Pernahkah kita berbuat salah pada orang lain? Pernahkah kita menyimpan dendam terhadap orang lain? Kita pasti pernah melakukannya. Kita pun juga pasti pernah tersakiti oleh perbuatan dan perkataan yang orang lain katakan. Oleh sebab itu, kita harus mengampuni orang lain sesulit apapun caranya. Kita pasti pernah berpikir seperti ini, Saya sudah terlukai oleh perbuatannya, mengapa saya harus memaafkannya? Mengampuni adalah perbuatan yang paling tepat dalam kondisi tersebut. Mengampuni orang yang bersalah kepada kita memang bukanlah hal yang mudah. Hati kita pasti akan terluka karena telah dibohongi, disakiti, dan dirugikan. Kita akan merasa terbebani secara mental saat kita menolak mengampuni kesalahan orang lain. Menolak mengampuni kesalahan menunjukkan perilaku orang yang kecewa, benci, marah, dan dendam. Dendam akan tumbuh dalam hati kita karena kita berniat akan membalas perbuatan dan perkataan sama seperti yang orang lain lakukan. Akibatnya, segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan akan selalu dilandasi rasa benci dan dendam, beban akan menjadi semakin berat, dan hidup akan menjadi tidak nyaman. Bagi kita yang susah untuk mengampuni kesalahan orang lain, ingatlah kembali bahwa kita adalah manusia biasa. Manusia tidak lepas dari kesalahan dan dosa karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tidak sempuna. Karenanya, kita harus belajar untuk rendah hati dan mengampuni dengan tulus. Jika kita ingat ini, kita harus menerima orang lain apa adanya dan mampu mengampuni kesalahan orang lain dengan tulus. Jika kesalahan kita ingin diampuni orang lain, maka kita harus mengampuni kesalahan orang lain lebih dulu. Tuhan rela berkorban sampai mati untuk menebus dosa-dosa manusia. Sikap keteladanan Tuhan inilah yang membuat kita untuk lebih mudah mengampuni kesalahan orang lain. Mengampuni tidak semata-mata menguntungkan orang yang berbuat kesalahan kepada kita. Akan tetapi, mengampuni merupakan sebuah perbuatan yang saling menguntungkan. Di satu sisi, kita telah melaksanakan perintah-Nya dan dijauhkan dari rasa sakit hati, kebencian, kesedihan, dan kemarahan. Di sisi lain, mereka yang telah berbuat kesalahan akan mendapat pengampunan dan harus berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut dan menjadi lebih baik. Orang yang bersalah pun juga perlu rasa penyesalan untuk tidak berbuat hal itu lagi. Tidak hanya meminta maaf hanya di bibir saja tetapi juga perlu dibuktikan juga dengan perbuatan yang benar-benar tidak mengulangi kesalahan tersebut. Kadang kala kita pernah mendengar, Aku telah memaafkan kamu, tapi aku harap kamu tidak akan pernah menemuiku lagi mulai saat ini. Apakah pengampunan ini benar? Tentu perkataan ini tidak benar. Pengampunan membuat kesalahan kita diampuni dan berdamai kembali dengan orang lain, bukan dengan cara menghindarinya agar mereka tidak berbuat salah lagi. Sebagai manusia yang punya banyak kekurangan, kita tetap harus mengampuni mereka, sedalam luka yang kita terima. Ada sebuah kisah yang bercerita tentang pentingnya sebuah pengampunan. Kisah ini dimulai dengan seorang ibu yang tengah berdoa bersama-sama dengan para rohaniawan. Ibu itu tak mampu berkata-kata dan matanya berkaca-kaca setelah ditanyai oleh seorang rohaniawan. Sang ibu bercerita bahwa keluarganya berantakan. Suaminya terang-terangan berselingkuh dengan wanita lain dan membawanya pulang ke rumah. Perasaan ibu itu kacau balau, beban pikirannya sangat berat. Bertahun-tahun, ia memanjatkan doa kepada Tuhan. Ia mengingat janji pernikahannya dulu bahwa ia akan setia pada sang suami dalam suka maupun duka. Duka yang dimaksudnya saat itu adalah kemerosotan moral yang dialami suaminya. Kemudian, ia memohon kekuatan untuk mengampuni kesalahan suaminya kepada Tuhan. Saat bertemu dengan suami dan selingkuhannya tersebut, ia terus menerus berdoa dan berusaha mengampuni. Suatu ketika, sang suami jatuh sakit dan selingkuhannya meninggalkannya. Suaminya kini tidak mempunyai apa-apa lagi karena segala hartanya telah habis untuk membeli berbagai macam keperluan selingkuhannya. Sang suami mengakui kesalahannya dan kembali ke sang istri. Akhirnya, keluarga