Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan
multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh
manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut
hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam
usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.
Selain itu, pencernaan merupakan suatu proses penguraian makanan dari struktur
yang komplek diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim
yang diproduksi di dalam sistem pencernaan. Organ-organ utama yang berperan dalam sistem
pencernaan antara lain mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan
anus. Sementara organ tambahan dalam sistem pencernaan meliputi hati, pankreas. Semua
organ tersebut menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menguraikan makanan dari
molekul kompleks menjadi sederhana yang dapat digunakan oleh setiap sel untuk aktivitas
tubuh manusia.
Makanan merupakan faktor yang menentukan kesehatan individu. Makanan yang
kurang bergizi dan waktu makan yang tidak teratur dapat menyebabkan kesehatan
tergganggu. Agar kita dapat memilih makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka perlu
pengetahuan tentang fungsi makanan, cara pengolahannya , dan penyajiannya.
Jumlah zat makanan yang kita makan tidak sama, tergantung kebutuhan tubuh.
Kebutuhan terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi, jenis makanan yang dikonsumsi dan
gizi makanan yang cukup harus sangat diperhatikan terutama pada atlet. Agar seorang atlet
dapat tampil maksimal saat bertanding.
Tujuan dari pencernaaan adalah agar makanan mudah untuk diserap (absorpsi). Hasil
pencernaan karbohidrat adalah monosakarida, pencernaan protein adalah asam amino dan
pencernaan lemak adalah asam lemak. Pencernakan dibedakan 2 macam:
1. Pencernaaan Fisika: yaitu pencernaaan yang merupakan makanan dari bentuk besar
menjadi kecil, yang terjadi hanya perubahan bentuk, tidak terjadi perubahan zat (tidak
terbentuk zat yang baru), dilakukan oleh gigi
2. Pencernaaan Kimiawi adalah pencernaaan makanan dengan menggunakan enzim,
mengubah makanan menjadi zat baru yang lebih sederhana
1
BAB II
ISI
1. Struktur Sistem Pencernaan
1. Makroskopis















Gambar 1.1.1



2
Sistim pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Sistim ini terdiri atas:
Cavum Oris
Cavum oris merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.Mulut merupakan
jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Cavum oris disebelah depan dibatasi oleh suatu celah yang disebut rima oris
dengan labium superior et inferior sebagai dindingnya. Sebelah lateral cavum oris
dibatasi oleh pipi dan sebelah bawah terdapat dasar mulut dengan lidahnya dan
sebagai atapnya adalah palatum. Sedangkan disebelah dorsal terdapat hubungan
dengan pharynx yang merupakan lubang yang disebuat faucia.





3
Gambar 1.1.2 Cavum oris




















4
Faring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama choana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut isthmus fausium.
1,2
Regio faring terdiri dari:
Bagian superior
Bagian superior adalah bagian yang sangat tinggi dengan hidung
Bagian ini disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga
Bagian media
Bagian media adalah bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian ini
disebut orofaring
Bagian inferior
Bagian inferior adalah bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian
ini disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring
Dinding faring terdiri dari 3 lapis yakni:
Tunica mucosa pharyngis
Terdiri atas nasopharynx yang berfungsi untuk pernafasan, oropharynx
yang berfungsi untuk pencernaan, dan laryngopharynx.
Tunica submucosa pharyngis
Di bagian atas sangat tebal dan melekatkan pharynx pada dasar
tengkorak. Di bagian bawah, di laryngopharyns, submukosa lebih
elastis sehingga memudahkan pada saat menelan





5
Tunica muscularis pharyngis
Terdiri atas otot-otot melingkar dan membujur.
Otot-otot melingkar terdapat pada dinding posterior dan lateral
pharynx.
M. constrictor pharyngeus superior
M. constrictor pharyngeus media
M. constrictor pharyngeus inferior
Otot-otot membujur
M. palatopharyngeus
M. stylopharyngeus
M. salpingopharyngeus





















6
Gambar 1.1.3 Regio Faring


Gambar 1.1.4 Faring

7
Esofagus
Kerongkongan ( oesofagus ) adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: i, oeso membawa, dan , phagus
memakan).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Di cranial dan caudal oesophagus terdapat sphincter yang bernama sphincter
oesophagus. Di oesophagus makanan akan mengalami gerak peristaltik yang terjadi
sekitar 6-10 deik. Apabila peristaltik pertama (peristaltik primer) tidak bisa
mengantarkan makanan ke gaster, maka akan terjadi gerakan peristaltik sekunder
sehingga mendorong makanan ke gaster.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
Bagian media (campuran otot rangka dan otot halus)
Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Pada esofagus dapat dibedakan 3 bagian yakni:
1,2
Pars cervicalis (C6-7)
Anterior: trachea, gl. Thyreoidea
Posterior: vertebra cervicalis
Lateral kanan/Kiri: A. carotis communis, N. recurrens
Lateral kiri: A. subclavia, ductus thoracicus
Pars thoracalis
Anterior : trachea + bronchus kiri, pericardium + atrium kiri, diaphragma
Posterior: vertebra thoracalis, ductus thoracicus , V. azygos, Aorta ascendens
Lateral kiri: Arcus aorta, N. recurrent kiri , A. subclavia kiri, ductus thoracicus,
pleura
Lateral kanan: pleura, v. azygos
Pars abdominalis



8

Gaster
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai.
Gaster terdiri dari 3 bagian yaitu
- Cardia.
- Fundus.
- Antrum.
- Pylorus
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung ( gaster ) berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Gaster memiliki 2 muara yaitu:
2
Cardiac yaitu muara dari oesophagus ke gaster
Pylorus yaitu muara gaster ke duodenum





9

Gambar 1.1.5 Gaster

Gambar 1.1.6 Regio gaster

10
Intestinum
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri atas:
1
Lapisan mukosa ( sebelah dalam )
lapisan otot melingkar ( M sirkuler )
Lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )
Lapisan serosa ( sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu:
1,2
Usus dua belas jari ( Duodenum )
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Usus kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari ( duodenum ) dan usus penyerapan ( ileum ). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Jejunum mempunyai
dinding yang tebal, diameter yang lebih besar daripada illeum, arcade yang
setingkat, Nnll. yang soliter, vasa recta yang panjang, dan pita sirkular yang
rapat.
11
Usus penyerapan (ileum).
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Sifat illeum berlawanan dari jejunum yakni mempunyai dinding yang tipis,
diameter yang kecil, arcade yang bertingkat, Nnll. yang aggregati, vasa recta
yang pendek, dan pita sirkular yang renggang.
























