0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
84 tayangan9 halaman
1. Makalah ini membahas tentang biokimia pencernaan nutrisi, termasuk pencernaan enzimatik karbohidrat, lipid, dan protein pada ternak monogastrik.
2. Juga dibahas aspek stoikiometri fermentasi karbohidrat untuk menghasilkan energi di dalam rumen ternak ruminansia.
3. Pencernaan nutrisi pada ternak monogastrik meliputi pemecahan molekul besar menjadi lebih kecil di mulut, lambung,
1. Makalah ini membahas tentang biokimia pencernaan nutrisi, termasuk pencernaan enzimatik karbohidrat, lipid, dan protein pada ternak monogastrik.
2. Juga dibahas aspek stoikiometri fermentasi karbohidrat untuk menghasilkan energi di dalam rumen ternak ruminansia.
3. Pencernaan nutrisi pada ternak monogastrik meliputi pemecahan molekul besar menjadi lebih kecil di mulut, lambung,
1. Makalah ini membahas tentang biokimia pencernaan nutrisi, termasuk pencernaan enzimatik karbohidrat, lipid, dan protein pada ternak monogastrik.
2. Juga dibahas aspek stoikiometri fermentasi karbohidrat untuk menghasilkan energi di dalam rumen ternak ruminansia.
3. Pencernaan nutrisi pada ternak monogastrik meliputi pemecahan molekul besar menjadi lebih kecil di mulut, lambung,
Biokimia Pencernaan: Pencernaan Enzimatis Karbohidrat, Lipid, Protein
Pada Ternak Monogastrik dan Aspek Stoikiometri Pada Fermentasi Karbohidrat Untuk Menghasilkan Energi di Dalam Rumen
Oleh:
Jajat Rohmana 200110110030
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Sumedang 2014 Pendahul uan Ternak menurut sistem pencernaannya terbagi menjadi dua, yaitu ternak monogastrik dan poligastrik (ruminansia), dengan perbedaan utama pada jumlah perut dan jenis pakan. Untuk mendapatkan produksi optimal dari ternak, diperlukan breeding, Management dan terutama feeding yang memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Hal pertama yang perlu dipahami adalah pencernaan dan penyerapan nutrien dari ransum, sehingga tidak merugikan secara ekonomis dan tidak mengganggu metabolisme. Pokok bahasan pertama dalam tugas Biokimia ini adalah pencernaan nutrien makro, yaitu karbohidrat, lipid (lemak) dan protein pada ternak monogastrik. Pokok bahasan berikutnya adalah aspek stoikiometri fermentasi karbohidrat untuk menghasilkan energi di dalam rumen, yaitu bagaimana pakan hijauan mempengaruhi produksi VFA (Volatile Fatty Acid) yang terdiri atas asetat, butirat dan propionat. VFA/Asam Lemak Terbang inilah yang diserap oleh rumen, retikulum, omasum dan abomasum untuk diserap dan masuk ke dalam darah, setelah melalui tahapan fermentasi karbohidrat.
Pembahasan Pencernaan Enzimatis Karbohidrat, Lipid dan Protein Ternak Monogastrik Sistem pencernaan monogastrik dapat diuraikan menjadi hewan yang memiliki perut sederhana diwakili oleh babi, mewakili burung/Aves adalah ayam dan pseudoruminan diwakili kuda. Perbandingan tractus digestivus pada monogastrik adalah sebagai berikut: Babi Ayam Kuda 1. Mulut 2. Kerongkongan (Esophagus) 3. Lambung (stomach) 4. Usus Halus (small intestine) 1. Paruh 2. Kerongkongan (esophagus) 3. Tembolok (crop) 4. Proventrikulus 5. Empedal (Gizzard) 1. Mulut 2. Kerongkongan (Esophagus) 3. Lambung 4. Usus Halus (small Intestine) 5. Usus Buntu 6. Usus Besar (Large Intestine) 7. Anus 6. Usus Halus (Small Intestine) 7. Usus Buntu (Sekum) 8. Rektum 9. Kloaka 5. Usus Buntu (Sekum) 6. Rektum 7. Anus (Murwani, 2009) Secara garis besar, pencernaan monogastrik dimulai dari mulut. Terjadi pencernaan secara mekanis dengan gigi (kecuali pada unggas). Bahan makanan dikunyah untuk merubah ukuran menjadi lebih kecil, juga dibantu secara enzimat is dengan amylase yang memecah pati (karbohidrat). Lidah