itu kembali berbahagia karena sang istri telah mengampuni kesalahan sang suami. Dalam kisah tersebut, nilai moral yang dapat kita ambil adalah pentingnya pengampunan dalam segala hal. Di saat hati sang ibu diiris-iris oleh kelakuan suaminya, ia tetap berdoa dan berusaha mengampuni semua kesalahan suaminya. Akhirnya, hubungan mereka kembali harmonis setelah sang suami mengakui kesalahannya. Saat kita disakiti orang lain, seharusnya saat itu pula kita berkaca, apakah selama ini kita juga pernah melakukan hal yang sama kepada mereka. Orang yang menyakiti orang lain mungkin mengalami keadaan dimana ia pernah disakiti dengan perbuatan-perbuatan yang tidak menyenangkan, misalnya penghinaan, penyiksaan, dan kekerasan. Godaan untuk berbuat jahat. Apakah kita baru akan mau mengampuni setelah orang itu datang meminta maaf kepada kita? Orang lain yang menurut kita telah bersalah tidak menunjukkan itikad yang baik untuk meminta maaf. Kita mungkin merasa jengkel dan mengharapkan orang lain menyesal atas perbuatan yang mereka lakukan. Kita tidak perlu menunggu permohonan maaf dari orang lain ketika kita akan mengampuni kesalahan mereka. Kita harus langsung memaafkan mereka sesaat setelah mereka berbuat kesalahan kepada kita. Seperti apa yang dilakukan Tuhan, mengampuni itu tanpa syarat, tidak membutuhkan balas budi, dan tidak membutuhkan ucapan terima kasih. Dengan mengampuni dari lubuk hati yang paling dalam, kita tidak akan membutuhkan hal-hal tersebut karena kebaikan kita akan menjadi bekal spiritual kita di surga nanti. Yesus rela disalib untuk menebus dosa-dosa manusia. Apakah kita masih akan terus menambah penderitaanNya? Masihkan kita berpikir untuk menolak mengampuni sesama kita? Kita sering kali menyakiti hati-Nya dengan berbohong, memfitnah, menyakiti, menyiksa, berbuat kekerasan, dan berbuat salah pada orang lain. Ketika kita melukai hatinya, kita tidak hanya berdosa padanya, tetapi juga berdosa kepada Tuhan. Tuhan mengajarkan kita untuk selalu mengampuni orang yang bersalah kepada kita seperti Ia mengampuni dosa kita. Ia juga mendidik kita semua agar tidak menyimpan dendam dan mengampuni orang yang menyakiti hati kita dengan besar hati. Tidak peduli sebanyak apapun dan seberat apapun kesalahan itu, mereka harus kita ampuni. Dalam agama kristiani, seseorang harus mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali. Artinya adalah kita harus mengampuni kesalahan orang lain tanpa batas. Ketika kita telah mengampuni kesalahan orang lain sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali, jiwa pengampun pasti telah mendarah daging. Jika semua orang di dunia ini dapat memahami pentingnya arti mengampuni, kekerasan di berbagai negara di dunia pasti sudah akan berganti dengan kasih sayang antar manusia dan tidak ada rasa dendam antar sesama manusia. Saya yakin kita semua pernah disakiti. Pengalaman-pengalaman tersebut seharusnya membuat kita tersadar bahwa kepada Tuhan-lah kita bersandar. Kita harus berani untuk mulai mengampuni kesalahan orang lain. Keberanian mengampuni orang lain adalah pahala yang tak ternilai bagi Tuhan. Mengampuni seseorang berarti memberikan ia kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik. Sudah seharusnya kita pasrah dan mohon ampun kepadaNya sebab Tuhan- lah yang berkuasa menghakimi manusia pada waktunya nanti. Tuhan saja mau mengampuni dosa kita, mengapa kita tidak mau mengampuni kesalahan orang lain?
DAFTAR PUSTAKA
Kawilarang, Renne. 2011. Paus Selamat dari Upaya Pembunuhan. http://dunia.vivanews.com/news/read/220139-13-5-81--paus-selamat-dari-upaya- pembunuhan. Diakses tanggal 12/04/2012. Kistemaker, Simon. 2007. 12 Perumpamaan tentang Pengampunan. http://www.sarapanpagi.org/12-perumpamaan-tentang-pengampunan- vt1408.html#p4956. Diakses tanggal 12/04/2012. Mulyono, Yohanes Bambang. 2008. Mengampuni adalah Sebuah Pertanggungjawaban. http://www.gki.or.id/content/doc.php?doctype=A&id=161&printme=1. Diakses tanggal 12/04/2012. Primadita, Felicia. 2011. Mengampuni Orang yang Bersalah kepada Kami. http://test.kmki.net/rubrik/renungan-opini/24-mengampuni-orang-yang-bersalah-kepada- kami. Diakses tanggal 12/04/2012.