12
Gambar 1.1.7 duodenum, jejunum, dan illeum










13



Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Colon terdiri dari:
1
Colon asendens (colon yang naik ke atas setelah illeum)
Colon transversum (colon yang bergerak melintang)
Colon desendens (colon yang bergerak setelah colon transversum menuju ke
arah bawah)
Colon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.

















14
Gambar 1.1.8 Colon


Gambar 1.1.9 Intestinum, colon, duodenum, jejunum, dan illeum

15
Appendix
Apendix adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut
apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah
ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa,
Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda,
bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di
peritoneum. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
Gambar 1.1.10 appendix



16

Caecum
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar.
Gambar 1.1.11 caecum

Gambar 1.1.12 large intestinum


17
Rectum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Gambar 1.1.13 rectum

18
Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar
yaitu :
Acinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Bagian-bagian pankreas yakni caput pancreas, ollum pancreas, corpus
pancreas, dan cauda pancreas. Endokrin pankreas banyak terdapat di cauda
pancreas: pulau-pulau LANGERHANS. Saluran bercabang-cabang pada pankreas
disebut herring bone.
Pendarahan pankreas yaitu:
Arteri: A. pancreatico duodenale superior (cabang A. gastroduodenalis), A.
pancreatico duodenalis inferior (cabang A. mesenterica superior)
Vena: darah dialirkan ke dalam V. lienalis dan V. mesenterica superior
Gambar 1.1.14 pankreas dan duodenum

19
Hati ( Hepar )
Hati ( hepar )dilapisi oleh peritoneum kecuali yang berbatasan dengan
diaphragma yang disebut bare area atau area NUDA. Hepar terdiri atas 2 lobus
yakni:
Hepar pars sinister
Hepar pars dexter
Hepar pars dexter terbagi atas 2 lobus yaitu lobus caudatus dan lobus
Quadratus.
Batas lobus dexter dan sinister adalah alur yang ditempati oleh ligamentum
teres hepatis & ligamentum venosum arantii.
Hepar Terdiri dari 3 facies yaitu:
Facies diaphragmatica yaitu facies yangberbatasan langsung dengan
permukaan bawah paru dan jantung ke impressio cardiaca
Facies visceralis yaitu facies inferior
Facies superior yaitu bare area
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Gambar 1.1.15 hepar

20
Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10
cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.





















21
2. Mikroskopis

Saluran cerna adalah tabung berongga terdiri atas lumen dengan garis tengah
bervariasi, yang dikelilingi oleh dinding dengan empat lapisan utama: mokosa, submukosa,
muskularis eksterna dan serosa.
Mukosa terdiri atas epitel pelapis, lamina propria yang merupakan jaringan ikat
longgar dengan banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan serat otot polos, kadang-kadang
mengandung kelenjar dan jaringan limfoid dan muskularis mukosa umumnya terdiri atas
lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapis longotudinal luar serat otot polos yang
memisahkan lapisan mukosa dari submukosa. Mukosa sering disebut membran mukosa.
Submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan banyak pembuluh darah,
pembuluh limfe dan pleksus saraf submukosa(pleksus meissner). Mungkin juga mengandung
kelenjar dan jaringan limfoid.
Muskularis mengandung sel-sel otot polos yang berorientasi secara spiral dan terbagi
dalam dua lapisan menurut arah utama perjalanan sel otot. Pada lapisan dalam (dekat ke
lumen), arah jalannya sirkular, pada lapisan luar, kebanyakan arahnya memanjang. Lapisan
muskularis juga mengandung pleksus saraf mienterikus (pleksus Aauerbach), yang terletak
diantara kedua lapisan otot tadi dan pembuluh darah serta pembuluh limfe terdapat dalam
jaringan ikat diantara kedua lapisan.
Serosa adalah suatu lapisan tipis terdiri atas jaringan ikat longgar yang kaya pembuluh
darah dan pembuluh limfe serta jaringan lemak dan epitel selapis gepeng sebagai pelapis
(mesotel).
Fungsi utama epitel pelapis saluran cerna adalah sebagai sawar permeabel selektif
antara isi saluran cerna dan jaringan tubuh, memudahkan transfor dan pencernaan makanan,
memperbaiki penyerapan produk hasil pencernaan dan menghasilkan hormon yang
mempengaruhi aktifitas sistem pencernaan. Sel-sel pada lapisan ini menghasilkan mukus
(lendir) atau terlibat dalam pencernaan atau penyerapan makanan. Banyaknya limfonoduli
dalam lamina propria dan lapis submukosa melindungi organisme (bersama epitel) dari invasi
bakteri.




