. 2
Diagnosis Kerja Menopause merupakan perubahan alami yang dialami seorang wanita saat siklus menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut change of life. Selama menopause, biasa terjadi antara usia 45-55 tahun, tubuh wanita secara perlahan berkurang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Dengan adanya gejala hot flashes (kemerahan di wajah), kulit kemerahan, terasa panas, dan berkeringat serta gangguan tidur. 1
Diagnosis Banding Kista ovarium 3 Kista ovarium adalah kantung yang terisi oleh material liquid atau semiliquid yang muncul di dalam ovarium. Walaupun penemuan kista ovarium ini sering menimbulkan kekhawatiran karena sering dianggap sebagai suatu keganasan, namun kebanyakan kista ovarium ini bersifat jinak. Kebanyakan pasien dengan kista ovarium bersifat asimptomatik, dan ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan USG atau pemeriksaan pelvis rutin. Beberapa kista, seringkali menimbulkan gejala berupa: Sakit atau rasa tidak nyaman di abdomen bawah Keinginan untuk buang air besar Mikturisi Siklus menstruasi yang tidak teratur dan perdarahan vaginal yang abnormal Pubertas prekoks dengan onset dini dari menarche Rasa perut yang penuh dan kembung Kanker ovarium 4 Kanker ovarium adalah penyebab paling umum dari kematian akibat tumor ginekolog di amerika serikat. Lesi ganas ovarium termasuk lesi utama muncul dari struktur normal ovarium dan lesi sekunder kanker yang berasal dari tempat lain di tubuh. Kanker ovarium stadium awal biasanya nonspesifik dan tidak bergejala. Pasien umumnya merasakan adanya massa di perutnya. Kebanyakan kasus didiagnosa pada stadium lanjut. Gejala yang timbul antara lain: Rasa kembung dan tidak nyaman di perut Penekanan di kandung kemih dan rectum Konstipasi Perdarahan vagina Napas pendek Keletihan Penurunan berat badan Etiologi Hilangnya folikel sejalan pertambahan usia karena atresia dan ovulasi bulanan. Kehilangan folikel mengakibatkan berkurangnya sekresi estrogen dan progesterone. 5 Penurunan kadar estrogen dan progesterone menggangu aksis hormone hipotalamus- hipofisis-ovarium dan mekanisme umpan balik masih disekresi oleh kelenjar adrenal dan stroma ovarium. 5
Karena kadar FSH dan LH hipofisis tidak dihambat oleh mekanisme umpan balik negaif hormone ovarium,kadarnya saat menopause tetap tinggi.Sumber gonadotropin manusia yang dipergunakan untuk kebutuhan klinis adalah urine dari wanita menopause. 5
Epidemiologi Umur median pada menopause berkisar antara 45-55 tahun di seluruh dunia, 50-52 tahun pada perempuan kulit putih di negara industri. Menopause prematur secara konvensional ditentukan sebagai periode menstruasi terakhir, terjadi kurang dari 45 tahun mempunyai beberapa penyebab. Umur menopause tidak sama pada bangsa atau etnis yang berbeda, umumnya ditemukan sedikit lebih dini pada perempuan yang tinggal di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Misalnya di India dan Pakistan, berkisar 44-48 tahun (median 47 tahun), dan di Jordan Selatan ditemukan umur median waktu permulaan menopause ialah 50 tahun. 6
Patofisiologi Ovarium wanita memiliki jumlah oosit terbesar selama bulan kelima kehamilan dan memiliki sekitar 1.000.000 - 2.000.000 oosit saat lahir. Pada saat masa penuaan, proses atresia mengurangi jumlah oosit, sehingga di masa menopause seorang wanita mungkin hanya memiliki beberapa ratus hingga beberapa ribu oosit saja yang tertinggal. Ovarium tersebut memproduksi 3 hormon penting yaitu estrogen, progesteron, dan androgen. Estrogen secara endogen memproduksi Estrone (E1),estradiol (E2) dan estriol (E3). Estradiol (E2) diproduksi oleh folikel ovarium dominan selama siklus menstruasi bulanan dan merupakan estrogen alami yang paling ampuh. Estrone (E1) adalah bentuk dominan estrogen selama menopause. Ini diproduksi dalam jumlah kecil oleh ovarium dan kelenjar adrenal, dan terutama diturunkan oleh konversi perifer androstenedion dalam jaringan adiposa. Progesteron diproduksi oleh korpus luteum dan menyebabkan penebalan endometrium dalam persiapan untuk penempelan ovum yang telah