mendorong makanan masuk kerongkongan, turun dengan bantuan peristaltik. Pada unggas, kerongkongan begitu lentur karena berfungsi menyimpan, terutama pada tembolok pakan menjadi lunak akibat pencampuran dengan air. Lambung unggas terbagi dua bagian utama, proventrikulus (lambung glandula) dengan kelenjar tubular yang mengeluarkan mukus serta kelenjar gastrik yang mensekresikan HCl dan Pepsin. Mukus disekresikan ketika mulai makan, sedangkan HCl dan Pepsin disekresikan ketika pakan sampai di saluran proventrikulus. HCl memecah ikatan di dalam molekul nutrien, sedangkan pepsin memecah protein menjadi polipeptida, bagian belakang proventrikulus menyempit menuju bagian empedal (lambung muskular). Empedal/gizzard berfungsi menggiling dan meremas pakan yang masih keras menjadi semakin kecil dan meningkatkan permukaan partikel pakan oleh kontraksi otot empedal yang kuat. Empedu dikeluarkan oleh hati dan memasuki usus melalui ductus choleduscus (saluran empedu). Empedu mengandung garam-garam kalium (K) dan natrium (Na) dari asam-asam empedu dan zat warna empedu. Semua hewan mempunyai kantung empedu kecuali kuda. Proses pemecahan oleh HCl dan pepsin diteruskan hingga berbentuk bubur (chyme) menuju usus halus. Hati, empedu dan pankreas adalah organ pelengkap dalam sistem pencernaan. Pankreas mengeluarkan berbagai enzim pencernaan. Pada selain unggas, selanjutnya menuju lambung, asam klorida (HCl) dikeluarkan oleh sel-sel dinding lambung untuk memecahkan ikatan kimia dalam pakan menjadi partikel yang lebih kecil, yaitu karbohidrat, lipid dan protein. Selain itu pada unggas, pada tembolok terjadi pencernaan enzimatik oleh lipase, yang menghidrolisis lemak (Mushawwir, 2013) Selanjutnya makanan memasuki usus halus, sebuah saluran spiral dengan tonjolan-tonjolan bernama villi yang berfungsi meningkatkan luas permukaan dalam penyerapan nutrien. Usus halus sendiri terbagi atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Pencernaan secara enzimatik terutama terjadi bagi disakarida, disakarida dan polisakarida. Monosakarida tidak perlu dipecah lagi karena molekulnya sudah dapat diabsorpsi langsung oleh dinding usus. Di bagian duodenum terjadi penambahan sekresi dari hati dan pankreas. Sekresi dari hati disimpan dalam empedu, diteruskan ke duodenum melalui saluran empedu berupa garam empedu, yang khusus membantu pencernaan lemak pada pakan. Sekresi dari pankreas melalui saluran pankreas dialirkan ke duodenum, berupa berbagai enzim yang membantu pencernaan karbohidrat, lemak dan protein. Usus buntu umumnya memiliki fungsi yang belum banyak terekspos, kecuali mikroba menghasilkan enzim selulase untuk memecah serat kasar yang sangat tidak efektif pada ayam dan babi, sebaliknya sangat berperan bagi kuda dan kelinci (Murwani, 2009). Usus besar memang lebih pendek dari usus halus, namun diameternya lebih besar dengan fungsi utama menyerap air, menampung feses dan menambahkan lapisan mukus untuk pelicin, dan berakhir di anus/kloaka. Apabila dirangkum pencernaan enzimatisnya saja, menjadi seperti berikut: di mulut molekul besar karbohidrat dipecah menjadi polisakarida oleh amylase, di lambung molekul besar protein dipecah menjadi polipeptida oleh enzim pepsin. Di usus halus pemecahan karbohidrat, lemak dan protein disempurnakan menjadi monomernya oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan usus halus. Enzim dari pankreas memecah oligomer menjadi monomer oleh enzim dari sel enterosit di mukosa usus halus. Enzim tersebut dikeluarkan dalam bentuk proenzim/enzim tidak aktif. Akan aktif di dalam lumen usus halus oleh enzim yang dikeluarkan usus halus yaitu enterokinase. Enterokinase masih