22
Seluruh saluran cerna dilapisi oleh epitel selapis tipis yang mudah diserang. Lamina
propria tepat berada dibawah epitel, adalah sebuah zona yang kaya akan makrofag dan
limfosit, beberapa diantaranya secara aktif menghasilkan antibodi. Antibodi ini terutama
adalah imunoglobulin A (IgA) dan terikat pada sebuah protein sekresi yang dihasilkan oloh
sel-sel epitel pelapis usus dan disekresi ke dalam lumen usus. Kompleks ini mempunyai
aktifitas protektif terhadap invasi virus dan bakteri.
IgA dalam saluran pernapasan, pencernaan dan saluran kemih resisten terhadap
aktifitas enzim proteolitik, menghasilkan antibodi yang bersamaan dengan protease
ditemukan dalam lumen usus.
Muskularis mukosa membantu gerakan mukosa, tidak bergantung pada gerakan lain
dari saluran cerna, meningkatkan kontak dengan bahan makanan. Kontraksi muskularis
eksterna mendorong dan mencampur makanan dalam saluran cerna. Pleksus saraf
membangkitkan dan mengkordinasi kontraksi otot. Terutama terdiri atas kumpulan sel saraf
yang membentuk ganglia parasimpatis kecil.
Rongga Mulut
Rongga mulut dilapisi epitel berlapis gepeng, berlapis tanduk (keratin), atau
tanpa lapisan tanduk bergantung pada daerahnya. Lapisan keratin melindungi
mukosa mulut terhadap kerusakan selama mengunyah dan hanya terdapat di gigi
dan palatum durum. Lamina proprianya memiliki sejumlah papila dan langsung
melekat pada jaringan tulang. Epitel berlapis gepeng tanpa laipsan tanduk
menutupi palatum molle, bibir, dan dasar mulut. Lamina proprianya memiliki
papila, mirip derimis kulit, dan menyetu dengan submukosa yang mengandung
kelenjar liur kecil yang difus. Pada bibir, daerah peralihan epitel mulut yang tidak
berlapis tanduk menjadi epitel kulit.
3
Atap rongga mulut terdiri atas palatum durum dan platum mole, yang
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng sejenis. Pada palatum durum membran mukosa
melekat pada jaringan tulang. Bagian pusat palatum mole adalah otot rangka
dengan banyak kelenjar mukosa dalam submukosa.
Uvula palatina adalah sebuah tonjolan berbentuk kerucut kecil yang
menjulur ke bawah dari bagian tengah batas bawah palatum mole. Bagian pusatnya
adalah otot dan jaringan ikat areolar yang ditutupi oleh mukosa mulut biasa.


23
Gambar 1.2.1 cavum oris


Labium oris
Labium oris dapat dibagi dalam 3 area, yaitu:
Area Cutanea yang tersusun atas struktur kulit tipis.
Area merah bibir (area intermedia )
Epitelnya berlapis gepeng tidak bertanduk dan transparan (jernih) karena
mengandung butir-butir eleidin. Papilla jaringan ikatnya tinggi dan
mengandung banyak kapiler
Area oral mukosa. Bagian ini mempunyai struktur histologis yang sama dgn
pipi, epitelnya berlapis gepeng tidak bertanduk, lamina propianya agak
kompak. Pada tumika submukosa didapati kelenjar labialis yang bersifat
seromukus. Dibawah submukosa didapati otot lurik (M.orbicularis oris)
Gambar 1.2.2 area labium oris.
4

24
Faring
Faring merupakan rongga peralihan antara rongga mulut, sistem pernapasan
dan sistem pencernaan, membentuk hubungan antara bagian nasal dan faring.
Faring dilapisi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah
bagian respirasi yang tidak mengalami gesekan. Daerah terakhir ini dilapisi oleh
epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet. Faring mengandung tonsila,
mukosa faring memiliki banyak kelenjar mukosa kacil dalam lapisan jaringan ikat
padat. Muskular konstriktor dan longitudinalis faring terletak di luar lapisan ini.
Gigi
Pada orang dewasa normal terdapat 32 gigi tetap (permanen), tersebar
dalam 2 lengkung simetris bilateral dalam tulang maksila dan mandibula, dengan 8
gigi pada pada setiap kuadrannya: 2 insisivus, 1 kaninus, 2 premolar dan 3 molar.
Gigi tetap didahului oleh 20 gigi susu (desidua). Ke 12 gigi molar tetap tidak
memiliki pendahulu gigi desiduanya.
Setiap gigi terdiri atas bagian yang menonjol di atas gingiva (gusi), bagian
mahkota (korona), satu atau lebih radiks di bawah gingiva yang menahan gigi
dalam soket tulang yang disebut alveolus.
3-4
Korona ditutupi oleh email yang
sangat keras, sedangkan radiks oleh sementum. Kedua pelapis ini bertemu pada
bagian leher (serviks gigi). Bagian dalam gigi mengandung materi lain yang
disebut dentin, yang mengelilingi rongga berisi jaringan yang dikenal sebagai
rongga pulpa. Rongga pulpa meluas ke apeks radiks (saluran radiks), tempat
sebuah muara (foramen apikal) memungkinkan masuk dan keluarnya pembuluh
darah, pembuluh limfe dan saraf dari rongga pulpa. Ligamen (membran
periodontal) adalah struktur fibrosa berkolagen yang tertanam dalam sementum
yang berfungsi menahan gigi dengan erat pada soket tulangnya (alveolus).