dibuahi. Progesteron juga menghambat tindakan estrogen pada jaringan tertentu. Pada wanita yang anovulatori, tidak ada korpus luteum terbentuk. Oleh karena itu, estrogen sering tidak terhalangi. Hal ini dapat mengakibatkan penumpukan pada endometrium, menyebabkan perdarahan menstruasi yang tidak teratur pada fase perimenopause. Pembentukan korpus luteum mengawali fase sekretori di mana estrogen, progesteron, dan androgen juga dikeluarkan. Estrogen menyebabkan proliferasi seluler, sedangkan progesteron menyebabkan penebalan dan peningkatan sekresi pada endometrium. Jika kehamilan tidak terjadi, kadar estrogen dan progesteron turun bertahap. Penurunan hormon ini memberi tanda bagi penebalan lapisan dalam rahim untuk dikeluarkan, menyebabkan perdarahan menstruasi dan memberi tanda bagi ovarium untuk memulai proses kembali lagi dengan mulai menumbuhkan lebih banyak folikel untuk ovum baru dan siklus baru. Ovarium pada saat menopause tidak lagi menghasilkan estradiol (E2) atau inhibin dan progesteron dalam jumlah yang bermakna, dan estrogen hanya dibentuk dalam jumlah kecil. Oleh karena itu, FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) tidak lagi dihambat oleh mekanisme umpan balik negatif estrogen dan progesteron yang telah menurun dan sekresi FSH dan LH menjadi meningkat dan FSH dan LH plasma meningkat ke tingkat yang tinggi. Fluktuasi FSH dan LH serta berkurangnya kadar estrogen menyebabkan munculnya tanda dan gejala menopause, antara lain rasa hangat yang menyebar dari badan ke wajah (hot flashes), gangguan tidur, keringat di malam hari, perubahan urogenital, osteopenia/ kepadatan tulang rendah, dan lain-lain. 7
Gambar 2. Patofisiologi Menopause Manifestasi Klinis Pada menopause terdapat gejala-gejala klinis diantarnya: 2 a. Perubahan dalam siklus 1. Siklus menstruasi Siklus menstruasi sering kali tidak menghasilkan telur Perdarahan tiba-tiba yang disertai bercak selama hari ke-19 sampai ke-25 dapat terjadi. Lebih dari 60 % ibu yang mengalami menstruasi yang jarang dan siklus yang berlompatan. 2. Jumlah Sebagian ibu mengalami pendarahan yang sebentar dan sedikit. Terjadi menstruasi yang banyak disertai bekuan dan rasa kram. b. Gejala IMS 1. Bengkak 2. Ketidaknyamanan panggul 3. Sakit kepala 4. Irritabilitas 5. Mood labil .
c. Gejala Vasomotor 1. Rasa panas (hot flashes) 2. Berkeringat malam hari d. Atrofi urogenital 1. Frekuensi dan urgensi berkemih yang disebabkan karena penipisan epithelium uretra dan penurunan tonus uretra. 2. Rentan ISK 3. Hilangnya kemampuan sokongan visera panggul 4. Mukosa vagina pucat e. Osteopenia dan osteoporosis 1. Fraktur tulang 2. Nyeri punggung f. Gejala kardiovaskular g. Perubahan kulit 1. Penurunan lemak subkutan 2. Kekeringan 3. Kerontokan rambut 4. Hirsutisme ringan di wajah h. Gejala psikologis 1. Depresi dan perubahan mood 2. Keinginan seksual menurun Komplikasi 1. Osteoporosis Osteoporosis adalah masalah tulang yang paling menonjol, berkurangnya massa tulang dengan rasio mineral terhadap matriks yang normal, menyebabkan peningkatan kejadian fraktur, dan kejadiannya 4 kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap osteoporosis antara lain: a. Faktor patofisiologik: umur, ras, kekurangan esterogen, berat badan, dan berbagai pernyakit. b. Faktor lingkungan: - Diet: rendah kalsium, rendah vitamin D, kelebihan kafein tetapi rendah kalsium, kelebihan alkohol - Obat-obatan: heparin, antikonvulsam, tiroksin, kortikosteroid - Gaya hidup: merokok, kurang bergerak. Resiko fraktur akibat osteoporosis akan tergantung pada massa tulang saat menopause dan kecepatan hilangnya tulang pascamenopause. Setelah menopause kehilangnan massa tulang trabekuler serta kehilangan massa tulang total 1-1,5% per tahun. Percepatan kehilangan ini berlangsung menurun selama 5 tahun, tetapi tetap berlanjut sesuai dengan penuaan. Selama 20 tahun pertama setelah menopause reduksi tulang trabekuler 50% dan reduksi tulang kortikal 30%. Tanda dan gejala osteoporosis pascamenopause meliputi nyeri punggung; penurunan tinggi badan dan mobilitas; fraktur pada korpus