Anda di halaman 1dari 4

Dapatkah Kita Mengampuni Kesalahan Orang Lain?

Nico Nugraha Hadinata / Akuntansi


121110040@machung.ac.id
Universitas Ma Chung

Pernahkah kita berbuat salah pada orang lain? Pernahkah kita menyimpan dendam
terhadap orang lain? Kita pasti pernah melakukannya. Kita pun juga pasti pernah tersakiti oleh
perbuatan dan perkataan yang orang lain katakan. Oleh sebab itu, kita harus mengampuni orang
lain sesulit apapun caranya.
Kita pasti pernah berpikir seperti ini, Saya sudah terlukai oleh perbuatannya, mengapa
saya harus memaafkannya? Mengampuni adalah perbuatan yang paling tepat dalam kondisi
tersebut. Mengampuni orang yang bersalah kepada kita memang bukanlah hal yang mudah. Hati
kita pasti akan terluka karena telah dibohongi, disakiti, dan dirugikan. Kita akan merasa
terbebani secara mental saat kita menolak mengampuni kesalahan orang lain. Menolak
mengampuni kesalahan menunjukkan perilaku orang yang kecewa, benci, marah, dan dendam.
Dendam akan tumbuh dalam hati kita karena kita berniat akan membalas perbuatan dan
perkataan sama seperti yang orang lain lakukan. Akibatnya, segala perkataan dan perbuatan yang
dilakukan akan selalu dilandasi rasa benci dan dendam, beban akan menjadi semakin berat, dan
hidup akan menjadi tidak nyaman.
Bagi kita yang susah untuk mengampuni kesalahan orang lain, ingatlah kembali bahwa
kita adalah manusia biasa. Manusia tidak lepas dari kesalahan dan dosa karena manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang tidak sempuna. Karenanya, kita harus belajar untuk rendah hati dan
mengampuni dengan tulus. Jika kita ingat ini, kita harus menerima orang lain apa adanya dan
mampu mengampuni kesalahan orang lain dengan tulus. Jika kesalahan kita ingin diampuni
orang lain, maka kita harus mengampuni kesalahan orang lain lebih dulu. Tuhan rela berkorban
sampai mati untuk menebus dosa-dosa manusia. Sikap keteladanan Tuhan inilah yang membuat
kita untuk lebih mudah mengampuni kesalahan orang lain.
Mengampuni tidak semata-mata menguntungkan orang yang berbuat kesalahan kepada
kita. Akan tetapi, mengampuni merupakan sebuah perbuatan yang saling menguntungkan. Di
satu sisi, kita telah melaksanakan perintah-Nya dan dijauhkan dari rasa sakit hati, kebencian,
kesedihan, dan kemarahan. Di sisi lain, mereka yang telah berbuat kesalahan akan mendapat
pengampunan dan harus berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut dan menjadi lebih
baik. Orang yang bersalah pun juga perlu rasa penyesalan untuk tidak berbuat hal itu lagi. Tidak
hanya meminta maaf hanya di bibir saja tetapi juga perlu dibuktikan juga dengan perbuatan yang
benar-benar tidak mengulangi kesalahan tersebut.
Kadang kala kita pernah mendengar, Aku telah memaafkan kamu, tapi aku harap kamu
tidak akan pernah menemuiku lagi mulai saat ini. Apakah pengampunan ini benar? Tentu
perkataan ini tidak benar. Pengampunan membuat kesalahan kita diampuni dan berdamai
kembali dengan orang lain, bukan dengan cara menghindarinya agar mereka tidak berbuat salah
lagi. Sebagai manusia yang punya banyak kekurangan, kita tetap harus mengampuni mereka,
sedalam luka yang kita terima.
Ada sebuah kisah yang bercerita tentang pentingnya sebuah pengampunan. Kisah ini
dimulai dengan seorang ibu yang tengah berdoa bersama-sama dengan para rohaniawan. Ibu itu
tak mampu berkata-kata dan matanya berkaca-kaca setelah ditanyai oleh seorang rohaniawan.
Sang ibu bercerita bahwa keluarganya berantakan. Suaminya terang-terangan berselingkuh
dengan wanita lain dan membawanya pulang ke rumah. Perasaan ibu itu kacau balau, beban
pikirannya sangat berat. Bertahun-tahun, ia memanjatkan doa kepada Tuhan. Ia mengingat janji
pernikahannya dulu bahwa ia akan setia pada sang suami dalam suka maupun duka. Duka yang
dimaksudnya saat itu adalah kemerosotan moral yang dialami suaminya.
Kemudian, ia memohon kekuatan untuk mengampuni kesalahan suaminya kepada Tuhan.
Saat bertemu dengan suami dan selingkuhannya tersebut, ia terus menerus berdoa dan berusaha
mengampuni. Suatu ketika, sang suami jatuh sakit dan selingkuhannya meninggalkannya.
Suaminya kini tidak mempunyai apa-apa lagi karena segala hartanya telah habis untuk membeli
berbagai macam keperluan selingkuhannya. Sang suami mengakui kesalahannya dan kembali ke