melekat dengan enterosit dan dilepas ke lumen oleh adanya garam empedu dan sekresi enzim pankreas, memecah tripsinogen menjadi tripsin yang aktif. Tripsin kemudian mengkatalisis hidrolisis berbagai proenzim dalam usus halus yang berasal dari pankreas, yaitu chymotripsinogen, prokarboksipeptidase, proelastase dan profosfolipase. Enzim lainnya yaitu amilase, deoxirobonuklease, ribonuklease dan lipase tidak memerlukan pengaktifan melalui pemecahan oleh tripsin. (Murwani, 2009) Khusus untuk pemecahan lemak, diperlukan garam empedu yang dihasilkan oleh hati untuk mengemulsifikasi lemak menjadi menjadi butiran kecil yang tersuspensi merata dalam digesta sehingga lebih mudah dipecah oleh enzim lipase. Hasil pemecahan lipid menghasilkan asam lemak dan gliserol, untuk kemudian diserap oleh sel-sel enterosit pada dinding usus halus. Hasil pemecahan akhir lemak trigliserida yaitu asam lemak dan gliserol dan garam empedu membentuk butiran yang disebut misel (micelle). Bagian misel sebelah dalam bersifat hidrofobik, menarik asam-asam lemak bebas, kolesterol ester, karotenoid dan vitamin larut lemak. Asam lemak bebas sebagian langsung diangkut oleh darah, sedangkan sisa asam lemak dan gliserol disatukan lagi menjadi trigliserida dan dikemas dalam bentuk lipoprotein yang disebut chylomikron, yang pada unggas diangkut oleh pembuluh darah portal sehingga disebut juga portomikron. Tabel 1. Pencernaan Karbohidrat Secara Enzimatis Dalam Sistem Pencernaan Monogastrik (Modifikasi Dari Lehninger, 986 Dan Klasing, 2000 Dalam Murwani, 2009) Tempat Enzim Produk Mulut/paruh Pada paruh tidak terjadi pencernaan enzimatis karena pakan melalui paruh sangat singkat Amilase saliva Pati (amilosa, amilopektin), Glikogen Usus halus awal Amilase pankreas Oligosakarida Usus halus Enzim Brush border: Dekstrinase, Glukoamilase
Maltosa, Sukrosa
Glukosa, fruktosa Maltase Sukrase Catatan: Monomer gula yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa diserap oleh sel enterosit di mukosa usus. Zat karbohidrat yang dikonsumsi digunakan sebagai sumber energi metabolik yaitu Adenosin Tri Phosphat (ATP), dengan reaksi sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 38 ATP Karbohidrat mutlak diperlukan sebagai sumber energi dibandingkan protein dan lemak, terutama pada ternak monogastrik, karena: - Sumber energi murah bagi ternak unggas - Pemakaian karbohidrat dapat mengefisiensikan fungsi protein dengan menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi - Karbohidrat dapat menjadi zat pengikat/binder antar partikel-part ikel penyusun ransum sehingga meningkatkan stabilitas dan durabilitas pellet - Meningkatkan palatabilitas/kesukaan pakan (Abun, 2008) Pencernaan dan penyerapan protein kasar dan lemak kasar telah terjadi pada usus halus, dan tidak terjadi pada usus besar. Protein kasar terutama dicerna di bagian duodenum, pada bagian ini pula terjadi penyerapan asam amino, sedangkan penyerapan paling besar terjadi di bagian jejunum. (Sukaryana, 2011)
Tabel 2. Pencernaan Lemak Secara Enzimatis Dalam Sistem Pencernaan Monogastrik (Modifikasi Dari Klasing, 2000 Dalam Murwani, 2009) Tempat Enzim Produk Mulut - - Usus halus Enzim pankreas: 1. Lipase 2. Fosfolipase 3. Cholesterol esterase Lemak: Trigliserida monogliserida dan 2 asam lemak Fosfolipid alkohol, asam lemak Cholesterol ester kolesterol, asam lemak 4. Lipase & Esterase Enzim Bush border: 5. Fosfatase Lilin Monohidrat alkohol, Asam Lemak
Fosfolipid fosfat Catatan: lilin ditemukan pada bahan pakan dari binatang invertebrata, plankton dan buah. Burung yang memakan buah mampu memecah lilin menjadi sumber energi, namun ayam tidak dapat menggunakan lilin sumber energi.