25
Dentin
Dentin adalah jaringan yang mengapur mirip tulang tetapi lebih keras
karena kandungan garam kalsiumnya lebih tinggi (70% dari berat kering).
Terutama terdiri atas serat kolagen tipe 1, glikosaminoglikan dan garam kalsium
dalam bentuk kristal hidroksiapatit. Matriks organik dentin dihasilkan oleh
odontoblas, sel yang melapisi permukaan dalam gigi, memisahkan dari rongga
pulpa.
Odontoblas
Odontoblas adalah sel langsing terpolarisasi yang hanya menghasilkan
matriks organik pada permukaan dentin. Sel-sel inti memiliki struktur sel penghasil
sekret terpolarisasi dengan gradul sekresi yang mengandung prokolagen,
sitoplasma sel ini mengandung sebuah inti pada basisnya. Odontoblas mempunyai
cabang sitoplasma halus yang menerobos secara tagak lurus terhadap lebar dentin
yaitu juluran odontoblas. Juluran-juluran halus ini secara berangsur memanjang
seiring dengan menebalnya dentin, berjalan dalam saluran halus disebut tubul
dentin yang bercabang dekat batas dentin dan email. Juluran odontoblas berangsur
menipis ke arah ujung distalnya. Matriks yang dihasilkan odontoblas belum
mengandung mineral dan disebut predentin. Mineralisasi dari dentin yang
berkembang dimulai bila vesikel bermembran (vesikel matriks) mulai muncul,
mengandung kristal hidroksiapatit halus yang tumbuh dan berfungsi sebagai tempat
nukleasi bagi pengendapan mineral selanjutnya pada serabut kolagen sekitarnya.
Berbeda dengan tulang, dentin menetap sebagai jaringan bermineral untuk waktu
yang lama setelah musnahnya odontoblas. Karena dimungkinkan untuk
mempertahankan gigi yang pulpa serta odontoblasnya telah dirusak oleh infeksi. Pada
gigi orang dewasa, pengrusakan email penutup oleh erosi akibat pemakaian atau karies
dentis (lubang gigi) biasanya memicu reaksi dalam dentin yang menyebabkan membuat
komponen-komponennya.


26
Email
Email adalah unsur paling keras pada tubuh manusia dan paling banyak
mengandung kalsium. Ia terdiri atas lebih berkurang 95% garam kalsium (terutama
hidroksiapatit), 0,5% materi organik dan sisanya adalah air. Email dibentuk oleh
sel-sel ektodermal, kebanyakan struktur lain dari gigi berkembang dari mesodermal
atau sel kristal neural. Matriks organik email tidak terdiri atas serabut-serabut
kolagen tetapi terdiri atas sekurang-kurangnya 2 golongan protein heterogen yang
disebut amelogenin dan enamelin. Peran protein ini dalam mengatur unsur mineral
dari email sedang. Email terdiri atas batang atau kolom kristal hidroksiapatit
memanjang, batang (prisma) email digabung menjadi satu oleh email antar-batang.
Email antar-batang dan batang email dibentuk oleh kristal hidroksiapatit, hanya
berbeda dalam orientasi kristalnya. Setiap batang terbentang pada keseluruhan
tebal lapisan email.
Matriks email dihasilkan oleh sel-sel yang disebut ameloblas. Sel silindris
tinggi ini mempunyai banyak mitokondria di daerah di bawah inti. Retikulum
endoplasma kasar dan kompleks golgi yang berkembang baik, terdapat di atas inti.
Setiap ameloblas memiliki juluran apikal dikenal sebagai prosesus tomes,
mengandung banyak granul sekresi. Granul ini mengandung protein yang
menyusun matriks email.
Oesophagus
Pada lamina proprianya didapati sel mucus sebagai proteksi dari makanan
yang berbenda tajam, bagian atasnya tersusun dari otot lurik, tengahnya campuran
otot polos dan lurik, sedangkan bawahnya otot polos yang tidak dapat
dikendalikan.
Gaster
Seluruh permukaan dari gaster terdapat foveola gastrica, epitel mukosanya
selapis torak tanpa sel goblet.
Terdapat 3 daerah kelenjar yaitu:
Cardia dan pylorus sekresikan mucus, jumlahnya namun hanya sedikit.
Kelenjar pylorus relative pendek, simpleks dan tubulosa bercabang. Mucus
dari kelenjar-kelenjar melindungi lambung dari autodigestion.

27
Fundus, dimulai dari dasar foveola gastrica ke seluruh lamina propria hingga
tunika muskularis mukosa. Kelenjar fundus ini hampir memenuhi seluruh
Lamina propria.
Terdapat 4 macam sel pada gaster yaitu:
Chief cell
Parietal cell
Neck cell
Argentafin cell (tidak terlihat,harus menggunakan pewarnaan AgNO
3
).
Gambar 1.2.3 gaster









28
Usus Halus
Epitelnya terdiri dari selapis toraks dan sel goblet. Sel torak pada bagian apikalnya
terdapat brush border/mikrovili yang berfungsi untuk memperluas permukaan
absorptif dan juga mengandung sel-sel pencernaan. Semakin ke distal, sel goblet
semakin banyak. Terdapat vili intestinalis. Sepanjang mukosa terdapat glandula
intestinalis (cryptus Lieberkuhn), tubulosa simpleks, yang bermuara diantar vili
intestinalis. Pada dasar cryptus terdapat sel paneth, di bagian apikalnya
mengandung granula eosinofilia.
Sel-sel crytus berfungsi menggantikan sel-sel epitel permukaan yang rusak. Dibagi
dalam 3 daerah yakni:
Duodenum
Terdapat kelenjar Bruner, mukus, dan kompleks tubulosa bercabang. Bentuk
vili intestinalis berbentuk lebar.
Jejunum
Tidak terdapat kelejar Bruner ataupun agmina peyeri. Plica sirkularis
Kerckringi tinggi-tinggi. Vili intestinalis berbentuk budar seperti lidah.
Illeum
terdapat agregat limfonodus atau agmina peyeri/ Plaque Peyeri di lamina
propria meluas ke tunica submukosa. Vili instetinalisnya berbentuk jari-jari.
Usus Besar
Tunica mukosa tidak mengandung plica sirkularis dan vili intestinalis. Sel goblet
banyak dintara sel epitel. Memiliki Cryptus Lieberkuhn dan limfonodus solitorius.
Sel paneth dan sel argentafin sedikit sekali. Tunica muscularis longitudinal
membentuk 3 pita longitudinal yang disebut Taenia Coli
Appendix
Merupakan evaginasi dari usus besar. Lumennya sempit, sering berisis debris.
Memiliki banyak folikel limphoid di sub mukosa. Tida ada taenia coli. Strukturnya
menyerupai usus besar.
Rektum
Mukosa mempunyai lipatan longitudinal Rectal collum (Anal column, Column of
Morgagni). Epitelnya selapis torak. Terdapat cryptus. Pertemuan anatar rektum dan
anus disebut Linea Pectinata.
29
Anus
Tunica submukosa mengandung banyak pembuluh darah, saraf, dan badan vater
Pacini. Pembuluh-pembuluh vena membentuk plexus hemmoroid. Tunica
Muskularis Mukosa/ lapisan longitudinal membentuk musculis dilator ani internus.
Tunica musckularis sirkular menebal pada ujungnya membentuk musculus
Sphincter ani internus. Di luar lapisan otot ini terdapat jaringan otot lurik Musculus
Sphincter ani externus. Epitelnya berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, memiliki
folike rambut, dan kelenjar sebasea.

