sang istri. Akhirnya, keluarga itu kembali berbahagia karena sang istri telah mengampuni
kesalahan sang suami.
Dalam kisah tersebut, nilai moral yang dapat kita ambil adalah pentingnya pengampunan
dalam segala hal. Di saat hati sang ibu diiris-iris oleh kelakuan suaminya, ia tetap berdoa dan
berusaha mengampuni semua kesalahan suaminya. Akhirnya, hubungan mereka kembali
harmonis setelah sang suami mengakui kesalahannya.
Saat kita disakiti orang lain, seharusnya saat itu pula kita berkaca, apakah selama ini kita
juga pernah melakukan hal yang sama kepada mereka. Orang yang menyakiti orang lain
mungkin mengalami keadaan dimana ia pernah disakiti dengan perbuatan-perbuatan yang tidak
menyenangkan, misalnya penghinaan, penyiksaan, dan kekerasan. Godaan untuk berbuat jahat.
Apakah kita baru akan mau mengampuni setelah orang itu datang meminta maaf kepada
kita? Orang lain yang menurut kita telah bersalah tidak menunjukkan itikad yang baik untuk
meminta maaf. Kita mungkin merasa jengkel dan mengharapkan orang lain menyesal atas
perbuatan yang mereka lakukan. Kita tidak perlu menunggu permohonan maaf dari orang lain
ketika kita akan mengampuni kesalahan mereka. Kita harus langsung memaafkan mereka sesaat
setelah mereka berbuat kesalahan kepada kita. Seperti apa yang dilakukan Tuhan, mengampuni
itu tanpa syarat, tidak membutuhkan balas budi, dan tidak membutuhkan ucapan terima kasih.
Dengan mengampuni dari lubuk hati yang paling dalam, kita tidak akan membutuhkan hal-hal
tersebut karena kebaikan kita akan menjadi bekal spiritual kita di surga nanti.
Yesus rela disalib untuk menebus dosa-dosa manusia. Apakah kita masih akan terus
menambah penderitaanNya? Masihkan kita berpikir untuk menolak mengampuni sesama kita?
Kita sering kali menyakiti hati-Nya dengan berbohong, memfitnah, menyakiti, menyiksa, berbuat
kekerasan, dan berbuat salah pada orang lain. Ketika kita melukai hatinya, kita tidak hanya
berdosa padanya, tetapi juga berdosa kepada Tuhan.
Tuhan mengajarkan kita untuk selalu mengampuni orang yang bersalah kepada kita
seperti Ia mengampuni dosa kita. Ia juga mendidik kita semua agar tidak menyimpan dendam
dan mengampuni orang yang menyakiti hati kita dengan besar hati. Tidak peduli sebanyak
apapun dan seberat apapun kesalahan itu, mereka harus kita ampuni. Dalam agama kristiani,
seseorang harus mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali. Artinya adalah kita harus
mengampuni kesalahan orang lain tanpa batas. Ketika kita telah mengampuni kesalahan orang
lain sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali, jiwa pengampun pasti telah mendarah daging. Jika
semua orang di dunia ini dapat memahami pentingnya arti mengampuni, kekerasan di berbagai
negara di dunia pasti sudah akan berganti dengan kasih sayang antar manusia dan tidak ada rasa
dendam antar sesama manusia.
Saya yakin kita semua pernah disakiti. Pengalaman-pengalaman tersebut seharusnya
membuat kita tersadar bahwa kepada Tuhan-lah kita bersandar. Kita harus berani untuk mulai
mengampuni kesalahan orang lain. Keberanian mengampuni orang lain adalah pahala yang tak
ternilai bagi Tuhan. Mengampuni seseorang berarti memberikan ia kesempatan untuk berubah
menjadi lebih baik. Sudah seharusnya kita pasrah dan mohon ampun kepadaNya sebab Tuhan-
lah yang berkuasa menghakimi manusia pada waktunya nanti.
Tuhan saja mau mengampuni dosa kita, mengapa kita tidak mau mengampuni kesalahan
orang lain?

DAFTAR PUSTAKA

Kawilarang, Renne. 2011. Paus Selamat dari Upaya Pembunuhan.
http://dunia.vivanews.com/news/read/220139-13-5-81--paus-selamat-dari-upaya-
pembunuhan. Diakses tanggal 12/04/2012.
Kistemaker, Simon. 2007. 12 Perumpamaan tentang Pengampunan.
http://www.sarapanpagi.org/12-perumpamaan-tentang-pengampunan-
vt1408.html#p4956. Diakses tanggal 12/04/2012.
Mulyono, Yohanes Bambang. 2008. Mengampuni adalah Sebuah Pertanggungjawaban.
http://www.gki.or.id/content/doc.php?doctype=A&id=161&printme=1. Diakses tanggal
12/04/2012.
Primadita, Felicia. 2011. Mengampuni Orang yang Bersalah kepada Kami.
http://test.kmki.net/rubrik/renungan-opini/24-mengampuni-orang-yang-bersalah-kepada-
kami. Diakses tanggal 12/04/2012.

Anda mungkin juga menyukai