Tabel 3. Pencernaan protein secara enzimatis dalam sistem pencernaan monogastr ik (modifikasi dari Lehninger 1986 dan Klasing, 2000 dalam Murwani, 2009) Tempat Enzim Produk Lambung atau proventrikulus dan gizzard pada ayam Pepsin (dengan adanya HCl dengan pH 2-3) Protein
Polipeptida besar Usus halus Enzim pankreas: Trypsin, chymotripsin, Carboxypeptidase A & B Oligopeptida dan peptida Usus halus Enzim Brush border: Aminopeptidase, carboxypeptidase, dipeptidase Asam-asam amino, dipeptida, tripeptida
Diserap di usus halus
Aspek Stoikiometri Fermentasi Karbohidrat Untuk Menghasilkan Energi di Dalam Rumen Ruminansia memiliki organ pencernaan yang berbeda dengan monogastr ik, yaitu jumlah lambung yang lebih banyak. Formulasi pakan yang populer untuk ruminansia (sapi, kerbau) sebagian besar berdasarkan atas suplai nitrogen dan energi, berhubungan dengan aktivitas mikroba akan optimal dalam memanfaatkan nitrogen bila tersedia cukup energi dan sesuai fermentabilitasnya dengan bahan bernitrogen tersebut. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan kimia pakan. Gas hasil fermentasi berupa CO2, H2 (hidrogen) dan CH4 (Methan) dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi. Pada ternak kambing produksi gas CO2 sekitar 90 liter dan gas CH4 sekitar 30 liter perhari. Stoikiometri reaksi fermentasi pakan karbohidrat dalam rumen menghasilkan tiga produk utama dapat disederhanakan menjadi: C6H12O6 + 2H2O --------------- 2CH3COOH + 2CO2 + 4H2 C6H12O6 + 4H2 --------------- 2CH3CH2COOH+ 4H2O C6H12O6 --------------- CH3(CH2)2COOH + 2CO2 + 2H2 4H2 + CO2 --------------- CH4+ 2H2O Dari Stoikiometri reaksi diatas terlihat bahwa sintesis asam asetat dan asam butirat menghasilkan gas hidrogen. Sebaliknya pada sintesis asam propionat menggunakan gas H2 (hidrogen). Gas hidrogen dan CO2 merupakan prekursor utama sintesis gas methan (CH4) yang tidak bermanfaat untuk ternak. Sehingga sintesis asam propionat melalui fermentasi dalam rumen akan lebih menguntungkan karena produksi CH4 bisa ditekan dan akan meningkatkan efisiensi penggunaan energi pakan. VFA (asetat, propionat, dan butirat) merupakan sumber energi utama (60- 80%) bagi ternak dan metabolisme zat makanan. Sebagian besar VFA diserap langsung dari reticulorumen dan masuk kedalam aliran darah, hanya 20 persen saja yang masuk dan diserap di omasum dan abomasum. Asam butirat bersama asam asetat dalam rumen sebelum diserap terlebih dulu dirubah menjadi beta hidroksi butirat masuk kedalam peredaran darah dalam bentuk badan-badan Keaton, dibawa ke hati untuk dirubah menjadi glukosa. Sebagian glukosa disimpan di hati sebagai glikogen hati dan sebagian lagi menjadi alfa gliserolfosfat sebagai koenzim pereduksi dalam sintesa lemak tubuh, sebagai sumber energi, dan disimpan sebagai glikogen otot. Maka asam propionat bersifat glukogenik karena dapat dikatabolisme menjadi glukosa atau sebagai sumber glukosa tubuh. Terdapat ketergantungan antara proses fermentasi dengan produksi protein mikroba. Tenaga penggerak digambarkan sebagai ATP yang diperoleh dari fermentasi anaerobik karbohidrat. Hasil akhir fermentasi tersebut berupa VFA dan gas Metana yang kemudian akan bergabung dengan NPN (Non Protein Nitrogen) ke dalam sel mikroba rumen. (Orskov, 1988). Contohnya pemberian jerami amoniasi perlu diimbangi dengan konsentrat sebagai sumber energi agar pertumbuhan mikroba rumen dapat optimal. (Hindratinigrum, Bata, & Santosa, 2011)
Penutup Pemahaman mengenai pencernaan ternak menjadi jalan pertama dalam upaya mengoptimalkan produksi ternak. Pada unggas, enzim sangat dibutuhkan untuk mencerna nutrien makro. Namun pada ternak ruminansia memiliki kelebihan, yaitu dapat mengubah serat kasar menjadi sumber energi dengan selulase, sebuah enzim yang tidak terdapat pada unggas. Selain itu dihasilkannya VFA dan hasil sampingan gas methan, tidak ditemukan pada pencernaan unggas.
Daftar Pustaka Abun. (2008). Bahan Ajar Nutrisi Ternak Unggas dan Monogastrik: Karbohidrat pada Unggas dan Monogastrik. Sumedang: Fakultas Peternakan Univeresitas Padjadjaran. Hindratinigrum, N., Bata, M., & Santosa, S. A. (2011). Produk Fermentasi Rumen dan Produksi Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami Amoniasi dan Beberapa Pakan Sumber Energi. Agripet vol.11 No. 2, 29-34. Murwani, R. (2009). Modul Perkuliahan Ilmu Nutrisi dan Pakan Sistim Pencernaan & Metabolisme Nutrien Pada Monogastrik. Semarang: Universitas Diponegoro. Mushawwir, A. (2013). Biokimia Nutrisi. Sumedang: Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Orskov, E. (1988). Protein Nutrition in Ruminants. Second Edition. San Diego: Academic Press Inc. Sukaryana, Y. (2011). Peningkatan Nilai Kecernaan Protein Kasar dan Lemak Kasar Produk Fermentasi Campuran Bungkil Inti Sawit dan Dedak Padi pada Broiler. JITP Vol.1 No.3, 169-170.