vertebra, humerus, femur atas, lengan atas sebelah distal, dan iga. Nyeri punggung adalah gejala klinis mayor dari fraktur-fraktur kompresi vertebra, nyeri pada fraktur bersifat akut, dan kemudian mereda setelah 2-3 bulan. Namun berlanjut sebagai nyeri punggung kronis, karena meningkatnya lordosi lumbal. Nyeri mereda dalam waktu 6 bulan, kecuali bila ada fraktur multipel yang menyebabkan nyeri permanen. Absorpiometri sinar-X energi ganda (DEXA atau DXA) memberi ketepatan daignosa bagi semua lokasi fraktru osteoporotik, dan dosis radiasinya jauh lebih kecil daripada foto rontgen pada standar. Didapatkan nilai skor T dan skor Z. Skor T adalah simpang baku antara pasien dan rata-rata massa tulang puncak pada dewasa muda. Makin negatif, makin besar resiko frakturnya. Skor Z adalah simpang baku antara pasien dan rata-rata massa tulang untuk usia dan berat badan yang sama. Skor Z yang lebi rendah dari -2,0 membutuhkan evaluasi diagnostik untuk sebab-sebab lain kehilangan tulang pascamenopause. Berdasarkan densitas mineral tulang, digolongkan: a. Normal: 0 hingga -1 SD dari standar rujukan (84% populasi) b. Osteopeni: -1 hingga -2,5 SD c. Osteoporosis: di bawah -2,5 SD Kegunaan klinis pengukuran densitas tulang pada perempuan pascamenopause diperkirakan dengan cara menggunakan skor T. Bagi perempuan yang lebih muda menggunakan skor Z.
2. Penyakit Jantung Koroner Di Amerika Serikat kematian karena penyakit jantung koroner pada perempuan sekitar 3 kali lipat dari angka kematian karena kanker payudara dan kanker paru. Satu dari lima perempuan menderita salah satu jenis penyakit jantung atau pembuluh darah. Sebagian besar penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh aterosklerosis pada pembuluh darah mayor. Faktor-faktor risikonya sama dengan laki-laki, misalnya riwayat kardiovaskuler pada keluarga, tekanan darah tinggi, merokok, diabetes melitus, profil kolestrol/lipoprotein yang abnormal, serta obesitas. Mortalitas akibat stroke dan penyakit jantung koroner telah sangat berkurang karena perawatan medis dan bedah serta tindakan-tindakan preventif. Komplikasi ini diatasi dengan pemberian esterogen yang memiliki efek langsung ke metabolisme lemak dengan menurunkan LDL dan meningkatkan HDL. Dalam hal ini telah diketahui bahwa trigliserida, HDL, dan lipoprotein merupakan petanda signifikan penyakit jantung koroner pada wanita. 8,9
3. Alzheimer dan Penurunan Kognitif Efek yang menguntungkan dari esterogen pada kognisi khususnya pada memori verbal. Akan tetapi, pada perempuan sehat efeknya tidak mengesankan, nilai klinisnya kecil. Perempuan tiga kali lebih banyak yang menderita Alzheimer dibandingkan laki- laki. Esterogen mampu melindungi fungsi sistem saraf pusat melalui berbagai mekanisme. Esterogen melindungi terhadap toksisitas neuron yang diinduksi oksidasi, menurunkan konsentrasi komponen amiloid P serum (glikoprotein pada pengerutan neurofibriler penderita Alzheimer), meningkatkan pertumbuhan sinaps dan neuron khusunya densitas spina dendritik, melindungi terhadap toksisitas serebrovaskuler yang dipicu oleh peptida-peptida aminoid, memicu pembentukan sinaps serta pertumbuhan dan ketahanan hidup neuron. 8,9
Penatalaksanaan Medika Mentosa Terapi Hormon Pengganti (HRT) Dapat dilakukan dengan terapi estrogen. Sejauh ini pilihan pengobatan tersebut merupakan terapi yang paling efektif untuk menghilangkan hot flashes pada menopause. Tetapi tergantung pada pribadi dan riwayat kesehatan keluarganya, dokter mungkin akan merekomendasikan estrogen dalam dosis terendah yang diperlukan untuk membantu meringankan gejala. 2
Antidepresan Dosis Rendah Venlafaxine (Effexor), obat antidepresi yang terkait dengan kelas obat yang disebut Inhibitor Reuptake Selektif Serotonin (SSRI), telah terbukti menurunkan hot flashes. Selain SSRI antidepresan lainnya yang dapat meringankan gejala yaitu, termasuk fluoxetine (Prozac, Sarafem), paroxetine (Paxil), citalopram (Celexa) dan sertraline (Zoloft). 2
Gabapentin Obat ini disetujui untuk mengobati kejang, tetapi juga telah terbukti secara signifikan mengurangi hot flashes. 2