30
2. MEKANISME PENCERNAAN
Mekanisme menelan terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
Tahap volunter dari penelanan. Ketika makanan adalah siap untuk ditelan,
secara sadar makanan digulung atau ditekan kearah posterior kedalam faring
oleh tekanan dari lidah ke atas dan ke belakang terhadap langit-langit mulut,
menelan menjadi otomatis biasanya tidak bisa dihentikan.
Tahap faringeal. Ketika bolus makanan masuk ke bagian posterior mulut dan
faring, bolus merangsang daerah reseptor menelan didaerah pintu faring, terutama
pada tiang-tyang tonsillar, dan impuls-impuls dari sini berjalan ke batang otak.
untuk mencentuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis.
Tahap Esofageal. Ketika peristaltic dari esophagus dimulai, otot sfingter bawah
dari esophagus berelaksasi, sfingter membuka dan bolus makanan masuk ke
lambung. Otot dari sfingter bawah esophageal berkontraksi. Lalu menutup
apabila gerakan peristaltic tidak ada, serta mencegah refluks dari lambung berupa
asam lambung.
Gambar 2.1 mekanisme menelan


31
Setelah proses menelan bolus berada dilambung, fungsi motorik dari lambung
adalah penyimpanan sebagian besar makanan sampai makanan diproses duodenum,
pencampuran makanan ini dengan sekresi dari lambung sampai membentuk suatu
campuran setengah cairan disebut kimus, dan pengosongan makanan dengan lambat
dari lambung ke dalam usus halus pada kecepatan yang sesuai penyerapan dan
pencernaan yang sesuai untuk usus halus.
5

Bolus dalam lambung dicerna dengan dibantu oleh hormone gastrin, asam
lambung, serta lambung tersebut melakukan gerakan mencampur dan mendorong
bolus yang sudah menjadi kimus. Selain itu lambung juga mensekresi kelenjar gastric
yang memproduksi asam, mensekresi asam hidroklorida, pepsinogen, factor instrinsik,
mucus dan lambung juga mensekresi kelenjar pilorik yang memproduksi mucus,
beberapa pepsinogen, dan hormone gastrin. Dari lambung kimus masuk ke usus halus,
kimus tersebut mengalami gerakan pencampuran dan kontraksi pendorongan.
Aktivitas Peristaltic sangat meningkat setelah makan. Ini disebabkan sebagian oleh
masuknya kimus ke dalam duodenum tetapi juga oleh apa yang disebut gastroenteric
yang dimulai peregangan lambung dan diteruskan terutama melalui pleksus myenteric
dari lambung menurun sepanjang dinding usus halus. Selain sinyal saraf
mempengaruhi peristaltik usus halus, terdapat beberapa factor hormonal juga
mempengaruhi gerak peristaltik. Factor hormonal tersebut meliputi gastrin, CCK,
hormon insulin, motilin, dan serotonin, semuanya meningkatkan motilitas usus dan
dikeluarkan selama berbagai fase pencernaan makanan. Dan sebaliknya, secretin dan
glucagon menghambat motilitas usus kecil.
Gambar 2.2 gerakan peristaltik



32
Di usus halus terjadi proses absorpsi melalui transfor aktif dan melalui difusi
beberapa ratus gram karbohidrat, 100 gram lemak, 50-100 protein yang telah
disederhanakan, serta 7-8 liter air. Air ditransfor melalui membran usus dengan proses
difusi. Absorpsi ion dilakukan melalui transfor aktif 20-30 gram natrium disekresikan
melalui usus halus.
Gambar 2.3 proses absorpsi di usus halus

Permukaan absorpsi mukosa usus yaitu villi. Terdapat jonjot-jonjot yang
disebut valvulae conniventes, yang dapat meningkatkan area permukaan absorpsi
menjadi sekitar tiga kali lipat. Lipatan ini meluas secara lingkar kebanyakan di
sekitar usus dan terutama dengan baik berkembang baik di duodenum dan jejunum, di
mana sering menonjol ke dalam dalam lumen 8 milimeter.
Setelah melalui proses absorpsi di usus halus kimus masuk kedalam usus besar
atau kolon, sebelumnya melewati katup ileosaekal yang mempunyai fungsi mencegah
aliran balikisi fekal dari kolon ke dalam usus halus.
5
Didalam kolon kimus mengalami
proses absorpsi lagi, dimana fungsi dari kolon diantaranya absorpsi air dan elektrolit
dari kimus dan penimbunan bahan feces sampai dapat dikeluarkan. Kira-kira 1500 ml
kimus setiap harinya ke dalam kolon. Sebagian besar absorpsi dalam usus besar
terjadi pada pertengahan proksimal kolon sehingga disebut bagian ini kolon absorpsi.
Dalam kolon terdapat juga bakteri yang berguna dalam mencerna selulosa,
pembentukan vitamin k, vitamin B12, riboflavin, macam gas. Terjadi gerakan-
gerakan dalam kolon diantaranya gerakan mencampur dalam kolon lebih dikenal
haustrasi yaitu kontraksi gabungan dari pita otot sirkuler dan longitudinal
menyebabkan usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menyerupai kantung.


33
Selain gerakan mencampur kolon juga melakukan gerakan mendorong.
Setelah feces dalam kolon penuh akan terjadi proses defekasi. Adanya suatu
reflek defekasi yaitu bila feces memasuki rektum, perenggangan dinding rectum
menimbulkan sinyal-sinyal afferent yang menyebar melalui pleksus myenteric untuk
menimbulkan gelombang peristaltic di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum,
mendorong feces ke arah anus. Ketika gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter
ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus myenteric; jika
sphincter ani eksternus dengan sadar, secara voluter berelaksasi pada waktu
bersamaan, akan terjadi defekasi.























34
3. HORMON dan ENZIM PENCERNAAN
A. Enzim Pencernaan
Mulut
Liur (Saliva) yang disekresikan oleh kelenjar liur terdiri atas 99,5% air
dengan pH sekitar 6,8. Liur mengandung glikoprotein, musin, yang bekerja
sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan.
6
Gerakan
mengunyah berfungsi memecah makanan sehingga terjadi peningkatan
kelarutan dan perluasan daerah permukaan bagi kerja enzim. Liur juga
merupakan sarana untuk mensekresikan obat-obat tertentu (teanol dan
morfin), ion-ion organik (K
+
, Ca
2+
, HCO
3
-
, SCN
-
(tiosinat), iodium, dan
ekskresi imunoglobulin (IgA)).
-Amilase liur mampu membuat pati dam glikogen dihidrosis menjadi
amltosa dan oligosakarida.
6
Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH
lebih rendah daripada 4, sehingga kerja pencernaan dalam mulut akan
terhenti ketika lingkunagn lambung yang asam menembus partikel makanan.
Enzim lipase lingual disekresikan oleh permukaan dorsal lidah (kelenjar
Ebner).
Lambung

Getah lambung merupakan cairan jernih bewarna kuning pucat yang
mengandung HCl 0,2-0,5% dengan pH 1. Getah lambung terdiri atas 97-99%
air dan sisanya musin (lendir) serta garam anorganik, enzim pencernaan
(pepsin dan renin), dan lipase.
Pepsin
Fungsi utama untuk hidrolisis molekul protein menjadi peptide
Disekresikan dalam bentuk inaktif. Jika diperlukan maka akan
berubah bentuk dari pepsinogen menjadi pepsi.
Renin
Fungsi utama mengubah kaseinogen menjadi kasein
Hanya terdapat pada lambung bayi untuk mengolah susu
Lipase
Fungsi utama hidrolisis tri-asilgliserol menjadi asam lemak dan
gliserol
35
Pankreas

Pankreas berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan (dalam
bentuk getah pankreas) yang nantinya akan dibawah ke duodenum melalui
saluran pankreas.
Tripsin
Fungsi mengubah protein menjadi polipeptida
Disekresikan dalam bentuk inaktif (tripsinogenn) dan diaktifkan
dalam duodenum (tripsin).
Kemotripsin
Fungsi mengubah pepton menjad polipeptida
Inaktif (kemotripsinogen) dan aktif (kemotripsin).
Amilase Pankreas
Fungsi mengubah pati menjadi maltosa
Hampir sama dengan amylase di saliva
Nuklease
Fungsi katalisa asam mukleat menjadi komponen nukleotida.
Hati

Meskipun hati tidak memegang peran yang begitu besar dalam
system pencernaan, hati menghasilkan empedu yang berguna dalam
mencerna lemak.
Usus Halus
ENZIM FUNGSI
Enterokinase Mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin
Laktase Mengubah laktosa menjadi glukosa
Dipeptidase Mengubah pepton menjadi Asam Amino
Maltase Mengubah maltose menjadi glukosa
Disukarase Mengubah disakarida menjadi monosakarida
Peptidase Mengubah polipeptida menjadi Asam Amino
Sukrase Mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
Lipase Mengubah tri-asilgliserol menjadi gliserol dan Asam Amino

36
B. Hormon Pencernaan
Gastrin
Gastrin berasal dari sel-sel G. Stimulusnya utamanya untuk sekresi berasal
dari protein di lambung kelenjar pilorus lambung. Fungsi gastrin adalah:
5
Merangsang sekresi sel parietal dan sel utama
Meningkatkan motilitas lambung
Sekretin
Sekretin berasal dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utama
sekresinya adalah asam di lumen duodenum. Fungsi sekretin adalah:
5
Merangsang motilitas illeum
Melemaskan sfingter ileosekum
Menginduksi gerakan massa si kolon
Bersifat trofik bagi mukosa lambung dan usus halus
Menghambat pengosongan lambung
Kolesistokinin
Hormon ini bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum.
Rangsangan utama sekresi hormon ini adalah nutrien di lumen duodenum
terutama produk lemak dengan tingkat yang lebih rendah dan produk protein.
Fungsi hormon ini adalah:
5
Menghambat sekresi lambung
Merangsang sekresi NaHCO
3
encer oleh sel duktus pankreas
Merangsang sekresi empedu kaya NaHCO
3
oleh hati
Bersifat trofik bagi pankreas eksokrin
Menghambat pengosongan lambung
Menghambat sekresi lambung
Merangsang sekresi enzim pencernaan oleh sel-sel asinus pankreas
Menyebabkan kontraksi kantung empedu