Clonidine Clonidine pil atau patch biasanya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, secara signifikan dapat mengurangi frekuensi hot flashes, tapi efek samping yang tidak menyenangkan yang umum. 2
Bifosfonat Obat ini efektif baik mengurangi gangguan tulang dan risiko patah tulang dan telah menggantikan estrogen sebagai pengobatan utama untuk osteoporosis pada wanita. 2
Modulator Reseptor Estrogen Selektif (SERM) SERM adalah kelompok obat yang mencakup raloxifene (Evista). Raloxifene meniru efek estrogen yang menguntungkan pada kepadatan tulang pada wanita menopause. 2
Vaginal Estrogen Untuk meringankan kekeringan vagina, estrogen dapat diberikan secara lokal menggunakan tablet vagina, cincin atau krim. Perawatan ini rilis hanya sejumlah kecil estrogen yang diserap oleh jaringan vagina. Ini dapat membantu meringankan kekeringan vagina, rasa tidak nyaman ketika hubungan seksual dan beberapa gejala gangguan BAK. 2
Non Medika Mentosa
Untuk mengatasi perubahan perubahan yang terjadi pada menopause dapat dilakukan dengan cara: 2 Kenakan pakaian dan lapisan yang tipis untuk menyesuaikan dengan kondisi hot flash Atasi insomnia dengan cara tidur siang serta kurangi konsumsi kafein dan makanan pedas, terutama pada malam hari. Redakan perubahan mood, irrtitabilitas, dan depresi dengan diet dan latihan teratur. Aktivitas fisik yang teratur membantu untuk menurunkan berat badan, memperbaiki kualitas tidur, menguatkan tulang, dan meningkatkan mood. jalan cepat, aerobic low impact, dan menari adalah contoh olahraga yang dapat menguatkan tulang. Cobalah berolahraga dengan intensitas sedang sekitar 30 menit per hari. Berikan nutrisi yang cukup karena pada fase menopause terjadi peningkatan risiko osteoporosis dan penyakit jantung. Karena itu diet yang sehat dengan mengkonsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat seperti buah-buahan, sayuran, dan roti gandum sangat dianjurkan. Tambahkan makanan yang kaya akan kandungan kalsium atau tambahkan suplemen kalsium. Hindari alcohol dan kafein yang dapat memicu terjadinya hot flashes. Bila merokok, usahakan untuk berhenti. Prognosis Gejala menopause dapat berlangsung 1-2 tahun setelah itu gejalanya berkurang tetapi pada beberapa wanita dapat terjadi lebih lama lagi. Pada wanita menjalani operasi ginekologis atau kemoterapi mengalami gejala menopause seperti hot flashes yang lebih parah. 10
Pencegahan Menopause tidak dapat dicegah, tapi tidak merokok atau berhenti merokok dapat menunda usia di mana mulai menopause. Selain itu, seorang wanita dapat mempertahankan gaya hidup sehat berolahraga, penurunan stres, dan mengkonsumsi makanan diet sehat dapat membantu meminimalkan dampak gejala menopause. Hal ini juga penting untuk diingat bahwa dalam waktu kurang lebih lima tahun setelah menopause hot flashes telah diselesaikan dalam 85- 90% wanita. 10
Kesimpulan Menopause merupakan berhentinya menstruasi secara permanen yang berkisar 45-55 tahun akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium. Maka, berdasarkan scenario Ny HY 50 tahun haid tidak teratur sejak 2 bulan dan oendarahan irregular diakibatkan terjadinya menopause.
Daftar Pustaka 1. Bickley L.Buku ajar pemeriksaan & riwayat kesehatan Bates.Ed. 8. Jakarta :EGC;2009.h.392-407. 2. Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi: panduan praktis. Ed.2. Jakarta: EGC; 2009.h. 96-106. 3. Helm CW. Ovarian cysts. Medscape; 2014, April 25. 4. Green AE. Ovarian cancer. Medscape; 2014, April 25. 5. Sloane Ethel.Anatomi fisiologi untuk semula.Jakarta:EGC;2003.h.361. 6. Astarto N,dkk.Kupas tuntas kelainan haid.Jakarta:Sagung Seto;2011.h.183-92. 7. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. Ed 2.Jakarta:Erlangga; 2008.h.56- 7. 8. Butler L, Santoro N. Ther reproductive endocrinology of the menopausal transition. Steroids. Jun 2011;76(7):627-35. 9. Edmonds DK. Dewhursts textbook of obstetrics and gynaecology, ed 7th. United States: Blackwell Publishing; 2007.h.479-93. 10. Otto SE. Buku saku keperawatan onkologi. Jakarta:EGC; 2003.h. 162-3.