37
Gastric inhibitory peptide
Hormon ini berasal dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus
utama sekresi hormon ini adalah lemak, endokrinasam, hipertonisitas, glukosa,
dan perenggangan di duodenum. Fungsi hormon ini adalah:
Menyebabkan relaksasi sfingter oddi
Bersifat trofik bagi pankreas eksokrin
Dapat menimbulkan perubahan-perubahan adaptif jangka panjang
proporsi enzim-enzim pankreas
Berperan dalam rasa kenyang
Menghambat pengosongan lambung
Menghambat sekresi lambung
Merangsang sekresi insulin pankreas





















38
4. FAKTOR dan GANGGUAN PENCERNAAN
Beberapa gangguan pencernaan adalah:
Gastritis (upper abdominal syndrome)
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit
maag merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain
disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran
cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor
psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit
dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah
lengkung iga.
Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar,
intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan,
tidak ada hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul
antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar
dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-
lain.
Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu
sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya,
tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya.
Mereka memiliki angan-angan untuk dirawat, dimanja, dan untuk memiliki objek
yang diinginkan sehingga mereka sulit menemukan kepuasan yang
dibutuhkannya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat
terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas
terlihat adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya.
Disepsia
Dispepsia atau sakit perut adalah istilah umum yang menggambarkan
ketidaknyamanan di perut bagian atas. Gangguan pencernaan bukanlah penyakit,
melainkan kumpulan gejala, termasuk kembung, bersendawa dan mual. Meskipun
gangguan pencernaan umum dirasakan orang, tiap orang mengalami gangguan
pencernaan yang berbeda-beda.
Konstipasi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem
pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan)
mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk
dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada
penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan
obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal
bagi penderitanya.
Diare
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air
besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling
umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun.




39
Faktor-faktor penyebab gangguan pencernaan yaitu:
Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai
sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 3 tahun. Orang
dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi
proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus
otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada
melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya
tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses
pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan
kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses
defekasi.
Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses.
Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna.
Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa
bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi.
Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi.
Individu yang makan pada waktu yang sama Setiap hari mempunyai suatu
keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan
pola aktivitas peristaltik di colon.
Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan
cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan
untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme
ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering
dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya
pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal,
sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
Tonus otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan
chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada
peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada
pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari
berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
Faktor psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit
tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai
komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau
marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah
lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang
berdampak pada konstipasi.




40
Gaya hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang
air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang
teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola
defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang
bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses.
Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit
mungkin tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan
akan baunya.
Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap
eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis
yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian
morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.
Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat
yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-
obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu
seperti dicyclomine hydrochloride (bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan
kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.





























41

5. PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi.
Secara deskripsi dengan menggunakan 2 garis imajiner yang saling tegak lurus dan
masing- masing garis melalui umbilicus, abdomen dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu
kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah. Ada juga yang membagi
menjadi 3 kuadran yaitu epigastrium, umbilical dan hipogastrik/ suprapubik.
Syarat- syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan pemeriksaan abdomen yaitu:
1. Pasien dalam keadaan rilek, untuk memudahkan keadaan tersebut antara lain :
Kandung kemih harus kosong
Pasien berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepala dan lutut
Kedua tangan disamping badan atau menyilang dada, jangan meletakan tangan
diatas kepala
Gunakan tangan dan stetoskop yang hangat, caranya dengan menggosokkan
kedua telapak tangan dan tempelkan stetoskop pada telapak tangan
Pemeriksaan dengan perlahan-lahan
Ajaklah pasien berbicara bila perlu dan mintalah pasien untuk menunjukan
daerah nyeri
Perhatikanlah ekspresi dari muka pasien selama pemeriksaan
2. Daerah abdomen mulai dari prosesus xiphoideus sampai simfisis pubis harus
terbuka
3. Pemeriksa disebelah kanan pasien
Inpeksi Abdomen
Cara pemeriksaan yaitu:
1. Mintalah pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan di sisi tubuh.
Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala untuk
melemaskan atau relaksasi otot-otot abdomen
2. Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen.
3. Pemeriksa berdirilah pada sisi kanan pasien dan perhatikan kulit dan
warna abdomen, bentuk perut, simetrisitas, jaringan parut, luka, pola vena,
dan striae serta bayangan vena dan pergerakkan abnormal.

42
4. Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflamasi dari umbilikus.
5. Perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran atau penegangan.
Bila abdomen tampak menegang, minta pasien untuk berbalik kesamping
dan inspeksi mengenai ada tidaknya pembesaran area antara iga-iga dan
panggul, tanyakan kepada pasien apakah abdomen terasa lebih tegang dari
biasanya.
6. Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen dengan
memasang tali atau perban seputar abdomen melalui umbilikus. Buatlah
simpul dikedua sisi tali/ perban untuk menandai dimana batas lingkar
abdomen, lakukan monitoring, bila terjadi peningkatan perenggangan
abdomen, maka jarak kedua simpul makin menjauh
7. Inspeksi abdomen untuk gerakan pernapasan yang normal.
8. Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya gerakan
peristaltik atau denyutan aortik.
Palpasi
Palpasi yaitu suatu tindakan meraba atau menekan
PERKUSI ABDOMEN
Lakukan perkusi di empat kuadran dan perhatikan suara yang timbul pada saat
melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ dibawah kulit. Organ berongga
seperti lambung, usus, kandung kemih berbunyi timpani, sedangkan bunyi pekak
terdapat pada hati, limfa, pankreas, ginjal
Perkusi batas hati
Posisi pasien tidur terlentang dan pemeriksa berdirilah disisi kanan pasien
Lakukan perkusi pada garis midklavikular kanan setinggi umbilikus, geser
perlahan keatas, sampai terjadi perubahan suara dari timpani menjadi
pekak, tandai batas bawah hati tersebut.
Ukur jarak antara subcostae kanan kebatas bawah hati.
Batas hati bagian bawah berada ditepi batas bawah tulang iga kanan.Batas
hati bagian atas terletak antara celah tulang iga ke 5 sampai ke 7. Jarak
batas atas dengan bawah hati berkisar 6 12 cm dan pergerakan bagian
bawah hati pada waktu bernapas yaitu berkisar 2 3 sentimeter

43
Perkusi lambung
Posisi pasien tidur terlentang
Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian
epigastrium kiri.
Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani
Perkusi ginjal
Posisi pasien duduk atau berdiri.
Pemeriksa dibelakang pasien
Perkusi sudut kostovertebral di garis skapular dengan sisi ulnar tangan
kanan
Normal perkusi tidak mengakibatkan rasa nyeri
AUSKULTASI ABDOMEN
Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakan usus
dan adanya gangguan pembuluh darah. Bunyi usus akan terdengar tidak teratur
seperti orang berkumur dengan frekwensi 5 35 kali permenit. Normal tidak
terdengar bunyi vaskuler disekitar aorta, ginjal, iliaka atau femoral, apabila
terdapat desiran mungkin suatu aneurisma. Cara pemeriksaan yaitu:
1. Persiapan alat yaitu Stetoskop
Persiapan pasien
Cara pemeriksaan
Mintalah pasien berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi.
Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala
Letakkan kepala stetoskop sisi diapragma yang telah dihangatkan di
daerah kuadran kiri bawah. Berikan tekanan ringan, minta pasien agar
tidak berbicara. Bila mungkin diperlukan 5 menit terus menerus untuk
mendengar sebelum pemeriksaan menentukan tidak adanya bising
usus.
Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif, tidak
ada bising usus dan perhatikan frekwensi/ karakternya.
44
Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan
dengan sistematis dan dengarkan tiap kuadran abdomen.
Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk mendengarkan bunyi
desiran dibagian epigastrik dan pada tiap kuadran diatas arteri aortik,
ginjal, iliaka, femoral dan aorta torakal. Pada orang kurus mungkin
dapat terlihat gerakan peristaltik usus atau denyutan aorta.
Catat frekuensi bising usus, hiperaktif, hipoaktif atau tidak/ ada bising
usus pada kartu status.






























45
BAB III
PENUTUP
Pencernaan merupakan suatu proses penguraian makanan dari struktur yang komplek
diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang
diproduksi di dalam sistem pencernaan. Organ-organ utama yang berperan dalam sistem
pencernaan antara lain mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan
anus. Sementara organ tambahan dalam sistem pencernaan meliputi hati, pankreas. Semua
organ tersebut menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menguraikan makanan dari
molekul kompleks menjadi sederhana yang dapat digunakan oleh setiap sel untuk aktivitas
tubuh manusia.
Makanan merupakan faktor yang menentukan kesehatan individu. Makanan yang
kurang bergizi dan waktu makan yang tidak teratur dapat menyebabkan kesehatan
tergganggu. Agar kita dapat memilih makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka perlu
pengetahuan tentang fungsi makanan, cara pengolahannya , dan penyajiannya.
Jumlah zat makanan yang kita makan tidak sama, tergantung kebutuhan tubuh.
Kebutuhan terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi, jenis makanan yang dikonsumsi dan
gizi makanan yang cukup harus sangat diperhatikan terutama pada atlet. Agar seorang atlet
dapat tampil maksimal saat bertanding. Seorang atlet disarankan untuk makan makanan yang
mengandung karbohidrat serta rendah lemak dan protein 3-4 jam sebelum bertanding, karena
karbohidrat lebih cepat dikosongkan lambung. Dalam satu jam kompetisi, atlet sebaiknya
hanya minum air tawar untuk memastikan hidrasi yang adekuat.













46
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS . Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2006.p.148-52.
2. Moore KL , Anatomi Klinis Dasar. In : Agur AMR. Sistem Digestivus. Jakarta: EGC;
2002.p.83-7.
3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. In: Frans Dany, editor.
Saluran Cerna. Jakarta: EGC; 2007.p.278-307.
4. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun Praktikum Kumpulan Foto Mikroskopik
Histologi. Saluran Cerna. Jakarta: Penerbit Universitas Trisaksi; 2007.p.101-27.
5. Lauralee S. Fisologi Manusia dari Sel ke Sistim. In: Beatrica IS. Sistim Digestivus.
Ed. 2. Jakarta: EGC; 2001.
6. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. In: Bani AP,
Sikumbang TMN. Pencernaan dan Absorpsi. 25
th
ed. Jakarta: EGC;2003.p.632-44.





















47
DAFTAR ISI
1. Daftar pustaka....................................................................................................... v
2. Daftar isi................................................................................................................ vi
3. Pendahuluan.......................................................................................................... 1
4. Isi........................................................................................................................... 2
5. Penutup.................................................................................................................. 46
6. Daftar pustaka....................................................................................................... 47
































vi
KATA PENGANTAR
Makalah ini dirancang untuk memberikan ringkasan mengenai struktur makroskopik,
mikroskopik, mekanisme pencernaan, pemeriksaan fisik abdomen, faktor penyebab gangguan
pencernaan serta gangguan umum. Dalam menulis makalah ini, penulis menggunakan bukti-
bukti yang autentik yang telah dicantumkan dalam daftar pustaka.
Penulis banyak berhutang budi pada mereka yang membantu dalam penulisan
makalah ini. Penulis pun minta maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan
dalam kata atau kalimat.




Jakarta, 27 Juli 2010



Penulis















v

Anda mungkin juga menyukai